Itu
Mungkin Tidak Seperti yang Anda Sangkakan
Oleh: Pendeta Prof. Emeritus Richard G. Howe Ph.D
ulster.ac.uk: |
SINOPSIS
Terminologi
witchcraft atau sihir memunculkan bermacam-macam citra pada berbagai orang.
Banyak orang dari dunia Barat akan dikagetkan mengetahui bahwa semakin dan
semakin mereka lebih kontemporer, mereka sedang menganut sihir sebagai sebuah
ekspresi yang tersedia bagi spiritualitas diri mereka sendiri. Namun demikian,
pada sisi marginal atau terjauhnya sihir adalah seperti telah diketahui pada
dunia masa lampau, adalah jelas bahwa sihir sedang menjadi lebih mainstream
atau lebih diterima sebagai normal secara progresif di seluruh dunia.
Para
penyihir adalah orang yang menghormati Tuhan atau dewa-dewa. Mereka
mengupayakan sebuah hubungan yang lebih bersahabat dengan lingkungan alami
mereka, mengejar seoptimal mungkin untuk mengenali kesakralan semua alam.
Penyihir, lebih lanjut, berupaya mendayagunakan kekuatan-kekuatan kosmik dan
psikik untuk melakukan perintahnya. Pada akhirnya, praktik sihir melibatkan
pengetahuan dan keahlian dalam melaksanakan keyakinan-keyakinan yang
dimilikinya melalui ritual-ritual yang dipercayai untuk mengikat sehingga dalam
kendalinya dan memfokuskan energi-energi tersebut. Memandang mereka dalam
sebuah kontras tajam dengan agama-agama okultik lainnya seperti Satanisme, para
penyihir berupaya untuk mengelola kekuatan-kekuatan tersebut dengan tujuan
untuk meningkatkan pengalaman hidup
mereka dan untuk mempromosikan kesembuhan dan komunitas.
Apakah
ritual-ritual ini bekerja? Apakah ini bahkan pertanyaan penting untuk
ditanyakan? Apakah yang mungkin salah
dengan semacam agama ini yang menampilkan kebaikan-kebaikan dalam
perbuatan-perbuatannya? Sihir memiliki sesuatu untuk dikatakan mengenai
siapakah kita sebagai manusia-manusia, mengenai apakah hubungan kita dengan sesama
kita manusia dan dengan alam semesta seharusnya, dan tentang bagaimana kita
seharusnya berelasi dengan Yang Ilahi. Beberapa orang Kristen mungkin
dikejutkan mendapati perbandingan-perbandingan dan kontras-kontras yang dapat
ditarik dari sihir dalam Kekristenan mereka sendiri.
Pemikiran-pemikiran
seperti apakah yang dicuatkan terminologi sihir? Bagi banyak orang, terminologi
ini membawakan pemikiran-pemikiran kelam, ritual-ritual rahasia dengan
maksud-maksud kehancuran, kutuk-kutuk yang dilepaskan pada yang telah dirancang
sedemikian rupa sehingga tak mewaspadai kemungkinan dari apa yang mereka hasilkan
yaitu kehancuran pada orang lain. Sementara yang lainnya lagi diingatkan akan
sihir yang hanya satu kali dalam satu tahun. Bagi mereka ini membawa
gambaran-gambaran anak-anak yang berpakaian dengan topi-topi lancip sedang
menikmati permen. Gambaran-gambaran semacam ini yang terlanjur diyakini, telah
menciptakan sebuah problem dalam upaya untuk memahami sihir. Subyek ini juga
terlampau menakutkan atau terlampau bodoh untuk dipertimbangkan. Barangkali
banyak orang, termasuk orang-orang Kristen, akan dikejutkan menemukan bahwa apa
yang sebenarnya terjadi dengan apa yang namanya sihir lebih kerap sedikit lebih
canggih dan lebih sukar daripada apa yang mereka telah dugakan. Sebuah analisa
Kristen harus secara total dan bulat mengecam sihir, tetapi analisa yang
dilakukan harus didasarkan pada sebuah penilaian yang adil pada fenomena
tersebut secara keseluruhan.
MENGAPA
HAL INI DIANGKAT?
Beberapa
orang akan bertanya-tanya. Apa perlunya sihir dibahas. Pada akhirnya, akan
terlihat tidak akan berkesudahan orang
akan tetap saja melanjutkan dengan keyakinan-keyakinan dan praktik-praktik
esentrik ini. Pemikiran untuk sebuah topik semacam ini menuntut eksaminasi yang tepat karena sihir
telah menjadi tidak lagi terlalu esentrik dan semakin diterima sebagai hal yang
normal saja. Sebagai contoh, pada musim panas 2004 Parlemen Agama-Agama Dunia
telah menggelar konvensi di Barcelona, Spanyol. Perwakilan-perwakilan dari
banyak agama-agama dunia telah hadir untuk “mengupayakan damai, keadilan dan
keberlanjutan dan berkomitmen untuk bekerja demi dunia yang lebih baik” serta
juga untuk “memperdalam spiritualitas dan mengalami transformasi pribadi.”[1]
Hadir
dalam konferensi 2004 tersebut (juga pada 1993 dan 1999) adalah
perwakilan-perwakilan dari Covenant of the Goddess, yang merupakan “organisasi keagamaan
dunia terbesar di dunia untuk Neo-Pagan Witches,” sebagaimana dikemukakan tetua
organisasi tersebut.[2]
Sebuah tema bersama yang muncul dalam
konteks konferensi-konferensi semacam ini adalah semakin meningkatnya penekanan
pada “interfaith” atau “lintas iman”.
