“Tidak
Ada Keselamatan Di Luar Kristus Tetapi Ada Keselamatan Di Luar Agama Kristen”
Oleh: Martin Simamora
Ilustrasi: Sunset musim dingin di Senja, Norwegia - Jan 2014, kredit: cryopolitics |
Bacalah lebih
dulu bagian 2”O”
Demikian juga dengan
Yohanes 8:16, yang digunakan untuk menyokong pandangannya yang bernuansa
universalisme: oleh pengorbanan darah Tuhan Yesus Kristus maka keselamatan
tidak tertutup sama sekali terhadap mereka yang tidak menerima atau tidak
beriman kepada Kristus. Saya mengajak para pembaca untuk mau membuka Alkitab dan
membaca Yohanes 8:16:
dan
jikalau Aku menghakimi, maka penghakiman-Ku itu benar, sebab Aku
tidak seorang diri, tetapi Aku bersama
dengan Dia yang mengutus Aku.
Pertama-tama dan terutama, teks firman atau sabda Yesus ini memang berbicara mengenai penghakiman, oleh-Nya. Namun, sama sekali, teks firman itu, tidak memiliki niatan atau gagasan untuk menyatakan bahwa penghakiman Yesus akan memberikan sebuah peluang atau kesempatan bagi orang-orang yang tak beriman atau tak menerima-Nya, untuk berpeluang masuk ke dunia yang baru.
Setidaknya ada 2
aspek yang harus menjadi fokus perhatian, sebagaimana Yesus Kehendaki, kala
kita memandang 8:16.
Pertama:
Apakah bunyi penghakiman Yesus itu?
Kedua
:Siapakah yang sedang menggugat otoritas
dan kesahihan penghakiman Kristus itu?
Aspek
pertama, harus diketahui, sebab nampak jelas ada sebuah
pernyataan Yesus yang bersifat
menghakimi, namun diragukan, sehingga Yesus harus menyatakan: a.dalam menghakimi, ia benar
dalam penghakimannya; b.Ia mengajukan “seorang” atau “hakim” lainnya lagi, disamping
dirinya, untuk menegaskan kesahihan penghakimannya.
Aspek
kedua, bagaimana pernyataan penghakiman Yesus itu
sedang digugat dan berdasarkan apakah penggugatan keabsahaan penghakiman itu
didasarkan. Nampak jelas, bahwa pihak penggugat memiliki dasar yang sangat kuat
sehingga Yesus, tadi, mengajukan “seorang” atau “hakim” lainnya yang nampaknya
memiliki sebuah wibawa atau pengaruh yang besar terhadap para penggugat.
Sekarang, mari kita mengulas kedua aspek itu dalam sebuah bangun penjelasan.
Penghakiman Yesus Terhadap Para
Penolak Kristus & Gugatan Manusia Terhadapnya
Apakah pernyataan
Yesus itu, sehingga mengundang sebuah
reaksi negatif yang harus dijawab oleh Yesus dalam sebuah nuansa
pengafirmasian legalitas penghakimannya.
Ini bermula dari
pernyataan ini:
Yohanes
8:12 Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah
terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan
dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."
Yesus menyatakan
bahwa:
-dirinya terang dunia
-mengikutnya membuat seseorang tidak berjalan
dalam kegelapan
-mengikutnya membuat seseorang memiliki hidup
Jika
anda menganggap pernyataan Yesus semacam ini adalah hal yang bersifat figuratif
atau maksudnya tak sekuat apa yang
diungkapkan oleh kalimat itu sendiri,
maka anda salah. Baik Yesus dan
orang-orang Farisi memahami bahwa “statement” atau pernyataan Yesus itu
adalah sebuah penghakiman. Bukan penghakiman yang main-main bahkan legalitas
atau kekuatan hukum penghakiman itu ada pada dirinya sendiri. Dengan kata lain,
dirinya adalah hukum bagi semua manusia. Bukan pasal-pasal sebuah
perundang-undangan tetapi dirinya adalah pasal-pasal itu sendiri; bukan
pasal-pasal hukum Musa, namun dirinya sendiri.
