Oleh: Martin Simamora
Pikiran-Ku Bukan Pikiranmu
(6): Hal-Hal Mengerikan Di Sekitar Yesus
“Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu
dan bersekongkolah
untuk
membunuh Dia – Matius 12:14.”
Bacalah lebih dulu bagian 5
Sekarang, kita akan melihat hal-hal mengerikan di
sekitar Yesus. Maksudnya, hal-hal mengerikan itu sangat dekat dengan diri Yesus
dan telah diketahui oleh Yesus dalam sebuah cara yang akan membuat anda dan siapapun akan
terhenyak melihatnya. Yesus dapat
dikatakan sebagai manusia yang begitu menguasai peristiwa-peristiwa buruk yang
“hilir-mudik” dan berusaha menggagalkan hingga meremukan misi besar yang telah
dimandatkan oleh Bapa kepada-Nya.
Hal-Hal mengerikan itu melibatkan banyak oknum mulai
dari orang biasa sampai dengan tokoh-tokoh Yahudi, para prajurit Roma, bahkan muridnya sendiri,
hingga penguasa dalam peristiwa-peristiwa alamiah.
Tak dapat dihindarkan, hal-hal mengerikan disekitarnya
merupakan hal-hal yang telah sangat diketahui oleh Yesus secara baik jauh
di depan (Yohanes 18:4). Sebuah predestinasi peristiwa-peristiwa
mengerikan terjadi di sekitar Yesus.
Mari kita melihat bagaimana kasih Yesus secara konstan mendatangkan hal-hal
mengerikan baginya; kasih Yesus justru
melahirkan kelicikan dan kejahatan-kejahatan terkeji dari dalam hati manusia
yang memuncak dalam nafsu dan tindakan.
Hal Mengerikan dan Dia Yang
Mengetahui Semuanya
Memahami Yesus dari sudut pandang manusia hanya akan
melahirkan konflik demi konflik terhadap dirinya, bukan sebuah harmoni antara
apa yang aku harapkan dengan apa yang aku lihat pada dirinya atau apa yang akan
aku alami kala Dia menjadi Juru selamat dan Tuhanku.
Jika saja setiap orang yang mengakukan dirinya adalah
murid dan pengikut Kristus sungguh-sungguh memberikan dirinya untuk dididik
oleh kesaksian-kesaksian Yesus dalam kitab suci, maka kita dapat menerima apa
adanya Yesus dengan segala ketaksesuain-ketaksesuainya dengan apa yang menjadi pengharapan-pengharapan kita akan
dia.
Apa yang menarik dengan persekongkolan jahat
orang-orang Farisi, bukan pada persekongkolan itu
sendiri namun diri Yesus. Coba perhatikan hal ini:
Matius 12:15 Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana.
Hal mengerikan ini, bukan disebabkan oleh sebuah
kejahatan, tetapi belas kasihan Yesus! Kesalahan Yesus adalah melaksanakan
belas kasihannya pada hari Sabat, inilah akar masalah dalam pandangan manusia,
orang-orang Yahudi.
Ini adalah perilaku yang dinilai masyarakatnya sebagai janggal untuk seorang yang
besar dalam keluarga Yahudi dan dibesarkan dengan nilai-nilai Taurat.
Matius 12:1-4 Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya.(2) Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat."(3) Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar(4) bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam?
Yesus adalah sosok yang selalu diamat-amati segala
gerak-geriknya, tindakannya dan perkataannya. Dia diamati seperti sebuah mesin
yang diobservasi, apakah bekerja dalam sebuah mekanika yang sempurna; sebuah
mekanika yang memiliki sebuah cetak biru yang bernama Taurat.
Jelas terlihat bahwa
orang-orang Farisi bagaikan mekanik-mekanik yang bergerak dalam sebuah keselarasan yang
sempurna dengan cetak biru bernama Taurat itu. Maka terjadilah pada suatu momen dimana Yesus berjalan di ladang gandum
bersama murid-muridnya dan nampaknya para murid sudah kelaparan dan Yesus belum
juga mengajak mereka untuk berhenti dan memberi para murid makanan yang
sewajarnya. Maka para murid memetik
bulir-bulir gandum dan memakannya, entah kenapa Yesus tidak mencegahnya dan membiarkan mereka melakukan
hal itu.