Pada
sisi sebaliknya, satu grup yang kerap menarik perhatian oleh hampir selalu
ketakhadirannya pada konferensi-konferensi semacam ini adalah Kekristenan
evengelikal. Mengapa hal ini bisa terjadi? Tanpa perlu melompati kritikku,
harus dikemukakan terlebih dulu bahwa worldview banyak orang yang mau
menghadiri konferensi-konferensi semacam ini akan sangat keras menolak
eksklusivitas agama yang dikarakteristikan dengan Kekristenan yang bersejarah
dan orthodoks. Dalam cara yang sangat serius, karena itu, banyak agama-agama
dunia, termasuk penyihir, baik secara eksplisit
atau implisit memandang diri mereka beraliansi menentang kekristenan evangelikal;
namun demikian, perintah Yesus untuk memberitakan injil dan memuridkan semua bangsa mencakup para penyihir. Untuk melakukannya,
adalah perlu bahwa kita memahami siapakah mereka dan apa yang mereka percayai.
Mengetahui apa yang mereka tentang adalah sebuah elemen primer dalam melakukan
persiapan untuk melaksanakan Amanat Agung-Nya.
APAKAH
SIHIR ITU
Definisi-definisi
dapat memfasilitasi atau mencegah pemahaman. Sebuah definisi yang menolong
adalah yang tidak terlalu simplistik, dan definisi yang menyebutkan pentingnya
pembedaan-pembedaan dan juga kesamaan-kesamaan antara terminologi-terminologi
yang dikenali dan tak lazim dikenali dimana mereka eksis. Di era kita, era antusiasme oikoumene, terdapat bahaya pada
orang-orang Kristen untuk mengabaikan atau tak lagi memandang secara hati-hati
aspek paling penting dari sebuah agama, yaitu perbedaan antara agama dan iman
Kristen yang dimilikinya.
Ada
kesamaan-kesamaan antara tepung dan risin (produk dari tanaman jarak). Keduanya
dibuat dari tumbuhan-tumbuhan; keduanya berwujud tepung putih; tetapi itu bukan
kesamaan mereka yang menarik atau penting, tetapi perbedaan-perbedaan mereka.
Satunya adalah makanan dan satunya lagi adalah sebuah racun. Satu mempromosikan
hidup dan yang lainnya dapat mengakibatkan kematian. Jangan menjadi keliru
dengan metaforaku ini—saya tidak sedang menunjukan keserupaan sihir terhadap
risin. Saya hanya berupaya untuk menunjukan bahwa dengan sejumlah isu
perbedaan-perbedaan dapat menjadi begitu penting, jika tidak demikian, maka
pada kesamaan-kesamaannya. Dengan hal ini pada benak kita, mari saya menunjukan
posisi tepat pokok-pokok kepercayaan sihir modern dan kemudian
mengkontraskannya dengan pokok-pokok kepercayaan Kekristenan evangelikal.
SIHIR
DIKENAL DENGAN BANYAK NAMA
Ketika
seorang mulai untuk menginvestigasi fenomeda sihir modern, itu tidak memerlukan
waktu panjang untuk menemukan sebuah rentang terminologi-terminologi yang
diasosiasikan dengan praktik: The Craft, Wicca, paganism, Neo-Paganism, dan
seterusnya. Brooks Alexander, seorang peneliti Kristen yang adalah seorang pakar pada
okultisme dan counterculture, memberikan sumari yang sangat membanti pada
perbedaan-perbedaan yang jelas antara terminologi-terminologi: Wicca, witchcraft,
dan Neo-Paganisme adalah kategori yang paling luas, meliputi sebuah rentang
grup-grup yang luas “yang berupaya merekonstruksi sistem-sistem agam purba,
para Kristen dan non Kristen- seperti Norse, Celtic, Yunani, Roma, dan
agama-agama Mesir-juga tercakup didalamnya- beragam ajaran-ajaran okultisme
yang telah dilupakan, diabaikan dan yang begitu sukar untuk dimengerti.”[3]
Brooks melanjutkan pada membedakan sihir dari Wicca (Wicca ini menjadi bentuk dari kategori yang paling sempit)
bersama dengan alur-alur pada bagaimana dekatnya seorang yang mengikuti
ajaran-ajaran dan praktik-praktik spesifik English Wiccan Gerald Gardner, yang
kurang lebih telah membuat terminology Wica dengan satu huruf c untuk
mengkhaskan praktiknya.[4]
Bisa
ada perbedaan-perbedaan yang laten bahwa sejumlah orang lebih suka untuk
mempertahankan ketika mengopsikan satu terminologi atas terminologi lainnya,
tetapi pada hampir semua bagian, terminologi-terminologi ini dapat digunakan
saling dipertukarkan. Istilah sihir adalah pasti paling dikenal didalam dan diluar praktik atau
pelaku, tetapi sihir juga terminologi yang membawa bersamanya kandungan yang
paling tak diinginkan. Sihir kerap memiliki konotasi-konotasi petaka dan jahat,
dan untuk alasan-alasan semacam ini banyak didalam pelaku atau ahlinya lebih
menyukai terminology Wicca (bagi praktiknya) dan Wiccan (bagi praktisi atau pelakunya).
