Karena Ia Tahu Hidupku
“kalau
aku berjalan ke timur, Ia tidak di sana; atau ke barat, tidak kudapati Dia;
di utara kucari Dia,
Ia tidak tampak, aku berpaling ke selatan, aku tidak melihat Dia.”
Oleh: Martin Simamora
Rahasia Berkat
Kehidupan Ayub Dalam Kemakmuran dan Dalam Kesengsaraan
Ayub
dalam penderitaanya yang begitu panjang dan maha kompleks menunjukan posisi
kehidupan rohaninya yang kokoh:
Kakiku
tetap mengikuti jejak-Nya, aku menuruti jalan-Nya dan tidak menyimpang. Perintah
dari bibir-Nya tidak kulanggar, dalam sanubariku kusimpan ucapan mulut-Nya.-
Ayub 23:11-12
Apa
yang memampukan Ayub bertahan dan tetap terpelihara secara baik imannya kepada
Tuhan adalah ia telah dipandu atau dituntun oleh firman-Nya: perintah bibir-Nya tidak kulanggar, dalam
sanubariku kusimpan ucapan mulut-Nya. Surat Yakobus mengenai Ayub
menuliskan begini bagi kita semua:
Yakobus
5:11
Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun;
kamu telah mendengar tentang
ketekunan Ayub
dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena
Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan.
Sumber
kekuatan Ayub untuk bertekun bukan terletak pada kekuatan jiwanya tetapi adalah
ini, sebagaimana dinyatakan dalam Kitab Ayub:
Ayub
23:8-10 Sesungguhnya, kalau aku berjalan ke timur, Ia tidak di sana; atau ke
barat, tidak kudapati Dia; di utara kucari Dia, Ia tidak
tampak, aku berpaling ke selatan, aku tidak melihat Dia. Karena Ia tahu jalan
hidupku.
Dalam
situasi yang penuh tekanan dan penderitaan, siapapun akan mencari-cari Tuhan
dan jawaban yang seotentik-otentiknya, tetapi apa yang didapati Ayub adalah
sebuah kenyataan yang tak mudah: kalau
aku berjalan ke timur, Ia tidak di sana; atau ke barat, tidak kudapati Dia; di
utara kucari Dia, Ia tidak tampak, aku berpaling ke selatan, aku tidak melihat
Dia.
Tetapi apakah reaksi Ayub? Menjadi marah dan menjadi kecewa sehingga
meninggalkan Tuhan sebab tak dapat diandalkan karena ia tidak juga ada dalam
saat-saat paling genting hidupnya? Jawabnya tidak, sebagaimana diutarakan Ayub:
karena Ia tahu hidupku.
Ini
adalah ketekunan yang bersumber dari ia yang sungguh-sungguh mendengar dan
mentaati Tuhan. Mendengar dan mentaati Tuhan yang telah dibangun di sepanjang
hidupnya memampukan dirinya untuk mampu
memiliki pengenalan diri dan jiwa Tuhan dalam sebuah kualitas yang timbul dalam situasi-situasi
yang justru menuntut sebuah jawaban segera namun tak didapatinya, Ayub
berkata: karena Ia tahu jalan hidupku, sementara kemanapun ia berupaya
mencari-Nya, tak didapatinya.
Ketekunannya
beriman kepada Tuhan bersumber dari mendengar dan mentaati firman-Nya yang
melahirkan pengenalan akan Dia tanpa sebuah kecurigaan yang seperti apapun:
Ayub
23:10 seandainya Ia menguji aku, aku
akan timbul seperti emas. Kakiku tetap
mengikuti jejak-Nya, aku menuruti jalan-Nya dan tidak menyimpang.
Ketika
dalam kekecewaan atau penderitaan yang tak jelas bagaimana kesudahannya dan
apakah sebabnya (seperti Ayub yang tak memahami apakah sebabnya), bukankah
begitu mudah bagi manusia untuk menyimpang sehingga tidak lagi mengikuti
jejak-Nya dan menuruti jalan-Nya? Ayub
memiliki nilai kebenaran demikian bukan
berdasarkan asumsi dan penilaian manusia-manusia saleh sezamannya, tetapi oleh Allah sendiri dihadapan
iblis:
Ayub
1:8 Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada
seorangpun di bumi seperti dia, yang
demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan."
Ayub
adalah manusia yang bukan saja saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi
kejahatan, namun juga adalah manusia
yang secara khusus berada dalam pernaungan Tuhan yang sangat khusus:
Ayub
1:10 Bukankah Engkau yang membuat pagar
sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya
makin bertambah di negeri itu.