Jadi,
ini dulu poin yang harus anda camkan dan pegang baik-baik, bahwa pernyataan Yesus pada Yohanes 8:12 adalah
sebuah penghakiman:
Yohanes
8:15-16 Kamu menghakimi menurut ukuran manusia, Aku tidak menghakimi seorangpun,
dan
jikalau Aku menghakimi, maka
penghakiman-Ku itu benar, sebab Aku tidak
seorang diri, tetapi Aku bersama dengan Dia yang mengutus Aku.
Dimulai
dengan sebuah statement yang menyatakan bahwa keselamatan seseorang ditentukan
oleh pengikutan pada dirinya, dialog bergerak cepat menjadi kesahian diri Yesus
dalam statementnya tersebut yang
bersifat menghakimi: mengikutnya memiliki hidup, sehingga dengan demikian,
tidak mengikutnya adalah sebuah kematian. Pada poin ini saja, sudah jelas bahwa
penghakiman di sini, sama sekali tidak membuka peluang bagi siapapun yang tak
percaya atau menolak dirinya untuk berpeluang masuk ke dunia yang baru. Karena
tak memiliki hidup berarti kematian; karena kegelapan bukanlah dunia baru yang
Yesus mau.
Penghakiman Yesus sangat
tunggal: apakah mengikutnya?
Pernyataan
Yesus pada Yohanes 8:16, sungguh luar biasa, itu menjadi sebuah kebenaran oleh
sebab langsung: Yesus menjadikan dirinya sendiri sebagai hukum atas semua manusia; Ia adalah hukum
yang menentukan mati atau hidupnya seseorang, tanpa adanya sebuah
perbuatan-perbuatan atau bukti-bukti yang dapat meringankan terdakwa dari hukuman mati. Pada dasarnya, Yesus tidak
mengenal segala bentuk bukti hukum atau aspek-aspek yang dianggap manusia luhur pada dirinya sehingga memberikan efek meringankan, Ia hanya mengenal “capital punishment”
atau hukuman mati, hanya karena atau berdasarkan mengikut atau tidak mengikutnya: “barangsiapa mengikut Aku tidak berjalan
dalam kegelapan dan memiliki hidup.”
Tentu ini sesuatu yang terlalu hebat untuk dipercayai oleh manusia! Menyerahkan nasibnya pada seorang manusia yang mengklaim sebuah penghakiman yang hanya dapat dilakukan? Apalagi bagi manusia-manusia masa kini, mempercayakan dirinya pada seorang manusia 2000 tahun lalu, yang bahkan ditolak mentah-mentah oleh para teolog mumpuni dan diakui oleh dewan ulama kala itu??
Sehingga,
tanpa dapat dicegah lagi, sebuah penghakiman kepada Yesus segera mendakwa Yesus:
"Engkau bersaksi tentang diri-Mu,
kesaksian-Mu tidak benar."- Yohanes 8:13
Bagaimana
bisa sebuah hukum adalah dirinya sendiri dan
perkataannya sendiri:
-Mengikut
Aku: dirinya sendiri adalah sebuah pasal
-Tidak
akan berjalan dalam kegelapan: pernyataan atau vonis adalah sebuah pasal
Hukum
seperti ini sungguh berbeda dengaan hukum
Tuhan yang dibawa oleh Musa. Musa
tidak menunjuk pada dirinya sebagai hukum dan tidak menunjuk
perkataannya sebagai sabda diri yang
memvonis manusia.