Maka, para Farisi yang senantiasa mengarahkan matanya
pada Yesus segera mengetahui bahwa
murid-muridnya telah melakukan kesalahan dan Yesus adalah orang yang
paling bertanggungjawab atas kesalahan itu, dan berkata kepada Yesus :“Lihatlah,
murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat
.“
Sebetulnya, apa yang dilakukan oleh murid-murid Yesus
bukan sebuah pelanggaran. Para murid tidak mencuri hasil ladang orang lain, sebab apa yang dilakukan oleh para murid memang
diperbolehkan oleh hukum Taurat:
Ulangan 23:25 Apabila engkau melalui ladang gandum sesamamu yang belum dituai, engkau boleh memetik bulir-bulirnya dengan tanganmu, tetapi sabit tidak boleh kauayunkan kepada gandum sesamamu itu."
Tapi terlihat yang menjadi sorot kesalahan adalah
melakukannya pada hari Sabat, dalam pandangan para Farisi.
Yesus sendiri menyadari bahwa apa yang dilakukan oleh
murid-muridnya memang dapat dinilai atau akan dipandang sebagai sebuah pelanggaran terhadap
ketentuan Taurat, namun lihatlah
bagaimana Yesus menjelaskan mengapa dia tidak mencegah tindakan para murid yang
sedang lapar itu : “...Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan
Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar ... masuk
ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang
tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang
mengikutinya, kecuali oleh imam-imam?”
Apa yang Yesus
sedang lakukan adalah merujukan keputusannya dan pemetikan gandum pada Sabat
pada peristiwa serupa kala Daud dan para
pengikutnya lapar:
1 Samuel 21:1-6 (1) Sampailah Daud ke Nob kepada Ahimelekh, imam itu. Dengan gemetar Ahimelekh pergi menemui Daud dan berkata kepadanya: "Mengapa engkau seorang diri dan tidak ada orang bersama-sama dengan engkau?"(2) Jawab Daud kepada imam Ahimelekh: "Raja menugaskan sesuatu kepadaku, katanya kepadaku: Siapapun juga tidak boleh mengetahui sesuatu dari hal yang kusuruh kepadamu dan yang kutugaskan kepadamu ini. Sebab itu orang-orangku telah kusuruh pergi ke suatu tempat.(3) Maka sekarang, apa yang ada padamu? Berikanlah kepadaku lima roti atau apapun yang ada."(4) Lalu jawab imam itu kepada Daud: "Tidak ada roti biasa padaku, hanya roti kudus yang ada; asal saja orang-orangmu itu menjaga diri terhadap perempuan."(5) Daud menjawab imam itu, katanya kepadanya: "Memang, kami tidak diperbolehkan bergaul dengan perempuan, seperti sediakala apabila aku maju berperang. Tubuh orang-orangku itu tahir, sekalipun pada perjalanan biasa, apalagi pada hari ini, masing-masing mereka tahir tubuhnya."(6) Lalu imam itu memberikan kepadanya roti kudus itu, karena tidak ada roti di sana kecuali roti sajian; roti itu biasa diangkat orang dari hadapan TUHAN, supaya pada hari roti itu diambil, ditaruh lagi roti baru.
Yesus menunjukan sebuah peristiwa ratusan tahun
lampau, kala Daud masuk ke dalam Rumah Allah dan meminta roti untuk kepentingan
para pengikutnya. Akan tetapi roti biasa tidak ada, hanya roti kudus (Keluaran
25:30, Imamat 24:5-7) yang ada, jenis
yang hanya boleh dimakan oleh imam-imam (Imamat 24:9). Imam itu dapat dinilai
melanggar ketentuan ini.
Yesus tak hanya merujukan pada Daud dan pengikut-pengikutnya,
tetapi menyingkapkan bahwa para imam melakukan pelanggaran pada hari-hari Sabat
DALAM BAIT ALLAH namun TIDAK BERSALAH :
Matius 12:5 Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah?
