By.
Pdt. Esra Alfred Soru, STh, MPdK.
Khotbah Minggu : 1 September 2013
Menjawab
Kontroversi Penggunaan
NAMA “ALLAH” DAN NAMA “YAHWEH” (1)
Sudah sejak lama umat Kristen di
Indonesia menggunakan nama “Allah” baik dalam kehidupan sehari-hari maupun juga
dalam semua ritual ibadahnya tanpa ada yang mempersoalkannya. Istilah-teologia
Kristen pun seringkali dikaitkan dengan nama “Allah” ini seperti : “Allah Tritunggal”, “Allah Bapa, Allah
Putera dan Allah Roh Kudus”, “Yesus Kristus adalah Allah”, dan istilah-istilah
lainnya. Demikian juga dengan lagu puji-pujian Kristen yang menggunakan kata
“Allah” seperti : ”Hormat bagi Allah
Bapa”, ”Allah kuasa melakukan segala
perkara”, dan lain-lain. Bahkan di dalam Kitab Suci Kristen yang
diterbitkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) maupun Lembaga Biblika
Indonesia (LBI) juga dipakai kata “Allah”.
Bahkan
sebenarnya kata ”Allah” sudah dipakai dalam Alkitab Indonesia sejak tahun
1600-an yakni dalam Alkitab terjemahan Albert Corneliz Ruyl yakni (1629),
terjemahan Melchior Leijdecker (1733) dan terjemahan Hillebrandus Cornelius
Klinkert (1879). Namun demikian sejak beberapa tahun terakhir ini mulai muncul
kelompok yang anti terhadap nama “Allah” ini. Kelompok ini dipelopori oleh
seorang bernama dr. Suradi dari Yayasan Nehemia yang kemudian berlindung di
belakang nama “Shiraathal Mustaqien”
dan kemudian diganti dengan nama “Bet
Jeshua Hamasiah”. Bagi mereka adalah haram bagi umat Kristen untuk memuji /
menyembah “Allah” karena ”Allah” itu sebenarnya bukan Tuhannya umat Kristen /
Yahudi.
Tuhannya
umat Kristen / Yahudi bernama Yahweh dan karena itu maka orang Kristen
seharusnya memuji dan menyembah Yahweh dan bukan ”Allah”. Karena itu aliran ini
sering disebut kelompok Yahwehisme / Pengagung Nama Yahweh.
Kelompok ini sempat membuat heboh beberapa tahun yang lalu dengan menuntut Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) ke pengadilan karena menggunakan nama ”Allah” dalam terjemahan Alkitab Indonesia. Bagi mereka semua orang / semua gereja yang masih meng- gunakan nama ”Allah”, memuji dan menyembah ”Allah” adalah sesat dan merupakan penyembahan berhala yang tentu saja tidak akan diselamatkan.
Yakub Sulistyo – “…. jika Anda sudah diberi
pengertian tentang siapakah Yahweh, dan siapakah Allah yang adalah Nama Dewa
jaman Pra Islam dan juga telah dijadikan sebagai Tuhannya umat Islam, tetapi
Anda menolak Yahweh, maka Firman Tuhan dalam kitab Ibrani 10:26 akan berlaku
bagi Anda, yang bunyinya ‘Sebab jika kita
sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak
ada lagi korban untuk menghapus dosa itu.’ Artinya sudah diberitahu tetapi
tidak mau tahu”.
Mereka lalu
menerbitkan Alkitab sendiri yang diberi nama : ‘Kitab Suci Taurat dan Injil’ atau yang sering disebut KS-2000 (diterbitkan
oleh Bet Yesua Hamasiah pada tahun 2000) dan ‘Kitab Suci Umat Perjanjian Tuhan’ (KS-UPT) yang diterbitkan oleh
Jaringan Gereja-Gereja Pengagung Nama Yahweh (2002).
Kedua Alkitab ini mengembalikan nama Yehuwa / Yahweh. Belakangan muncul lagi
Alkitab yang diberi nama ILT (Indonesian
Literal Translation / Terjemahan Hurufiah Indonesia), dengan hanya mengubah
semua kata ‘Allah’ dengan nama ‘YAHWEH’ dari Kitab Suci terbitan Lembaga
Alkitab Indonesia tanpa ijin. Mereka mempublikasikan buku-buku mereka secara meluas.
Tapi buku-buku mereka juga ditanggapi oleh pihak-pihak yang pro penggunaan nama “Allah” sehingga ini menjadi kontroversi yang besar.Kontroversi ini melebar dalam beberapa tahun terakhir hingga diselenggarakan sejumlah debat teologia seputar masalah ini seperti yang terjadi antara saya dan Pdt. Budi Asali Vs Pdt. Teguh Hindarto dan Kristian Sugiyarto.
