F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Seri Raja-Raja Di Bumi & Allah Di Sorga : Nebukadnezar Sang Raja Segala Raja (2)



Oleh: Martin Simamora

Kegelisahan Politik Maha Raja Di Muka Bumi Yang Diberkati Oleh Allah
 
telegraph.co.uk  Vostok2018
Kuasa Politik Maha Raja Di Bumi dan Kuasa Tuhan di Bumi
Raja Nebukadnezar telah mengalami pengalaman yang paling janggal untuk dialami oleh seorang penguasa yang sangat penuh kuasa dan ditakuti diantara bangsa-bangsa ketika berhubungan dengan Allah yang berkomunikasi dengannya-Allahnya orang Ibrani yang menggelisahkannya pada jam-jam dimana seharusnya sang baginda raja berkuasa. Jika raja paling berkuasa di muka bumi saja begitu gelisah maka jelas kekuatan politik, finansial, militernya dan segenap sumber hikmatnya sudah tak berdaya, maka suka tak suka ia telah menjadi maha raja yang sebetulnya tak berdaya sama sekali bahkan untuk masa depan eksistensi dirinya..

Apa yang dialami oleh sang maha raja sementara dapat dilihat sebagai semacam perjalanan spiritual dalam mengenal satu-satunya Allah yang mahakuasa dan mahabijaksana yang sama sekali Allah yang asing bagi dirinya, tetapi cukup sukar untuk mengatakan bahwa sang maharaja benar-benar mengalami semacam pertobatan dalam ia mengalami perjumpaan dengan Allah yang maha berdaulat tersebut. Sejumlah kebijakan dan perbuatan sang maha raja memperlihatkan realitas ini seperti:

Daniel 3:1-7 Raja Nebukadnezar membuat sebuah patung emas yang tingginya enam puluh hasta dan lebarnya enam hasta yang didirikannya di dataran Dura di wilayah Babel. Lalu raja Nebukadnezar menyuruh orang mengumpulkan para wakil raja, para penguasa, para bupati, para penasihat negara, para bendahara, para hakim, para ahli hukum dan semua kepala daerah, untuk menghadiri pentahbisan patung yang telah didirikannya itu. Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupati, para penasihat negara, para bendahara, para hakim, para ahli hukum dan semua kepala daerah, untuk menghadiri pentahbisan patung yang telah didirikan raja Nebukadnezar itu. Dan berserulah seorang bentara dengan  demi kamu mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, maka haruslah kamu sujud menyembah patung yang telah didirikan raja Nebukadnezar itu;suara nyaring: "Beginilah dititahkan kepadamu, hai orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa: siapa yang tidak sujud menyembah, akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala!" Sebab itu demi segala bangsa mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, maka sujudlah orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa, dan menyembah patung emas yang telah didirikan raja Nebukadnezar itu.

Teks diatas menggambarkan realitas spiritual sang maha raja di bumi yang tetap menegakan kuasanya sebagai yang mahakuasa atas segala bangsa di muka bumi, mengabaikan realitas kuasa Allah di sorga yang kuasanya bahkan menentukan bukan saja atas kerajaannya tetapi segenap kerajaan/pemerintah di muka bumi ini setelahnya sebagaimana mewujud melalui pelayanan Daniel sebagai kuasa Allah di bumi sebagaimana di sorga atas segenap pemerintahan di muka bumi ini (baca Daniel 2). Maha raja Nebukadnezar memang mengumandangkan pujian kepada Allah  dalam cara yang teramat megah:


Daniel 2:46-47 Lalu sujudlah raja Nebukadnezar serta menyembah Daniel; juga dititahkannya mempersembahkan korban dan bau-bauan kepadanya. Berkatalah raja kepada Daniel: "Sesungguhnyalah, Allahmu itu Allah yang mengatasi segala allah dan Yang berkuasa atas segala raja, dan Yang menyingkapkan rahasia-rahasia, sebab engkau telah dapat menyingkapkan rahasia itu."

Apa yang dapat dipahami oleh Nebukadnezar adalah mengenal Dia yang mahakuasa secara berdaulat untuk menekuk segala allah dan segala raja, namun dalam hal itu pun tidak mengalami penaklukan diri sebagaimana ucapannya tersebut. Maka tak aneh jika kemudian terhadap Daniel yang merupakan kuasa Allah yang berdaulat total sebagaimana Nebukadnezar mengakui kuasa Allah dalam cara seperti ini:

Daniel 2:46 Lalu sujudlah raja Nebukadnezar serta menyembah Daniel; juga dititahkannya mempersembahkan korban dan bau-bauan kepadanya.

