Oleh: Martin Simamora
Kegelisahan
Politik Maha Raja Di Muka Bumi Yang Diberkati Oleh Allah
Kuasa Politik Maha
Raja Di Bumi dan Kuasa Tuhan di Bumi
Raja
Nebukadnezar telah mengalami pengalaman yang paling janggal untuk dialami oleh
seorang penguasa yang sangat penuh kuasa dan ditakuti diantara bangsa-bangsa
ketika berhubungan dengan Allah yang berkomunikasi dengannya-Allahnya orang
Ibrani yang menggelisahkannya pada jam-jam dimana seharusnya sang baginda raja
berkuasa. Jika raja paling berkuasa di muka bumi saja begitu gelisah maka jelas
kekuatan politik, finansial, militernya dan segenap sumber hikmatnya sudah tak
berdaya, maka suka tak suka ia telah menjadi maha raja yang sebetulnya tak
berdaya sama sekali bahkan untuk masa depan eksistensi dirinya..
Apa
yang dialami oleh sang maha raja sementara dapat dilihat sebagai semacam
perjalanan spiritual dalam mengenal satu-satunya Allah yang mahakuasa dan
mahabijaksana yang sama sekali Allah yang asing bagi dirinya, tetapi cukup
sukar untuk mengatakan bahwa sang maharaja benar-benar mengalami semacam
pertobatan dalam ia mengalami perjumpaan dengan Allah yang maha berdaulat
tersebut. Sejumlah kebijakan dan perbuatan sang maha raja memperlihatkan
realitas ini seperti:
Daniel
3:1-7 Raja Nebukadnezar membuat sebuah patung emas yang tingginya enam puluh
hasta dan lebarnya enam hasta yang didirikannya di dataran Dura di wilayah
Babel. Lalu raja Nebukadnezar menyuruh orang mengumpulkan para wakil raja, para
penguasa, para bupati, para penasihat negara, para bendahara, para hakim, para
ahli hukum dan semua kepala daerah, untuk menghadiri pentahbisan patung yang
telah didirikannya itu. Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para
bupati, para penasihat negara, para bendahara, para hakim, para ahli hukum dan
semua kepala daerah, untuk menghadiri pentahbisan patung yang telah didirikan
raja Nebukadnezar itu. Dan berserulah seorang bentara dengan demi kamu mendengar bunyi sangkakala,
seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian,
maka haruslah kamu sujud menyembah patung yang telah didirikan raja
Nebukadnezar itu;suara nyaring: "Beginilah dititahkan kepadamu, hai
orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa: siapa yang tidak sujud
menyembah, akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang
menyala-nyala!" Sebab itu demi segala bangsa mendengar bunyi sangkakala,
seruling, kecapi, rebab, gambus dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, maka
sujudlah orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa, dan menyembah
patung emas yang telah didirikan raja Nebukadnezar itu.
Teks
diatas menggambarkan realitas spiritual sang maha raja di bumi yang tetap
menegakan kuasanya sebagai yang mahakuasa atas segala bangsa di muka bumi,
mengabaikan realitas kuasa Allah di sorga yang kuasanya bahkan menentukan bukan
saja atas kerajaannya tetapi segenap kerajaan/pemerintah di muka bumi ini
setelahnya sebagaimana mewujud melalui pelayanan Daniel sebagai kuasa Allah di
bumi sebagaimana di sorga atas segenap pemerintahan di muka bumi ini (baca
Daniel 2). Maha raja Nebukadnezar memang mengumandangkan pujian kepada
Allah dalam cara yang teramat megah:
Daniel
2:46-47 Lalu sujudlah raja Nebukadnezar serta menyembah Daniel; juga
dititahkannya mempersembahkan korban dan bau-bauan kepadanya. Berkatalah raja
kepada Daniel: "Sesungguhnyalah,
Allahmu itu Allah yang mengatasi segala allah dan Yang berkuasa atas segala
raja, dan Yang menyingkapkan rahasia-rahasia, sebab engkau telah dapat
menyingkapkan rahasia itu."
Apa
yang dapat dipahami oleh Nebukadnezar adalah mengenal Dia yang mahakuasa secara
berdaulat untuk menekuk segala allah dan segala raja, namun dalam hal itu pun
tidak mengalami penaklukan diri sebagaimana ucapannya tersebut. Maka tak aneh
jika kemudian terhadap Daniel yang merupakan kuasa Allah yang berdaulat total
sebagaimana Nebukadnezar mengakui kuasa Allah dalam cara seperti ini:
Daniel
2:46 Lalu sujudlah raja Nebukadnezar
serta menyembah Daniel; juga
dititahkannya mempersembahkan korban dan
bau-bauan kepadanya.