-
Tapi buku-buku mereka juga ditanggapi oleh pihak-pihak yang pro penggunaan nama “Allah” sehingga ini menjadi kontroversi yang besar.Kontroversi ini melebar dalam beberapa tahun terakhir hingga diselenggarakan sejumlah debat teologia seputar masalah ini seperti yang terjadi antara saya dan Pdt. Budi Asali Vs Pdt. Teguh Hindarto dan Kristian Sugiyarto.
-
Bahkan saya lalu mengangkat persoalan ini menjadi tesis untuk program S2 saya dan mewawancarai sejumlah tokoh dari aliran ini sehingga saya sangat paham apa yang menjadi argumentasi mereka.
Memang dalam
perkembangannya aliran ini tidak seheboh beberapa tahun lalu tetapi tapi saya melihat
bahwa paham ini terus saja disebarkan (lewat buku-buku maupun juga internet /
FB) dan banyak orang Kristen dibimbangkan dengan apa yang mereka percayai dan
lakukan dan tidak mampu menjawab argumentasi dari aliran Yahwehisme / Pengagung
Nama Yahweh ini.
Note : Aliran ini sudah masuk ke Kupang sejak tahun 2011 yang difasilitasi oleh beberapa Persekutuan Doa dan membuat seminar di Hotel Olive dengan pembicaranya Pdt Jahja Iskandar. Dan kelihatannya mulai mempengaruhi sejumlah orang Kristen, dan bahkan mereka berencana mendirikan gereja di kota Kupang ini.
Karena itu saya merasa perlu membahas aliran ini sehingga kita bisa memiliki
pemahaman yang benar sehingga tidak mudah dipengaruhi apabila kita mendengar
argumentasi-argumentasi mereka.
Karena ini adalah khotbah yang membahas suatu paham / aliran, maka khotbah ini bersifat apologetik sehingga khotbahnya tidak seperti yang biasa saya sampaikan yakni eksposisi teks-teks Alkitab sehingga tidak ada teks khusus yang perlu kita baca yang menjadi dasar pembahasan kita walaupun nanti ada ayat-ayat Alkitab yang dikutipkan dalam penjelasan khotbah ini.
Di atas sudah saya sampaikan bahwa aliran Yahwehisme / Pengagung Nama Yahweh ini menolak penggunaan nama “Allah” dalam lingkup ibadah Kristen dan sebaliknya mengharuskan penggunaan nama Yahweh. Karena itu kita akan membahas 2 hal dan memberikan tanggapan terhadapnya :
I. PERSOALAN NAMA ALLAH.
Hal pertama
yang biasa dipersoalkan oleh aliran Yahwehisme ini adalah soal penggunaan nama
“Allah” di mana menurut mereka orang Kristen tidak boleh mempergunakan, menyebut
apalagi menyembah “Allah”. Alasan mereka ada banyak, tetapi yang paling utama ada
2 :
a. ‘Allah’ merupakan nama pribadi atau nama diri dari Tuhannya umat Islam.
Yakub Sulistyo - Allah itu Nama Tuhannya umat
Islam, buktinya umat Islam di Amerika jika sembahyang akan mengucapkan “Allahhu akbar” bukan “God akbar”. (“Allah” Dalam Kekristenan Apakah Salah?, hal. 13).
Teguh Hindarto - Sebagaimana YAHWEH adalah nama diri sang pencipta dan sesembahan bangsa Israel turun temurun, maka ALLAH adalah juga nama diri. Allah adalah nama Tuhan orang muslim (Qs 20:14,98) yang berdiam di Mekah (Qs 27:91) khususnya Ka'bah (Qs 106:3). Jadi antara YAHWEH dan ALLAH adalah dua sesembahan yang berbeda. (openpdf.com/ebook/teguh-hindarto-pdf.html).
Kristian Sugiyarto - Dalam Hebrew-Bible (Alkitab
Ibrani) tidak ada nama Allah melainkan nama Elohim, yaitu YHWH (yang dibaca
Yahweh).
Karena itu
bagi kelompok Yahwehisme ini, Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) membuat kesalahan
fatal dengan memasukkan nama “Allah” ini ke dalam Kitab Suci Indonesia sehingga
orang Kristen akhirnya bukan menyembah Tuhannya yang bernama Yahweh melainkan
menyembah Tuhannya orang Islam yang bernama ”Allah”.
Bahkan seorang dari kalangan Yahwehisme mengatakan bahwa pada waktu kita memanggil atau memuji ‘Allah’, maka ‘Allah’ yang dipanggil itu (yang berbeda dengan Yahweh) bisa memberikan respons terhadap panggilan orang-orang Kristen.