Terhadap sahabat-sahabat Daniel, ia tetap tak kuasa untuk meluputkan mereka dari tirani kemaharajaannya yang telah diangkatnya sebagai divinitas yang bukan saja mengatasi segala bangsa tetapi adalah tuhan segala bangsa:

Daniel 3:14-15berkatalah Nebukadnezar kepada mereka: "Apakah benar, hai Sadrakh, Mesakh dan Abednego, bahwa kamu tidak memuja dewaku dan tidak menyembah patung emas yang kudirikan itu? Sekarang, jika kamu bersedia, demi kamu mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, sujudlah menyembah patung yang kubuat itu! Tetapi jika kamu tidak menyembah, kamu akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?"

Para raja atau pemerintahan yang memiliki kuasa mengatasi kuasa para raja/pemerintahan lainnya adalah wajar mengakselerasikan kuasa-kuasanya yang mengatasi segala bangsa tersebut dengan maksud untuk mendapatkan penundukan-penundukan yang menjangkau pelucutan kedaulatan-kedaulatan sebuah bangsa hingga menyentuh individu-individunya. Semacam ini bukanlah praktik-praktik era kuno atau era purba, sebab bahkan hingga era nation state modern tetap sangat mudah dapat kita temukan misalkan semacam ini:









 

Sementara Nebukadnezar mengakui kuasa Allah melalui pelayanan Daniel kepada kerajaan Babel, tetapi sebetulnya tidak menunjukan sebuah penundukan yang membuat kerajaannya memuliakan satu-satunya Allah yang besar itu. Karena itulah dapat dipahami jika mengenai kerajaan Babel, beginilah ucapan Allah mengenai  Babel sebagaimana dikemukakan nabi Yesaya:

Yesaya 13:19 Dan Babel, yang permai di antara kerajaan-kerajaan, perhiasan orang Kasdim yang megah, akan sama seperti Sodom dan Gomora pada waktu Allah menunggangbalikkannya:

Yesaya 14:4-maka engkau akan memperdengarkan ejekan ini tentang raja Babel, dan berkata: "Wah, sudah berakhir si penindas sudah berakhir orang lalim! TUHAN telah mematahkan tongkat orang-orang fasik, gada orang-orang yang memerintah, yang memukul bangsa-bangsa dengan gemas, dengan pukulan yang tidak putus-putusnya; yang menginjak-injak bangsa-bangsa dalam murka dengan tiada henti-hentinya.

Tidak ada satu bentuk pemerintahan yang berada di luar jangkauan Allah, atau apalagi dikatakan Allah tak mungkin terlibat dan mengendalikan setiap pemerintahan di muka bumi ini di segala zaman. Aspek ini  bahkan sangat diakui oleh maha raja Nebukadnezar sebagaimana telah saya tunjukan pada bagian pertama dari seri ini. Yesaya 13 merupakan gambaran yang menunjukan bagaimana Allah berurusan dengan segenap bangsa, pemerintahan dan budaya untuk menunjukan bahwa Ia adalah satu-satunya Allah yang berdaulat mengatasi segala raja dan bangsa di muka bumi ini, bukan saja terhadap Israel. Melalui peristiwa kelam kerjaan Yehuda, Allah menunjukan bahwa Ia berdaulat bukan saja untuk merendahkan tetapi juga untuk mengangkat sebuah bangsa dari keterpurukan dengan menghentikan penindasan yang menghantam  kerajaan Yehuda. Jadi ketika Ia berkuasa untuk menyerahkan kerajaan Yehuda kedalam penjajahan: Pada tahun yang ketiga pemerintahan Yoyakim, raja Yehuda, datanglah Nebukadnezar, raja Babel, ke Yerusalem, lalu mengepung kota itu  Tuhan menyerahkan Yoyakim, raja Yehuda, dan sebagian dari perkakas-perkakas di rumah Allah ke dalam tangannya. Semuanya itu dibawanya ke tanah Sinear, ke dalam rumah dewanya; perkakas-perkakas itu dibawanya ke dalam perbendaharaan dewanya. (Daniel 1:1-2), Ia juga Allah yang berdaulat untuk mengakhiri apa yang telah dimulainya sesuai dengan maksud dan kehendaknya: Maka pada hari TUHAN mengakhiri kesakitan dan kegelisahanmu dan kerja paksa yang berat yang dipaksakan kepadamu,(Yesaya 14:3-4).

