“Tidak
Ada Keselamatan Di Luar Kristus Tetapi Ada Keselamatan Di Luar Agama Kristen”
Oleh:Martin Simamora
Bacalah
lebih dulu bagian 2N
Untuk mengokohkan
pengajarannya bahwa ada pola lain keselamatan
atau keselamatan yang dihasilkan oleh kematian Kristus berlaku juga bagi
mereka yang tak menerima Kristus, Surat Roma
2:6-16 telah dikutip untuk
kepentingan pribadi dan pengajaran
pribadinya, sebagaimana pada paragraph 12:
Jika
tidak ada pengorbanan darah Tuhan Yesus Kristus maka tidak akan ada keselamatan
sama sekali. Tanpa salib Kristus maka semua manusia tanpa penghakiman
sudah langsung dibuang ke dalam lautan api. Justru karena adanya salib itulah
maka penghakiman bisa digelar. Inilah injil itu, kabar baik. Injil
yang sebenarnya menyelamatkan mereka (Rom 2:6-16). Dalam hal ini yang
berhak menghakimi mereka adalah Tuhan Yesus Kristus sebab Tuhan Yesus Kristus
telah mati bagi semua orang (Yoh 8:16; Wah 19:11). Sebenarnya ini merupakan
jawaban dari pertanyaan: Mengapa Bapa tidak langsung menghakimi mereka yang
sudah mati? Penghakiman bisa digelar bila sudah ada kepastian, apakah ada yang
bisa menebus dosa. Dan yang bisa membuang para pendakwa (Wah 12:10).
Pertanyaan
terpenting, dengan demikian, apakah rasul Paulus sedang memberitakan injil
sebagaimana yang telah diajarkan oleh pendeta Dr.Erastus Sabdono? Dan apakah
memang,dengan demikian, Roma 2:6-16 tepat digunakan untuk menjadi landasan pengajaran “kesempatan keselamatan bagi mereka
yang menolak Kristus” untuk masuk ke dunia yang akan datang, dalam pengadilan akhir zaman, kelak?
Injil Untuk Menuntun Semua Bangsa Kepada Kristus
Jika pendeta Dr.Erastus
Sabdono, mengutip pengajaran rasul Paulus, maka mutlak untuk mengetahui
bagaimanakah injil atau kabar baik bagi manusia itu? Apakah hanya bagi yang
beriman, ataukah juga berdampak bagi keselamatan orang-orang tak beriman kepada
Kristus.
Pada
bab 1 epistel Roma, Paulus memperkenalkan dirinya sebagai: “hamba Kristus
Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil
Allah”[Roma 1:1]. Ia menunjukan bagaimana relasinya dengan Kristus dan apakah
panggilan baginya [Kisah Para Rasul 9:15]. Ia dipanggil menjadi rasul dan
dikuduskan untuk memberitakan Injil. Ini poin terpenting yang harus
diperhatikan, sebab ini akan menjelaskan begitu banyak hal pada setiap bagian
Surat Roma itu sendiri.
Injil,
menurutnya, bukanlah kabar baik yang baru ada setelah dirinya ada atau menjadi
seorang pengikut Kristus, juga bukan kabar
baik menurut pandangan dan filsafat manusia apalagi hikmat manusia:
Roma
1:2 Injil itu telah dijanjikan-Nya sebelumnya
dengan perantaraan nabi-nabi-Nya dalam kitab-kitab suci,
Rasul
Paulus, sebagaimana Kristus terlebih dahulu, menyatakan bahwa Injil yang
diberitakannya adalah kabar baik yang telah dijanjikan Bapa melalui perantaraan nabi-nabi-Nya dalam
kitab-kitab suci:
Lukas
1:21-23 Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus,
karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." Hal
itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Sesungguhnya,
anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka
akan menamakan Dia Imanuel" -- yang berarti: Allah menyertai kita.
Kabar
baik atau Injil yang sedang dibicarakan
rasul Paulus adalah apa yang telah ada didalam kitab-kitab Perjanjian
Lama, sebagai hal yang telah dijanjijkan untuk dinantikan penggenapannya.
Apakah
Kabar baik itu, yang telah dijanjikan dan dituliskan oleh para nabi dalam
Perjanjian Lama?
Roma
1:3 tentang Anak-Nya, yang menurut
daging diperanakkan dari keturunan Daud, dan menurut Roh kekudusan dinyatakan
oleh kebangkitan-Nya
dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus
Tuhan kita.
Bukan
apa yang pertama-tama, tetapi siapakah.
Kabar baik yang telah dijanjikan Bapa melalui perantaraan nabi-nabinya
dan kitab-kitab suci perjanjian lama adalah: Yesus Kristus dan kebangkitannya
dari antara orang mati.
Perhatikan,
yang disebut sebagai kabar baik yang telah lama dijanjikan Bapa, adalah Yesus Kristus dan kebangkitannya dari antara
orang mati. Bukan apapun yang lain!
Lalu,
jika ini adalah injil itu sendiri atau Yesus dan kebangkitan dari antara orang
mati adalah kabar baik itu sendiri, bagaimana kabar baik semacam ini dapat
benar-benar menjadi kabar baik bagi semua orang?
Rasul
Paulus memberikan jawabannya sebagai berikut:
Roma
1:5 Dengan perantaraan-Nya kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun
semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat
kepada nama-Nya.
Sebagai
seorang yang menerima kasih karunia dan
jabatan rasul, maka pekerjaan Paulus adalah menuntun agar percaya dan taat
kepada Kristus. Perhatikan bagaimana Paulus
menekankan apakah tugasnya itu terkait kabar baik. Hanya dengan menuntun
atau memberitakan dan mengajarkannyalah, maka kabar baik itu dapat mendekat
kepada banyak orang dan manakala seseorang menjadi percaya dan taat maka kabar
baik itu adalah miliknya; Yesus Kristus adalah miliknya.