Yesus sedang membicarakan bahwa para imam di dalam Bait Allah pun tak senantiasa dapat
secara sempurna memenuhi ketentuan dan secara sempurna mematuhinya – tanpa cela
setitik pun:
- Bilangan 28:9 Pada hari Sabat: dua ekor domba berumur setahun yang tidak bercela, dan dua persepuluh efa tepung yang terbaik sebagai korban sajian, diolah dengan minyak, serta dengan korban curahannya
- Imamat 24:5 Engkau harus mengambil tepung yang terbaik dan membakar dua belas roti bundar dari padanya, setiap roti bundar harus dibuat dari dua persepuluh efa;
Untuk memenuhi sebuah ketentuan Tuhan
yang sempurna dan HARUS, tidak hanya membutuhkan sebuah koordinasi yang baik
antarpihak yang berwenang dan bertanggunjawab, tetapi sebuah kepresesian yang
HARUS senantiasa SEMPURNA tanpa SETITIK saja PENYIMPANGAN. Ini belum bicara
pelaksanaan ketentuan Taurat yang memiliki kemungkinan untuk melanggar Sabat
oleh sebab perhitungan
pelaksanaannya yang tak pasti oleh
karena dihitung berdasarkan hari kelahiran, seperti:
Imamat 12:3 Dan pada hari yang kedelapan haruslah
dikerat daging kulit khatan anak itu
Dan
Yesus menyatakan bahwa dalam semua upaya mereka
untuk memenuhi ketentuan-ketentuan Tuhan tersebut, tidak bersalah atau dibenarkan
oleh Yesus walau tidak sempurna atau presesi.
Yesus
bahkan menyatakan dirinya adalah lebih dari Bait Allah itu sendiri;
bahwa dia sendiri adalah penentu segala
ketentuan dalam Bait Allah dan mengetahui secara pasti keterbatasan
manusia-manusia untuk secara sempurna memenuhi ketentuan sangat sempurna, harus
dipenuhi dan dilaksanakan :
Matius 12:6 Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait
Allah.
Bandingkanlah pernyataan Yesus ini dengan pernyataannya pada kesempatan lain:
- Yohanes 2:19, (19) Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali. (21) Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri.
- Markus 15:29 Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia, dan sambil menggelengkan kepala mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari (30) turunlah dari salib itu dan selamatkan diri-Mu!"
- Matius 12:40-41 (40) Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.(41) Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!
Jika
Yesus tidak menyalahkan para imam yang kerap
gagal memenuhi ketetapan hukum-Nya yang sempurna dan ketat dalam Bait
Allah, lalu mengapa orang-orang Farisi gagal untuk memiliki sikap yang sama seperti
Yesus?
Beginilah
Yesus menjelaskannya:
Matius 12:7 Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah.
Perhatikan, dalam hal ini Yesus tidak hanya tidak menghukum tetapi
menyatakan tidak bersalah. Yesus tidak menyalahkan Daud dan para imam yang
memang sebenarnya menyalahi apa yang telah ditentukan harus dilakukan
dalam Rumah Allah, namun tidak
menyalahkannya, atau dalam hal ini Yesus membenarkan. Itulah
sebabnya Yesus menyatakan :“Di sini ada
yang melebihi Bait Allah.” Di dunia ini ada seorang yang lebih besar
daripada Bait Allah; di hadapanmu ada seorang
berdiri dan lebih besar daripada Bait Allah. Ini adalah sebuah
pernyataan yang tidak main-main, sebab ini setidak-tidaknya menyatakan bahwa
Yesus adalah penulis dan penentu segala ketetapan dalam Bait Allah. Dia adalah
yang paling memahami segala sesuatu yang tersimpan didalam semua
ketentuan-ketentuan yang ada dalam Bait Allah. Yesus sedang menyatakan apa
tujuan tertinggi dari semua peraturan dalam Bait Allah dan Bait Allah itu
sendiri!
Bandingkan pernyataan Yesus :”Yang Kukehendaki ialah belas
kasihan dan bukan persembahan” dengan
Hosea 6:6:
“Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran.”