Memang siapapun akan melihat fenomena ini sangat kompleks, semacam Allah berkuasa tetapi pada realitasnya; definisi Ia berdaulat-jika sebagaimana dikemukakan dalam kitab Daniel dan kitab Yesaya-lebih menunjukan bahwa Allah sama sekali tak berkuasa karena nampak dunia  semakin kacau dan hingga sekarang sangat gemar untuk saling menghancurkan peradabannya dengan menimbun persenjataan, lebih jauh lagi ketimpangan ekonomi, militer dan kuasa politik bukan saja tetap ada namun kini mampu menciptakan potensi-potensi kekacauan global yang dapat menimbulkan kesengsaraan bagi rakyat. Jika kita melepaskan diri dengan apa dan bagaimana Allah menjelaskan dan menunjukan keberdaulatannya maka kita pasti akan mengalami sebuah gap yang sangat lebar dan dalam terhadap-Nya, jadi bukan sekedar gap literasi dan gap konteks era yang bahkan manusia modern akan sangat sukar untuk menerimanya kecuali mampu menemukan dunia kala itu. Tetapi dalam rivalitas yang sesengit apapun antarbangsa dan antarpenguasa, Allah dalam sejarah pemerintahan-pemerintahan bangsa-bangsa di dunia ini, adalah satu-satunya yang berkuasa untuk menentukan eksistensi kemuliaan sebuah pemerintahan, bagaimana ia akan dikenang dan bagaimana ia akan dituliskan dalam sejarah dunia ini. Perhatikan ini:

Yesaya 14:18-20 maka engkau akan memperdengarkan ejekan ini tentang raja Babel, dan berkata: "Wah, sudah berakhir si penindas sudah berakhir orang lalim! Tetapi engkau ini telah terlempar, jauh dari kuburmu, seperti taruk yang jijik, ditutupi dengan mayat orang-orang yang tertikam oleh pedang dan jatuh tercampak ke batu-batu liang kubur seperti bangkai yang terinjak-injak. Engkau tidak akan bersama-sama dengan raja-raja itu di dalam kubur, sebab engkau telah merusak negerimu dan membunuh rakyatmu. Anak cucu orang yang berbuat jahat tidak akan disebut-sebut untuk selama-lamanya.

Bagaimana sebuah  pemerintahan yang besar akan dikenang atau bahkan terhapus dalam kenangan dan lenyap dalam eksistensi dunia, pun ada dalam kedaulatan Allah. Bagaimana misal dalam  dunia yang lebih moderen: USSR lenyap, Jerman Timur lenyap, Yugoslavia lenyap, Cekoslovakia lenyap, dan kita akan lebih banyak lagi menemukan kerajaan-kerajaan dan pemerintahan-pemerintahan yang dahulu ada bahkan sangat perkasa mengatasi segala bangsa, kini bahkan tak dapat lagi kita temukan pun merupakan dinamika kedaulatan Allah yang akan sangat sukar untuk diakui sebagai sebuah kebenaran absolut, kesukaran yang teramat besar untuk diakui oleh mulut manusia sebagaimana yang dialami sendiri oleh maha raja Nebukadnezar.

Allah tak hanya menunjukan bahwa Ia memang Allah yang sungguh-sungguh berdaulat dalam dunia material ini dan bukan belaka dalam literatur dan teks-teks suci pada kitab suci; Ia bahkan menunjukannya dengan menunjukan bahwa Ia berkuasa pada keruntuhan berbagai bangsa dan negara, termasuk ketika Babel mengalami kebangkrutan (akan kita pelajari pada bagian ketiga).


Eksistensi Kuasa Allah dalam Pemerintahan-Pemerintaha Dunia dan Maksud Allah
Salah satu kunci yang perlu diperhatikan, bahwa kedaulatan Allah tidak dapat dihakimi berdasarkan konsepsi kedaulatan sebagaimana dunia manusia memahaminya. Sementara manusia senantiasa menuntut Allah segera saja menegakan pemerintahannya di muka bumi dalam cara tak bercela-menurut manusia-,Allah memiliki caranya sendiri  dan memiliki maksudnya yang berdaulat penuh mengatasi bangsa-bangsa-bangsa beserta pemerintahannya yang bahkan tak mengenal sama sekali siapakah IA. Perhatikan ini:

Daniel 6:25-27 Kemudian raja Darius mengirim surat kepada orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa, yang mendiami seluruh bumi, bunyinya: "Bertambah-tambahlah kiranya kesejahteraanmu! Bersama ini kuberikan perintah, bahwa di seluruh kerajaan yang kukuasai orang harus takut dan gentar kepada Allahnya Daniel, sebab Dialah Allah yang hidup, yang kekal untuk selama-lamanya; pemerintahan-Nya tidak akan binasa dan kekuasaan-Nya tidak akan berakhir. Dia melepaskan dan menolong, dan mengadakan tanda dan mujizat di langit dan di bumi, Dia yang telah melepaskan Daniel dari cengkaman singa-singa."

