F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Ketika Tuhan Yang Panjang Sabar Berjalan Dalam Puting Beliung



Oleh: Martin Simamora

Ketika Tuhan Yang Panjang Sabar  Berjalan  Dalam Puting Beliung

TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. Ia berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kaki-Nya. Nahum 1:3





Teks (1:3)bagi renungan kita kali ini adalah bagian yang luar biasa, yang dapat kita jumpai dalam kitab Nahum, yang sedang mengambarkan siapakah TUHAN? Bahwa dalam murkaNya yang meluap-luap, Dia adalah TUHAN yang panjang sabar. Ya! Dalam realita 1:2, Dia adalah TUHAN yang panjang sabar!

TUHAN itu Allah yang cemburu dan pembalas, TUHAN itu pembalas dan penuh kehangatan amarah. TUHAN itu pembalas kepada para lawan-Nya dan pendendam kepada para musuh-Nya.  Nahum 1:2

Tak seperti anda kebanyakan, sebagai orang Kristen, Nahum bahkan pada saat yang sama dapat menggambarkan TUHAN itu panjang sabar bahkan dalam sebuah murka berkualitas kudus  yang tak setitik pun menoleri sebuah pengingkaran atas ketetapan-ketetapanNya yang kudus nan mulia. Nahum berkata, bahwa TUHAN yang sedang murka dahsyat itu adalah TUHAN yang panjang sabar. Jika TUHAN yang panjang sabar itu pada akhirnya tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang  bersalah, bahkan berjalan dalam puting beliung- berjalan dalam kemurkaan yang siap melahap habis setiap kesalahan dihadapannya, maka hanya satu penjelasan atas murkaNya, bahwa Dia adalah Kudus dan tidak pernah dosa adalah masalah yang ringan! Apalagi bila tanpa sebuah solusi, pasti merupakan masalah yang mendatangkan maut  pada akhirnya tanpa ampun dalam level sekecil apapun!




Bahwa “panjang sabar”  atau “lambat untuk marah hebat”, sabar sehingga murkanya tertahankan untuk sebuah masa yang telah Dia tentukan, murka oleh sebab  Dia kecewa dahsyat (ayat 2).” Dia dikatakan bisa panjang sabar karena Dia penuh dengan kemurahan hati atau sungguh teramat baik hati, kalau kita merujuk pada ’e-reḵ  atau  אֶ֤רֶךְ,  atau lambat untuk menjadi marah, atau marah bukanlah hal yang berlari melesat sehingga segera menjadi pedang di tanganNya yang siap membunuh siapapun seperti seorang yang kehilangan kendali dan kehilangan kasihNya yang mulia. KasihNyalah yang menahan marahNya untuk tidak melesat sehingga memberi ruang untuk bertobat kepada manusia! Sehingga menjadi marah besar atau kecewa hebat ’ap-pa-yim – אַפַּ֙יִם֙  bukanlah kesukaanNya namun sebuah ekspresi kebenaran kudus yang keluar dari dirinya terhadap kejahatan yang sedang berpesta di hadapanNya, atau penduduk sebuah negeri yang menganggap sepi kebenaran Tuhan. Demikianlah Nahum menggambarkannya bagi kita dalam ucapan ilahi tentang Niniwe yang pada era nabi Yunus luput karena bertobat. Bacalah  ulasan mengenai Niniwe di era Yunus dalam  “Yunus” oleh pendeta Budi Asali, M.Div untuk memahaminya.


Tuhan Yang Panjang Sabar Itu  berjalan dalam puting beliung
Ia berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kaki-Nya.” Ini adalah sebuah penggambaran kualitas dalam kata-kata bagaimana hebatnya Tuhan yang marah itu, dan sebagaimana kesabarannya yang teramat personal maka Dia sendirilah yang turun untuk menurunkan keadilanNya; bahwa Dia tidak mendiamkan kejahatan berkembang biak melawan kekudusanNya dan kebenaranNya seolah Dia bukanlah Tuhan kebenaran dan Tuhan keadilan dan Tuhan kekudusan. Dia tidak hanya personal  dalam mengungkapkan kasihnya namun juga personal dalam mengungkapkan murkanya. Bahwa murkanya bukan sebuah tindakan seperti manusia yang emosional dan tanpa sebuah arah atau tujuan. Dia tahu benar mengapa Dia murka sebagaimana Dia tahu benar mengapa Dia panjang sabar walau kenyataannya penduduk negeri Niniwe sudah sejak dini pantas untuk dimurkai. Panjang sabar TUHAN memang tidak main-main bahkan bagi ukuran manusia sekalipun, sebab sejak era Nabi Yunus, TUHAN sudah murka;Pun TUHAN tak main-main dengan  panjang sabar dan kasihNya sebab bahkan TUHAN pun “mengejar” Yunus yang  bermain-main dengan panggilan dan penugasan yang harus dijalankannya sebagai NabiNya!