Yesus
tidak mengelak masalah atau dilema ini, hal yang tak terselesaikan ini merupakan
kebenaran itu sendiri, dan, kebenaran dilematis ini dia pertahankan
dihadapan para penghakimannya [saya akan tunjukan nanti mengapa dilematis]:
Yohanes
8:14 Jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: "Biarpun Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, namun kesaksian-Ku itu benar
Diri
Yesus-jika dia adalah pasal-pasal hukum atau pasal-pasal firman Allah, palu vonis dan sekaligus kebenaran itu sendiri-
memang mengandung masalah legalitas yang tak main-main, yaitu: sumber otoritas
dan legalitas atas legalitas bahwa dirinya sendiri adalah pasal hukum dan vonis hukum
itu sendir, dari mana dan siapakah yang mengotorisasi dirinya semulia itu ?! Biarpun demikian faktanya, tetapi benar. Sekarang, Yesus
benar-benar dalam situasi yang begitu sukar untuk dijelaskan kepada manusia ; manusia mengalami masalah besar dalam memandang Yesus, kini.
Apakah yang dilakukan oleh Yesus untuk menunjukan bahwa dia memiliki sumber otoritas
sedemikian, yang lebih kuat daripada apa yang dapat dikenal dan dipahami oleh
manusia? Beginilah Yesus menunjukannya:
Yohanes
8:14 sebab Aku
tahu, dari mana Aku datang
dan ke mana Aku pergi. Tetapi kamu
tidak tahu, dari mana Aku datang dan ke mana Aku pergi
Yesus
yang adalah pasal hukum dan palu vonis
itu sendiri, menunjukan darimanakah pasal hukum dan palu vonis itu berasal: “Aku tahu, darimana Aku datang dan ke mana
Aku pergi.” Ini, sukar untuk
dipahami. Bagaimanakah logika manusia dapat memahami Yesus yang menyatakan “biarpun aku sendiri yang bersaksi sendiri tentang diriku, namun benar,” menjelaskan dasar
kebenarannyan dengan Aku tahu, darimana
Aku datang dan kemana Aku pergi. Apakah maksudnya dan apakah dia bukan
berasal dari bumi ini lahir dari seorang perempuan?
[
[
Kata
mereka: "Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal?
Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?"- Yoh 6:42]
Perihal
ini, tidak dikemukakan hanya kepada orang-orang farisi, tetapi juga kepada
orang banyak:
Yohanes
8:21 Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Aku akan pergi dan kamu
akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak
mungkin kamu datang."
Kalau
anda menyelesaikan Yohanes 8:14 maka anda akan menemukan vonis Yesus yang
me-tripel-kan masalah ini: “Tetapi
kamu tidak tahu, dari mana
Aku datang dan ke mana Aku pergi.” Tak ada yang tahu dimanakah alamat Yesus,
sehingga tak ada yang bisa mendatangi dan memverifikasi atau memeriksa semua
kebenaran kesaksian Yesus. Ini adalah dilema nomor 1. Masih ada beberapa dilema lagi.
Namun,
bahkan pada “Aku akan pergi. Ke tempat
Aku pergi, tidak mungkin kamu datang,” sudah begitu sukar untuk dipahami.
Bahasa Yesus jelas, namun kebingungan ini sebetulnya berakar pada apa yang menjadi akar problem manusia
terhadap manusia Yesus: “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut
Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang
hidup.”
Segala
sesuatu menjadi begitu gelap untuk memahami Yesus, bahkan dalam keadaan
berinteraksi langsung, memeriksanya dalam dialog, tanya jawab, bahkan
mempertanyakan diri-Nya. Siapapun harus secara serius untuk memperhatikan dasar dari segala masalah yang
dapat anda kemukakan, yaitu tepat pada pernyataan penghakiman Yesus sendiri: “Akulah terang dunia, barangsiapa mengikut
Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan.”
Yesus mengatakan, dengan demikian,
siapapun yang tak mengikut-Nya berada didalam kegelapan, bahkan terhadap
dirinya dan perkataannya, orang tak akan mengerti. Yesus tak stop pada vonis “berjalan dalam kegelapan,” namun tidak
mempunyai hidup atau mati. Sebuah keadaan yang fatal dan tak dapat ditanggulangi
manusia.