Anonim - Pernahkah anda bayangkan, apa yang terjadi dalam alam roh ketika kita menyanyikan lagu ini: Dari utara ke selatan, terdengar pujian bagi Allah .... pernahkah kita sadari bahwa sekalipun kita tidak bermaksud memanggil seseorang, namun apabila kita terus menerus menyebut nama pribadinya, bisa saja orang tersebut bereaksi terhadap panggilan kita. Contohnya: Seorang pendeta dalam khotbahnya bertanya kepada jemaat, ‘Ada Amin?’. Tiba-tiba ada sahutan, ‘Ada, Pak Pendeta!’. Rupanya datang jiwa baru yang bernama Amin dalam ibadah tersebut. Mengapa? Karena spirit dari nama Pribadi itu bisa merespon. Jadi, bisa saja ketika kita berulang-ulang nyanyikan baris pertama lagu tersebut, kemudian dalam alam roh ada respon dari ‘Allah’ nama pribadi (‘Allah muslim’) yang berkata (dalam alam roh), ‘Benar katamu, memang ada pujian bagi namaKu, perhatikanlah suara-suara azan yang berkumandang dari belahan bumi utara hingga ke selatan, itulah seruan pujian bagi namaKu’. (www.be-e.info/wancil).
b. ”Allah” merupakan nama pribadi atau nama diri seorang dewa pra Islam (dewa air / dewa bulan / dewa matahari).
Teguh Hindarto - Menurut kesaksian di bawah ini, dapat kita ketahui siapa ALLAH itu sebenarnya. Menurut Al Quran, Bahwa ALLAH adalah nama Tuhan (Qs 20 : 14, 98) yang berdiam di Mekah (Qs 27 : 91) yaitu Ka’bah (Qs 106 : 3) yang dipersonifikasikan dalam bentuk batu hitam Hajarul Aswad yang harus dicium sewaktu Haji sambil diteriaki ALLAHU AKBAR! (Hadits Shahih Muslim No 1190 dan Hadits Shahih Bukhari no 839). Menurut penulis Islam, Mohammad Wahyuni Nafis, Passing Over; Melintasi Batas Agama, PT Gramedia Pustaka Tama, 1998, Hal 85. Dijelaskan di sana bahwa ada periode pre-Islam, ALLAH adalah nama Dewa Air yang mengairi bumi Mekkah. Sedangkan menurut kesaksian Arkeologi yaitu Roberts Morrey, The Islamic Invasion, Harvest Publisher, 1992 dinyatakan bahwa ALLAH pre-Islam adalah nama Dewa Bulan.
Sedangkan menurut penulis Stephen Van Natan, ALLAH Devine or Demonic,1995, p.72, bahwasannya ALLAH adalah nama Dewa Matahari yang migrasi dari Babylon ke Mekkah. (Allah Dalam Islam Adalah Nama Berhala - indonesia.faithfreedom.org).
Traktat Bet Yeshua Hamasiah mengutip kata-kata Stephen van Nathan dari buku ”ALLAH, devine or demonic” sebagai berikut :
Bet Yeshua Hamasiah - Menurut penelitian selama enam tahun dan berdasarkan inskripsi-inskripsi yang terdapat di batu-batu memberikan bukti-bukti bahwa nama ”ALLAH” berasal dari Babilonia di mana penduduknya menyembah berhala. ”ALLAH” adalah nama dewa pengairan, disembah bersama isterinya ”ALLATA” dan bersama kedua anak perempuannya ”ALLUZZA” dan ”ALMANA” serta menantunya yaitu ”ALHUBAL”. Penyembahan terhadap dewa-dewa ini telah migrasi sejak 5000 tahun yang lalu ke selatan, sampai ke Arab Saudi dan kota Mekkah. (Siapakah Yang Bernama Allah Itu?; Seri 6, hal. 1).
Jadi kalau ”Allah” itu adalah nama berhala / dewa kafir, bagaimana mungkin orang Kristen memuji, menyembah, beribadah dan berdoa kepada “Allah” ini?
Jikalau apa yang dikatakan oleh para tokoh Yahwehisme ini benar, maka memang kita / gereja kita telah salah telah ratusan tahun terlibat dalam penyembahan berhala. Tetapi apakah kita memang salah karena menggunakan / menyembah ”Allah”? Menurut saya tidak! Lalu bagaimana tanggapan kita terhadap pandangan aliran Yahwehisme ini?
a. Tidak semua literatur setuju bahwa ”Allah” itu adalah nama diri dari Tuhan umat Islam / dewa kafir pra Islam.
Microsoft Encarta Reference Library – Sebutan bahasa Arab untuk God, Allah, menunjuk kepada God / Allah yang sama yang disembah oleh orang-orang Yahudi dan orang-orang kristen. Ajaran pokok Islam adalah bahwa hanya ada satu Allah yang maha kuasa dan maha tahu, dan Allah ini yang menciptakan alam semesta. ... Kata bahasa Arab ‘Allah’ artinya ‘the God’, dan Allah ini dimengerti sebagai Allah yang menciptakan dunia / alam semesta dan menopangnya sampai pada akhirnya. ...
