Kematian
Dalam Pandangan Biblikal
Oleh: Wayne
Jackson
Christian
Courier
Pengantar
Ketika
penulis Mazmur berseru nyaring “Hatiku gelisah, kengerian maut telah menimpa
aku. Aku
dirundung takut dan gentar, perasaan seram meliputi aku” (Mazmur 55:4-5), ia
mengekspresikan apa yang menjadi emosi berkecamuk pada begitu banyak orang yang
sedang menghadapi momen-momen atau detik-detik kematian.
Bildad,
sahabat Ayub, mengkarakteristikan kematian sebagai “raja kedahsyatan (atau terror-teror)”
(Ayub 18:14). Dan penulis Surat Ibrani membicarakan mereka “yang seumur
hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut” (Ibrani
2:15).
Walau
hanya segelintir dari kita yang mencapai
sebuah kedewasaan iman sehingga memiliki ketenangan jiwa sebagaimana Paulus,
sehingga mampu bersama-sama dengan Paulus berkata bahwa kita ingin pergi (mati, maksudnya, baca Filipi 1:22-23),namun
secara pasti pencerahan kebenaran Perjanjian
Baru menolong kita untuk menghadapi misteri-misteri kematian dengan roh-roh
yang lebih tenang.
Apakah
pandangan biblikal mengenai kematian?
Tidur
Kematian
Kematian
adalah sebuah tidur. Perjanjian Lama berkata mereka “yang telah tidur di dalam debu tanah, (Daniel
12:2)”, sementara Perjanjian Baru berkata mereka “yang telah meninggal (Yun. bermakna:
tidur) dalam
Yesus” (1Tesalonika 4:14; KJV For if we believe that Jesus died and rose again,
even so them also which sleep in
Jesus will God bring with him.).
Terminologi
“tidur” digunakan dalam Kitab Suci untuk menggambarkan keadaan tubuh jasmani
dalam kematian.
Sehingga,
sebagaimana Daniel 12:2 telah menyatakannya, hanya tubuh jasmani manusia yang
tidur dalam kematian. Di sini jelas bahwa:
▬Tubuh
jasmani manusia ditempatkan dalam debu bumi ini adalah tidur
▬Tetapi
itu tubuh jasmani yang ditempatkan dalam bumi
▬Sehingga,
adalah tubuh jasmaninya yang tidur dalam kematian, tidak rohnya.
Dalam
Perjanjian Baru kata “tidur” adalah kata Yunani “koimaomai”, yang berasal dari
keimai yang secara literal berarti “berbaring”. Orang-orang Yunani menggunakan
kata koimeterion untuk sebuah tempat dimana para pelancong orang-orang asing
dapat berhenti dan tidur (misal sebuah penginapan). Dari kata tersebut berasal
istilah “cemetery” atau kubur, sebuah tempat dimana tubuh-tubuh jasmani yang
telah meninggal dibaringkan tidur.
Sejumlah
pakar memberikan pendapat bahwa penggunaan “tidur” untuk kematian menyampaikan
gagasan ini:
Sebagaimana
orang yang sedang tidur tidak berhenti eksis sementara tubuhnya sedang tidur,
demikian juga orang yang telah meninggal tetap eksis walaupun ia tidak hadir
pada wilayah dimana mereka yang masih hidup dapat berkomunikasi dengannya, dan
juga, sebagaimana tidur diketahui sebagai temporer, demikian juga dengan
kematian tubuh jasmani akan didapatkan sebagai
temporer” (Vine & Hogg 1997,95)
Juga,
kematian adalah sebuah kondisi beristirahat dari kesukaran bekerja keras dan
kecemasan dunia ini. Di sana,” orang fasik berhenti menimbulkan
huru-hara, di sanalah mereka yang kehabisan tenaga mendapat istirahat” (Ayub
3:17; bandingkan dengan Wahyu 4:13).
Kembali ke
Debu
Alkitab
juga begitu realistik membicarakan pembusukan tubuh jasmani. Ketika Adam dan
Hawa berdosa, mereka dicegah dari pohon kehidupan dan karena itu mengalami
kefanaan jasmaniah (Kejadian 3:22; Roma 5:12). Itulah sebabnya, bagian atau
takdir manusia adalah kembali ke debu tanah (Kejadian 3:19; Pengkhotbah 12:7)
Paulus
membicarakan rumah jasmaniah tubuh
tabernakel kita dihancurkan oleh kematian: Karena
kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar (2Korintus
5:1).Terminologi Yunani untuk dibongkar
adalah kataluo, makna literalnya untuk “ditinggalkan”, sebuah ekspresi tajam
untuk pembusukan daging pada tubuh manusia.
Adalah
menyedihkan bahwa beberapa pihak menolak untuk mengakui kepastian yang pasti dialami tubuh, menghabiskan uang
dalam jumlah sangat besar dalam upaya untuk mengawetkan tubuh yang telah
meninggal dunia dalam harapan untuk dihidupkan kembali. Walaupun
klaim-klaim melawan kepastian pembusukan
tubuh manusia yang meninggal, keabadian tubuh jasmani tidak akan pernah dicapai
oleh profesi medikal.
Perjalanan
Sentimental
Kematian
adalah sebuah perjalanan. Kematian terjadi ketika roh meninggalkan tubuh: seperti tubuh tanpa roh adalah mati
(Yakobus 2:26). Ketika Dorka meninggal, janda-janda Kristen berdiri dekat
tubuhnya dan memperlihatkan pakaian-pakaian yang telah ia buat ”selagi ia masih
bersama dengan mereka” (Kisah Para Rasul 9:39). Tubuhnya ada di sana, tetapi “ia”
(yaitu rohnya atau kepribadiannya) telah pergi!