Terhadap
sahabat-sahabat Daniel, ia tetap tak kuasa untuk meluputkan mereka dari tirani
kemaharajaannya yang telah diangkatnya sebagai divinitas yang bukan saja
mengatasi segala bangsa tetapi adalah tuhan segala bangsa:
Daniel
3:14-15berkatalah Nebukadnezar kepada
mereka: "Apakah benar, hai Sadrakh, Mesakh dan Abednego, bahwa kamu tidak memuja dewaku dan tidak
menyembah patung emas yang kudirikan itu? Sekarang, jika kamu bersedia,
demi kamu mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam
dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, sujudlah menyembah patung yang kubuat
itu! Tetapi jika kamu tidak menyembah,
kamu akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang
menyala-nyala. Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam
tanganku?"
Para
raja atau pemerintahan yang memiliki kuasa mengatasi kuasa para
raja/pemerintahan lainnya adalah wajar mengakselerasikan kuasa-kuasanya yang
mengatasi segala bangsa tersebut dengan maksud untuk mendapatkan
penundukan-penundukan yang menjangkau pelucutan kedaulatan-kedaulatan sebuah bangsa
hingga menyentuh individu-individunya. Semacam ini bukanlah praktik-praktik era
kuno atau era purba, sebab bahkan hingga era nation state modern tetap sangat
mudah dapat kita temukan misalkan semacam ini:
Sementara
Nebukadnezar mengakui kuasa Allah melalui pelayanan Daniel kepada kerajaan
Babel, tetapi sebetulnya tidak menunjukan sebuah penundukan yang membuat
kerajaannya memuliakan satu-satunya Allah yang besar itu. Karena itulah dapat
dipahami jika mengenai kerajaan Babel, beginilah ucapan Allah mengenai Babel sebagaimana dikemukakan nabi Yesaya:
Yesaya
13:19 Dan Babel, yang permai di
antara kerajaan-kerajaan, perhiasan orang Kasdim yang megah, akan sama seperti Sodom dan
Gomora pada waktu Allah menunggangbalikkannya:
Yesaya
14:4-maka engkau akan memperdengarkan ejekan
ini tentang raja Babel, dan berkata: "Wah, sudah berakhir si penindas sudah berakhir orang lalim! TUHAN telah mematahkan tongkat
orang-orang fasik, gada orang-orang yang memerintah, yang memukul bangsa-bangsa
dengan gemas, dengan pukulan yang tidak putus-putusnya; yang menginjak-injak
bangsa-bangsa dalam murka dengan tiada henti-hentinya.
Tidak
ada satu bentuk pemerintahan yang berada di luar jangkauan Allah, atau apalagi
dikatakan Allah tak mungkin terlibat dan mengendalikan setiap pemerintahan di
muka bumi ini di segala zaman. Aspek ini
bahkan sangat diakui oleh maha raja Nebukadnezar sebagaimana telah saya
tunjukan pada bagian pertama dari seri ini. Yesaya 13 merupakan gambaran yang
menunjukan bagaimana Allah berurusan dengan segenap bangsa, pemerintahan dan
budaya untuk menunjukan bahwa Ia adalah satu-satunya Allah yang berdaulat
mengatasi segala raja dan bangsa di muka bumi ini, bukan saja terhadap Israel.
Melalui peristiwa kelam kerjaan Yehuda, Allah menunjukan bahwa Ia berdaulat
bukan saja untuk merendahkan tetapi juga untuk mengangkat sebuah bangsa dari keterpurukan
dengan menghentikan penindasan yang menghantam
kerajaan Yehuda. Jadi ketika Ia berkuasa untuk menyerahkan kerajaan
Yehuda kedalam penjajahan: Pada tahun
yang ketiga pemerintahan Yoyakim, raja Yehuda, datanglah Nebukadnezar, raja
Babel, ke Yerusalem, lalu mengepung kota itu
Tuhan menyerahkan Yoyakim, raja Yehuda, dan sebagian dari
perkakas-perkakas di rumah Allah ke dalam tangannya. Semuanya itu dibawanya ke
tanah Sinear, ke dalam rumah dewanya; perkakas-perkakas itu dibawanya ke dalam
perbendaharaan dewanya. (Daniel 1:1-2), Ia juga Allah yang berdaulat untuk
mengakhiri apa yang telah dimulainya sesuai dengan maksud dan kehendaknya: Maka
pada hari TUHAN mengakhiri kesakitan dan kegelisahanmu dan kerja paksa yang
berat yang dipaksakan kepadamu,(Yesaya 14:3-4).
