Oleh : Martin Simamora
Pikiran-Ku Bukan Pikiranmu (4) : Selamat Di Tangan
Yesus. Dahsyatkah Atau... ?
credit: telegraph.co.uk |
Yohanes
6:39 inilah kehendak Dia
(Bapa) yang telah mengutus Aku... dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang
hilang
Yohanes
10:29 “Bapa-Ku, yang memberikan
mereka kepada-Ku... dan seorangpun tidak dapat merebut mereka
dari
tangan Bapa.”
Bacalah
lebih dulu bagian3
“Selamat Di
Tangan Yesus.” Judul ini saya ambil dari sebuah himne Kristen
berjudul asli Safe in the Arms of Jesus, sebuah lagu tua yang diciptakan oleh
Fanny J. Crosby pada 1870. Lagu ini juga dapat ditemukan dalam Kidung Jemaat,
lagu nomor 388: Slamat Di Tangan Yesus. Saya akan mengajukan sebuah pertanyaan krusial
berdasarkan lagu ini, yaitu :Apakah kehebatan TANGAN Yesus? Dengan kata lain
anda dapat mempertanyakan sehebat apakah TANGAN Yesus itu?
Pertanyaan ini akan semakin
krusial dan otentik jika melihat latar belakang mengapa Fanny J. Crosby yang lahirpada 24 Maret 1820 mengalami kebutaan sejak masih bayi
berusia beberapa minggu saja. Mari kita simak sedikit kesaksian Fanny Crossby :
"When I was six weeks old a slight cold caused inflammation of the eyes. Our usual doctor was away from home, so a stranger was called in. He recommended the use of hot poultices, which practically destroyed my sight. When this sad calamity became known, the unfortunate man thought it best to leave the neighbourhood, and we never heard of him again."
“Ketika aku baru saja berusia 6 minggu, sebuah flu ringan telah mengakibatkan pembengkakan pada kedua matanya. Dokter langganan kami sedang tidak berada di tempatnya, sehingga seorang dokter lain dihubungi. Dia merekomendasikan penggunaan semacam kompres dengan menggunakan tanaman dan atau tepung yang dihangatkan, biasa digunakan untuk meredakan pembengkakan dan nyeri. Ternyata tindakan itu justru mengakibatkan kerusakan penglihatannya. Ketika kemalangan menyedihkan ini tersebar, orang yang tak beruntung itu berpikir adalah hal yang sangat baik baginya untuk pergi meninggalkan perkampungan itu, dan kami tidak pernah mendengar kabar mengenainya lagi.”
Kembali kita akan
melihat bagaimana pikiran-Ku bukan pikiranmu, namun kali ini
saya akan mengajak anda untuk memandang-Nya melalui kesaksian-kesaksin
lagu-lagu rohani yang telah membahana di gereja-gereja dan bergema dari abad ke
abad, bahkan hingga kini!
Sebagian besar lagu-lagu
yang saya sajikan di sini dapat anda temukan di dalam Kidung Jemaat, sebuah
buku lagu yang biasanya digunakan di gereja-gereja Protestan seperti Gereja
Kristen Protestan Indonesia. Saya berharap ini dapat menjadi sebuah bahasan
yang rileks namun tetap memiliki nilai yang penting.
Dapatkah Malapetaka dan Kelemahanku Membuat Keselamatanku Hilang dan Imanku Gugur Selamanya?
Saya
dan anda akan melihat sebuah realita yang akan membantu kita memahami apakah
jawabannya.