Ucapan ilahi yang diucapkan nabi Nahum, sesungguhnya menunjukan bahwa memang TUHAN adalah Kasih, sehingga Dia dapat panjang sabar atau lambat untuk marah. Marah bukanlah “sprinter” yang melesat keluar dari dalam diriNya, cepat bagaikan kilat untuk menyambar, ini tak terbantahkan sejak penduduk Niniwe dalam ancaman murka Tuhan oleh nabi Yunus hingga nabi Nahum.


Sekarang perhatikan perkataan ilahi berikut ini oleh Nahum:
1:4-6
(4) Ia menghardik laut dan mengeringkannya, dan segala sungai dijadikan-Nya kering. Basan dan Karmel menjadi merana dan kembang Libanon menjadi layu. (5) Gunung-gunung gemetar terhadap Dia, dan bukit-bukit mencair. Bumi menjadi sunyi sepi di hadapan-Nya, dunia serta seluruh penduduknya.(6) Siapakah yang tahan berdiri menghadapi geram-Nya? Dan siapakah yang tahan tegak terhadap murka-Nya yang bernyala-nyala? Kehangatan amarah-Nya tercurah seperti api, dan gunung-gunung batu menjadi roboh di hadapan-Nya.

Ini adalah penggambaran yang tidak menyukakan bagi siapapun, apalagi kepada para pendengarnya pada saat itu?! Namun demikian penggambaran dahsyatnya murka Tuhan yang amat personal ini bukanlah muncul  tanpa menghadirkan keadilan, bahwa murka itu hadir akibat sebuah konsekuensi teramat logis untuk kejahatan yang memang patut untuk menerima ganjaran. Dan, jika kita melihat terhadap kejahatan seperti apakah TUHAN berpanjang sabar, atau tidak cepat murka, maka murka dahsyat TUHAN pada 1:4-6 akan tergambar sebagai sebuah keadilan TUHAN yang  luar biasa, sebab dalam pemandangan seperti yang akan kita lihat sebentar lagi, ternyata murkaNya tidaklah melesat tanpa sebuah kekangan kasihNya, sehingga Dia panjang sabar. Mari kita lihat seperti apakah kejahatan Niniwe:

3:1-4 :
(1) Celakalah kota penumpah darah itu! Seluruhnya dusta belaka, penuh dengan perampasan, dan tidak henti-hentinya penerkaman!(2) Dengar, lecut cambuk dan derak-derik roda! Dengar, kuda lari menderap, dan kereta meloncat-loncat!(3) Pasukan berkuda menyerang, pedang bernyala-nyala dan tombak berkilat-kilat! Banyak yang mati terbunuh dan bangkai bertimbun-timbun! Tidak habis-habisnya mayat-mayat, orang tersandung jatuh pada mayat-mayat!(4) Semuanya karena banyaknya persundalan si perempuan sundal, yang cantik parasnya dan ahli dalam sihir, yang memperdayakan bangsa-bangsa dengan persundalannya dan kaum-kaum dengan sihirnya.

Panjang sabar? Berapa tahunkah hal itu berlangsung? Berapa lamakah kebarbaran dan kebiadaban seperti itu berlangsung? Dan Tuhan  tidak berbuat apapun? Bukankah kita kadang kala bertanya-tanya juga? Kadang dan kerap sesungguhnya manusia tak jua siap untuk menerima kenyataan bahwa TUHAN itu panjang sabar, sebab banyak manusia sebenarnya tak suka pada TUHAN yang panjang sabar terhadap kejahatan?!   Kalau anda  memperhatikan vulgaritas Kota Penumpah Darah adalah Banyak yang mati terbunuh dan bangkai bertimbun-timbun! Tidak habis-habisnya mayat-mayat, orang tersandung jatuh pada mayat-mayat!  Maka bila hal ini terjadi saat ini, maka kita akan berkata TUHAN tidak ada atau Dia tak berdaya terhadap manusia-manusia yang jahat, atau TUHAN kalah dengan kehendak Bebas manusia yang dapat sangat barbarik dan biadab itu!