Memang
siapapun akan melihat fenomena ini sangat kompleks, semacam Allah berkuasa
tetapi pada realitasnya; definisi Ia berdaulat-jika sebagaimana dikemukakan
dalam kitab Daniel dan kitab Yesaya-lebih menunjukan bahwa Allah sama sekali
tak berkuasa karena nampak dunia semakin
kacau dan hingga sekarang sangat gemar untuk saling menghancurkan peradabannya
dengan menimbun persenjataan, lebih jauh lagi ketimpangan ekonomi, militer dan
kuasa politik bukan saja tetap ada namun kini mampu menciptakan potensi-potensi
kekacauan global yang dapat menimbulkan kesengsaraan bagi rakyat. Jika kita
melepaskan diri dengan apa dan bagaimana Allah menjelaskan dan menunjukan keberdaulatannya
maka kita pasti akan mengalami sebuah gap yang sangat lebar dan dalam
terhadap-Nya, jadi bukan sekedar gap literasi dan gap konteks era yang bahkan
manusia modern akan sangat sukar untuk menerimanya kecuali mampu menemukan dunia
kala itu. Tetapi dalam rivalitas yang sesengit apapun antarbangsa dan
antarpenguasa, Allah dalam sejarah pemerintahan-pemerintahan bangsa-bangsa di
dunia ini, adalah satu-satunya yang berkuasa untuk menentukan eksistensi
kemuliaan sebuah pemerintahan, bagaimana ia akan dikenang dan bagaimana ia akan
dituliskan dalam sejarah dunia ini. Perhatikan ini:
Yesaya
14:18-20 maka engkau akan
memperdengarkan ejekan ini tentang raja Babel, dan berkata: "Wah,
sudah berakhir si penindas sudah berakhir orang lalim! Tetapi engkau ini telah
terlempar, jauh dari kuburmu, seperti taruk yang jijik, ditutupi dengan mayat
orang-orang yang tertikam oleh pedang dan jatuh tercampak ke batu-batu liang
kubur seperti bangkai yang terinjak-injak. Engkau
tidak akan bersama-sama dengan raja-raja itu di dalam kubur, sebab engkau
telah merusak negerimu dan membunuh rakyatmu. Anak cucu orang yang berbuat jahat tidak akan disebut-sebut untuk
selama-lamanya.
Bagaimana
sebuah pemerintahan yang besar akan
dikenang atau bahkan terhapus dalam kenangan dan lenyap dalam eksistensi dunia,
pun ada dalam kedaulatan Allah. Bagaimana misal dalam dunia yang lebih moderen: USSR lenyap, Jerman
Timur lenyap, Yugoslavia lenyap, Cekoslovakia lenyap, dan kita akan lebih
banyak lagi menemukan kerajaan-kerajaan dan pemerintahan-pemerintahan yang
dahulu ada bahkan sangat perkasa mengatasi segala bangsa, kini bahkan tak dapat
lagi kita temukan pun merupakan dinamika kedaulatan Allah yang akan sangat
sukar untuk diakui sebagai sebuah kebenaran absolut, kesukaran yang teramat
besar untuk diakui oleh mulut manusia sebagaimana yang dialami sendiri oleh
maha raja Nebukadnezar.
Allah
tak hanya menunjukan bahwa Ia memang Allah yang sungguh-sungguh berdaulat dalam
dunia material ini dan bukan belaka dalam literatur dan teks-teks suci pada
kitab suci; Ia bahkan menunjukannya dengan menunjukan bahwa Ia berkuasa pada
keruntuhan berbagai bangsa dan negara, termasuk ketika Babel mengalami
kebangkrutan (akan kita pelajari pada bagian ketiga).
Eksistensi
Kuasa Allah dalam Pemerintahan-Pemerintaha Dunia dan Maksud Allah
Salah
satu kunci yang perlu diperhatikan, bahwa kedaulatan Allah tidak dapat dihakimi
berdasarkan konsepsi kedaulatan sebagaimana dunia manusia memahaminya.
Sementara manusia senantiasa menuntut Allah segera saja menegakan pemerintahannya
di muka bumi dalam cara tak bercela-menurut manusia-,Allah memiliki caranya
sendiri dan memiliki maksudnya yang
berdaulat penuh mengatasi bangsa-bangsa-bangsa beserta pemerintahannya yang
bahkan tak mengenal sama sekali siapakah IA. Perhatikan ini:
Daniel
6:25-27 Kemudian raja Darius mengirim surat kepada orang-orang dari segala
bangsa, suku bangsa dan bahasa, yang mendiami seluruh bumi, bunyinya:
"Bertambah-tambahlah kiranya kesejahteraanmu! Bersama ini kuberikan
perintah, bahwa di seluruh kerajaan yang kukuasai orang harus takut dan gentar kepada
Allahnya Daniel, sebab Dialah Allah yang hidup, yang kekal untuk
selama-lamanya; pemerintahan-Nya tidak akan binasa dan kekuasaan-Nya tidak akan
berakhir. Dia melepaskan dan menolong, dan mengadakan tanda dan mujizat
di langit dan di bumi, Dia yang telah melepaskan Daniel dari cengkaman
singa-singa."