Kisah Fanny
J.Crosby
Fanny meneruskan kisahnya:
"But," she added, "I have not, for a moment, in more than eighty-five years, felt a spark of resentment against him; for I have always believed that the good Lord, in His infinite mercy, by this means consecrated me to the work that I am still permitted to do. When I remember how I have been blessed, how can I repine?"“Tetapi,”dia menambahkan,”Saya tidak, untuk sesaat saja, dalam lebih dari 85 tahun, merasakan sebuah percikan kepahitan atau perasaan diperlakukan tidak adil terhadap atau olehnya; karena saya selalu percaya bahwa Tuhan yang baik itu, dalam belas kasih-Nya yang tak terhingga, melalui sarana-sarana ini telah mempersiapkanku untuk sebuah tujuan yang kudus, untuk mengerjakan perkerjaan yang mana saya masih diperbolehkan untuk melakukakannya. Ketika aku mengingat bagaimana saya telah begitu diberkati, bagaimana bisa saya menyatakan kekecewaan?”
Fanny
Crosby telah membuat keputusan yang kokoh ketika dia masih kanak-kanak bahwa kebutaannya tidaklah
seharusnya membuat dirinya tidak berbahagia, atau mencegahnya untuk berguna bagi dunia ini; dia tidak pernah mengizinkan hal-hal itu
mengitarinya untuk membuatnya mengasihi diri sendiri karena dia buta.
Dia
tidak membiarkan bayang-bayang gelap yang menghalangi penglihatan jasmaniahnya
untuk juga menahan sinar matahari pengharapan dari sebuah jiwa yang dipenuhi
dengan kepercayaan.
Pada
usia 9 tahun, si pencipta sekitar 8000an himne-himne Kristen, untuk kali
pertama menuliskan bait-baitnya, walau kaku tetapi sangat ekspresif :
"Oh
what a happy soul I am,
Although
I cannot see;
I
am resolved that in this world
Contented I will be.
How many blessings I enjoy,
That other
people don't;
To weep and
sigh because I'm blind,
I cannot,
and I won't."
Fanny kecil adalah seorang anak yang tetap memiliki
keinginan kuat untuk bersekolah walau keadaannya yang demikian. Begini dia
menuturkannya :
"I used to sigh and wonder," she says, "if I should ever be able to gain anything of the great store of human knowledge. As time went on, my longing for knowledge became a passion, from which there was seldom any rest."
Nyonya
Hawley, seorang Kristen yang rumahnya
menjadi kediaman keluarga Fanny,
memiliki perhatian yang besar terhadap anak yang buta, dan dibawah
pengajarannya, Fanny telah mendapatkan sebuah pengetahuan Alkitab yang sangat baik. Fanny kecil belajar
sepenuh hati empat atau lima bab
seminggu, sehingga di akhir tahun
dia dapat mengulang empat Injil, dan
sebagian besar dari empat kitab pertama Perjanjian Lama.
Ketika
dia berusia sebelas tahun, Fanny mengajukan sebuah pertanyaan serius kepada
Tuhan pada sebuah malam yang indah, ketika dia berlutut dekat dengan kursi
goyang neneknya, agar Tuhan membukakan baginya jalan baginya untuk mendapatkan
pendidikan;dan, empat tahun kemudian, jawaban itu datang. “Itu adalah akhir
dari penantian,” ujarnya,” dan nenek denganku duduk bercakap-cakap dalam
pangkuan kursi goyang. Kemudian kami berlutut dan berdoa bersama-sama. Hari
itu adalah November 1834 “Saya sedang di
luar dan dalam perjalanan pulang, ibu menjumpaiku di pintu gerbang. Saya mendengar sebuah kertas
dibuka-buka di tangannya. Ini adalah sebuah iklan (semacam leaflet) dari New York Institution for The Blind, yang
dikirimkan oleh teman ibu Fanny.
Fanny
bertepuk tangan dan berteriak,”Oh, terimakasih
Tuhan! Dia memiliki jawaban bagi doaku, sebagaimana aku telah mengetahui
bahwa dia memang akan menjawab.” Itu adalah
hari terbahagia seumur hidupku.
Kegelapan intelektual memagariku dalam kehidupan meredupkan pengharapan, dan
janji akan terang kelihatan mulai terbenam, Saya tidak mengejar penglihatan
jasmaniah, jiwa yang dicerahkan, itulah yang saya cari.