Bukan
Berkat Tuhan yang Disambut tepukan Sebelah Tangan:
Bisakah
anda melihat berkat Allah baginya yang luar biasa? Ini bukan soal harta benda
saja yang begitu megah:
Ayub
1:3 Ia memiliki tujuh ribu ekor
kambing domba, tiga ribu ekor unta, lima ratus pasang lembu, lima ratus keledai betina dan budak-budak dalam jumlah yang sangat besar,
sehingga orang itu adalah yang terkaya
dari semua orang di sebelah timur.
Sekali
lagi saya tekankan, karena Ayub memiliki relasi yang istimewa dengan Tuhan dan
berada dalam pernaungan Allah yang Mahakuasa, maka ia pun menikmati apa yang
lebih berharga dan lebih mulia daripada segenap kekayaan harta dan berbagai
macam properti, yang adalah: Engkau
yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang
dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati- Ayub 1:10.
Pada
zaman now, kita lebih sering melihat
seorang yang telah diberkati Tuhan ketika ditimpa oleh malapetaka, itu kerap
karena dosa atau kejahatannya. Tetapi pada kasus Ayub, tidak sama sekali:
Ayub
1:12 Maka firman TUHAN kepada Iblis: "Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah
engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya." Kemudian pergilah Iblis dari hadapan TUHAN.
Segera
setelah itu pada Ayub 1:13-21 anda akan melihat rentet kemalangan. Sekali lagi,
tidak seperti orang Kristen zaman now, kebesarannya runtuh dan kesaksiannya
menjadi rusak oleh karena perbuatan dosanya, tetapi pada Ayub sama sekali
tidak:
Ayub
1:22 Dalam kesemuanya itu Ayub tidak
berbuat dosa
Tetapi
mengapa Ayub tidak berdosa juga setelah masuk ke dalam situasi buruk ini, harus
pertama-tama dipahami karena Allah benar-benar mengenal Ayub dan Ayub sendiri
sungguh-sungguh mengenal Allah pada sebuah konsepsi yang akan begitu sukar
untuk terlintaskan oleh seorang yang kaya raya-sangat kaya sehingga mampu
berkata begini:
Ayub
23:8-14 Sesungguhnya,
kalau aku berjalan ke timur, Ia tidak di sana; atau ke barat, tidak kudapati
Dia; di utara kucari Dia, Ia tidak tampak, aku berpaling ke selatan, aku tidak
melihat Dia. Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan
timbul seperti emas. Kakiku tetap mengikuti jejak-Nya, aku menuruti jalan-Nya
dan tidak menyimpang. Perintah dari bibir-Nya tidak kulanggar, dalam sanubariku
kusimpan ucapan mulut-Nya. Tetapi Ia tidak pernah
berubah--siapa dapat menghalangi Dia? Apa yang dikehendaki-Nya,
dilaksanakan-Nya juga. Karena Ia akan menyelesaikan apa yang
ditetapkan atasku, dan banyak lagi hal yang serupa itu dimaksudkan-Nya.
Ini
konsiten dengan permulaan penderitaan yang menimpa Ayub: Ayub tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut (Ayub 1:22).
Ketika
Allah memberkati maka Ia pun mempersiapkan anak-anak yang diberkati-Nya itu
untuk hidup dalam dengar-dengaran dan mentaati firman Tuhan. Kalau saya dan
anda memiliki kebiasaan membaca, merenungkan, mendoakan dan menghidupi firman
yang dibaca pada Alkitab, bukan saja anda dan saya pasti diberkati dalam
kesemuanya itu, tetapi membawa saya dan anda kedalam pengenalan yang
sungguh-sungguh dalam akan Dia dalam keadaan makmur dan juga dalam keadaan
sengsara (coba bandingkan dan renungkan dengan ketika anda mengucapkan janji
setia pernikahan terhadap pasangan anda)
Bagaimana
mungkin ketika semua kebesarannya lenyap dan hancur, ia masih juga tetap mengejar
Tuhan dan walau tak ditemukannya juga ia masih berkata: IA mengenal aku? Sekali lagi perhatikan ini: kalau aku berjalan ke timur, Ia tidak di
sana; atau ke barat, tidak kudapati Dia; di utara kucari Dia,
Ia tidak tampak, aku berpaling ke selatan, aku tidak melihat Dia.
