Oleh: Martin Simamora
Maka
Jika Matamu yang Kanan Menyesatkan Engkau, Cungkillah dan Buanglah Itu
Pertanyaan Pertama
Membaca
Matius 5:29 akan seperti membaca sebuah
perintah yang begitu gelap untuk mungkin
dilakukan oleh siapapun, maka pertanyaan pertamanya adalah, apakah itu serius dan dalam makna
sebenarnya? Tetapi jika Yesus yang bersabda maka jika anda seorang Kristen
sejati, maka dirimu harus memastikan jiwamu sendiri bahwa Yesus tidak pernah
berbicara omong kosong, sesuatu yang keseriusannya melampaui pengertianmu dan
kekuatanmu untuk bersikap serius pasti tak tersangkali telah Yesus utarakan.
Jika tidak demikian dan jika itu keseriusannya masih dalam rentang kemampuan
kita maka tak mungkin perintah ini menunjukan deret ketakberdayaan jiwa untuk
mentaatinya:
Cungkilah
dan buanglah itu
|
Penggalah
dan buanglah itu
|
karena lebih
baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan
utuh masuk neraka
|
Banyak
ketentuan kehidupan rohani yang dipresentasikan oleh Yesus Kristus kehadapan
masyarakat di eranya, termasuk ke hadapan para tokoh-tokoh agama sezamannya
adalah kehidupan kudus yang begitu ketat, bahwa setiap orang yang tak mampu
atau tak fit untuk mentaatinya akan segera berpaling dari ketentuan kehidupan
kudus seperti ini dalam keputusasaan, berteriak,”Ini adalah sebuah perkataan
yang sukar; siapa yang kuat mendengarkannya?” Tetapi haruskah kita
mempertahankan kebenaran itu bagi diri kita sebagaimana adanya, ataukah
menurunkan perintah-perintah Allah pada tatar kebiasaan-kebiasaan dan kecenderungan-kecenderungan
manusia untuk berdosa?Tidakkah kita harus sebaliknya mendeklarasikan seluruh
nasihat Allah tersebut dan menegakan
nasihat Allah tersebut pada ketinggian setinggi otoritas firman atau
perkataannya? Mengapa demikian? Karena kalau kita mau memperhatikan nasihat
Yesus tersebut, kita akan melihat bahwa memang Yesus sendiri tak memberikan
ruang probabilitas atau kemungkinan bagia siapapun juga untuk meletakan posisi
nasihat kehidupan kudus ini sebagai sebuah non literal. Tentu saja ini akan
membutuhkan penjelasan lebih lanjut, jika perintah itu non literal lalu
bagaimana harus mempertahankan bahwa ketinggian kekudusan yang dimintakan Yesus
adalah literal kudus tak bercela. Saya tidak akan masuk ke area tersebut untuk
kesempatan ini. Tetapi saya mengajak anda untuk membaca rangkaian kalimat yang
menunjukan bahwa nasihat hidup kudus setinggi ini tak pernah dimaksudkannya
sebagai sebuah kudus yang bisa disesuaikan pada kemaksimalan manusia untuk
mungkin mencapainya, tetapi memang kudus pada kemuliaan Tuhan yang adalah kudus
dengan ketinggian yang tak dapat didekati oleh manusia, perhatikan ini:
karena
lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa- Matius
5:29
|
karena
lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa- Matius
5:30
|
Adakah
kekudusan datang dari anggota tubuhmu sehingga oleh anggota tubuhmu datang sebuah
kekudusan yang melayakanmu dapat berkenan atau memperjumpakanmu pada kekudusan Allah?