All The Way My Saviour Leads me, Fanny Crosby – Di Jalanku ‘Ku Diiring, Kidung Jemaat no.408
Di
New York Institution for The Blind, Fanny Crosby menghabiskan waktu di sana 23 tahun lamanya, sejak dia pergi ke sana meninggalkan ibunda terkasih sebelum menginjak usia 15 tahun, pada 3 Maret 1835.
Dan ini yang istimewa pada dirinya : 8 tahun dia sebagai murid dan 15 tahun sebagai guru.
Di institusi tersebut dia belajar membaca Alkitab, belajar Pilgrim’s Progress (Pertumbuhan Orang Percaya sebagai seorang Musafir), dan literatur-literatur umum mengenai prosa dan menulis bait-bait puisi, dan pengembangan karakter-karakter diri. Studi-studi favoritnya adalah sejarah Inggris, filsafat dan ilmu pengetahuan. Kelas menyanyi adalah kelas yang paling mendatangkan kesukaan besar baginya. Fanny juga, di Institusi itu, belajar bermain organ, gitar dan piano. Dua buku puisinya telah dipublikasikan, selagi dia masih berada di Institusi tersebut, volume 3 terbit segera setelah dia meninggalkan institusi tersebut pada 2 Maret 1858.
Fanny
kemudian menikah dengan Alexander Van Alstyne juga seorang murid dan guru
selama 15 tahun di institusi yang sama. Mengenai suaminya, beginilah Fanny
menuturkan:
“He was a firm trustful Christian, a man of kindly deeds and cheering words. Our tastes were congenial, and he composed the music to several of my hymns. At different times he was organist in two of the New York Churches; he also taught private classes in both vocal and instrumental music. We were happy together for many years."“Dia adalah seorang Kristen yang sungguh-sungguh dapat dipercaya, seorang pria dengan tindak-tanduk yang lembut dan kata-kata yang menyukakan. Cita rasa kami sangat padu, dan dia mengkomposisi musik untuk beberapa himne-himne karyaku. Pada kesempatan-kesempatan lain, dia menjadi organis di dua gereja New York; dia juga mengajar kelas-kelas privat baik vokal dan musik instrumental. Kami berdua berbahagia untuk tahun-tahun yang banyak.”
Suaminya
meninggal pada 18 Juli 1902.
Selama
di institusi, Fanny belum satu pun menciptakan himne. Tetapi pada
1863 dia diperkenalkan dengan W.B. Bradbury, yang sudah sejak bertahun-tahun lamanya
mendambakan untuk bisa bertemu dengan seseorang yang dapat menuliskan kata-kata
bagi melodi-melodinya. Fanny kemudian
memulai kerjanya sebagai seorang penulis himne-himne Gospel. Himne pertama yang ditulis oleh Fanny
bagi Bradbury adalah sebuah himne misionaris
berjudul “There’s a cry from Macedonia.” Fanny bekerja baginya hingga
Bradbury wafat pada Januari 1868.
Fanny
juga menulis bagi Philip Philips, Hubert P Main, D Lowry, Dr.W.H. Doane, Ira D.Sankey, Philip P. Bliss, W.F. Sherwin, dan banyak lagi lainnya.
Dalam
bukunya Memories of Eighty Years, dia bertutur begini :“Berapa banyak Himne yang telah kamu tulis? Adalah sebuah
pertanyaan yang kerap ditanyakan pada
dirinya. Jumlah persisnya tidak pernah tercatat, tetapi berangkali saya telah
menulis sekitar delapan ribu himne.