Encyclopedia Britannica – Dari sudut ilmu asal kata, sebutan ‘Allah’ mungkin merupakan suatu singkatan dari kata bahasa Arab ‘al-Ilah’, ‘the God’. Asal usul sebutan itu bisa ditelusuri jejaknya sampai pada tulisan-tulisan Semitik dalam mana kata untuk ‘god’ adalah Il atau El, yang terakhir ini merupakan kata Perjanjian Lama yang sama untuk Yahweh. Allah adalah kata standard bahasa Arab untuk ‘God’ dan digunakan oleh orang-orang kristen Arab maupun oleh orang-orang Islam.
Wikipedia Encyclopedia - Allah ... adalah kata standard bahasa Arab untuk ‘God’. Sementara istilah ini di Barat dikenal karena penggunaannya oleh orang-orang Islam berhubungan dengan God / Allah, kata ini digunakan oleh orang-orang yang berbicara dalam bahasa Arab dari semua iman Abrahamik, termasuk Kristen dan Yahudi, berhubungan dengan ‘God’.
Wikipedia Encyclopedia - Orang-orang yang berbicara dalam bahasa Arab DARI SEMUA IMAN Abrahamik, termasuk orang Kristen dan orang Yahudi, menggunakan kata ‘Allah’ untuk memaksudkan ‘God’. Orang-orang kristen Arab zaman sekarang tidak mempunyai kata lain untuk ‘God’ selain ‘Allah’. Sebagai contoh, orang-orang kristen Arab menggunakan istilah-istilah Allah al-ab yang berarti ‘God the Father / Allah Bapa’, Allah al-ibn berarti ‘God the Son / Allah Anak’, dan Allah al-ruh al qudus yang berarti ‘God the Holy Spirit / Allah Roh Kudus’.
Dan masih
banyak sumber yang bisa diberikan, lebih banyak dari sumber-sumber yang dipunyai
aliran Yahwehisme. Dari semua sumber yang telah dikutipkan di atas, kelihatannya
“Allah” bukanlah suatu nama diri sebagaimana yang diyakini aliran Yahwehisme
melainkan sebuah sebutan yang umum dalam bahasa Arab bagi pribadi yang diyakini
sebagai Tuhan.
b. Kata
”Allah” sebenarnya adalah padanan kata ”Eloah” dalam bahasa Ibrani.
Salah satu
nama dalam bahasa Ibrani untuk Sang Pencipta (YHWH) adalah ”Eloah” (jamaknya
”Elohim”).
Ul 32:15 – ”....dan ia meninggalkan Allah (Ibr. ELOAH) yang telah menjadikan dia, ia memandang rendah gunung batu keselamatannya.
Ayub 3:4 -
Biarlah hari itu menjadi kegelapan, janganlah kiranya Allah (Ibr. ELOAH) yang
di atas menghiraukannya, dan janganlah cahaya terang menyinarinya.
-
-
Nah, perlu
juga diketahui bahwa di antara bahasa serumpun biasanya kata-kata mempunyai
kemiripan bunyi (Corespondention Phonetic) tetapi mempunyai makna yang sama.
Misalnya :
- Kata ”Shalom” dalam bahasa Ibrani menjadi ”Salam” dalam bahasa Arab yang juga menjadi ”Salam” dalam bahasa Indonesia (Karena Indonesia mengadopsinya dari Arab). Makanya ungkapan Ibrani ”Shalom Alaikhem” menjadi ”Assalamualaikum” dalam bahasa Arab.
- Kata ”Abodah” dalam bahasa Ibrani menjadi ”Ibadah” dalam bahasa Arab yang juga menjadi ”Ibadah” dalam bahasa Indonesia.
- Kata ”Kadosh” dalam bahasa Ibrani menjadi ”Qudus” dalam bahasa Arab yang menjadi ”kudus” dalam bahasa Indonesia.
- Kata ”Mesiah” dalam bahasa Ibrani menjadi ”Al Masih” dalam bahasa Arab. Makanya nama ”Jeshua Hamasiah” dalam bahasa Ibrani menjadi ”Isa Al Masih” dalam bahasa Arab.
- Nama ”Abraham” dalam bahasa Ibrani menjadi ”Ibrahim” dalam bahasa Arab.
- Kata ”Melek” (artinya raja) dalam bahasa Ibrani menjadi ”Malik” dalam bahasa Arab yang juga menjadi ”Malik” dalam bahasa Indonesia. Makanya ada orang yang bernama Abdul Malik Ibrahim.
Karena itu maka nama ”Eloah” dalam bahasa Ibrani ini juga mempunyai kemiripan bunyi dalam bahasa-bahasa serumpun. Misalnya dalam bahasa Babylonia menjadi ”Ilu”, dalam bahasa Aram menjadi ”Elah” atau ”Allaha” dan dalam bahasa Arab menjadi ”Allah”.