Sehingga
Injil atau kabar baik, benar-benar
menjadi kabar baik bagi seorang manusia, kala ia benar-benar memiliki Kristus
dalam percaya atau beriman dan taat kepada Kristus.
Orang-orang
yang mengalami kabar baik atau memiliki Kristus dan kebangkitannya dari antara orang mati, digambarkan Paulus sebagai orang yang telah dipanggil menjadi milik
Kristus [Roma 1:6].
Semua
bangsa, berarti bukan hanya bangsa Israel belaka, dan dalam hal bangsa-bangsa
lain yang bukan Israel maka mengalami kabar baik adalah, jika:
untuk
menuntun
semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat
– Roma 1:5
Bagi
Paulus Injil atau Yesus Kristus dan kebangkitannya dari antara orang mati
adalah kekuatan Allah dan itulah keyakinan kokoh Paulus yang akan menyelamatkan
setiap orang yang percaya!
Roma
1:16 Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah
kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama
orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.
Bangsa-bangsa
lain harus menerima atau beriman kepada Yesus Kristus,
jika ingin mengalami kabar baik itu atau mengalami keselamatan, dan demikianlah
senantiasa penekanan Paulus:
Roma
15:15 - 21Namun, karena kasih karunia yang telah dianugerahkan Allah kepadaku,
aku di sana sini dengan agak berani telah menulis kepadamu
untuk mengingatkan kamu, yaitu bahwa aku boleh menjadi pelayan Kristus Yesus
bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi dalam pelayanan pemberitaan
Injil Allah, supaya bangsa-bangsa bukan Yahudi dapat diterima oleh Allah
sebagai persembahan yang berkenan kepada-Nya, yang disucikan oleh Roh
Kudus. Jadi dalam Kristus aku boleh bermegah tentang pelayananku bagi
Allah. Sebab
aku tidak akan berani berkata-kata tentang sesuatu yang
lain, kecuali tentang apa yang telah dikerjakan
Kristus olehku, yaitu untuk memimpin bangsa-bangsa lain kepada
ketaatan, oleh perkataan dan perbuatan, oleh kuasa
tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh kuasa Roh.
Demikianlah dalam perjalanan keliling dari Yerusalem sampai ke Ilirikum aku
telah memberitakan sepenuhnya Injil Kristus. Dan dalam pemberitaan itu
aku menganggap sebagai kehormatanku, bahwa aku tidak melakukannya di
tempat-tempat, di mana nama Kristus telah dikenal orang, supaya aku
jangan membangun di atas dasar, yang telah diletakkan orang lain, tetapi
sesuai dengan yang ada tertulis: "Mereka, yang belum pernah menerima
berita tentang Dia, akan melihat Dia, dan mereka, yang tidak pernah mendengarnya, akan
mengertinya."
Bangsa-bangsa
lain harus menerima dan beriman kepada
Kristus, itulah juga yang dikerjakan Kristus didalam diri Paulus. Kristuslah
yang memimpin bangsa-bangsa lain melalui pelayanan Paulus untuk taat kepada Kristus. DALAM HAL INI, PAULUS TIDAK
BERANI BERKATA-KATA TENTANG SESUATU YANG
LAIN.
Bahkan
Paulus berkeliling memberitakan
injil kepada orang-orang non
Yahudi yang sama sekali belum pernah menerima berita tentang Dia sehingga
mereka dapat menerima atau beriman, oleh
Kristus yang menuntun mereka. Sehingga
Paulus bukan hanya memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa non Yahudi
namun juga kepada mereka yang memiliki keyakinan-keyakinan berbeda. Hal ini
harus diperhatikan serius sebab dalam hal ini Kristuslah yang memimpin
bangsa-bangsa lain kepada diri-Nya melalui pelayanan Paulus.
Beriman
kepada Kristus adalah kunci mengalami kabar baik itu, tak mungkin mengalami
kabar baik tanpa memiliki Kristus dan tak mungkin turut menikmati kasih karunia
tanpa memiliki Kristus sang Kabar Baik:
Roma
1:17 Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin
kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman."
Pengadilan Allah Dan Tuntutan Allah
Atas Semua Manusia
Sekarang
mari kita perhatikan teks Roma yang dilandaskan oleh pendeta Dr. Erastus
Sabdono:
Roma
2:6-16 Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, yaitu
hidup kekal kepada mereka yang
dengan tekun berbuat baik,
mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, tetapi murka dan geram
kepada mereka yang mencari
kepentingan sendiri, yang tidak taat
kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman. Penderitaan dan
kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat jahat, pertama-tama
orang Yahudi dan juga orang Yunani, tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera
akan diperoleh semua orang yang berbuat baik, pertama-tama orang
Yahudi, dan juga orang Yunani. Sebab Allah tidak memandang bulu. Sebab semua
orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat; dan semua
orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat.
Karena bukanlah orang yang mendengar hukum Taurat yang benar di hadapan Allah,
tetapi orang yang melakukan hukum Tauratlah yang akan dibenarkan. Apabila
bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri
melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki
hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. Sebab
dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam
hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling
menuduh atau saling membela. Hal itu akan nampak pada hari,
bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala
sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus.
Pada
tinjauan bagian 1, hal –hal prinsip teks ini sudah saya paparkan pada bagian 1B, bagian 1D, juga bagian 1K, dan bagian 1L.
