Jadi, untuk apakah semua godaan-godaan Iblis yang ditujukan kepada Yesus, apakah ia sungguh-sungguh merasakan apa yang kita alami? Setiap kita dapat mengalami situasi godaan semacam ini dan dapat mengatasi godaan ini dengan baik sehingga godaan itu tidak mengakibatkan dosa. Tidak satupun dari kita akan berpendapat bahwa godaan itu sungguh nyata dan memiliki tujuan pada ahirnya. Iblis memiliki tujuan yang berbeda dengan tujuan yang dimiliki Tuhan.
Dengan pandangan ini, kita dapat memahami ketika seseorang berupaya melalui serangkai ujian dan tidak mengalami pemurnian, ujian ini hanya akan sah bila beberapa pemurnian terlihat pada orang tersebut. Yesus telah mati terhadap dosa, tepat seperti yang dikatakan oleh Paulus, kita bertanggungjawab atas diri kita sendiri untuk mati terhadap dosa.
Sebelumnya : Bagian 2
Godaan itu ada tetapi Yesus tidak bereaksi terhadap dosa. Saya coba berikan sebuah contoh : Jika saya tak pernah memiliki sebuah masalah, misal mencuri uang dalam perjalanan hidup saya dan saya melihat uang dollar tergeletak di atas meja saat saya di restoran. Saya dapat tidak tergoda untuk mengambil uang itu karena saya sudah mati terhadap dosa.
Yesus seperti itu terhadap SEMUA bentuk dosa. Seseorang dapat berpendapat, karena Yesus tidak pernah berdosa maka ia bukanlah manusia sejati karena dosa dalam naturnya pada dasarnya asing bagi manusia. Adam tidak berdosa saat ia diciptakan, walaupun ia memiliki kemampuan untuk memilih. Dosa menjadi penyusup kedalam kondisi manusia.
Dapat digoda berarti seseorang rawan untuk dipengaruhi oleh godaan. Sebuah pasukan dapat menyerang pasukan lain tetapi tidak berarti dapat menaklukannya. Sebagai contoh : Tuhan memiliki segala kuasa, Ia dapat menciptakan dan menghancurkan dalam sekejap mata. Apakah ini berarti jika Ia tidak menggunakan kuasanya lantas bermakna ia sungguh-sungguh tak memiliki kuasa itu?
Godaan-godaan yang dialami Yesus sungguh-sungguh nyata, senyata yang kita alami, mungkin lebih gencar karena musuh berupaya keras mewujudkan tujuannya untuk menaklukan Yesus. Karena Yesus tidak takluk kepada Iblis, tak mengurangi betapa nyatanya godaan-godaan itu.
Godaan-godaan yang dialami oleh Yesus, sungguh-sungguh persis seperti yang terjadi pada kita, sekalipun tidak menghasilkan keinginan daging pada diri Yesus. Ia mengalami godaan dari sisi luar bukan dari dalam dirinya, tidak terjadi reaksi internal (didalam dirinya) yang dihasilkan oleh karena hal-hal (godaan) yang datang dari luar dirinya. Yakobus 1:14 "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia".
Kita dapat melihat dimana dosa dimulai, pada diri kita pada hasrat yang terdapat dalam diri oleh pengaruh dari luar. Kita kemudian bertindak olehnya, pertama melalui pembenaran dipikiran, kemudian dengan melakukan benih-benih perbuatan. Yesus mati terhadap dosa didalam dirinya.
Yesus disebut sebagai Adam kedua sebagai seorang manusia, namun Yesus memiliki kemanusian yang sempurna bahkan dalam cara yang lebih besar daripada Adam. Sementara Adam memiliki sebuah pilihan, Yesus hanya dapat melakukan apa yang dapat dilakukan oleh naturnya.
Kita dapat melihat dimana dosa dimulai, pada diri kita pada hasrat yang terdapat dalam diri oleh pengaruh dari luar. Kita kemudian bertindak olehnya, pertama melalui pembenaran dipikiran, kemudian dengan melakukan benih-benih perbuatan. Yesus mati terhadap dosa didalam dirinya.
Yesus disebut sebagai Adam kedua sebagai seorang manusia, namun Yesus memiliki kemanusian yang sempurna bahkan dalam cara yang lebih besar daripada Adam. Sementara Adam memiliki sebuah pilihan, Yesus hanya dapat melakukan apa yang dapat dilakukan oleh naturnya.