|
Sehingga
menjawab pertanyaan apakah nasihat hidup kudus sebagaimana yang Yesus maksudkan
tersebut adalah bermakna literal? Maka jawabnya jelas: Yesus tak pernah
bermain-main dengan kekudusan. Bahwa “kudus” dalam konteks Yesus bukan
berdasarkan pada kemampuan dan kuasa keinginan kehendak manusia dalam membangun
kekudusan itu sendiri, sehingga kekudusan tersebut menjadi dalam tatar
kapasitas manusia. Kita sama sekali tak menemukan tempat bagi “pertobatan”
anggota tubuh tersebut untuk merestorasi dan mengenakan kekudusan dalam bingkai Allah, sebaliknya kita hanya akan menemukan perintah “cungkilah
dan buanglah” demi keselamatan dirimu sendiri. Jadi lebih baik menjadi buta
daripada dengan memiliki penglihatan yang baik, seseorang malah kehilangan
kehidupan bersama-sama dengan Tuhan pada saat ini dan pada kekekalan. Bisakah
anda mengaplikasikannya pada aspek-aspek kehidupanmu yang lebih luas, selain
mata?
Memilih
untuk melepaskan apa yang paling disukai atau paling disayangi itulah yang
dimintakan Allah demi berkenan bagi-Nya. Sekali lagi perhatikan ini: karena lebih baik bagimu jika satu
dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam
neraka.
Mengapa
kita harus berhati-hati untuk tidak terburu-buru memasukan perintah ini kedalam
polemik “literal dan non-literal?” Karena pertama-tama, Yesus bukanlah seorang
polemikus hukum Taurat, tetapi Ia terlebih dahulu sudah mendeklarasikan dirinya
adalah Sang Penggenap hukum Taurat. Mari kita memperhatikan sabda Yesus ini
mengenai dirinya dan relasi dirinya dengan hukum Taurat:
Matius
5:17 Janganlah kamu menyangka,
bahwa Aku datang untuk meniadakan
hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku
datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
Ini
seharusnya menjadi jelas bagi kita bahwa ketinggian kekudusan Allah sebagaimana
dicahayakan oleh huruf-huruf mati hukum Taurat itu, tetap bercahaya terang
benderang ketika Yesus datang. Bahkan sementara manusia tak pernah melihat
teladan penggenapan hukum Taurat dalam
standar menggenapi, pada era Yesus hal itu tergenapi oleh dan pada dirinya sendiri-terkait tubuhnya. Ia tidak sedang
berpolemikus dalam tatar apakah literal dan bukankah itu seharusnya non-literal
ketika bersabda mengenai dirinya sebagaimana ini: Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat
atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk
menggenapinya. Yesus berkata: janganlah kamu menyangka! Ini mengindikasikan
janganlah coba-coba untuk berpikir selain daripada apa yang kukatakan,
kujelaskan dan kumaksudkan. Jadi kalau Ia berkata janganlah kita menyangka terkait “aku datang bukan untuk
meniadakannya melainkan untuk menggenapinya”, maka ini harus diartikan tanpa
sayap-sayap pengertian dan tanpa baying-bayang keraguan mental manusia kita
yang teramat manusiawi yang akan berteriak: mungkinkah ia yang manusia sama
seperti kita melakukannya, dan tidak terjebak dalam polemik yang berbasis
kedagingannya? Mungkinkah Ia manusia sekaligus Sang Penggenap, sehingga ia
mahakudus sebagaimana kudusnya firman yang menyabdakan hukum taurat itu?
Pertanyaan
pertama ini bisa kita pertajam dengan mempertanyakan, benarkah di era Yesus ada
pengajaran atau apakah benar para ahli Taurat telah mengajarkan hukum taurat sehingga
tak ada lagi terpancar kebenaran hakiki yang menyinarkan kekudusan Allah dalam
keotentikannya? Menjawab ini, maka kita harus memperhatikan penjelasan Yesus,
bagaimana sebetulnya situasi ajaran dan para pengajarnya/para ahli teologianya:
Matius
5:19-20 Karena itu siapa yang meniadakan
salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada
orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan
Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah
hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. Maka
Aku berkata kepadamu: Jika hidup
keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu
tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Perhatikan
kata-kata yang saya tekankan dengan huruf tebal. Bisakah anda menemukan
jawabnya? Bisakah anda menemukan polanya? Sekarang jika saya menunjukan patron
ini:
Jika
hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli
Taurat dan orang-orang farisi
|
|
Sesungguhnya
kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga
|
Menurut
anda apakah realitas kehidupan keagamaan
yang digambarkan oleh Yesus itu merupakan makna non literal? Apakah
sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, juga bermakna non literal?