Berbagai
peristiwa dalam menuliskan himne-himne adalah yang paling menarik; saya
hanya dapat memberitahu kepada anda, kisah beberapa diantaranya sebagaimana yang
dituliskan oleh Fanny sendiri:
"Hold Thou my Hand." She says, "Hubert P. Main wrote the music for this hymn. For days before I wrote it, all had seemed dark to me. This was an unusual experience, for I have always been most cheerful; and so, in my human weakness, I cried in prayer. 'Dear Lord, hold Thou my hand!' Almost at once sweet peace returned to my heart, and my gratitude for answered prayer sang itself in the lines of my hymn":"Hold Thou my hand, so weak I am and helplessI dare not take one step without Thy aid;Hold Thou my hand, for then, O loving Saviour,No dread of ill shall make my soul afraid."
“Hold Thou my Hand- Peganglah Tanganku Tuhan.” Dia berkata,”Hubert P.Main telah menuliskan musik bagi himne ini. Berhari-hari sebelum aku menuliskannya, semuanya terlihat gelap bagiku. Ini adalah pengalaman yang tak biasa. Karena saya hampir selalu ceria;dan sehingga, dalam kelemahan manusiaku, aku berteriak dalam doa. “Tuhan kekasih, peganglah tanganku ini Tuhan!” Hampir seketika damai yang manis kembali ke hatiku,dan pengucapan syukurku untuk doa yang telah dijawab menyanyikannya sendiri dalam baris-baris himneku.”"Hold Thou my hand, so weak I am and helpless
I dare not take one step without Thy aid;Hold Thou my hand, for then, O loving Saviour,No dread of ill shall make my soul afraid."
Setelah kematian C.H. Spurgeon,” Fanny menambahkan,”isterinya telah menuliskan sebuah salinan puisinya,dan dia berkata bahwa dia telah menerima sebuah damai yang besar dengan mendengarkan puisi itu dinyanyikan.”
“Safe in Arms of Jesus” (lagu yang dapat dijumpai dalam Kidung Jemaat
pada lagu nomor 388 berjudul S’lamat Di Tangan Yesus, dan menjadi judul artikel ini), Fanny menuturkan,” pada 30 April 1886,
Dr.W.H.Doane telah berkunjung ke rumahku
dan berkata:”Saya memiliki waktu tepat 40 menit sebelum keretaku berangkat ke Cincinnati. Ini adalah sebuah
melodi. Dapatkah anda menuliskan kata-kata bagi melodi tersebut?”
Safe in Arms of Jesus
Dan
dalam rentang waktu 20 menit kemudian, kurun waktu dimana aku tidak menyadari apa sebetulnya yang sedang terjadi kecuali pekerjaan yang sedang saya lakukan.
Pada penghujung waktu saya berujar kuat dari memoriku kata-kata “Safe in the arms of Jesus” kepada Doane. Lantas dia
mencatatnya,dan memiliki cukup waktu
untuk mengejar keretanya.”
“Saved by Grace.” Himne ini,” ujar Fanny
Crosby,” diwujudkan menjadi lagu oleh sebuah pemikiran yang diekspresikan dalam
sebuah khotbah yang disampaikan oleh Dr. Howard Crosby, yang memiliki kekerabatan
jauh denganku. Howard berkata, “Tidak
ada orang Kristen yang boleh takut dengan kematian; karena anugerah yang sama
yang mengajarkan kita bagaimana untuk hiudp juga akan mengajar kita bagaimana
untuk mati.” Tidak berjam-jam setelah mendengarkan pernyataan itu,”Fanny meneruskan,”Saya mulai
menuliskan himne ini.”
Dua
tahun setelah Fanny menuliskannya, dia hadir dalam sebuah Evangelistic Meeting yang
diselenggarakan oleh Dr AJ Gordon dan Sankey. Saat itu Sankey meminta Fanny
menyampaikan sambutannya, sebab ada peserta yang ingin mendengarkannya untuk berbicara.
Selama
Fanny Crosby menyampaikan
perkataan-perkataannya untuk pertama kali di hadapan publik, “Saved by Grace- Diselamatkan oleh Anugerah.”