W. E. Vine - ELAH, ‘god’ / ‘allah’. Kata bahasa Aram ini sama artinya dengan kata bahasa
Ibrani ELOAH. Ini merupakan istilah yang umum untuk ‘God’ / ‘Allah’ dalam teks-teks Perjanjian Lama bahasa Aram, dan
ini merupakan bentuk yang berhubungan / sama asal usulnya dengan kata ‘ALLAH’,
kata yang digunakan oleh orang-orang Arab untuk menunjuk pada Allah).
A. Heuken - Kata ‘Allah’ merupakan perpaduan dua kata Arab : ‘al’ dan ‘ilah’, artinya ‘the God’ atau Yang (Maha) kuasa. Kata Semit ‘ilah’ sama arti dan akarnya dengan kata Ibrani ‘el’, yang berarti ‘yang kuat’, ‘yang berkuasa’ dan menjadi sebutan untuk ‘Tuhan”. (Ensiklopedi Gereja. Vol I, hal. 88).
Jadi sebenarnya kata ”Allah” ini adalah padanan kata Ibrani ”Eloah” yang sama artinya. Sama artinya dengan ”God” dalam bahasa Inggris, ”Got” dalam bahasa Belanda, ”Gott” dalam bahasa Jerman, ”Gud” dalam bahasa Norwegia, ”Theos” dalam bahasa Yunani, ” Deus” dalam bahasa Portugis, ”Deo” dalam bahasa Sabu, ”Puang Matua” dalam bahasa Toraja, ”Lamatua” dalam bahasa Rote, ”Uis Neno” dalam bahasa Timor, ”Hyang” dalam bahasa Jawa Kuno. Menolak ini sama dengan menolak bahwa kata”buku” dalam bahasa Indonesia sama artinya dengan ”book” dalam bahasa Inggris. Jadi adalah ngawur kalau menolak kata ”Allah” dan menganggapnya sebagai nama diri dari Tuhannya orang Islam apalagi adalah nama dewa bulan / dewa matahari / atau dewa kafir lainnya.
c.
Sebelum agama Islam muncul, orang-orang Kristen Arab sudah lebih dulu menggunakan
kata ‘Allah’ ini dan bahkan kata ‘Allah’ dipakai dalam Alkitab bahasa Arab pra
Islam.
Bambang Noorsena - Istilah Allah dipakai sebagai sebutan bagi Khaliq langit dan bumi oleh orang-orang Kristen Arab di wilayah Syria. Hal ini dibuktikan dari sejumlah inskripsi Arab pra-Islam yang semuanya ternyata berasal dari lingkungan Kristen”.
A. Heuken SJ - Sebelum masa Muhammad, kata ‘Allah’ sudah dipakai dalam bahasa Arab untuk Pencipta alam semesta yang terlalu jauh atau tinggi untuk disembah atau dimintai perhatian. Orang Kristen keturunan Arab pada waktu itu pun sudah memakai sebutan ‘Allah’ untuk Tuhan” (Ensiklopedi Gereja’, vol I, hal 88-89).
A. Heuken SJ - Mengingat sejarah terjemahan Kitab Suci ke dalam bahasa Arab, peraturan beberapa negara bagian - Malaysia, yang melarang orang Kristen menggunakan kata-kata Arab seperti nabi, Allah ... adalah tidak adil. Sebab kata-kata itu sudah digunakan sebelum zaman nabi Muhammad oleh orang Kristen bangsa Arab” (Ensiklopedi Gereja’, vol I, hal 88).
Kata-kata Heuken ini benar sekali! Jadi “Allah” itu adalah bahasa Arab bukan bahasa Islam sehingga orang Arab dari agama apa saja berhak untuk menggunakan kata itu. Dan karena itu maka orang Kristen Arab sebelum Islam muncul sudah menggunakannya baik dalam ibadah mereka maupun dalam Alkitab mereka. Jadi adalah aneh kalau dikatakan bahwa “Allah” adalah Tuhannya orang Islam. Juga aneh kalau di Malaysia orang Kristen dilarang menggunakan nama “Allah” karena dianggap miliknya Islam seperti yang dialami Agnes Monica di mana lagunya “Allah peduli” dicekal dan juga majalah Katolik “The Heralds”
Koran Timex : LANTARAN menggunakan kata Allah dalam judul dan lirik, lagu Agnes Monica yang bertajuk Allah Peduli dicekal beredar oleh Pemerintahan Malaysia. Bahkan dengan tegas pemerintah Malaysia akan menghukum salah satu warganya bila ketahuan menyanyikan lagu yang dimaksudkan sebagai penggambaran Nabi Isa tersebut. Menurut Mohammad Adzib Mohd Isa, pengurus Majelis Agama Islam Selangor, Malaysia (Mais), larangan itu akan dikenakan kepada siapapun yang menyanyikan lagu tersebut di bagian Selangor, Malaysia. Mohammad mengatakan, penggunaan kata Allah hanya diperuntukkan bagi pemeluk agama Islam, sedangkan bagi yang non Muslim harus menggantinya dengan kata Tuhan. "Penyelidikan akan dilakukan oleh pegawai yang mempunyai wewenang dan jika terbukti mempunyai kesalahan akan dikenakan denda 1.000 ringgit (Rp 3,2juta) bagi yang ketahuan menyanyikannya," Mohammad Adzib'.