Atau setidak-tidaknya jikapun literal maka tidak masuk ke dalam kerajaan sorga
bukan berarti neraka tetapi setidak-tidaknya langit baru bumi baru? Bagaimana
memahami realitas kehidupan rohani yang melenceng dari kebenaran Bapa namun
diajarkan sebagai kebenaran Tuhan akan berujung pada tidak akan masuk ke dalam
Kerajaan Sorga? Pertama-tama, kita harus memperhatikan bahwa sebagaimana Yesus
sangat ketat dalam memelihara kekudusan Bapa dihadapan manusia berdosa, maka ia
pun secara ketat menjaga agar tak ada
satu kemungkinan tafsir yang jatuh ke area larangan utamanya: jangan
kamu menyangka! Jadi perhatikan ini:
jika
matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu- Mat 5:29
|
►►►►
|
dari
pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka.
|
jika
tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu- Mat 5:30
|
►►►►
|
dari
pada anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka
|
Jika
kita menempatkan kekudusan bukan sebuah makna non literal atau sebagai sebuah
keadaan yang dikehendaki Allah sebab Ia adalah kudus adanya, maka akan begitu
sukar untuk mengatakan dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam
neraka adalah makna non literal baik pada konsekuensi dan pada neraka. Sehingga
tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, pada substansinya adalah masuk neraka.
Sebelum
siapapun secara parsial menentukan bahwa untuk bagian tuntutan kekudusan adalah
makna literal atau seotentik gagasan yang dikandung kata tersebut sebab demikianlah gagasan asli si penutur aslinya
yaitu Yesus, dan pada bagian lain
terutama tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Sorga, dimaknakan sebagai
serendah-rendahnya adalah langit baru bumi baru, bukan bermakna neraka, maka si
pengajar harus hati-hati untuk sebuah kemungkinan yang sangat berbahaya:
menyuntikan gagasannya dengan melunakan tidak masuk ke dalam kerajaan sorga
bukan masuk neraka. Ini sama dengan mengabaikan peringatan jangan kamu menyangka.
Jadi hati-hati dengan apapun yang mungkin untuk kita sangkakan sementara sang
penutur aslinya sudah memberikan peringatan keras. Mengapa hal ini menjadi
sangat penting, karena Yesus Kristus bukan sekedar mendudukan dirinya sebagai
Sang Penggenap, tetapi Ia telah mendudukan dirinya sebagai Tuhan atas hukum Taurat.
Perhatikan sabdanya yang mendudukan dirinya sebagai Tuhan kebenaran atas hukum Taurat:
Matius
5:18 Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit
dan bumi ini, satu iota atau satu
titikpun tidak akan ditiadakan
dari hukum Taurat, sebelum semuanya
terjadi.
Ketika
siapapun mempertajam atau memperluas pertanyaan pertama di atas, maka siapapun
penting memperhatikan relasi Yesus terhadap eksistensi hukum Taurat dan
eksistensi langit dan bumi.
Selama
belum lenyap langit dan bumi
|
||
Hukum Taurat
|
Satu
iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat
|
Yesus
Kristus
|
Sebelum
semuanya terjadi
|
Jika
ini semua adalah makna literal maka Yesus sendiri memiliki eksistensi melampaui
eksistensi jasmaniahnya yang pernah dikecap 12 murid yang berakhir pada peristiwa kenaikan Yesus
ke sorga. Keberakhiran eksistensi jasmaniahnya diantara manusia di bumi bukan
sama sekali berakhirnya kebenaran yang terkandung didalam perkataan dan tubuh
Yesus itu sendiri yang merupakan salah satu bagian penting yang hanya bisa digenapkan
jika Ia datang ke dunia ini. Relasi Yesus dengan hukum Taurat memang unik,
bagian-bagian yang harus terjadi di bumi
dan oleh tubuh jasmaniahnya telah berlangsung dan mengakhiri apapun juga yang
telah ditentukan oleh hikum Taurat melalui tubuhnya yaitu:
Ibrani
10:5- 8Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan
persembahan tidak Engkau kehendaki--tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku--.Kepada korban
bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan. Lalu
Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang
Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku." Di atas Ia berkata:
"Korban dan persembahan, korban
bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak
berkenan kepadanya" --meskipun
dipersembahkan menurut hukum Taurat--.