Saya berpendapat, fenomena ISIS  yang mencemaskan jazirah Timur Tengah dan menjadi kecemasan internasional dan juga Indonesia dalam derajat yang lebih rendah dapat mewakili situasi Niniwe kala itu. Terkait kebiadaban yang berlangsung secara masif dan luas dan tanpa ada yang dapat menahan.

Namun kita dapat segera melihat bahwa TUHAN tidak tinggal diam sekalipun Dia panjang sabar, sehingga karena kesabaran Tuhan itu maka kebiadaban itu menyebabkan bangkai manusia  bertimbun-timbun! Mari kita perhatikan:
3:5 “Lihat, Aku akan menjadi lawanmu, demikianlah firman TUHAN semesta alam; Aku akan mengangkat ujung kainmu sampai ke mukamu dan akan memperlihatkan auratmu kepada bangsa-bangsa dan kemaluanmu kepada kerajaan-kerajaan.”

TUHAN berkata Aku akan menjadi lawanmu. Jelas TUHAN tidak tidur dan TUHAN tidak buta  terhadap realita kejam di dunia kita bahkan saat ini. Jangan pernah sedikit saja menganggap Dia sedang tidur, sebab kala Dia turun dalam puting beliung maka alam semesta pun memberi hormat dan sujud, bumi sunyi tiada protes, menyetujui keadilanNya ditumpahkanNya dalam kedahsyatan: “Gunung-gunung gemetar terhadap Dia, dan bukit-bukit mencair. Bumi menjadi sunyi sepi di hadapan-Nya.” Dan jika murkaNya ditumpahkan: “Siapakah yang tahan berdiri menghadapi geram-Nya? Dan siapakah yang tahan tegak terhadap murka-Nya yang bernyala-nyala?

Tidak ada keperkasaan manusia dan arsenal perang manusia yang bisa membuat TUHAN gemetar terhadap kebiadaban manusia seolah Dia tak berdaya di tangan manusia yang biadab:
2:13
Lihat, Aku akan menjadi lawanmu, demikianlah firman TUHAN semesta alam, Aku akan membakar keretamu menjadi asap, dan pedang akan memakan habis singa mudamu; Aku akan melenyapkan mangsamu dari atas bumi, dan suara utusan-utusanmu tidak akan terdengar lagi.

TUHAN yang panjang sabar, sering dalam kenyataannya, bahkan oleh para pendeta Kristen, guru-guru Kristen, atau aktivis gereja, dikatakan sebagai Tuhan yang tak berdaya terhadap kejahatan manusia. Namun,  ketika TUHAN menumpahkan murkaNya sebagai wujud keadilan yang diteriak-teriakan manusia-manusia yang menangis dan menjerit meminta dalam pembantaian, maka pun dikatakan TUHAN  kejam, bukan TUHAN yang kasih. Kegilaan semacam ini hanya menggambarkan betapa dosa telah membutakan manusia sehingga tidak dapat melihat realitas TUHAN sesungguhnya. Hanya jika TUHAN menyingkapkan atau menganugerahkan sebagaimana TUHAN menganugerahkan pernyataan ilahi kepada Nahum maka manusia dapat mengenali TUHAN dalam kedahsyatan kasihNya dan dalam kedahsyatan murka keadilanNya, dan tetap berkata TUHAN adalah TUHAN yang kasih bahkan dalam murkaNya yang dahsyat kasihNya tetap tegak bagi orang-orang yang berlindung kepadaNya. Orang-orang yang mengandalkan TUHAN-yang menjadikan TUHAN sebagai Tuhannya:

1:7-8 TUHAN itu baik; Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan; Ia mengenal orang-orang yang berlindung kepada-Nya. dan menyeberangkan mereka pada waktu banjir ...

Ya, Tuhan mengenal kepunyaanNya, DIA MENGENAL SIAPAKAH SAJA UMATNYA (bandingkan dengan Yohanes 10:14, Mazmur 37:40). TUHAN tidak kehilangan kasih setiaNya kepada milik kepunyaanNya sekalipun di tanah  dimana yang dikasihiNya berada juga di atas tanah dimana kemurkaan itu ditimpakan (kesetianNya kokoh! bandingkan dengan Maz 100:5). TUHAN mengenal orang-orang yang berlindung kepadaNya, adalah perkataan ilahi yang muncul setelah 1:4-6!


Dia memang Tuhan yang Kasih, Namun KeadilanNya Sempurna! Sesempurna KasihNya!