Sehingga,
harus dikatakan bahwa penghakiman Yesus sudah efektif saat itu juga, tepat pada
dialog ini! Dan akibatnya
pernyataan Yesus mengenai keberasalannya
tak pernah dapat dipahami:
Maka
kata orang-orang Yahudi itu: "Apakah Ia mau bunuh diri dan karena
itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku
pergi, tidak mungkin kamu datang?"-Yohanes 8:22
Yesus
menjawab kebingungan mereka, akan apa yang sedang dimaksudkannya:
Yohanes
8:23 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku
dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini.
Mengapa
tidak ada satu manusipun yang dapat datang ke tempat di mana Yesus berasal?
Karena tempat yang dimaksudkan Yesus, bukan satu tempat manapun dibelahan
planet bumi ini [bawah], Yesus bukan dari bumi [atas]. Jadi, ini bukan soal bunuh diri. Sepanjang mereka
memandang Yesus, sebagaimana mereka mengenal Musa, maka ini akan tetap menjadi
masalah; dan ini adalah sebuah selimut kegelapan yang hanya dapat diatasi bila
terang Kristus menjamah mereka. Sebuah dilema nomor 2.
Yesus
sebenarnya sedang berbicara dengan manusia-manusia yang mati:
Karena
itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya,
bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu
Dalam
kegelapan, tidak memiliki hidup, beginilah keadaan manusia yang sedang
berbicara dengan Kristus. Ini adalah dilema terbesar yang membelenggu manusia dalam memahami
Allah, dan Kristus adalah satu-satunya solusi dilema ini.
Dan
sama seperti pada kasus orang-orang Farisi tadi, pada orang-orang Yahudi- orang banyak, pun
demikian:
Maka
kata mereka kepada-Nya: "Siapakah Engkau?"- Yohanes 8:12
Ini
adalah keadaan yang percuma, bahwa kebenaran diri Kristus dengan demikian tidak
memerlukan persetujuan dari manusia-manusia yang berada dalam kegelapan. Wisdom
atau hikmat manusia yang tak mengenal Allah dengan demikian tidak memiliki
nilai pantas untuk menjadi pengesah kebenaran diri Kristus:
Banyak
yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah
benar, dan apa yang Kudengar dari pada-Nya, itu yang Kukatakan kepada
dunia."-Yohanes 8:26
Manusia-manusia
yang tak menerima Yesus, pada dasarnya sudah mati dan sudah menjadi obyek
penghakiman Kristus. Yesus tak memerlukan pendapatan siapapun manusia; apa yang
terpenting bagi Yesus:
-Dia yang mengutus dirinya ADALAH BENAR
-Apa
yang dikatakan-Nya, itu yang Yesus utarakan kepada dunia
Ini
adalah poin yang sama diutarakan Yesus dalam menjawab otoritas dirinya adalah pasal hukum itu
sendiri:
Yohanes
8:16-18 sebab Aku tidak seorang diri, tetapi Aku bersama dengan Dia
yang mengutus Aku. Dan dalam kitab
Tauratmu ada tertulis, bahwa kesaksian dua orang
adalah sah; Akulah yang bersaksi tentang diri-Ku
sendiri, dan juga Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang
Aku."
Yesus
tidak sendirian, terkait kesaksian bahwa dirinya adalah pasal hukum itu sendiri
dan palu vonis itu sendiri, ada 2 saksi:
-dirinya
sendiri
-Bapa
Orang-orang
Farisi, menyetujui kebenaran 2 orang saksi, namun problemnya semakin tak
tertanggulangi:
-Yesus,
dapat dilihat dan ada dihadapan
mereka
-Bapa,
tidak dapat dilihat dan tidak
diketahui keberadaannya
Sehingga
orang-orang Farisi bertanya: "Di manakah Bapa-Mu?"
– Yohanes 8:19
Dan
pertanyaan ini atau problem ini tak memiliki solusi apapun juga! Yesus berkata:
"Baik Aku, maupun Bapa-Ku tidak kamu
kenal. Jikalau sekiranya kamu mengenal Aku, kamu
mengenal juga Bapa-Ku."