Tentu saja bagaimana Ia diakui tidak senantiasa dalam cara yang begitu positif seperti era  Darius memerintah, sebagaimana ditunjukan juga oleh Nebukadnezar. Kadang Allah juga menggunakan cara yang begitu negatif menurut pandangan manusia semisal ini:

Ulangan 6:22TUHAN membuat tanda-tanda dan mujizat-mujizat, yang besar dan yang mencelakakan, terhadap Mesir, terhadap Firaun dan seisi rumahnya, di depan mata kita;

Ulangan 7:18-19 maka janganlah engkau takut kepada mereka; ingatlah selalu apa yang dilakukan TUHAN, Allahmu, terhadap Firaun dan seluruh Mesir, yakni cobaan-cobaan besar, yang kaulihat dengan matamu sendiri, tanda-tanda dan mujizat-mujizat, tangan yang kuat dan lengan yang teracung, yang dipakai TUHAN, Allahmu, untuk membawa engkau keluar. Demikianlah juga akan dilakukan TUHAN, Allahmu, terhadap segala bangsa yang engkau takuti.

Untuk menggarisbawahinya sekali lagi, bagaimanapun pemerintahan Allah yang berdaulat penuh dalam berbagai peristiwa sehingga tak mengenal semacam term and condition  untuk dikatakan  ya benar bahwa Ia berdaulat akan begitu sukar untuk diterima secara  bulat tanpa celah, kala diperhadapkan dengan kebijaksanaan manusia-manusia bijak. Hal ini taklah mengherankan, dahulu pun telah demikian kesukaran manusia untuk memahami kekuasaan Allah mengatasi bangsa-bangsa dan pemerintahan-pemerintahan manusia di muka bumi ini:

Daniel 4:4-7 Aku, Nebukadnezar, diam dalam rumahku dengan tenang dan hidup dengan senang dalam istanaku; lalu aku mendapat mimpi yang mengejutkan aku, dan khayalanku di tempat tidurku serta penglihatan-penglihatan yang kulihat menggelisahkan aku. Maka aku mengeluarkan titah, bahwa semua orang bijaksana di Babel harus dibawa menghadap aku, supaya mereka memberitahukan kepadaku makna mimpi itu. Kemudian orang-orang berilmu, ahli jampi, para Kasdim dan ahli nujum datang menghadap dan aku menceritakan kepada mereka mimpi itu, tetapi mereka tidak dapat memberitahukan maknanya kepadaku.
Sangat penting untuk diperhatikan, karena Ia adalah Allah maka tidak perlu heran jika Ia sendiri adalah aktor supranasional yang secara natural memiliki kedaulatan dan pemerintahan yang mengabaikan batasan-batasan  perbatasan negara, politik, budaya, keyakinan dan waktu sehingga tujuan atau maksudnya pastilah bersifat dan berkuasa secara supranasional:

aku, Nebukadnezar, menengadah ke langit, dan akal budiku kembali lagi kepadaku. Lalu aku memuji Yang Mahatinggi dan membesarkan dan memuliakan Yang Hidup kekal itu, karena kekuasaan-Nya ialah kekuasaan yang kekal dan kerajaan-Nya turun-temurun Semua penduduk bumi dianggap remeh; Ia berbuat menurut kehendak-Nya terhadap bala tentara langit dan penduduk bumi; dan tidak ada seorangpun yang dapat menolak tangan-Nya dengan berkata kepada-Nya: "Apa yang Kaubuat?"- Daniel 4:34-35


Soli Deo Gloria

Catatan-catatan



-Kings and events of  Babylonian, Persian and Greek Dynasties : http://www.ibiblio.org/freebiblecommentary/pdf/EN/kings_events.pdf


-The Concept of Sovereignty  Revisited : http://ejil.org/pdfs/17/2/83.pdf

-Major Powers and Global Contenders: https://www.press.umich.edu/pdf/0472112872-ch2.pdf

-The Rise and Fall Great Powers in The Twenty-First Century: https://www.belfercenter.org/sites/default/files/legacy/files/isec_a_00225.pdf





No comments:

Post a Comment

Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9