Apa yang hendak saya katakan melalui artikel singkat dan  renungan singkat ini adalah: sekalipun mata kita melihat keadilan menjadi kian pupus dan malah ketakadilan beranakpinak hingga melahirkan  generasi ketakadilan paling primitif  bahkan dalam generasi kita yang dikatakan jauh lebih beradab : yaitu pembantaian  yang tak segera mendatangkan respon cepat kemanusiaan dari manusia-manusia lainnya, seolah-olah memang ada ras-ras atau golongan tertentu yang memang pantas dibantai sehingga bangkainya bertimbun-timbun.  Hari ini, bahkan kita dapat menyebut lebih dari satu kota atau berangkali negara sebagai Kota Penumpah Darah!


Sesempurna sabarNya kepada manusia-manusia biadab yang haus darah, maka kemurkaan keadilanNya pun pasti secara sempurna akan terlaksana, sehingga tidak ada satu pun manusia yang dapat menudingNya sebagai tak adil dan tak memberi kesempatan untuk berubah dan menghentikan kejahatanNya. KesabaranNya berbading lurus dengan mayat-mayat yang bertimbun-timbun.


TUHAN yang kasih  pada dasarnya hanya menegaskan kebusukan paling busuk dalam dunia manusia, KALA DIA semakin  panjang  dalam bersabar sekalipun kejahatan terus berlipat ganda! Bahkan teriakan jerit meminta keadilan kepada langit semakin meraung-raung.


Dan kala waktuNya tiba bagi kemurakaanNya berlari, menghabisi manusia-manusia biadab demi keadilan  bagi para korban dan lahir dari kasihNya  yang tak dapat diam atas ketakadilan, maka siapakah yang dapat tahan berdiri dihadapanNya? Tak akan ada yang dapat berdiri untuk menghadang keadilanNya yang melanda dalam murka hebat, sebab semua itu berlangsung dalam sebuah keadilan yang maha sempurna sehingga bumi pun sunyi memberikan sebuah hormat yang teramat agung kepada keadilan sang Pencipta.


Kita bersyukur Sebab TUHAN tetap TUHAN yang membenci dosa dalam segala bentuknya; Kita bersyukur sebab Kasih dan Keadilan TUHAN hadir sekaligus didalam  Yesus Kristus:


Yohanes 3:16-18
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.

Kasih dan keadilan TUHAN adalah sahabat karib yang tak dapat dipisahkan, bahwa sebetulnya bukanlah entitas-entitas yang dapat dipisahkan dan dapat dipotret sebagai entitas, sebab  ketika membicarakan dua hal itu saja maka sesungguhnya yang sedang dibicarakan adalah TUHAN!

TUHAN yang panjang sabar pun kembali terdemonstrasikan pada kedatangan Kristus. Lihatlah realitas dunia kala Sang Firman-Sang Logos itu datang: Dunia ini dikuasai kegelapan dan dunia ini tidak mengenalNya!

Yohanes 1:5 Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.

Yohanes 1:10 Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.


Dan Sang Logos lahir di sebuah  KOTA PENUMPAH DARAH:
Matius 2:16-18
Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu. Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: "Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi."

Sekalipun demikian, bukankah Allah tidak serta merta membantai manusia dengan  keadilanNya yang sempurna, bahkan bayi Yesus harus diungsikan ke Mesir?

Matius 2:13-15 Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia." Maka Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku."

Saya ingin mengakhiri renungan singkat ini untuk mengarahkan perhatian kita kepada betapa sabarnya Tuhan kepada kita adalah kasih karunia bagi  manusia, sementara murkaNya menanti untuk menegakan keadilan yang suci, dan kalau saja itu telah dilepaskan maka tak akan ada satupun manusia yang lolos dari keadilan yang sempurna itu. Maka adalah penting untuk memiliki keselamatan   yang datang dari TUHAN yang ada didalam Kristus, hanya di dalam Dia sebagai sebuah pemberian untuk diterima! Tanpa-Nya, maka anda tak akan dapat luput, sebab anda tak diperhitungkanNYa sebagai orang-orang yang berlindung kepadaNya.

Hargailah kasih karunia Tuhan:
Roma 2:4
Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?

Maukah anda bertobat? Atau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya? Bersikaplah sekarang!

AMIN

Selanjutnya, bacalah "Kematian Yang Mengerikan"

 Kredit ilustrasi Foto: ustornadoes.com



No comments:

Post a Comment

Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9