Dimanakah kamu sembunyikan keping itu?” tanya
Sankey, selagi saya kembali ke tempatku. Beberapa minggu kemudian George C. Stebbins mengkomposisikan musik untuk Saved by Grace. Lagu ini kemudian
menjadi yang sangat disukai Sankey. Dia
menyanyikan dan menggunakannya secara konstan selama pelayanan-pelayanannya”
"Some day the silver cord will break
And I no more, as now shall sing!
But oh, the joy when I shall wake
Within the palace of the King!
And I shall see Him face to face,
And tell the story, saved by grace."
Kehendak Bapa-Ku Agar Dari SEMUA Yang
Telah Diberikan-Nya JANGAN ADA Yang HILANG
Jika
anda seorang ibu dan ayah memiliki bayi seusia Fanny Crosby dan mengalami
tragedi seperti itu, akankah anda
sebagai orang tua tetap akan kuat dalam hidup dan iman? Apakah anda
sebagai orang tua juga akan melihat anakmu bersikap sama seperti Fanny? Jawabannya
bisa beragam, tetapi jawaban yang paling rasional adalah kemungkinan untuk sama
seperti Fanny adalah kecil sebab aku dan dia berbeda. Apalagi jika berbicara
tentang anak yang masih bayi.
Memang,
demikianlah manusia dalam memandang daya tahan iman dan masa depan
imannya, ketika hidup dan prospek imannya disandarkan pada kekuatan jiwa dan
pikirannya untuk fokus pada Tuhan. Tak bisa disalahkan jika pandangan semacam
ini hadir.
Kisah Fanny Crosby memang unik. Anda dan saya dapat
berkata bahwa dia dan aku berbeda! Padanya dapat melalui sementara padaku, saya
tidak bisa memastikan bagaimana saya akan bereaksi terhadap peristiwa-peristiwa
kelam di masa yang akan datang, untuk peristiwa
kelam yang belum saya alami. Bahkan untuk membayangkannya saja merupakan
sebuah kebodohan. Berharaplah yang positif dan berimanlah yang baik, tak
mungkin Tuhan punya “hobi” seburuk itu.
Walau
demikian, tetap tak terelakan di dunia ini kita tidak bisa senantiasa
mengantisipasi hal-hal baik, sebab realita dunia penuh dengan resiko. Siapa
yang tidak memilih untuk membeli atau memiliki asuransi mobil yang ”all risk” lengkap dengan semua perluasan-perluasannya seperti banjir, kerusuhan dan lain-lain. Siapa juga
yang tidak akan melengkapi asuransi mobilnya dengan Third Party Liability dengan nilai yang paling baik? Itu sendiri sudah
menggambarkan sekeping dari miliaran keping realita buruk yang sangat sigap
diantisipasi oleh manusia dan menjadi salah satu titik perputaran kapital yang
bernilai mega, ya...bisnis resiko yang dapat semanis madu walau kadang sepahit
empedu.
Sekarang,
saya dan anda mengakui demikianlah manusia memandang, manusia yang penuh dengan
kecemasan; manusia yang menikmati
kehidupan yang serba tak pasti. Manusia adalah makhluk yang sejak kecil
mengenal dunia dalam sebuah kebenaran
absolut, yaitu KETIDAKPASTIAN. Semakin diperparah bahwa manusia itu TIDAK
BERDAULAT atas masa depan dan dirinya sendiri; bahwa manusia kadang mau tak mau harus mempercayakan mati-hidup
dan masa depan dirinya kepada pihak ketiga, misal asuransi jiwa, asuransi
rumah, asuransi pendidikan, asuransi kematian dan lain sebagainya. Bahkan perusahaan
asuransi sebagai penjamin masa depannya, pun perlu menjamin masa depan hidupnya
yang sejatinya bermain dengan resiko ribuan, puluhan ribu dan mungkin jutaan
orang; Asuransipun perlu menjaminkan dirinya pada Re-Insurance Company untuk
melindungi dirinya dari sebuah kerugian fatal atas resiko-resiko
berkapitalisasi besar.