|
Teks
Ibrani menunjukan apa yang telah diselesaikan oleh tubuh Yesus terkait
ketentuan Taurat terkait: korban bakaran, korban penghapus dosa. Sejak tubuh
Yesus menggenapi ketentuan taurat terkait korban bakaran dan korban penghapus
dosa, maka itu semua menunjukan Yesus adalah penggenap pada apa yang telah
digenapinya. Tetapi Yesus juga menunjukan pada Matius 5:18 sementara pada
bagian-bagian tertentu telah digenapi terkait korban bakaran dan korban
penghapus dosa, maka kebenaran terkait korban bakaran dan korban penghapus
dosa: tidak boleh dihapuskan! Mengapa? Karena itulah kebenaran Yesus sebagai
penggenapnya. Itu sebabnya pada Ibrani diberikan catatan teramat penting:
meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat, Bapa tidak berkenan kepadanya. Jadi
tidak ada 2 jalan keselamatan seperti via Yesus Kristus dan via hukum Taurat.
Surat Kepada Orang Ibrani ini pun mengajarkan bahwa bagi orang-orang Ibrani
dimanapun ia berada, hanya ada satu korban bakaran dan korban penghapus dosa:
Yesus Kristus yang telah dilakukannya satu kali saja di hadapan Bapa:
Ibrani
9:11-28 Tetapi Kristus telah datang
sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah
melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat
oleh tangan manusia, --artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, -- dan Ia
telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan
dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa
darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal. Sebab,
jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda
menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, betapa
lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan
diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan
yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan
yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup. Karena
itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang
telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah
mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama
perjanjian yang pertama. Sebab di mana ada wasiat, di situ harus
diberitahukan tentang kematian pembuat wasiat itu. Karena suatu wasiat
barulah sah, kalau pembuat wasiat itu telah mati, sebab ia tidak berlaku,
selama pembuat wasiat itu masih hidup. Itulah sebabnya, maka perjanjian yang
pertama tidak disahkan tanpa darah. Sebab sesudah Musa memberitahukan semua
perintah hukum Taurat kepada seluruh umat, ia mengambil darah anak lembu dan
darah domba jantan serta air, dan bulu merah dan hisop, lalu memerciki kitab
itu sendiri dan seluruh umat, sambil berkata: "Inilah darah perjanjian
yang ditetapkan Allah bagi kamu." Dan juga kemah dan semua alat untuk
ibadah dipercikinya secara demikian dengan darah. Dan hampir segala sesuatu
disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak
ada pengampunan. Jadi segala sesuatu yang melambangkan apa yang ada di sorga
haruslah ditahirkan secara demikian, tetapi benda-benda sorgawi sendiri oleh
persembahan-persembahan yang lebih baik dari pada itu. Sebab Kristus bukan
masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan
gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri untuk
menghadap hadirat Allah guna kepentingan
kita. Dan Ia bukan
masuk untuk berulang-ulang
mempersembahkan diri-Nya sendiri, sebagaimana
Imam Besar setiap tahun masuk ke dalam tempat kudus dengan darah yang
bukan darahnya sendiri. Sebab jika
demikian Ia harus berulang-ulang
menderita sejak dunia ini dijadikan. Tetapi sekarang Ia hanya satu kali saja menyatakan
diri-Nya, pada zaman akhir untuk
menghapuskan dosa oleh korban-Nya. Dan sama seperti manusia
ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi, emikian
pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa
banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa
menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang
menantikan Dia.
|
Teks
diatas ini penting untuk menunjukan bahwa
jemaat Kristen perdana khususnya dikalangan orang-orang Ibrani telah
diajarkan bahwa Yesus adalah penggenap hukum Taurat terkait apa yang hanya
dapat digenapi jika Ia datang kedalam dunia dengan tubuh sama seperti kita,
memang bermakna literal. Bermakna yang sesungguhnya. Kita bahkan sudah membaca
ekspresi makna literasinya dalam penekanan yang sangat tajam dan bisa menyinggung
hati: Korban dan persembahan, korban
bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak
berkenan kepadanya" --meskipun
dipersembahkan menurut hukum Taurat.