Di sini ada yang melebih
Bait Allah. Apakah persisnya makna pernyataan ini, sebesar dan
setinggi apakah Yesus melebih Bait Allah yang merupakan simbol segala
ketetapan-ketetapan Allah yang mengikat setiap umat Allah? Pernyataan Yesus ini
menjelaskannya kepada kita, sebuah penjelasan yang sangat kontroversial bahkan
hingga masa kini:
Matius
12:8 Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari
Sabat."
Yesus
adalah κύριος kurios atau pemilik absolut atau tuan/Tuhan yang memiliki
hak penuh atas pelaksanaan hari Sabat.
Hal mengerikan bisa timbul oleh sebab hal yang teramat
natural pada diri Yesus yang semacam ini. Manusia tetapi menyatakan dirinya
sebagai tuan atau pemilik absolut yang
memiliki hak penuh atas hari sabat? Siapa yang akan dapat menerimanya?
Pernyataan-pernyataan semacam ini memang tak dapat dihindarkan dan kelak akan
menimbulkan hal mengerikan.
Tak
peduli bahwa Yesus sedang memberitahukan bahwa apa yang dikehendaki Tuhan sejak
mulanya adalah belas kasihan dan pengenalan
akan Tuhan. Bahwa dalam setiap ketetapan-ketetapan yang luar biasa sempurna dan ketat namun gagal
dipenuhi secara konstan dan sempurna oleh sebab kesempurnaan ketentuan-ketentuan-Nya
dan Tuhan tidak menghukumnya, sebab Tuhan memang menghendaki belas kasihan
atas manusia-manusia yang tidak mungkin memenuhi keinginan-keinginan-Nya yang
sempurna. Yesus tidak menyalahkannya;Yesus mengingatkan orang-orang Farisi bahwa yang
dikehendaki Tuhan adalah mengenal
kehendak-Nya.
Orang-orang
Farisi tersebut boleh saja bekerja bagaikan sebuah mekanika sempurna yang setia
pada cetak birunya. Sayangnya, sebagaimana Yesus kemukakan, apa yang
dituntutnya bukan agar mereka menjadi pribadi-pribadi yang terikat pada
peraturan itu sendiri namun kepada Tuhan. Sebab terikat pada peraturan-peraturan yang
mustahil mereka penuhi secara sempurna bukan merupakan tujuan Allah.
Bahwa mereka memiliki pengenalan yang benar akan Allah itu adalah kehendak
atau tujuan-Nya. Itu tidak pernah akan terjadi sekalipun
mereka begitu loyal dan militan dalam menjalankan ketetapan-ketetapan Tuhan
itu, tetap saja mereka adalah manusia-manusia yang hampa akan kasih Allah dan
hampa pengenalan akan Allah.
Manusia-manusia yang hampa akan kasih Tuhan pada dasarnya adalah
manusia-manusia jahat atau manusia-manusia pembunuh bagi sesamanya dalam banyak
cara yang bahkan sangat terlihat mulia
dan sedang memenuhi kehendak Tuhan. Mari kita awasi diri ini, jangan sampai kita berpikir sedang memenuhi ketetapan Tuhan
tetapi sesungguhnya sedang membunuh sesama kita sendiri.
Kepada
orang-orang Farisi yang militan pada segenap ketentuan Taurat namun hampa akan
kasih Tuhan. Yesus tetap menyingkapkan
kepada mereka apa sesungguhnya yang menjadi tuan atas hari Sabat. Mari kita melihat pada Yesus saat berinteraksi dengan
orang-orang yang memenuhi bait suci:
- Matius 12:10 Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka bertanya kepada-Nya: "Bolehkah menyembuhkan orang pada hari Sabat?" Maksud mereka ialah supaya dapat mempersalahkan Dia.
- Matius 12:11-12 (11)Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Jika seorang dari antara kamu mempunyai seekor domba dan domba itu terjatuh ke dalam lobang pada hari Sabat, tidakkah ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya? (12) Bukankah manusia jauh lebih berharga dari pada domba? Karena itu boleh berbuat baik pada hari Sabat."