Prefiks “Neo” dalam Neo-Paganisme biasanya mengindikasikan pada sebuah
penekanan atas praktik seseorang dalam manifestasi-manifestasi kontemporernya
atau kekiniannya sementara masih menyiratkan petunjuk bahwa itu mungkin sebuah
kebangkitan atau revival, atau terhubung pada, sesuatu yang purba.
Bersambung ke bagian
2
Soli Deo Gloria
Diterjemahkan dan
diedit dari “Modern Witchcraft: It May Not Be
What You Think” oleh: Martin
Simamora
[1] Parliament
of the World’s Religions, http://www.cpwr.org/
2004Parliament/welcome/index.htm.
[2] Donald
H. Frew, “Pagans in Interfaith Dialogue: New Faiths, New Challenges,” CoGWeb,
http://www.cog.org/pwr/ don.htm. Pada
signifiknasi kehadiran sihir pagan pada konferensi, Frew berkomentar, “The 2004
Parliament…telah mengokohkan posisi kita sebagai sebuah agama yang mapan pada panggung dunia.”
(Donald Frew, e-mail wawancara oleh Penulis, 31 Oktober-2004.)
[3] Brooks
Alexander, Witchcraft Goes Mainstream: Uncovering Its Alarming Impact on You
and Your Family (Eugene, OR: Harvest House Publishers, 2004), 23.
[4] Ia
menanyakan asal usul dan sejarah sihir modern adalah pelik. Menurut sejumlah
peneliti, Gerald Gardner (1884–1964) hampir pasti satu-satunya tangan yang
bertanggung jawab atas fenomena
moderenyang kita kenal sekarang ini sebagai sihir.Apakah Gardner telah
melakukan penemuan baru atau telah menemukan kembali agama mash diperdebatkan. Untuk
diskusi pada hal ini, lihat karya Brooks
Alexander yang telah dikutip pada catatan kaki 3; Ronald Hutton, Triumph of the
Moon: A History of Modern Pagan Witchcraft (Oxford: Oxford University Press,
1999); Jenny Gibbons, “Recent Developments in the Study of The Great European
Witch Hunt,” CoGWeb, http://www.cog/org/witch_hunt.html. Untuk respon-respon
awal bagi versi-versi awal argument-argumen
Hutton Lihat D. H. Frew, “Methodological Flaws in Recent Studies of Historical
and Modern Witchcraft,” Ethnologies 1 (1998): 33–65. Untuk bantahan Hutton terhadap Frew, lihat
Ronald Hutton, “Paganism and Polemic: The Debate over the Origins of Modern
Pagan Witchcraft,” Folklore (April 2000),
http://www.findarticles.com/p/articles/mi_m2386/is_1_111/ai_62685559. Saya setuju dengan kesimpulan Alexander: “Tidak
ada pewarisan tradisi apapun yang
berasal dari penyihir-penyihir era pertengahan kepada siapapun pada era kita
kini. Tidak ada keberlangsungan yang dapat diidentifikasikan antara antara sihir-sihir abad pertengahan dan gerakan-gerakan agama modern yang
mengusung nama yang sama.” (Alexander, Witchcraft Goes Mainstream, 127.) Ini
tidak hendak mengatakan, akan tetapi, bahwa tidak ada keberlangsungan antara
sejumlah konsep sihir modern dan agama-agama purba. Sebagaiman Donald Frew mengamati,
“ada sebuah keantikan asli untuk banyak konsep teologi inti dan praktik-praktik
liturgikal terkait, dan…ada sebuah jalan tapak yang dapat dilacak pada
pentransmisian dari keantikan klasikal
kepada gerakan moderen, tetapi…ini bukan
hal yang sama sebagai sebuah tindakan
praktik grup yang berkesinambungan.” (Donald Frew, wawancara e-mail interview oleh
Penulis, 31 Oktober31,2004.)
No comments:
Post a Comment