Apa
yang Paulus nyatakan atau hendak kemukakan dalam Roma 2:6-16 adalah penghakiman
Allah berdasarkan pada perbuatan manusia. Ada 2 macam manusia berdasarkan perbuatannya:
a.
Mereka yang tekun berbuat baik
b
Mereka yang tidak Taat kepada kebenaran
dan
beserta upahnya masing-masing:
a.Ketidakbinasaan
b.Murka
dan geram atau kebinasaan
Jika
saja ada manusia yang dapat TEKUN berbuat baik, maka kemuliaan, kehormatan dan damai
sejahtera akan diperoleh. Dengan demikian, manusia memang memiliki kesempatan untuk
memperjuangkan ketidakbinasaan dirinya dengan mengupayakan sebuah ketekunan
dalam perbuatan baik.
Epistel
Roma 2: 6-16 dengan demikian dapat dikatakan sebagai sebuah konstitusi
keselamatan berdasarkan perbuatan untuk tidak binasa. Barangsiapa mengupayakan
sebagaimana yang dikehendaki konstitusi keselamatan berdasarkan perbuatan maka
ia mendapatkan damai sejahtera dan kemuliaan.
Namun, bagaimanakah realita manusia terhadap
konstitusi Allah tersebut? Paulus menyatakannya sebagai berikut:
Roma
3:9-18 Jadi bagaimana? Adakah kita mempunyai kelebihan dari pada orang lain?
Sama sekali tidak. Sebab di atas telah kita tuduh baik orang Yahudi, maupun orang Yunani,
bahwa mereka semua
ada di bawah kuasa dosa, seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorangpun
tidak. Tidak
ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah.
Semua orang telah menyeleweng, mereka
semua tidak berguna, tidak
ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. Kerongkongan mereka seperti kubur yang ternganga, lidah mereka
merayu-rayu, bibir mereka mengandung bisa. Mulut
mereka penuh dengan sumpah serapah, kaki mereka cepat untuk menumpahkan
darah. Keruntuhan dan
kebinasaan mereka tinggalkan di jalan mereka, dan
jalan damai tidak mereka kenal; rasa
takut kepada Allah tidak ada pada orang
itu."
Konstitusi
Keselamatan Berdasarkan Perbuatan Baik dari Allah memang membuka sebuah jalan keselamatan
yang dapat diusahakan sendiri oleh manusia dengan berjerih payah
memperjuangkannya. Namun dihadapan konstitusi itu, Paulus menunjukan, baik
orang Yahudi maupun bangsa lain : semua ada dibawah kuasa dosa, tidak ada yang
mencari Allah dan tidak ada yang berbuat baik. Ini, sangat serius dan tak
main-main, sebab sama saja dengan mengatakan bahwa sekalipun manusia selalu
berupaya untuk berbuat baik, faktanya tidak menunjukan bahwa dengan berbuat
baik itu membebaskan mereka dari kuasa dosa; sekalipun manusia berupaya untuk
selalu berbuat baik, namun, tidak menunjukan bahwa manusia itu mencari Allah
yang diberitakan oleh Paulus; sekalipun mereka berupaya untuk berbuat baik,
namun, itu tidak menunjukan sama sekali bahwa manusia itu pada dasarnya baik [bagian1L, bagian1M]!
Jika
demikian realita manusia, baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi, maka
dihadapan konstitusi perbuatan baik untuk
mendapatkan ketidakbinasaan, maka hasil finalnya: tak ada satupun yang tak
binasa! Ini adalah sebuah situasi kronis
yang tak tertanggulangi dari dan oleh manusia dalam cara apapun juga.
Perhatikan,
sebelumnya, Paulus terkait semua manusia di hadapan Allah:
Roma
1:18,21 Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman
manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman. Sebab
sekalipun
mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau
mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati
mereka yang bodoh menjadi gelap.
Sekalipun
Allah telah membuat manusia-manusia itu,
semua manusia siapapun dia dapat mengenali Allah didalam dirinya:
Roma
1:19 Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya
kepada mereka.
Memang
benar, bahwa Allah bukan hanya menyatakan bahwa Ia ada hanya bagi Israel,
tetapi juga bagi bangsa-bangsa lain, walau memang bukan dalam cara seistimewa
Israel:
Roma
2:20 Sebab apa yang tidak nampak dari
pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari
karya-Nya sejak dunia diciptakan,
sehingga mereka tidak dapat berdalih.
Allah
mewahyukan keberadaannya kepada segenap manusia melalui ciptaan-ciptaannya. Namun sekalipun demikian mereka
tidak memuliakan Allah sebagai Allah.
Paulus,
sudah menyatakan sejak mula epistelnya
bahwa semua manusia pada dasarnya ada di dalam murka Allah, sebab manusia senantiasa condong untuk tidak memuliakan
Allah, sebagaimana dikehendaki-Nya.
Realita
manusia keseluruhan adalah: tak merasa membutuhkan Tuhan, bisa merencanakan dan
melakukan apapun juga tanpa Tuhan. Tanpa-Nya pun saya bisa:
Roma
1:28 Dan karena mereka tidak merasa
perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada
pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas:
Manusia-manusia
yang tidak merasa perlu untuk mengakui
Allah dalam sebuah totalitas penuh, akhirnya melahirkan buah perbuatan-perbuatan yang menjijikan bagi
Allah:
Roma
1:29-31 penuh dengan rupa-rupa
kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki,
pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan. Mereka adalah pengumpat,
pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam
kejahatan, tidak taat kepada orang tua, tidak berakal, tidak setia, tidak
penyayang, tidak mengenal belas kasihan.