Sehingga
keputusan Allah dihadapan iblis yang seperti ini:
Maka
firman TUHAN kepada Iblis: "Nah, segala yang
dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya
janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya." Kemudian
pergilah Iblis dari hadapan TUHAN.- Ayub 1:12
Bukan sama sekali
sebuah perjudian iman kesetiaan antara Ayub terhadap Allah, apakah akan
bertahan hingga kesudahannya ataukah akan gagal pada kesudahannya. Sebaliknya, nampak jelas kalau Ayub sebetulnya telah siap
atau telah dipersiapkan Allah untuk memiliki kekuatan-kekuatan yang
diperlukannya untuk bertahan hingga kesudahannya dalam ketekunan yang lahir
dari mengenal sungguh-sungguh Allah berdasarkan dengar-dengaran dan taat kepada
firman-Nya. Bagaimana kita dapat mengetahuinya secara pasti, itu dari apa yang
lahir dari jiwa Ayub dalam momen yang paling sendirian dan paling kesepian
namun tetap percaya:
Sesungguhnya,
kalau aku berjalan ke timur, Ia tidak di sana; atau ke barat, tidak kudapati Dia; di utara
kucari Dia, Ia tidak tampak,
aku berpaling ke selatan, aku tidak
melihat Dia. Karena Ia tahu
jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas.
Kakiku tetap mengikuti jejak-Nya, aku menuruti jalan-Nya dan tidak menyimpang.-
Ayub 23:8-11
Bisakah anda dan saya
berkata seperti Ayub? Ayub mampu berkata demikian karena ia
mendengar dan mentaati firman Tuhan semasa kemakmuran menyertainya-selama
hari-hari yang baik ia sungguh-sungguh memperhatikan firman Tuhan. Jika tidak
maka mustahil ia berkata KARENA IA TAHU jalan hidupku! Jadi ketika ia tidak
mendapati Tuhan kemanapun dan bagaimanapun ia mencari, ia tahu bahwa Tuhan
setia; ia tahu bahwa Tuhan tahu ia mampu; ia tahu bahwa Tuhan menyertainya.
Sebab itulah ia tetap berkeputusan: tetap mengikuti jejak-Nya dan menuruti
jalan-Nya tepat sebagaimana ia telah melakukannya selagi ia begitu makmur dan
begitu berbahagia.
Jadi
apakah kaya atau miskin pada dasarnya tidak ada hubungan signifikan dengan
kualitas dan ketahanan iman seseorang (sebab
ada yang karena kemiskinannya meninggalkan Tuhan dan ada yang karena kekayaannya
malah kehilangan intimasi yang sejati dengan Tuhan sehingga ketika problem
melanda malah mempertanyakan Tuhan-apa kerjamu Tuhan??), tetapi apakah
memiliki hubungan dan pengenalan akan Tuhan berdasarkan membaca, memeliharan dan
menghidupi firman Tuhan. Karena itu adalah sumber pengenalan dan kekuatan
hidup.
Yesus
Sang Kristus bersabda begini:
Matius
4:4 Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang
keluar dari mulut Allah."
Yohanes
4:31-34 Sementara itu murid-murid-Nya mengajak Dia, katanya: "Rabi,
makanlah." Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu
kenal." Maka murid-murid itu berkata seorang
kepada yang lain: "Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepada-Nya
untuk dimakan?" Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan
menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Sehingga
apa yang paling penting adalah: jangan
sampai diri saya dan anda terpisah dari firman dalam keseharian hidup ini-hidup
yang penuh ketakpastian. Mari pastikan diri ini memiliki persekutuan hidup
dengan firman Tuhan sehingga firman membentuk kita sesuai dengan kehendak-Nya,
sebab didalam kehendak-Nya terkandung sumber kekuatan, kesetiaan dan kasih
untuk bertekun dan untuk percaya sehingga mampu berkata: IA TAHU jalan hidupku.
Apa
yang penting adalah hidup kita ada dalam rancangan-Nya, sehingga walau saya dan
anda tidak tahu jalan hidup ini karena berada dalam situasi-situasi yang sulit
ditanggulangi dan apalagi untuk dijelaskan secara jitu, camkanlah bahwa IA TAHU. Jadi ini bukan sekedar iman yang sifatnya sugestif atau
kata-kata positif belaka, tetapi karena tahu bahwa IA TAHU, yang kita alami jika kita sungguh mengejar pengenalan akan Dia sepenuh-penuhnya melalui Alkitab: mempelajarinya dengan panduan-panduan, merenungkannya, mengaplikasikannya dalam keseharian, mendoakannya agar Roh Kudus memberkati jiwa ini untuk memiliki pengenalnya yang suci dan benar sehingga tahu bahwa IA TAHU akan jalan hidupku hingga kesudahannya walau bisa jadi saya dan anda kerap melihat hidup ini samar-samar kesudahannya sebab ketakpastian adalah natur duna ini. Bagaimana mungkin
kalau kita tidak menjadi pembaca firman dalam Alkitab yang merenungkannya dan
melakukannya dalam doa agar Ia tuntun hidupku?
Jadi
buatlah keputusan yang bijak karena IA TAHU jalan hidupmu.
Soli
Deo Gloria
Catatan
dan Rujukan terkait artikel di atas:
-Job
23:12 Commentary:
No comments:
Post a Comment