Tak
ada secercah sinar harapan bagaimanapun pada semua manusia untuk mengenal Bapa;
tak ada secercah sinar harapan bagaimanapun
pada semua manusia untuk mengenal Anak :“Baik Aku, maupun Bapa-Ku tidak kamu kenal.” Sekalipun Yesus
dapat mereka lihat, dapat mereka dengar, dapat mereka jumpai, dapat mereka
debat, dapat mereka gugat dalam semua
itupun, bukan atau mustahil untuk menjadi sarana mengenal Yesus. Padahal, Yesus
berkata: sekiranya kamu mengenal Aku, kamu juga mengenal Bapa.
Keadaan
manusia yang pada dasarnya dalam
kegelapan dan tidak memiliki kehidupan telah menjadi akar masalah bagi manusia.
Ini adalah problem untuk beriman, anda tak dapat berkata bahwa beriman adalah masalah yang “simple”; beriman tidak dapat
datang dari inisiatif atau usaha manusia atau pencarian manusia atau pengejaran
manusia mencari Tuhan. Kita melihat secara sempurna, bahwa pada kasus ini, memang benar manusia-manusia yang sudah dalam vonis mati tidak memiliki hidup, pada faktanya secara serius memikirkan hal-hal rohani, mencari atau mengejar Allah yang sejati, berupaya mencari kebenaran
sejati dan bahkan berjuang keras memahami ada hal sejati dan absout dalam sebuah kebenaran
sehingga mereka harus memeriksa dan memastikan memang demikianlah, tetapi, itu semua, tak
berdaya apa-apa untuk dimiliki, sebab terperangkap atau terpenjara oleh keadaan gelap pada semua manusia yang tak memiliki atau
menerima Yesus. kemustahilan berupa “mustahil mengenal dan beriman pada Yesus yang disaksikannya
sendiri secara demikian.” Mengapa, juga, untuk mengenal Bapa, harus
mengenal Yesus? Itu semata pada realita yang jauh lebih mematikan daripada
realita mereka yang tak mampu menerima Yesus sebagaimana kesaksiannya sendiri:
Yohanes
5:37 Bapa
yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu
tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat,
Yesus
menyajikan Bapa sebagai saksi lainnya sehingga ada 2 orang saksi bagi Yesus,
namun dilemanya sungguh seperti manusia berupaya membangkitkan manusia yang
telah mati dan dimakamkan berhari-hari didalam makamnya. Sebab Bapa, bagi
manusia: a.suaranya tak dapat didengar ; b. Tak dapat dilihat. Saksi seperti
apakah ini bagi manusia? Keadaan manusia sungguh gelap dan tetap tinggal atau
berada dalam kematian. Bahkan untuk lepas dari dosa : tak percaya kepada Yesus, dengan demikian sebuah kemustahilan
sebab sangat bergantung kepada Yesus. Ini adalah dilema nomor 3.
Bisakah
anda membayangkan, Yesus yang dapat dilihat dan didengar, NAMUN mustahil untuk
didatangi dalam sebuah perimanan kepadanya sebagai dia bersaksi kepada manusia?
Lalu bagaimana solusinya? Yesus terkait masalah ini, sebelumnya sudah
memberikan jawabannya:
Yohanes
6:36-37 Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya.
Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa
datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.
Sungguh
maut keadaan manusia yang berada di dalam kegelapan itu. Melihat namun mustahil
untuk percaya! Bahkan dengan upaya menyeldiki kitab-kitab Musa pun menjadi tak ada gunanya:
Yohanes
5:39-40 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal,
tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu
memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku
untuk memperoleh hidup itu.
Keadaan
ini atau halangan untuk beriman pada manusia-manusia yang berada dalam
kegelapan dan tak memiliki hidup, telah memvonis keberimanan setiap manusia kepada Allah yang beenar, sangat
bergantung pada belas kasih Tuhan, untuk
mendatangkan sebuah tindakan penyelamatan dari ketidakberdayaan yang sangat
maut ini, sehingga:
Yohanes
6:37 Semua yang diberikan
Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang
kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.
