Oleh: Martin Simamora
“Aku” Diantara Kemuliaan
Sorga & Kegelapan Dunia,
Akankah Aku Memeluk dan Menyembah-Nya?
Kisah Mulia Lainnya Setelah Hari Pertama Pada Minggu Itu (5b)
[Refleksi]
Bacalah lebih
dulu: “Kisah Mulia Lainnya Setelah Hari Pertama Pada Minggu Itu (5a)”
Adakah satu saja
diantara para murid itu berdasarkan apa yang telah disaksikannya dapat
menyibakan kelambu-kelambu hitam pekat yang menyelubungi otaknya, sehingga kala
mata memandang semua penampakan Sang Mesias yang telah bangkit dari kematian dan
kala telinga mendengar suaranya, untuk segera saat itu juga berbulat hati dan
bersorak sukacita percaya dengan segenap sabdanya ini: “Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia
harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua,
imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari
ketiga- Matius 16:21?” Tidak! Seperti pada episode ini: “Ketika melihat
Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa
orang ragu-ragu- Matius 28:17”.
Bukankah mata kita
sekalian telah berulang membaca betapa Petrus sangat keras menolak dengan
pengajaran itu-sekalipun melihat dan
mendengar- sehingga begitu emosional “menjambak” tangan Sang Mesias: “Tetapi
Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya
Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau- Matius
16:22." Bukankah mata dan telinga kita sekalian kerap membaca kitab
suci dan mendengarkan khotbah atau
pembacaan kitab suci mengenai mulut Sang
Mesias yang berkata, percaya kepada-Nya
adalah sebuah hal yang begitu mustahil untuk dilakukan, sebagaimana episode
penuh ketegangan ini menunjukannya:
▓Lukas
22:66-71 Dan setelah hari siang berkumpullah sidang para tua-tua bangsa Yahudi
dan imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu mereka menghadapkan Dia ke
Mahkamah Agama mereka, katanya: "Jikalau Engkau adalah Mesias, katakanlah
kepada kami." Jawab Yesus: "Sekalipun Aku mengatakannya kepada kamu,
namun kamu tidak akan percaya; dan sekalipun Aku bertanya sesuatu kepada kamu,
namun kamu tidak akan menjawab. Mulai sekarang Anak Manusia sudah duduk di
sebelah kanan Allah Yang Mahakuasa." Kata mereka semua: "Kalau
begitu, Engkau ini Anak Allah?" Jawab Yesus: "Kamu sendiri
mengatakan, bahwa Akulah Anak Allah." Lalu kata mereka: "Untuk apa
kita perlu kesaksian lagi? Kita ini telah mendengarnya dari mulut-Nya
sendiri."
Ini, peristiwa yang
tercatat pada Lukas 22:66-71 tersebut merupakan momen termahal bagi segenap
tua-tua bangsa Yahudi dan imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat untuk melakukan
semacam persidangan yang bernilai tinggi terkait apakah yang sedang terjadi pada
segenap janji-janji Mesianik yang begitu mustahil untuk diimani sedang terjadi
saat itu juga dihadapan mereka. Momen ini sebaliknya telah untuk selama-lamanya
menempatkan mereka semua sebagai yang tak mungkin untuk menyatakan pikiran
Allah yang telah berlangsung dan telah genap perwujudannya dalam Yesus Sang
Mesias.
Pengutusan para rasul
tidak cukup dengan membuka pikiran mereka untuk mengerti pikiran Allah
sebagaimana seharusnya (Lukas 24:44-45), sehingga kegagalan mereka sebagaimana
pada segenap tua-tua bangsa Yahudi dan imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat dapat diluputkan oleh Yesus, tetapi oleh Yesus dicamkan sebagaimana mereka
didampingi oleh Yesus maka kelak mereka akan didampingi oleh Roh Kudus.untuk menjamin pemberitaan
mereka tetap merupakan pikiran Allah dan para pendengarnya berdasarkan karya
Roh Kudus dapat menjadi percaya (Yohanes 16:7-11,13-14).