Paulus
menyatakan kematian sebagai sebuah perjalanan: Aku didesak
dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus--itu
memang jauh lebih baik (Filipi 1:23). Menariknya, rasul ini menggunakan terminologi
analuo (melepaskan). Pada kematian, walau tubuh “ditinggalkan”, roh manusia “dilepaskan
pergi’. Ketika Lazarus telah meninggal, rohnya “telah dibawa pergi oleh
malaikat-malaikat kepada pangkuan
Abraham” (Lukas 16:22).
Ayat-ayat
ini sedang menghancurkan teori-teori materialistik yang menyatakan bahwa
manusia adalah sepenuhnya makhluk jasmaniah. Kata lainnya yang menarik
menyingkapkan kematian sebagai sebuah perjalanan dalam terminologi eksodus.
Pada gunung transfigurasi, Tuhan telah berkata apa yang menahannya “lenyap”
(Yun. Eksodus, Lukas 9:31), dan Petrus menginginkan saudaranya untuk mengingat
kata-katanya setelah “kepergiannya” (Yun. Eksodus, 2 Petrus 1:15)
Ini
adalah kata yang sama digunakan pada kepergian orang-orang Israel dari Mesir
(bandingkan dengan Ibrani 11:22, dan judul Kitab Exodus dalam Septuaginta). Sebagaimana
orang-orang Ibrani tetap memiliki kesadaran sementara melintas dari Mesir
menuju padang gurun Sinai, demikian juga, kita akan terus memiliki kesadaran
ketika kita pergi meninggalkan kawasan-kawasan dunia ini menuju ke kawasan
roh-roh tanpa tubuh jasmani.
Reuni
Sangat Membahagiakan
Kematian
adalah sebuah reuni dengan orang-orang benar terkasih. Ada tertulis bahwa
patriakh Abraham, “ia meninggal. Ia mati pada waktu telah putih rambutnya, tua
dan suntuk umur, maka ia dikumpulkan kepada kaum leluhurnya” (Kejadian 25:8).
Ini
tidak dapat merujuk pada pemakaman tubuh Abraham pada sebuah pemakaman
besar khusus. Abraham dimakamkan dekat Mamre di Palestina. Namun para
leluhurnya telah dimakamkan ratusan mil jauhnya di tanah-tanah yang jauh!
Istilah
“telah dikumpulkan pada kaumnya,” dan “pergi kepada bapa-bapanya” (Hakim-Hakim
2:10), secara konstan membedakan dari dikuburkan bersama dengan dan merujuk
pada reuni dengan yang dikasihi di Sheol, kawasan
bagi roh-roh mati (Keil & Delitzsch 1980,263).
Ketika
Yesus berkata bahwa banyak yang akan duduk bersama dengan Abraham, Ishak, dan
Yakub dalam kerajaan Sorga (Matius 8:11), Yesus secara pasti hendak menyatakan
sebuah reuni diantara tiga orang tersebut.
Bertatap
Muka Dengan Kristus
Bagi
mereka yang mati dalam Kristus, kematian adalah bersatu dengan Tuhan. Yesus
telah memberitahukan pencuri yang sedang sekarat maut, “Hari ini engkau akan
bersama dengan aku di Firdaus” (Lukas 23:43). Dan sebagaimana tadi telah
dipelajari, Paulus merindukan untuk pergi agar menjadi “bersama dengan Kristus”
(Filipi 1:23).
Dalam
sebuah nas yang berlimpah dengan penghiburan, rasul Paulus mengafirmasikan
bahwa “menjadi tidak lagi ada dalam tubuh” (yaitu mati) adalah, pada
kenyataannya,”menjadi berada di rumah
bersama Tuhan” (2 Korintus 5:8).
“bahwa
di kematian ada jalan masuk segera ke dalam persekutuan yang lebih dekat dengan
Kristus”-Alford Plummer
Ya,
di kematian roh ”kembali kepada Allah yang telah memberikannya” (Pengkhotbah
12:7)
Diterjemahkan dan diedit oleh: Martin
Simamora
Soli
Deo Gloria
Solus
Christus
Rujukan:
Keil,
C.F. & Delitzsch, F. 1980. The Pentateuch. Vol. I. Grand Rapids: Eerdmans.
Plummer,
Alford. 1925. International Critical Commentary, II Corinthians. Edinburgh: T.
& T. Clark.Robertson, A.T. 1931. Word Pictures. Vol. IV. Nashville:
Broadman.
Vine,
W.E. & Hogg, C.F. 1997. Expository Commentary on 1 & 2 Thessalonians.
Nashville: Nelson.
Ayat-Ayat Referensi
Maz 55:4-5; Ayub
18:14; Ibrani 2:15; Filipi 1:23; 1 Tesalonika 4:14; Daniel 12:2; Ayub 3:17; Wahyu
14:13; Kejadian 3:22; Roma 5:12; Kejadian 3:19; Pengkhotbah 12:7; 2 Korintus
5:1; Yakobus 2:26; Kisah Para Rasul 9:39; Lukas 16:22; Lukas 9:31; 2 Petrus
1:15; Ibrani 11:22; Kejadian 25:8; Hakim Hakim 2:10; Matius 8:11; Lukas 23:43;
2 Korintus 5:8; Mazmur 116:3; Matius 22:13, 25:46; Markus 9:48; Lukas 16:24; 2
Tesalonika 1:9; Wahyu 20:10; Ibrani 5:8-9; Yohanes 8:24; Lukas 13:3; Roma
6:3-4; 1 Petrus 2:2
No comments:
Post a Comment