Selain Agnes, Pemerintah Malaysia juga melarang majalah mingguan Katolik, The Herald yang juga menggunakan kata Allah. Hingga kini, kasus tersebut dalam proses meja hijau.
Saya lalu membuat Surat terbuka untuk Agnes Monika terkait masalah ini :
-
Yang menarik
adalah bahwa Majalah Katolik ”The Herald” menang gugatan tentang penggunaan
kata ”Allah” ini.
Koran Jawa Pos – “Menang Gugatan Kata ‘Allah’. Kuala Lumpur - Surat kabar Katolik Roma di Malaysia The Herald memenangkan hak menggunakan kata ‘Allah’ dalam artikel mereka. Sidang yang diadakan kemarin (5/5) itu merupakan upaya mereka sebelum menggugat pemerintah yang melarang agama lain selain Islam menggunakan kata ‘Allah’. Menurut mereka, hal tersebut sah-sah saja. Sebab, ‘Allah’ merupakan sinonim dari ‘Tuhan’. Hakim Lau Bee Lan yang memimpin sidang memutuskan bahwa larangan pemerintah itu tidak pantas. Hakim pun mengizinkan media tersebut menggugat pemerintah atas larangan itu di pengadilan. Sidang tersebut merupakan buntut dari pernyataan pemerintah yang melarang media itu menggunakan kata ‘Allah’ dalam edisi bahasa Melayu mereka. Menurut pemerintah, kata tersebut hanya layak digunakan orang Islam. Pemerintah mengeluarkan larangan tersebut untuk mencegah timbulnya kebingungan pada umat muslim. Bahkan, pemerintah mengancam akan mencabut izin terbit media yang membangkang. The Herald menyatakan bahwa kata itu bukan semata hak eksklusif bagi muslim. (Selasa, 6 Mei 2008, hal 6).
Saya kira hakim itu memutuskan pasti tidak dengan sembarangan. Hampir bisa dipastikan bahwa fakta sejarah, yang menunjukkan bahwa sebelum Islam ada, kata ‘Allah’ sudah digunakan oleh orang-orang Kristen Arab, menjadi pertimbangannya untuk secara benar / adil / tepat memenangkan gugatan surat kabar Katolik itu.
Tapi kelihatannya problem nama “Allah” di Malaysia masih menjadi masalah hingga kini. Seorang teman saya di Malaysia mengirimkan pesan di via box FB saya :
Message From Malaysia - “Situasinya begini, kak. Sudah hampir 2-3 tahun ini Alkitab/Bible kita dipermasalahkan dengan penggunaan nama "ALLAH" oleh saudara/I muslim kita. Dan mereka mengklaim bahwa nama ALLAH itu hanya milik sah dan satu - satunya untuk Tuhannya mereka.
Dengan keadaan seperti ini, banyak orang Kristen di sini merasa sangat ketakutan. Bahkan tidak sedikit Gereja mulai menukar lagu-lagu yang ada sebutan penggunaan nama Allah diganti dengan nama Tuhan/Engkau/Dia. Salah satu contohnya : “Allah Itu Baik” menjadi “Tuhan itu Baik” atau “Engkau itu Baik” atau “Dia Itu Baik”. Hehehee...
d. Kalau
pun nama “Allah” ada kaitannya dengan berhala atau kekafiran atau pernah dipakai
untuk dewa kafir, itu tidak berarti kita tidak boleh menggunakannya karena konsep
kita (Kristen) tentang pribadi yang kita sebut sebagai “Allah” itu jelas bukan konsep
kafir.
Saya berikan contoh dari Alkitab!
- Nama “EL”.
Kita tahu
bahwa salah satu nama yang dipakai oleh Alkitab untuk menunjuk pada YHWH adalah
nama “EL”. Makanya ada istilah “BET-EL” (Rumah Allah).
Kel 14:22 - Tetapi kata Abram kepada raja negeri Sodom itu: "Aku bersumpah demi TUHAN, Allah Yang Mahatinggi (Ibr. EL ELYON), Pencipta langit dan bumi.
-
Kej 16:13 - Kemudian Hagar menamakan TUHAN yang telah berfirman kepadanya itu dengan sebutan: "Engkaulah El-Roi." Sebab katanya: "Bukankah di sini kulihat Dia yang telah melihat aku?"
Kej 17:1 - Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun, maka TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman kepadanya: "Akulah Allah Yang Mahakuasa (Ibr. EL SHADDAY), hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela.