Tentu
saja bagaimana Ia diakui tidak senantiasa dalam cara yang begitu positif
seperti era Darius memerintah,
sebagaimana ditunjukan juga oleh Nebukadnezar. Kadang Allah juga menggunakan cara yang begitu negatif menurut
pandangan manusia semisal ini:
Ulangan
6:22TUHAN membuat tanda-tanda dan mujizat-mujizat, yang besar dan yang
mencelakakan, terhadap Mesir, terhadap Firaun dan seisi rumahnya, di depan mata
kita;
Ulangan
7:18-19 maka janganlah engkau takut kepada mereka; ingatlah selalu apa yang dilakukan
TUHAN, Allahmu, terhadap Firaun dan seluruh Mesir, yakni cobaan-cobaan besar,
yang kaulihat dengan matamu sendiri, tanda-tanda dan mujizat-mujizat, tangan
yang kuat dan lengan yang teracung, yang dipakai TUHAN, Allahmu, untuk membawa
engkau keluar. Demikianlah juga akan dilakukan TUHAN, Allahmu, terhadap segala
bangsa yang engkau takuti.
Untuk
menggarisbawahinya sekali lagi, bagaimanapun pemerintahan Allah yang berdaulat penuh dalam berbagai peristiwa
sehingga tak mengenal semacam term and condition untuk dikatakan ya benar bahwa Ia berdaulat akan begitu sukar
untuk diterima secara bulat tanpa celah,
kala diperhadapkan dengan kebijaksanaan manusia-manusia bijak. Hal ini taklah
mengherankan, dahulu pun telah demikian kesukaran manusia untuk memahami
kekuasaan Allah mengatasi bangsa-bangsa dan pemerintahan-pemerintahan manusia
di muka bumi ini:
Daniel
4:4-7 Aku, Nebukadnezar, diam dalam rumahku dengan tenang dan hidup dengan
senang dalam istanaku; lalu aku mendapat mimpi yang mengejutkan aku, dan
khayalanku di tempat tidurku serta penglihatan-penglihatan yang kulihat
menggelisahkan aku. Maka aku
mengeluarkan titah, bahwa semua orang bijaksana di Babel harus dibawa menghadap
aku, supaya mereka memberitahukan kepadaku makna mimpi itu. Kemudian
orang-orang berilmu, ahli jampi, para Kasdim dan ahli nujum datang menghadap
dan aku menceritakan kepada mereka mimpi itu, tetapi mereka tidak dapat memberitahukan maknanya kepadaku.
Sangat
penting untuk diperhatikan, karena Ia adalah Allah maka tidak perlu heran jika
Ia sendiri adalah aktor supranasional yang secara natural memiliki kedaulatan
dan pemerintahan yang mengabaikan batasan-batasan perbatasan negara, politik, budaya, keyakinan
dan waktu sehingga tujuan atau maksudnya pastilah bersifat dan berkuasa secara supranasional:
aku, Nebukadnezar, menengadah ke
langit, dan akal budiku kembali lagi kepadaku. Lalu aku memuji Yang Mahatinggi
dan membesarkan dan memuliakan Yang Hidup kekal itu, karena kekuasaan-Nya
ialah kekuasaan yang kekal dan kerajaan-Nya turun-temurun Semua penduduk
bumi dianggap remeh; Ia berbuat menurut kehendak-Nya terhadap bala tentara
langit dan penduduk bumi; dan tidak ada seorangpun yang dapat menolak
tangan-Nya dengan berkata kepada-Nya: "Apa yang Kaubuat?"- Daniel
4:34-35
Soli Deo Gloria
Catatan-catatan
-Nebuchadnezzar’s
Pride and Punishment: https://bible.org/seriespage/4-nebuchadnezzar-s-pride-and-punishment
-Jewish
Encyclopedia, Nebuchadnezzar : http://www.jewishencyclopedia.com/articles/11407-nebuchadnezzar
-Kings
and events of Babylonian, Persian and
Greek Dynasties : http://www.ibiblio.org/freebiblecommentary/pdf/EN/kings_events.pdf
-The
Book of Daniel: http://www.companionbiblecondensed.com/OT/Daniel.pdf
-The
Concept of Sovereignty Revisited : http://ejil.org/pdfs/17/2/83.pdf
-Major
Powers and Global Contenders: https://www.press.umich.edu/pdf/0472112872-ch2.pdf
-The
Rise and Fall Great Powers in The Twenty-First Century: https://www.belfercenter.org/sites/default/files/legacy/files/isec_a_00225.pdf
No comments:
Post a Comment