Penuh
dengan rupa-rupa atau berbagai macam modus mulai dari yang laten hingga yang nyata; dari yang halus hingga vulgar;
dari yang bermuka manis hingga bermuka licik, begitulah wujud kelaliman,
kejahatan, keserakahan dan kebusukan.
Manusia-manusia,
semuanya, akibat tak mengakui Allah
sebagaimana Allah adanya telah menjadikan manusia itu begitu kaya dan begitu melimpah
ruah dalam berbagai-bagai hal kekejian di hadapan Allah. Tak habis-habisnya dan
begitu makmurnya dalam hal tersebut. Manusia-manusia telah menjadi alat atau
sarana kemuliaan kekejian sebab kekejian berbuah lebat pada tubuh manusia.
Kondisi
manusia, siapapun manusia itu, begitu beraninya terhadap Tuhan dalam melawan
dan meremehkan Tuhan:
Roma
1:32 Sebab walaupun mereka mengetahui tuntutan-tuntutan hukum Allah, yaitu
bahwa setiap orang yang melakukan hal-hal demikian,
patut dihukum mati, mereka bukan saja melakukannya sendiri,
tetapi
mereka juga setuju dengan mereka yang melakukannya.
Melakukan
hal-hal demikian, patut dihukum mati. Apakah hal-hal demikian itu? Itu mencakup rupa-rupa :
-kelaliman
-kejahatan
-keserakahan
dan kebusukan, penuh dengan dengki,
-pembunuhan,
-perselisihan,
-tipu
muslihat dan kefasikan.
-pengumpat,
-pemfitnah,
-pembenci
Allah,
-
kurang ajar,
-congkak,
-
sombong,
-
pandai dalam kejahatan,
-tidak
taat kepada orang tua,
-tidak
berakal,
-tidak
setia,
-tidak
penyayang,
-tidak
mengenal belas kasihan
Inilah
semua realita manusia, bahwa semua manusia berbuahkan begitu lebatnya
dengan hal-hal yang patut mendatangkan
hukuman mati!
Konstitusi
Roma 2:6-16 menuntut semua manusia untuk tidak sama sekali melakukan hal itu sebagai
sebuah wujud sikap dari pengakuan akan Allah sebagaimana Ia adalah Allah.
Jikalau manusia dapat secara tekun berbuat baik atau tak melakukan hal-hal yang
mendatangkan hukuman mati tersebut maka jelas ketidakbinasaan adalah bagiannya.
Siapapun
melihat daftar kelaliman-kelaliman yang merepresentasikan buah-buah lebat
kebusukan jiwa manusia, maka juga akan diingatkan akan apa yang menjadi
tuntutan Taurat pada bangsa Israel. Sehingga pada dasarnya baik orang-orang
Israel dan bukan Israel, Allah menuntut hal yang sama. Walau kepada Israel
Allah menyatakannya dengan cara sangat Istimewa:
Roma
2:17- 20 Tetapi, jika kamu menyebut dirimu orang Yahudi dan bersandar
kepada hukum Taurat, bermegah dalam Allah, dan
tahu
akan kehendak-Nya, dan oleh karena diajar dalam hukum Taurat, dapat tahu mana yang baik dan mana yang tidak,
dan yakin, bahwa engkau adalah penuntun
orang buta dan terang bagi mereka yang di dalam kegelapan, pendidik orang bodoh, dan pengajar
orang yang belum dewasa, karena dalam
hukum Taurat engkau memiliki kegenapan segala kepandaian dan
kebenaran.
Membaca
teks ini, bagi saya pribadi, sangat menakjubkan dan hati tak akan kuat
untuk tidak berhenti mengagumi betapa
Allah begitu bermurah hati mempercayakan kekudusan kehendak-Nya didalam sabda titah-titahnya kepada sebuah bangsa
agar bangsa itu menjadi lampu pijar keberadaan-Nya dan kekudusan-Nya yang bukan
hanya melalui ciptaan-ciptaan-Nya yang
menakjubkan tetapi melalui manusia-manusia yang kepada mereka dikehendaki untuk
bersandar kepada hukum Taurat. Israel, satu-satunya manusia di muka bumi yang
dapat:
-tahu akan kehendak Allah
-tahu mana yang baik dan mana yang tidak
dalam perspektif hukum Taurat [baca:
kekudusan Allah]
-memiliki kegenapan segala kepandaian
dan kebenaran, sebab memiliki hukum Taurat
Allah [kekudusan Allah, walau itu berupa pengetahuan akan sabda Allah]
Manusia-manusia
Israel memiliki keistimewaan dan dengan demikian diistimewakan, bukan untuk
mendapatkan keistimewaan agar bisa sesuka-sukanya, sebaliknya sebuah
kepercayaan untuk menunjukan bagaimanakah menjadi manusia-manusia yang dapat
mengajar dan sekaligus mempraktikan segenap kebenaran yang ada di dalam hukum Taurat yang mereka
miliki, sehingga menjadi teladan dalam perbuatan atau penggenapan tuntutan taurat itu: “bahwa engkau adalah penuntun orang buta dan terang bagi mereka
yang di dalam kegelapan, pendidik orang bodoh, dan pengajar orang yang
belum dewasa.” Jelas terlihat bahwa orang-orang Israel dengan menerima hukum Taurat
dan hidup didalamnya agar dapat menjadi TERANG bagi bangsa-bangsa lain. Mereka
dapat menjadi terang oleh sebab menerima hukum Taurat atau kehendak kudus Allah dalam bentuk sabda
tertulis.