Day by Day-
Kekuatan Serta Penghiburan, Kidung Jemaat nomor 332
Manusia
moderen bukanlah manusia yang dapat menghargai sebuah kepastian yang “take it
for granted.” Yang diterima dengan begitu saja. Sebab manusia sukar untuk
percaya ada sebuah PENJAMIN yang MAHA segala-galanya, apalagi PENJAMIN
TUNGGAL? Saya tidak ingin berkata bahwa
berasuransi adalah keliru, sebab bagaimanapun saya banyak menganjurkan banyak
orang berasuransi dan juga telah mengecap bonus manis dari perusahaan asuransi
dimana dahulu saya bekerja. Berasuransi
dapat dikatakan adalah sebuah perencanaan yang bagus sebagai manusia yang hidup
dan mencanangkan masa depan yang baik
bagi keluarga.
Apa
yang saya sedang bicarakan adalah bahwa manusia tanpa disadarinya telah dijiwai
oleh dunia ini sebagai tuan atas gagasan dan cara pandang kala memandang Tuhan.
Tuhan
Penjamin Andal Atas Dirimu; Penjamin
Tunggal Yang Berdaulat Atas Keselamatanmu dan Segala Sesuatunya
Maka
tak mengherankan jika dikatakan bahwa Yesus menjamin keselamatanmu tidak dapat
hilang akan dinilai sebagai BUKAN AJARAN ALKITAB. Tak heran juga jika saya mengatakan bahwa Bapa
sendiri berkehendak agar dirimu tak hilang dari tangan Bapa hingga
kesudahannya, walau apapun lika-liku
hidupmu sebagai manusia. Bahwa turun-naikmu dalam hidupmu, jika dirimu
sungguh-sungguh milik Yesus, bagaimanapun tidak akan membuatmu terlepas dari
tangan Bapa.
Bapa
menghendaki itu dalam kedaulatannya; Bapa menghendaki dirimu tak akan hilang dalam perjalanan hidupmu; Bapa
merencanakan atau mendisain agar dirimu tak akan hilang dalam realita hidupmu.
Asalkan dirimu memang benar-benar ranting yang hidup dari pokok anggur itu,
maka dirimu tidak akan mengalami apapun juga!
Benarkah?
God Will Take Care of You, Apapun Juga Menimpamu , Kidung Jemaat no.438
Saya
akan memaparkan 2 ayat yang menunjukan pernyataan Yesus dan penyingkapan
kehendak Bapa bahwa barangsiapa yang diserahkan Bapa kepada Yesus, PASTI tidak
akan hilang,tidak akan gugur iman, tidak akan undur dari Tuhan walau melapetaka
seberat dan sesakit apapun itu yang mungkin sampai menghancurkan dan meremukan
hatimu. Anda boleh saja terpukul, tetapi itu sesaat bukan permanen; anda boleh
saja melakukan dosa tetapi bukan berkubangan sehingga menjadi sebuah
kepermanenan yang mematikan. Bapa melakukan segala sesuatu yang diperlukan oleh anda dan saya sehingga
kelemahan-kelemahan manusia pada diri kita tidak menjadi santapan kegelapan yang
pada akhirnya akan menghancurkan pengharapanmu dalam keselamatanmu dan
keselamatan itu sendiri.
Inilah
Bapa dan Yesus yang menyatakan bahwa
keselamatan setiap orang-orang tebusannya-sungguh-sungguh milik Bapa- TIDAK AKAN
PERNAH DAPAT HILANG, sebagaimana dapat kita pelajari dua diantara banyak ayat
yang menyatakan hal ini:
(1)Yohanes 6:39 Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.
