“Keselamatan
Kristus Juga Untuk Mereka Yang Tak Beriman Kepada-Nya”
Oleh: Martin Simamora
Bacalah
lebih dulu bagian 3J
Demikian juga dengan
Matius 7:21-23 yang dikutip pendeta Dr. Erastus Sabdono, sebagaimana dengan
1Petrus 1:17 dan Wahyu 21:8, bukan sama sekali
teks-teks firman yang memunculkan kebenaran bahwa seorang Kristen harus
berjuang untuk mempertahankan keselamatan sehingga pantas menjadi anak-anak
Allah:
Berkenaan dengan
hal diatas, perlu diingatkan bahwa Tuhan tidak memandang
muka (1 Pet 1:17). Siapapun mereka yang berbuat jahat akan ditolak dari
kerajaan Allah. Hal ini ditegaskan dalam Wahyu 21:8 menyatakan bahwa mereka
yang adalah orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang
keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir,
penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian
mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah
kematian yang kedua. Hendaknya kita tidak berpikir bahwa orang yang mengaku
telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat otomatis masuk
Kerajaan Sorga. Harus tetap diingat bahwa orang yang masuk Kerajaan Sorga
adalah mereka yang melakukan kehendak Bapa (Mat 7:21-23). [paragraf 14 “Keselamatan Di Luar Kristen-03]
Memang sangat
berdasar, untuk kemudian, menjadi begitu peduli dengan realita kekekristenan
yang dipetakan oleh manusia-manusia beragama Kristen atau mengaku diri sebagai
anak-anak Allah, namun tak menebarkan “kemuliaannya” tersendiri diantara
manusia-manusia, sebagaimana,misalkan saja, kemuliaan yang dimiliki oleh pohon
jati atau pohon cendana diantara dunia pepohonan, sebagaimana yang dirisaukan
oleh pendeta Dr.Erastus Sabdono:
Bagaimana
kalau ternyata ada orang-orang Kristen yang
kelakuan tidak berbeda bahkan lebih buruk dari orang-orang yang non Kristen
yang tidak pergi ke gereja, apakah berarti orang-orang Kristen tersebut sudah
pantas disebut sebagai umat pilihan dan pasti diterima di Kerajaan Bapa? Tentu
tidak.[ ini adalah paragraph 13]
Namun
demikian, satu kesalahan besar yang dilakukan oleh pendeta Dr.Erastus Sabdono: realita-realita menyimpang atau memalukan
pada manusia-manusia Kristen atau mereka yang mengakukan dirinya sebagai
anak-anak Allah [perhatikan, ini berangkali juga
sudah menjadi sebuah sebutan yang murahan, sebab diakukan dengan mulut tanpa
mengerti, memahami apalagi memiliki perilaku untuk disebut anak-anaknya Allah
atau keturunan yang dilahirkan oleh kehendak Allah- Yohanes 1:12-13], tidak sama sekali merupakan kebenaran akan kebenaran
keselamatan oleh kasih karunia saja. Realita-realita buruk pada manusia-manusia Kristen yang sungguh
memalukan itu, tak sama sekali
mengubah kebenaran bahwa kebenaran yang dimiliki
oleh setiap anak-anak Allah berdasarkan
relasi
yang dibangunkan oleh Allah, bukan
sama sekali oleh perbuatan-perbuatan baik atau mulia. Perbuatan-perbuatan
baik tak menciptakan relasi intim dengan Allah, namun dalam relasimu dengan
Allah yang dibangun-Nya padamu akan lahir sebuah perbuatan-perbuatan mulia pada
dirimu.
Bukankah Matius 7:21-23 menyatakan realita yang
digusarkan oleh pendeta Dr.Erastus Sabdono, namun apakah dengan demikian Allah
medasarkan pembenaran orang beriman itu pada apa yang dapat diperbuatnya?