Tetapi,
bagaimanakah realitanya? Orang-orang Israel yang memiliki kegenapan kebenaran, tahu kehendak Allah dan
tahu mana yang baik dan benar? Apakah
mereka lebih baik daripada bangsa-bangsa lain, yang tak memilikinya? Perhatikan
penjelasan Paulus berikut ini:
Roma
2:21-23 Jadi, bagaimanakah engkau yang mengajar orang lain, tidakkah engkau
mengajar dirimu sendiri? Engkau yang
mengajar: "Jangan mencuri," mengapa engkau sendiri mencuri? Engkau yang berkata: "Jangan
berzinah," mengapa engkau sendiri berzinah? Engkau yang jijik akan segala berhala, mengapa engkau sendiri merampok
rumah berhala? Engkau bermegah atas
hukum Taurat, mengapa engkau sendiri menghina Allah dengan melanggar
hukum Taurat itu?
Apakah
yang diharapkan pada Israel yang tahu
kehendak Allah dan tahu mana yang baik dan jahat serta memiliki
kegenapan kebenaran dalam Taurat? Bisakah anda menjawabnya?Menjadi PARA
PENGGENAP segala tuntutan yang terdapat
dalam hukum Taurat itu secara sempurna. Sempurna memenuhi tuntutan kekudusan
Allah sebagaimana yang dikehendaki setiap huruf bahkan titik dalam sabda tertulis
itu, sehingga dapat menjadi terang bagi segenap manusia lainnya dengan
mengajarkan kebenaran yang mereka miliki sebagai pelaku, bukan pengajar yang
miskin teladan. Israel dituntut untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa lain,
namun gagal secara fatal.
Keistimewaan
Israel, dengan demikian menjadi tak
berdampak apapun:
Roma
2:25 Sunat memang ada gunanya, jika engkau mentaati hukum Taurat;
tetapi jika engkau melanggar hukum
Taurat, maka sunatmu tidak ada lagi
gunanya.
Keiistimewaan
Israel yang berdasarkan kemampuan mereka untuk menggenapi segenap tuntutan
kudus hukum Taurat dapat menjadi tidak efektif, membuat mereka juga harus menerima
konsekuensi pelanggaran terhadapa
tuntutan kudus hukum Allah itu.
Apa
yang baru saja kita pelajari ini atau saya sajikan, merupakan landasan kerja
konsitusi Roma 2:6-16 : penghakiman berdasarkan perbuatan untuk menentukan
apakah dibinasakan ataukah tidak dibinasakan.
Seperti
telah saya kemukakan sebelumnya pada bagian 1 , terutama mulai bagian 1B,
pengadilan atau perhitungan upah atau konsekuensi berdasarkan perbuatan semacam
ini, memang merupakan kebenaran. Namun sama sekali tidak menunjukan adanya
sedikit saja ketidakbinasaan melalui kebenaran ini.
Apa
yang dapat dinyatakan adalah sebuah fakta teramat menakjubkan terkait Allah
yang kudus itu:
-Ia,
kepada bangsa-bangsa lain, yang tak menerima hukum taurat telah membuat dirinya
dapat dikenali sehingga diharapkan dapat
mengakui Allah sebagaimana adanya Ia.
-Ia,
kepada bangsa Israel, memang memberikan sebuah keistimewaan yang mulia yaitu:
tahu kehendak Allah, tahu mana yang baik dan yang jahat, dan memiliki kegenapan
kebenaran dalam taurat, dengan maksud menjadi terang dan penuntun manusia dalam kegelapan dan kebutaan kebenaran dalam
sebuah cara mengetahui kebenaran dan hidup dalam kebenaran itu, atau dengan kata
lain sebagai para penggenap hukum taurat.
Sehingga kebenaran yang ilahi ini dapat sampai kepada bangsa-bangsa lain juga.
Sekarang
kita tahu, apakah maksud keistimewaan dan
pengistimewaan Israel diantara bangsa-bangsa dunia lainnya, agar Israel menjadi
terang di tangan Allah, agar Israel menyinarkan terang yang ada didalam
genggaman tangan mereka dengan mengajarkannya sebagai sebuah kebenaran yang
dihidupi, kebenaran yang digenapi dalam perbuatan-perbuatan.
Seharusnya
Israel akan membuat sebuah kebedaan yang menyolok di dunia ini, bahwa sebagai
yang memiliki kebenaran Ilahi mereka menjadi terang diantara dunia yang gelap ini, bahwa melalui mereka akan ada
bangsa-bangsa lain yang memiliki terang
ilahi itu melalui pelayanan Israel.
Seharusnya
Konstitusi Roma 2:6-16 akan melahirkan sebuah kebedaan yang luar biasa:
“yaitu
hidup kekal kepada mereka yang
dengan tekun berbuat baik,
mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, tetapi murka dan geram
kepada mereka yang mencari
kepentingan sendiri, yang tidak taat
kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman.”
Realitanya,
tidak sama sekali demikian. Apa yang ada: semua menerima murka dan geram sebab
tidak taat kepada kelaliman!