Tapi
ternyata nama “EL” itu tidak hanya dipakai untuk menyebut pencipta dari alam semesta
(YHWH) tetapi juga dipakai untuk menyebut berhala-berhala dari bangsa-bangsa kafir.
Ul 32:12 - demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia, dan
tidak ada allah asing menyertai
dia.
Kata-kata
“allah asing” di sini jelas bukan menunjuk pada YHWH. Tetapi perhatikan kata
Ibrani yang dipakai dalam ayat ini.
=
=
Contoh lain
:
Kel 15:11 - Siapakah yang seperti Engkau, di antara para
allah (Ibr. (ELIM, bentuk jamak dari EL), ya
TUHAN; siapakah seperti Engkau, mulia karena kekudusan-Mu, menakutkan karena
perbuatan-Mu yang masyhur, Engkau pembuat keajaiban?
Kel 34:14 -
Sebab janganlah engkau sujud menyembah kepada allah (Ibr. EL) lain, karena TUHAN, yang namaNya Cemburuan,
adalah Allah yang cemburu”.
Dari sini
jelas bahwa nama “EL” selain dipakai untuk menyebut pencipta dari alam semesta
ini (YHWH) tetapi juga dipakai untuk berhala-berhala.
Lalu siapa
sebenarnya “EL” di dalam kebudayaan kafir ini?
Nelson’s
Bible Dictionary
- ‘Asherahs,’ (Hak 3:7) digambarkan
sebagai istri dari El (atau kadang-kadang Baal) dalam mitologi Kanaan.
Unger’s
Bible Dictionary
- ‘Ashe'rah’ (a-she'ra). Jamak,
Asherim, seorang dewi kafir yang ditemukan dalam teks kepahlawanan agamawi Ras
Shamra yang ditemukan di Ugarit di Syria Utara (1929-1937) sebagai Asherat,
‘Nyonya dari Laut’, dan pasangan /
istri dari El. ... Tetapi Asherah
hanyalah salah satu dari manifestasi dari dewi kepala / utama dari Asia Barat,
yang sekarang dianggap sebagai istri, dulu sebagai saudari, dari dewa Kanaan utama El.
Penekanan
dari dua kutipan di atas ini hanyalah bahwa Asyera, yang adalah seorang dewi,
dianggap sebagai istri dari dewa Kanaan utama yang namanya adalah El.
Bandingkan :
Eerdmans’
Family Encyclopedia of the Bible - Baal, dewa Kanaan.
... Baal, yang berarti ‘tuan’, merupakan gelar dari Hadad, dewa cuaca ... Istri
Baal adalah Astarte, yang juga dikenal sebagai Anat, dewi dari cinta dan
perang. Ayahnya adalah El, kepala
dari dewa-dewa, ... Istri El
adalah Asyera, ibu dewi dan dewi laut. (hal.152).
Menarik
bukan bahwa ternyata “EL” yang adalah nama dewa utama Kanaan digunakan
juga untuk menyebut YHHW. Apakah aliran Yahwehisme mau melarang penggunaan kata
“EL”
juga?
- Nama “ELOHIM”.
“ELOHIM”
adalah bentuk jamak dari “ELOAH”. Dan ini sebutan yang umum dalam PL bagi Tuhan
pencipta alam semesta (YHWH).
Kej 1:1 -
Pada mulanya Allah (Ibr. ELOHIM) menciptakan langit dan bumi.
-
-
Kej 3:1 - Adapun ular ialah yang paling cerdik dari
segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah (Ibr. ELOHIM). Ular
itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah (Ibr. ELOHIM)
berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?"
Tetapi
ternyata kata ”ELOHIM”
juga digunakan untuk dewa-dewa kafir.
Maz 95:3 - Sebab TUHAN adalah Allah yang besar, dan
Raja yang besar mengatasi segala allah
(Ibr. ELOHIM)
Contoh lain
:
Maz 96:4-5 –
(4) Sebab TUHAN maha besar dan terpuji
sangat, Ia lebih dahsyat dari pada segala allah
(Ibr. ELOHIM). (5) Sebab segala allah (Ibr. ELOHIM)
bangsa-bangsa adalah hampa, tetapi TUHANlah yang menjadikan langit.
Kel 12:12 - Sebab pada malam ini Aku akan menjalani
tanah Mesir, dan semua anak sulung, dari anak manusia sampai anak binatang,
akan Kubunuh, dan kepada semua allah
(Ibr. ELOHIM) di Mesir akan
Kujatuhkan hukuman, Akulah, TUHAN.
Note : Di sini kata ‘ELOHIM’ jelas menunjuk kepada
dewa-dewa Mesir yang terdiri dari binatang-binatang seperti sapi, dll.
Dari sini
jelas bahwa nama “ELOHIM” selain dipakai untuk menyebut pencipta dari alam semesta
ini (YHWH) tetapi juga dipakai untuk berhala-berhala kafir. Mengapa aliran
Yahwehisme tidak melarang juga penggunaan “ELOHIM”?