NIV John 6:39 And this is the will of him who sent me, that I shall lose none of all those he has given me, but raise them up at the last day.KJ And this is the Father's will which hath sent me, that of all which he hath given me I should lose nothing, but should raise it up again at the last dayThe will atau θέλημα thelēma bermakna kehendak atau keinginan atau hasrat, Asal kata ini adalah θέλω theló yang bermakna Aku ingin, Aku berkemauan, Aku merancang. Biasanya digunakan pada Tuhan yang menyampaikan ”tawaran terbaik” kepada orang percaya- menginginkan(berhasrat) untuk melahirkan iman-Nya di dalam mereka –orang-orang percaya yang juga memberi kekuatan pada mereka-empower, memanifestasikan kehadiran-Nya.
Lose atau ἀπολέσω apolesō bermakna menghancurkan, hilang atau binasa. Sebuah kehancuran permanen atau menyebabkan menjadi hilang atau terhilang (pada dasarnya binasa) melalui mengalami pengalaman yang sangat memilukan atau menghancurkan atau menghancurkan hati = apóllymi
.
Last atau ἐσχάτῃ eschatē bermakna hingga akhir, pada akhirnya atau kesudahannya.Day atau ἡμέρᾳ ēmera bermakna satu hari, periode, periode matahari terbit hingga matahari terbenam.
(2) Yohanes 10:29 Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.NIVJohn 10:29 My Father, who has given them to me, is greater than all; no one can snatch them out of my Father's hand.KJ My Father, which gave them me, is greater than all; and no man is able to pluck them out of my Father's hand.Has given atau δέδωκεν dedōken bermakna dipersembahkan atau diberikan atau ditempatkanSnatch atau pluck out atau ἁρπάζειν arpazein bermakna mengambil dengan cara mencuri , merampas secara tiba dan dalam sebuah cara yang sangat pasti.Hand atau χειρὸς cheiros bermakna tangan atau juga bermakna secara figuratif: instrumen untuk mewujudkan rencana
We Rest On Thee
Pikiran-Ku
bukan Pikiranmu. Begitulah kehendak Bapa dan demikian juga
hasrat Yesus. Bapa berdaulat untuk mewujudkan rencananya ini. Sementara diri
kita akan kesulitan menerima maksud Bapa ini, jika pikiranmu masih menjadi tuan
atas dirimu. Ingat, dirimu bukanlah kebenaran itu sendiri, tetapi Yesus adalah
kebenaran itu! Apakah anda berpikir
bahwa ini adalah kehidupan Kristen yang murahan tanpa sebuah tanggungjawab?
Kisah Crosby telah menjadi sebuah bukti
besar yang terus hidup walau dia mati; lagu-lagunya masih terus
dikumandangkan di gereja-gereja, dalam kebaktian-kebaktian keluarga dan dalam
kebaktian-kebaktian rumah tangga. Rumah tangga Kristen yang meluhurkan Tuhan
dan imannya dalam kehidupan nyata yang tak mudah.
Sekali selamat tetap selamat, adalah sebuah terminologi yang
mewakili kehendak Bapa untuk terjadi
dalam kedaulatan-Nya kokoh dan sempurna. Tidak bisa dan selalu gagal dipahami jika
diteropong dari sudut pandang yang bersandar pada kapabilitas manusia sebagai
penanggungjawab keamanan keselamatan yang merupakan karya Yesus oleh kehendak Bapa!
Renungkanlah
dan berdoalah kepada Bapa agar anda mengenal apa sejatinya kehendak Bapa.
Yohanes 17:6 Aku telah menyatakan
nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku
dari dunia.
Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka
kepada-Ku dan mereka telah menuruti
firman-Mu.
Amin
Bersambung ke bagian 5
Rujukan:
Safe in the Arms of Jesus, Christian Biography Resources
Safe in the Arms of Jesus, Christian Biography Resources
No comments:
Post a Comment