Lihatlah
Israel:
-Engkau
yang mengajar: "Jangan mencuri," mengapa engkau sendiri mencuri?-Ro
2:21
-
Engkau
yang berkata: "Jangan berzinah," mengapa engkau sendiri berzinah?-Ro 2:22
-
Engkau
yang jijik akan segala berhala, mengapa engkau sendiri merampok rumah berhala?-
Ro 2:22
-
Engkau
bermegah atas hukum Taurat, mengapa engkau sendiri menghina Allah dengan
melanggar hukum Taurat itu?- Ro 2:23
Lihatlah
semua bangsa-bangsa lain:
-
Sebab
sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau
mengucap syukur kepada-Nya – Ro 1:21
-
Mereka
berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh.- Ro
1:22
-
Mereka
menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan
manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau
binatang-binatang yang menjalar.- Ro 2:23
-
mereka
tidak merasa perlu untuk mengakui Allah – Ro 1:28
-
penuh
dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan
dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan – Ro 1:29
-
Mereka
adalah pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong,
pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang tua, tidak berakal, tidak
setia, tidak penyayang, tidak mengenal belas kasihan,- Ro 1:30-31
-
walaupun
mereka mengetahui tuntutan-tuntutan hukum Allah, yaitu bahwa setiap orang yang
melakukan hal-hal demikian, patut dihukum mati, mereka bukan saja melakukannya
sendiri, tetapi mereka juga setuju dengan mereka yang melakukannya.- Ro 1:32
Kesemua
ini bahkan dilakukan setelah Allah menyatakan keberadaannya yang tak dapat
mereka elakan dalam cara apapun [ Roma 1:19-20].
Baik
Israel dan bangsa-bangsa lain pada
hakikatnya: dalam murka Allah yang telah nyata dari sorga [Roma 1:18].
Bagi Allah semua manusia adalah: penindas kebenaran dengan kelaliman.
Justru
karena Israel memiliki taurat, maka semakin membuat keberadaan diri mereka yang
sesungguhnya semakin nyata:
Roma
3:19-20 Tetapi kita tahu, bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam Kitab
Taurat ditujukan kepada mereka yang hidup di bawah hukum Taurat, supaya
tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah. Sebab
tidak seorangpun yang dapat
dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang
mengenal dosa.
Roma
7:7 Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku
juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan:
"Jangan mengingini!"
Ini
tidak hendak mengatakan bahwa ada sebuah masalah yang serius pada hukum taurat,
hukum ini baik dan kudus. Apa yang menjadi masalah adalah: tidak pernah ketakudusan dapat memenuhi kekudusan; jika
manusia pada faktanya sanggup melawan Allah sekalipun Allah sudah menyatakan
keberadaannya dan sekalipun Allah sudah menyatakan kekudusan dan kebenarannya
melalui hukum taurat, itu pada dasarnya menunjukan apakah hakikat manusia itu:
Roma
7:12-13 Jadi hukum Taurat adalah
kudus, dan perintah itu juga
adalah kudus, benar dan baik.
Jika
demikian, adakah yang baik itu menjadi kematian bagiku? Sekali-kali tidak!
Tetapi supaya nyata, bahwa ia adalah dosa, maka dosa mempergunakan yang baik
untuk mendatangkan kematian bagiku, supaya oleh
perintah itu dosa lebih nyata lagi keadaannya sebagai dosa.
Hukum
taurat yang merupakan terang kebenaran dan kekudusan Allah, justru
menyingkapkan tabir manusia-manusia Israel itu: manusia-manusia yang pada
dasarnya berhakikat dosa! Ini keadaan yang yang tak bisa mereka tanggulangi,
menghalangi mereka menjadi PENGGENAP segenap tuntutan Taurat itu dan
menghalangi mereka untuk menjadi TERANG dan PENUNTUN bagi manusia yang berada
dalam kegelapan dan kebutaan kebenaran:
Roma
7:14 Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat
adalah rohani, tetapi aku bersifat
daging, terjual di bawah kuasa dosa.
Natur
semua manusia : bersifat daging dan dibawah kuasa dosa. Ini tak bisa ditanggulangi
dengan berjuang sekuat tenaga untuk menggapai kekudusan dan memenuhi
tuntutan-tuntutan kesempurnaan Allah.
Ketika
Paulus berkata “tidak seorangpun yang
dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat”
jangan pernah disalah artikan bahwa dengan demikian manusia begitu dungu dan
tololnya tak mau berjuang, atau manusia
hanya mau enak-enaknya saja, memiliki keselamatan tanpa perjuangan.
Paulus tak sedang berbicara demikian, Ia sudah menyingkapkan sebagai seorang
rasul Kristus, apakah problem semua manusia, baik Israel dan bangsa-bangsa lain: TERJUAL DIBAWAH KUASA DOSA! Kuasa dosa tidak bisa dipatahkan dengan
perbuatan jasmaniah dan kekuatan fisik
dengan cara perbuatan baik. Kegagalan terdasar manusia untuk dapat
melayani kehendak kudus Allah adalah tidak dapat melepaskan
diri dari kuasa dosa. Kuasa dosa bukan sesuatu yang bisa ditaklukkan dengan
semata-mata pembaruan pikiran sebab kuasa dosa bukan terletak pada intelijensia atau cara berpikir/cara pandang,
dan bukan problem filsafat;kuasa dosa bukan semacam pengetahuan akan apakah
dosa yang dapat dipersepsikan oleh otak melalui pengetahuan dan pengenalan
permasalahan. Pendekatannya tak bisa sebagai spiritualisme pengetahuan manusia
dan berdasarkan itu, manusia mengambil langkah-langkah perjuangan jiwa atau
batiniah dengan sebuah pembaruan pikiran berdasarkan pengetahuan manusia
batiniah itu. Ini, pada akarnya, memang dapat terlihat menjadi sebuah kebijaksanaan
bernilai luhur, namun tak memiliki kuasa untuk menaklukan kuasa dosa yang
menyandera kemanusiaan manusia. Ada sebuah problem yang tak mungkin lahir dari
keluhuran jiwa manusia sementara ia sendiri tersandera oleh kuasa dosa itu.
Adakah yang dapat disebut sebagai sebuah kebenaran yang ilahi manakala di saat
yang sama manusia-manusia itu berada dibawah kuasa dosa?