Karena
Yesus adalah Penggenap hukum Taurat adalah bukan kebenaran yang abstrak tetapi
otentik, maka tuntutan kehidupan kudus seperti: Maka Jika Matamu yang Kanan
Menyesatkan Engkau, Cungkillah dan Buanglah Itu pun bukan kebenaran abstrak sehingga memerlukan
sebuah pendekatan non literal yang membutukan seperangkat penjelasan teknis
yang sangat pelik. Jika kita melakukan pendekatan non literal yang menyusutkan
tuntutan kekudusan setinggi itu dan lalu konsekuensinya kita pun wajib
menyusutkan makna: dari pada anggota
tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka. Maka anda
pun harus menyusutkan makna pengurbanan tubuh Yesus Kristus pada salib sehingga
tidak perlu dan tidak akan bisa bermakna bahwa Ia adalah penggenap segenap hukum
Taurat termasuk menggenapi tuntutan korban
penghapus dosa!
Kita
pun karenanya, sekalipun dalam kebenaran Yesus telah menggenapi korban
penghapus dosa, justru harus sungguh-sungguh dalam mengejar kehidupan kudus itu
sendiri. Mengapa? Karena mengejar hidup kudus dan memiliki hidup kudus itu, sama
sekali tidak akan pernah senilai dengan korban penghapus dosa! Tubuh saya dan
tubuhku ini terlalu hina dan terlalu busuk untuk mampu mengeluarkan bau yang
harum ketika kita berpikir bahwa dengan hidup kudus akan membuat kita layak
masuk sorga, mengatakan demikian maka itu sendiri telah menyetarakan diri dan
perbuatan kudusmu dengan korban bakaran. Ingat satu-satunya tubuh yang berkenan
dihadapan Allah adalah tubuh Yesus Kristus: Engkau telah menyediakan tubuh bagiku--.Kepada korban
bakaran dan korban penghapus dosa Engkau
tidak berkenan. Kecuali anda berpikir bahwa tubuhmu berkuasa untuk
menghapus korban penghapus dosa via rupa-rupa perbuatan baik dan kudus.
Ketika
kita mengejar kehidupan kudus sebagai
murid-murid Kristus di muka bumi ini, kita sama sekali tidak sedang berjuang berkali-kali untuk selamat.
Hidup kudus sama sekali tidak bertemali dengan menjadi diselamatkan. Kalau anda
berpikir mengejar hidup kudus sama saja dengan menyalibkannya kembali
berkali-kali, jelas keliru sekali. Kebenarannya adalah: dalam kita memenuhi
nasihat Kristus untuk memperjuangkan kehidupan kudus tersebut di atas, kita
disaat yang sama menyatakan kelemahan-kelemahan kita dan bergantung penuh pada
Yesus sebagai satu-satunya yang menjadi korban penghapus dosa bagi kita untuk
selama-lamanya. Perhatikan nas Ibrani ini: Sebab
Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya
merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri
untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan
kita. Dan Ia bukan
masuk untuk berulang-ulang
mempersembahkan diri-Nya sendiri, sebagaimana
Imam Besar setiap tahun masuk ke dalam tempat kudus dengan darah yang bukan
darahnya sendiri. Sebab jika demikian Ia
harus berulang-ulang menderita sejak dunia ini dijadikan. Tetapi sekarang Ia hanya satu kali saja menyatakan
diri-Nya, pada zaman akhir untuk menghapuskan
dosa oleh korban-Nya
Perhatikan:
Ia bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan manusia dalam menghapus dosa oleh
korban-Nya bagi kepentingan kita. Sekali lagi di sini kita melihat bahwa Allah
senantiasa menuntut standard kekudusan yang bukan berdasarkan keoptimalan yang
mungkin dicapai manusia atau buatan manusia, tetapi Allah saja. Ini
artinya nilai kekudusannya sama dengan: Maka Jika Matamu yang Kanan Menyesatkan Engkau, Cungkillah dan Buanglah
Itu. Di luar ketentuan Taurat yang digenapi oleh Yesus Kristus maka
mustahil kita bisa mendapatkan penghapusan dosa; diluar ketentuan Taurat yang
digenapi oleh Yesus Kristus, maka segala perbuatan baik dan kudus kita akan tak
berniai apalagi berkuasa untuk menguduskanmu. Jika Yesus terkait kebenaran ini
saja berkata kepada 11 muridnya :
Lukas
24:44-47 Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah
Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis
tentang Aku dalam kitab Taurat
Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur." Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga
mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari
antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita
tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa,
mulai dari Yerusalem.