- Kata “THEOS”.
“THEOS”
adalah kata Yunani yang dipakai untuk menunjuk pada Tuhan / YHWH.
Yoh 1:1 - Pada mulanya adalah Firman; Firman itu
bersama-sama dengan Allah (Yun. THEOS) dan Firman itu adalah Allah (Yun. THEOS).
=
=
Tetapi kalau
ditelusuri, kata “THEOS” ini ada kemungkinan mempunyai kaitan dengan kekafiran.
Herman
Bavinck – “…
kata Yunani THEOS diturunkan dari TITHENAI, THEEIN, THEASTHAI. …beberapa ahli
bahasa menghubungkannya dengan Zeus, Dios, Jupiter, Deus, Diana, Juno, Dio,
Dieu. Ditafsirkan demikian, maka kata itu menjadi identik dengan kata
Sansekerta ‘deva’, ‘langit / surga yang berkilau / bersinar’, dan berasal dari
kata ‘div’ yang berarti ‘berkilau / bersinar’. (The Doctrine of God, hal 98).
- Nama “YHWH”.
Tentu kita
semua tahu bahwa nama diri dari Tuhan kita adalah “YHWH” / Yahweh. Dan kita
semua juga tahu bahwa “BAAL” adalah salah satu nama dewa kafir yang terkenal di
dalam Alkitab.
Hak 2:11 - Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat
di mata TUHAN (YHWH) dan
mereka beribadah kepada para Baal.
1 Raj 18:21
- Lalu Elia mendekati seluruh rakyat itu
dan berkata: "Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati?
Kalau TUHAN (YHWH) itu Allah, ikutilah
Dia, dan kalau Baal, ikutilah
dia." Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah kata pun.
Tetapi
menarik bahwa TUHAN (YHWH) sendiri dalam beberapa kasus menyebut diri-Nya
dengan “BAAL”.
Yer 31:32 - bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan
dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa
mereka keluar dari tanah Mesir; perjanjian-Ku itu telah mereka ingkari,
meskipun Aku menjadi tuan
yang berkuasa atas mereka, demikianlah firman TUHAN (YWH).
Yes 54:5 - Sebab yang menjadi suamimu (Ibr. BAAL) ialah Dia yang menjadikan engkau, TUHAN (YHWH) semesta alam
nama-Nya; yang menjadi Penebusmu ialah Yang Mahakudus, Allah Israel, Ia disebut
Allah seluruh bumi.
Hos 2:15 -
Maka pada waktu itu, demikianlah firman TUHAN, engkau akan memanggil Aku:
Suamiku, dan tidak lagi memanggil Aku: Baalku!
The International Standard Bible Encyclopedia : BAAL ... III. Penyembahan Baal.: - Pada zaman awal dari sejarah Ibrani gelar ‘Baal’, atau ‘Tuhan’, diterapkan kepada Allah nasional dari Israel.
Dari ayat-ayat dan dari kutipan di atas terlihat dengan jelas bahwa kata ‘BAAL’ yang merupakan nama dewa kafir, pernah digunakan untuk menunjuk kepada Yahweh.
Sekalipun belakangan praktek menyebut Yahweh dengan sebutan ‘BAAL’ itu dibuang, tetapi ingat bahwa ayat-ayat dalam Kitab Suci yang menyebut Yahweh dengan sebutan “BAAL”, tidak dihapuskan / diubah!
Kesimpulan : Dari survei yang panjang ini sudah saya tunjukkan bahwa nama-nama / sebutan-sebutan bagi pencipta alam semesta ini yakni “EL”, “ELOHIM”, “THEOS” digunakan juga untuk dewa-dewa kafir. Bahkan YHWH sendiri dulunya dipanggil “BAAL” oleh Israel. Jikalau demikian seandainya nama “ALLAH” memang pernah dipakai untuk sebutan bagi dewa bulan, dewa matahari atau dewa-dewa kafir lainnya, kenapa tidak bisa digunakan untuk menyebut Tuhan pencipta alam semesta ini? Di sini konsep jauh lebih penting daripada sekedar istilah.
Empat argumentasi yang sudah saya berikan ini
membuktikan bahwa paham anti ”Allah” dari aliran Yahwehisme ini sama sekali
tidak berdasar dan karena itu adalah sangat sah orang Kristen tetap menggunakan
nama ”Allah” dalam penyebutan ibadah dan Kitab Sucinya.
Karena itu
janganlah iman saudara dibimbangkan dengan teori omong kosong dari aliran Yahwehisme
ini yang kelihatannya pintar tapi sebenarnya tidak. Apalagi menjadi terseret dalam
ajaran mereka dan ikut-ikutan anti nama ”Allah”.
- BERSAMBUNG
-
No comments:
Post a Comment