Inilah
maksud Paulus, untuk kemudian berkata:
Roma
3:23-26 Karena semua orang telah berbuat
dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih
karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.
Kristus
Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam
darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah
membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya. Maksud-Nya
ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia
benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus.
Jangan
pernah dipahami bahwa menyatakan “semua orang telah berbuat dosa”
sebagai fatalisme dan dengan demikian
keberdiaman atau “ya…sudah, jika berdosa, berdosa sajalah,” seolah mengajarkan
ini, orang-orang Kristen menjadi begitu
amoralnya dan tak memiliki lagi apresiasi terhadap kekudusan. Siapakah yang
dengan pengajaran ini menjadi kehilangan kerinduannya untuk memberikan yang terbaik
bagi Tuhan, termasuk dalam kehidupan rohaninya sehingga dapat menjadi terang
bagi dunia memenuhi pengharapan Yesus “hendaklah terangmu bersinar”- Matius
5:16. Paulus memang menunjukan, karena realita segenap manusia : terjual
dibawah kuasa dosa, maka solusinya ada pada pihak Allah: penebusan Kristus. Apakah
dengan demikian, karena kebenaran saya adalah kasih karunia maka dosa bukan
masalah serius lagi sehingga OK saja untuk berdosa seolah-olah itu problem
ringan? Perhatikan bagaimana Paulus menjawab perihal ini:
Roma
6:15-16 Jadi bagaimana? Apakah
kita akan berbuat dosa, karena
kita tidak
berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih
karunia? Sekali-kali
tidak! (16) Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan
dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba
orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada
kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran?
Apa
yang luar biasa adalah: penebusan Kristus sebagai dasar kebenaran orang-orang
percaya untuk dibenarkan saat itu juga, tidak menganjurkan sedikit saja bahwa
orang-orang percaya itu dengan demikian bebas saja berbuat dosa sebab tak lagi
terikat dengan konsekuensi-konsekuensi mematikan dari kekudusan hukum Taurat [memang benar setiap orang yang ditebus berdasarkan kasih karunia tak lagi terikat pada kebenaran dan konsekuensi Taurat agar Ia memperoleh pembenaran].
Sebaliknya, kekudusan sebagai sebuah buah-buah keberimanan akan nampak kuat, dengan Kristus menjadi penebusmu, sebab tuanmu adalah Kristus, bukan
lagi dosa. Kristus memang sudah mengampuni segenap dosa kita baik masa lalu, masa sekarang bahkan masa
yang akan datang [Ibrani 9:24-28]. Dalam hal itu, harus dipahami bahwa hal ini berlangsung karena
Kristus adalah domba kurban satu kali untuk selama-lamanya, Ia tak perlu mengurbankan
dirinya berkali-kali agar dapat menghapus dosa-dosa yang akan dilakukan oleh
umatnya. Ini harus dipahami, agar anda justru semakin sangat menghargai, betapa Kristus itu begitu mahal bagi dirimua sehingga akan lahir sebuah apresiasi ilahi dari dalam dirimu oleh Kristus yang ada di dalammu.
Tetapi,
apakah dengan demikian Kristus adalah babu atau pelayan bagi dosa-dosa kita?
Pada surat yang lain, yaitu Galatia, Paulus memberikan sebuah penjelasan yang
sangat luar biasa:
Galatia
2:16-21 Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan
hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu
kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena
iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab:
"tidak ada seorangpun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum
Taurat. Tetapi jika kami sendiri, sementara kami berusaha untuk dibenarkan
dalam Kristus ternyata adalah orang-orang berdosa, apakah hal itu berarti, bahwa Kristus
adalah pelayan dosa? Sekali-kali
tidak. Karena, jikalau aku membangun kembali
apa yang telah kurombak, aku menyatakan diriku sebagai pelanggar hukum Taurat. Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk
hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus;
namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku
sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku
yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah
yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku. Aku
tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh
hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus.
Jadi,
apakah kemuliaan hidup dalam hukum taurat lebih tinggi kemuliaannya
dibandingkan dengan hidup dalam kasih karunia? Tidak sama sekali.
Perhatikan,
ketika anda hidup oleh kasih karunia maka
anda harus tahu bahwa Kristus bukan pelayan bagi dosa-dosamu. Tahu bahwa
Kristus telah menjadi kurban penebus
dosa manusia untuk masa lalu, saat ini dan yang akan datang memang adalah sebuah kebenaran yang begitu
mulia akan betapa Allah mengasihi manusia, TETAPI manakala manusia-manusia yang
mengaku tebusan Kristus hidup sebagai begundal-begundal dan onak berduri bagi kemuliaan kebenaran yang begitu mulia
ini, maka sama saja manusia-manusia berlabel kasih karunia ini, mengulangi
kesalahan yang sama oleh Israel: tak dapat menjadi terang dan teladan bagi
kebenaran ini. Ingat, dalam hal ini, sebagaimana Paulus berkata, bahwa
pelayanan pemberitaan kebenaran ini dikerjakan oleh Kristus di dalam dirimu.
Mengapa? Sebab bukan aku sendiri yang hidup,
melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Jika anda mengaku hidup dalam kasih karunia,
namun anda bangga sekali mencomot sekali selamat tetap selamat sambil berbajukan dosa sebagai jubah kebesaranmu,
maka itu hanya membuktikan bahwa Kristus tidak pernah hidup didalammu dan anda
tak pernah menjadi hamba Kristus. Anda adalah Kristen Palsu yang menjijikan!