Dia adalah Tuhan dan tidak dapat berdosa. Tuhan oleh naturnya atau pada dasarnya Tidak Terbatas, Kudus, Benar, Selalu Sempurna di segenap waktu. Sangat mustahil bagi Tuhan untuk bertindak jahat.
Andaikan Yesus berdosa kala di bumi, apa yang dapat mencegahnya untuk berbuat dosa di surga. Tempat ini-surga adalah lingkungan yang sama dimana Malaikat-Setan jatuh. Semakin jelas bahwa pemicunya bukan pada lingkungan dimana kita berada tetapi pada apa yang ada didalam diri kita. Yesus tidak dapat dikonfrontasi dengan godaan bahkan di surga, Ia dibangkitkan, Ia yang Sulung dibangkitkan untuk memiliki kehidupan tubuh yang kekal. Yesus memiliki keadaan sempurna disepanjang kekekalan sehingga sekalipun Ia dapat mengalami kelemahan kita saat Ia berada di Bumi untuk sementara waktu sebagai seorang manusia, Ia tidak pernah dapat dicobai kembali.
Bagaimana dengan penderitaannya di taman Getsemani dimana Ia meminta sebanyak 3 kali agar cawan itu diambil dari dirinya, Ia telah memberikan diri-Nya kepada kehendak Bapa, "Tetapi bukan kehendakku tetapi kehendak-Mu yang jadi."
Bukankah disini Yesus sedang berdoa agar Ia tidak mengalami kematian yang mengerikan? Jika Ia berdoa demikian maka Ia tidak akan mengalami kematian secara fisik, tujuan kedatangannya kedunia dengan demikian dapat ditolak. Kepatuhan Kristus diperlihatkan dalam Filipi 2:8 yang berkata, "Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib"."Ia tidak berdoa agar tujuannya datang kedunia ini ditiadakan sebab Ia datang untuk melakukan kehendak Bapa.
Ada beberapa ayat yang menjelaskan kesan kontradiksi tujuan Kristus :
Yohanes 12:27(27) Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.
Pada ayat ini Yesus menegaskan kembali alasan kedatangannya kedalam dunia. Disepanjang pelayanan Yesus kita dapat melihat siapa yang mengedalikan berbagai peristiwa. Ia menanti untuk ditangkap oleh pasukan Roma, Yesus juga tahu sekali bahwa Yudas akan menghianatinya.
Yohanes 18:11(11) Kata Yesus kepada Petrus: "Sarungkan pedangmu itu; bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?"
Yesus ditangkap di Taman Getsemani |
Selama proses penangkapannya Yesus berkata kepada Petrus untuk menarik pedangnya sambil berkata "bukankah Aku harus meminum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?"
Markus 14:33Dan Ia membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes serta-Nya. Ia sangat takut dan gentar,
Lukas 24:44Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur."
Peristiwa apakah yang dialami Yesus di Taman Getsemani yang menghancurkan jiwanya? dalam Markus 14:33 diungkapkan kepada kita hal yang sungguh mengagumkan, maksudnya kita akan terpana kagum, Yesus saat itu mengalami tekanan yang ekstrim, derita yang membawa kematian. Situasi yang melingkupi diri Yesus demikian menekan sebab ada bahaya yang telah ada di AMBANG PINTU menantinya yang mengakibatkan Yesus mengalami ketakberdayaan pada fisiknya secara total sebab Yesus meneteskan darah dari keningnya. Yesus kala itu sedang mengantisipasi apa yang harus terjadi atau dialaminya, dan ini membuat jiwanya sangat menderita sedemikian ekstrimnya, dan ia mengalami pendarahan. Lukas 24:44 memberitahukan kepada kita bahwa ia dalam penderitaan, dalam konflik dengan pasukan-pasukan Setan yang terus berupaya menjauhkan ia dari salib. Jika saja ia mengalami kematian tidak dalam waktunya atau dengan cara yang berbeda maka pengorbanannya tidak akan dapat diterima.
Saat ia meminta cawannya, penderitaan-Nya semakin meningkat hingga ia jatuh rebah di tanah. Ia meminta jika cawan ini boleh berlalu, jika ada cara lain, tetapi Ia ingin melakukan kehendak Bapa.
Bersambung ke Bagian 4 selesai
Martin Simamora |letusreason.org
No comments:
Post a Comment