|
Berlaku
bagi segala bangsa, maka kebenaran pada Surat Ibrani tersebut tentu saja bukan
kebenaran terbatas bagi orang Ibrani saja. Sebab pada mulanya bukanlah
kebudayaan dan bangsa, tetapi pada mulanya adalah Allah telah menetapkan di
sorga sebelum segala sesuatunya ada:
“Janganlah kamu menyangka,
bahwa Aku datang untuk meniadakan
hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku
datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya”
Yesus
dan hukum Taurat memiliki relasi sejak kekekalan. Jika tidak, bagaimana mungkin
Ia berkata Aku datang bukan untuk
meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
Jadi Apakah
lagi?
Kita
harus menyadari bahwa kehidupan kita adalah kehidupan memikul salib yang hanya
akan berlangsung secara efektif jika saya dan anda mau menyangkali diri. Menyangkali
diri pada dasarnya adalah memilih untuk menundukan diri pada apapun yang
dikatakan dan dikehendaki oleh firman dan oleh Sang Penggenapnya. Sederhananya,
siapapun harus perhatikan peringatan Yesus ini: jangan kamu menyangka! Jangan gunakan relativitas jiwamu dalam
menginterpretasikan bagaimanakah keselamatan itu seharusnya!Tetapi, apakah otentiknya memikul salib dan menyangkal diri? Otentiknya adalah
ini kehidupan yang bersentral pada: Karena itu haruslah kamu sempurna,
sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna (Matius 5:48). Ingatlah,
perintah ini tidak membuat anda dengan demikian menyangkali karya suci dan
mulia salib Kristus yang telah memberikanmu keselamatan karena anugerah Bapa
dalam dan melalui Sang Kristus, karena menjadi sempurna seperti Bapamu di sorga
tidak pernah merupakan substitusi korban
penghapus dosa yang dapat anda lakukan sehingga anda mengadakan kembali apa
yang telah digenapi-Nya, tidak akan pernah! Jika sebaliknya, sehingga anda
dapat mengadakan substitusi yang demikian, maka mustahil Yesus berkata bahwa Ia
datang untuk menggenapi hukum Taurat.
Kita
harus benar-benar berhati-hati untuk tidak menjadi sembrono dalam melakukan
tuntutan: hendaklah harus sempurna
seperti Bapa di sorga agar tidak terjebak pada 2 bentuk penyimpangan
kebenaran: pertama yang menganggapnya sebagai kebenaran era taurat sebelum
Yesus mati di kayu salib, sehingga ini bukan lagi menjadi signature kehidupan
anak-anak Tuhan; kedua, yang menganggapnya sebagai kebenaran yang setara
sehingga merupakan substitusi pada korban penghapus dosa dan sekaligus pada
korban Yesus di salib itu, yang kedua ini memang akan memberikan konsekuensi
teologis: Yesus datang sebagai penggenap hukum Taurat dan keselamatan bagi
segala bangsa adalah non literal dan
membutuhkan pendekatan teknis yang berujung ada keselamatan berdasarkan
perbuatan baik. Jika terakhir ini adalah benar, bukankah sebetulnya tidak perlu
terlalu rumit untuk membutuhkan Tuhan, sebab kebenaran diri adalah tuhan
penentu keberakhiranmu?
Soli Deo Gloria
No comments:
Post a Comment