Yohanes
6:44 Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku
Yohanes
6:65 "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat
datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya
kepadanya."
Jika
saja, anda dan siapapun juga menerima pernyataan Yesus Kristus mengenai keadaan
manusia yang tak berdaya, bahwa semua manusia berada di dalam kegelapan, tidak
memiliki kehidupan; bahwa semua manusia tidak dapat melihat dan mendengar Bapa
yang meneguhkan kesaksian Yesus, sementara Yesus adalah kunci untuk mengenal
Bapa, maka, adalah sebuah kegilaan untuk berkata bahwa manusia memiliki porsi
untuk menentukan dirinya sendiri: apakah mau atau memilih untuk beriman atau tak
beriman. Mengharapkan manusia-manusia untuk pada dirinya sendiri berkontribusi
dalam pengimanannya pada Kristus sungguh sebuah kegilaan berpikir, dan, dalam hal ini, semakin
meneguhkan kesaksian Yesus sendiri, bahwa semua manusia pada dasarnya berada dalam
kegelapan dan tak berdaya. Tak ada sebuah alasan rasional untuk berjuang keras
agar beriman kepada Yesus Kristus, sebab
bagaimana bisa beriman sementara tidak dapat mendengarkan kesaksian Bapa yang
meneguhkan semua kesaksian Yesus? Maka, sebagaimana Yesus sendiri
menyatakannya, memang benar dan mutlak manusia itu memerlukan bantuan Allah
berupa keselamatan oleh kasih karunia yang total mendominasi kematian manusia
untuk melakukannya. Diberikan, ditarik dan menganugerahkan, adalah tindakan-tindakan
Allah yang menjadikan manusia:
-dapat
MERESPON : mendatangi Yesus
-dapat
diselamatkan oleh Yesus secara pasti dan kokoh
Inilah
penghakiman Yesus itu! Semua isi penghakiman itu malah memastikan bahwa
siapapun membutuhkan kasih karunia Allah
untuk dapat datang atau merespon dan diterima oleh Yesus dalam sebuah kepastian, bukan
kemungkinan, dan semua manusia yang tidak menerima atau tidak beriman kepada
Yesus pada dasarnya mati atau tidak memiliki hidup dan dalam kegelapan. Yesus,
tadi sudah mengatakan, semua manusia yang tak menerimanya berdosa, mati dalam
dosa!
Dengan
demikian,menyatakan Yohanes 8:16 adalah sebuah penghakiman yang membuka peluang
bagi orang-orang tak beriman untuk dapat masuk ke dalam dunia yang baru adalah
sebuah dusta teramat besar, pengajaran yang menyesatkan banyak jiwa, sebab Yesus tidak pernah berkata demikian. Tegas sekali, Yesus berkata kepada I ORANG BANYAK:
Yohanes
8:24 Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu
akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah
Dia, kamu akan mati dalam dosamu."
Inilah
kandungan penghakiman Yesus pada
Yohanes 8:16, KELAK. Tak ada sebuah peluang yang bagaimanapun bagi
orang-orang tak percaya kepadanya. Keadaannya sudah dinyatakan sekarang: mati,
mati dalam dosamu. Apakah dosanya? Tak percaya kepada Yesus sebagaimana Ia
maksudkan! Dengan demikian pengajaran
pendeta Dr. Erastus Sabdono, pada dasarnya menentang sabda Kristus. Ia
membelokan pengajaran Kristus sehingga yang terjadi adalah, sebuah pengajaran
yang menebarkan maut!
Bersambung ke “Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.ErastusSabdono “Keselamatan Diluar Kristen” (2Q):“Tidak Ada Keselamatan Di Luar
Kristen Tetapi Ada Keselamatan Di Luar Kristen”
AMIN
Segala Pujian
Hanya Kepada TUHAN
The cross
transforms
present criteria of relevance: present criteria of relevance do not transform
the cross
[oleh seorang
teolog yang namanya tidak saya ingat]
No comments:
Post a Comment