Apakah
kekuatan saya untuk menjadi teladan dan terang yang bersinar; menaklukan keinginan daging dan bertumbuh menjadi
manusia Kristen yang dewasa? Bukan aku, tetapi Kristus yang hidup di dalamku. Jelas
kehidupan Kristus bukan melayani kehendak daging apalagi dosa, namun kehendak
Bapa, dalam hal itulah saya dan anda memiliki sumber kekuatan untuk menjadi pelayan
terang dan kebenaran bagi dunia. Hal yang gagal dilakukan Israel.
Camkan
ini baik-baik! Menjadi tebusan Kristus atau mengalami penebusan oleh Kristus,
maka anda dan saya mengalami 2 hal sekaligus:
-Anda
dan saya dilepaskan dari kuasa perbudakan dosa
-Anda
memiliki Kristus yang hidup didalammu, anda tidak lagi hidup bagimu sendiri
Dan
dua hal ini adalah sebuah kekayaan yang tak pernah dialami oleh mereka yang
hidup didalam taurat yang kudus itu. Huruf-huruf yang merangkai
perintah-perintah kudus itu tak dapat berdiam didalam diri orang-orang Israel
sebab tak membebaskan mereka dari perbudakan dosa, namun menegaskan keberadaan
mereka yang demikian. Sebaliknya kasih
karunia di dalam Kristus, seharusnya dan mutlak tak membuat anda dan
saya antipati dan muntah kala berbicara kehidupan yang berkenan pada Allah,
membangun kehidupan kudus yang menyukakan Tuhan dan membangun diri agar
terangmu bersinar bukannya redup. Mengapa? Sebab, pertama-tama, dalam
membicarakan dan melakukan semua itu, anda dan saya bukan lagi sekedar bukan
hamba dosa, tetapi, Kristus, Penebusmu itu, berdiam di dalammu. Inilah dasar
terkuat dan teraman bagimu untuk penuh percaya diri membangun potensi terhebat
yang Tuhan anugerahkan dalam dirimu, setiap orang sesuai kasih karunia-Nya
menyimpan benih –benih kebenaran dan ilahi yang sedang bertumbuh dalammu dan
bagimu untuk berbuah atau membuahkan terang-terang bagi dunia ini.
Kasih
karunia atau keselamatan hanya oleh kasih karunia memang akan terlihat murahan
manakala di dunia yang memang kian amoral ini, anda menggunting kebenaran kasih karunia itu sehingga lepas dari Kristus. Anda senantiasa berbicara
kasih karunia namun anda anti membicarakan Kristus yang hidup dalammu dan anda
bukan lagi hidup bagimu sendiri tetapi bagi Kristus yang ada didalammu! Anda
hanya senang membicarakan posisimu yang ada di dalam Kristus sehingga apapun
dosamu dan kapanpun itu anda pasti memperoleh pengampunan, sehingga tak perlu
meminta pengampunan. Dalam hal ini, anda membuat kasih karunia menjadi
pelayan atau babu dosa-dosamu. Itu
menjijikan dan memuakan, jauh dari kudusnya sebuah kebenaran yang datang dari Tuhan yang kudus dan menguduskanmu, tetapi lebih merupakan kebenaran yang
dikelambui oleh pemikiran Setan!
Kasih
karunia, bukanlah konsepsi kebenaran tetapi sebuah kehidupan yang telah
dilepaskan dari perbudakan dosa oleh penebusan Kristus, sehingga anda bisa dalam keinginan dan pewujudan untuk hidup merdeka dari perbudakan dosa pada segenap jiwamu dan melayani Kristus, sekalipun didalam kelemahan dagingmu yang akan
senantiasa anda perangi oleh sebab Kristus berdiam di dalammu dan menghidupkan kekudusan-Nya bagimu, dalam hal ini, maka, sumber kuatmu adalah Kristus.
Jadi
teks Roma 2:6-16 sama sekali bukan untuk menunjukan adanya sebuah jalan lain
keselamatan, yaitu berdasarkan perbuatan, sehingga orang-orang yang tak menerima
atau tak pernah mendengarkan kebenaran dapat berkesempatan masuk ke dunia baru.
Tidak sama sekali demikian. Juga, harus ditekankan, bahwa Kasih karunia
bukanlah sebuah kemerdekaan sehingga anda bertuankan pada kemerdekaan itu
sendiri, TIDAK! Anda bertuankan pada Sang Pemberi Kemerdekaan, Kristus. Anda
melayani Dia, bukan melayani kemerdekaanmu yang meninggalkan Kristus yang
menginginkanmu hidup dalam kekudusan sebagaimana Ia yang ada didalammu Kudus.
Kristus
adalah sang Penggenap taurat dan kesempurnaan kekudusan Allah, dan kebenaran kasih karunia oleh penebusannya,
menyingkapkan ketakberdayaan manusia untuk memenuhi tuntutan kudus Allah atau hukum
taurat Allah. Terkait hal ini, bacalah lampiran "mymorning dew Yesus Menurut Diri-Nya Sendiri [19]" seusai artikel ini.
Bersambung
ke “Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen”(2P):“Tidak Ada Keselamatan Di Luar Kristen Tetapi Ada Keselamatan Di Luar
Kristen”
AMIN
Segala Pujian Hanya Kepada TUHAN
The cross
transforms present criteria of
relevance: present criteria of relevance do not transform
the cross
[oleh seorang teolog yang namanya
tidak saya ingat]
Lampiran:
“klik pada bagian “tanggal” untuk dapat
membaca
-Yesus
Menurut-Nya Sendiri [19] – Yohanes 5:46
"Yesus Menurut-Nya Sendiri [19]" Yohanes 5:46
Posted by Martin Harry Simamora on Sunday, September 13, 2015
,
No comments:
Post a Comment