Yesus
sedang melakukan sebuah pembandingan terkait kasih atau kepedulian terhadap
hewan ternak atau peliharaan milik sesamamu, dengan manusia pada Matius
12:11-12. Memang dalam Taurat hal terkait hewan ternak atau peliharaan diatur,
misal:
Ulangan 22:4 Apabila engkau melihat keledai saudaramu atau lembunya rebah di jalan, janganlah engkau pura-pura tidak tahu; engkau harus benar-benar menolong membangunkannya bersama-sama dengan saudaramu itu."
Perhatikan,
ketentuan semacam ini atau peristiwa semacam ini tentu bisa terjadi kapan saja,
bahkan tak peduli pada hari sabat
sekalipun. Jika anda melihat maka JANGANLAH PURA-PURA TIDAK TAHU DAN HARUS
BENAR-BENAR MENOLONG.
Atau
perhatikan
Keluaran 23:4-5 Apabila engkau melihat lembu musuhmu atau keledainya yang sesat, maka segeralah kaukembalikan binatang itu. Apabila engkau melihat rebah keledai musuhmu karena berat bebannya, maka janganlah engkau enggan menolongnya. Haruslah engkau rela menolong dia dengan membongkar muatan keledainya.
Perhatikan,ketentuan
semacam ini atau peristiwa semacam ini
tentu bisa terjadi kapan saja, bahkan tak peduli pada hari Sabat
sekalipun! Artinya, kalaupun itu terjadi pada hari Sabat dan diderita oleh
musuhmu maka anda diminta BERSEGERA, JANGANLAH ENGGAN, HARUS.
Sabat
tidak bisa lebih agung daripada kasih sebab
Kasih Allah tidak dapat dikurung oleh Sabat dan mustahil Allah melakukan
hal demikian. Sabat tidak dapat mengekang mengasihi sesamamu bahkan mengasihi
musuhmu, bahkan hal ini dinyatakan oleh Yesus sebagai hukum pertama (Matius 22:39). Melakukan hal ini selaras
dengan hukum Taurat semua kitab para nabi (Matius 22:40).
Berdasarkan
hal semacam inilah, sebuah kepastian bahwa Yesus tidak melanggar apapun juga
yang tertulis dalam hukum Taurat maka Yesus menyembuhkan orang yang mati
sebelah tangannya:
Matius 12:13 Lalu kata Yesus kepada orang itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Dan ia mengulurkannya, maka pulihlah tangannya itu, dan menjadi sehat seperti tangannya yang lain.
Kasih
atau mengasihi sesama manusia adalah dasar bagi Yesus untuk melakukan
penyembuhan. Sama seperti apa yang telah diatur pada hukum Taurat yang
mendorong umat Tuhan untuk tak hanya
mengasihi hewan milik sesama/saudara tetapi juga milik musuh! Jika pada hewan
milik manusia saja, Tuhan meminta untuk menolong segera dan harus,
tidak boleh pura-pura tidak tahu maka terlebih
lagi terhadap manusia. Yesus berkata: Bukankah
manusia jauh lebih berharga dari pada domba? Dan memang manusia
jauh lebih berharga dari pada hewan. Saya yakin tidak ada manusia yang akan
membantah hal ini.
Tetapi,
kasih Yesus yang agung ini justru mendatangkan
hal mengerikan di sekitar dirinya, oleh sebab mereka tidak
mengenal Allah sekalipun mereka sangat akrab dan fasih dengan
hukum-hukum atau ketentuan Tuhan. Kasih tidak dapat diperoleh dengan
kefasihan dan keakraban dengan hukum dan ketentuan Tuhan bila tanpa
pengenalan akan Tuhan yang sesungguh-sungguhnya. Tanpa pengenalan
Tuhan maka hasrat membunuh sesama yang
lahir bukan hasrat mengasihi. Yesus datang untuk memampukan manusia dapat
mengenal Bapa dan memiliki kasih yang dimiliki oleh Bapa dan Anak.
Yesus
sedang mendemonstrasikan natur manusia yang tidak memiliki kasih Allah, yaitu
hasrat membunuh. Dan memang pada akhirnya hal mengerikan senantiasa hadir di
sekitar Yesus, tak terkecuali datang dari salah satu muridnya. Kita dapat mengatakan kondisi manusia semacam ini adalah natur manusia.
Amin
No comments:
Post a Comment