Oleh: Martin Simamora
Apakah
Politik & Mengapa Penting Bagi Kita?
Sebelumnya:
Bagian2
Pilihan Rasional Anda Sebagai Pemilih?
Memahami
Mengapa Memilih A dan Bukan Memilih B, dan Seterusnya
Apakah
maksudnya? Asumsi permulaan pilihan
rasional dalam ilmu politik adalah, bahwa aktor-aktor politik seperti para
pemilih, para politisi, partai-partai, atau kelompok-kelompok kepentingan-
berperilaku ‘secara rasional’. Secara rasional dalam konteks ini tidak berarti
bahwa aktor-aktor tersebut selalu secara cermat mengkalkulasi biaya-biaya dan
manfaat-manfaat dari setiap keputusan yang mereka buat. Sebaliknya, secara
rasional, maksudnya bahwa para aktor telah memiliki seperangkat
preferensi-preferensi yang telah dapat diidentifikasikan pada hasil-hasil
kebijakan atau political, dan manakala diperhadapkan dengan sebuah pilihan
politik, para aktor politik tersebut akan cenderung untuk memilih opsi yang
mereka lebih sukai (yang memberikan
mereka ‘utilitas’ paling tinggi). Jadi, sebagai contoh, jika seorang pemilih lebih menyukai Partai A daripada Partai B
dan lebih menyukai Partai B daripada Partai C, tetapi masih belum ada kandidat
dari Partai A yang muncul dalam sebuah pemilihan tertentu, pemilih tersebut
secara rasional memilih Partai B daripada Partai C.
Para
Pemilih Dalam “Dilemma Tawanan-Tawanan” Kala Berinteraksi Dengan
Peluang-Peluang Politik Terbaik yang Diharapkannya
Ini
terdengar seperti sebuah gagasan
sederhana. Tetapi, gagasan sederhana ini telah menghasilkan sejumlah pandangan
yang sangat berpengaruh. Salah satu pandangan tersebut adalah apa yang dikenal
sebagai ‘dilema tawanan-tawanan’ (bandingkan Von Neumann dan Morgenstern,1944).
Kisah dibalik ‘dilemma tawanan-tawanan’
adalah sebagai berikut. Dua orang tahanan yang dicurigai melakukan sebuah
kejahatan dan diinterogerasi secara terpisah. Mereka masing-masih diberitahukan bahwa mereka dapat
buka suara atau diam. Jika mereka sama-sama diam, polisi akan mengatakan kepada
mereka b ahwa mereka memiliki bukti memadai untuk mendakwa mereka berdua untuk
semua kejahatan minor, yang memenjarakan mereka selama satu tahun.. Jika satu
bicara dan yang lainnya bicara, yang bicara akan dilepaskan, dan yang satunya
lagi akan didakwa atas kejahatan besar, dengan hukuman penjara 3 tahun. Jika
mereka berdua buka suara, mereka akan didakwa dengan kejahatan utama, tetapi dengan hukuman penjara yang
lebih singkat, 2 tahun.
Tersangka
2
|
|||
Diam
|
Buka Mulut
|
||
Tersangka
1
|
Diam
|
-1,-1
|
-3,0
|
Buka
Mulut
|
0,-3
|
-2,-2
|
|
Gambar 1.1:
Dilema Tawanan-Tawanan
|
Gambar
1.1 menyederhanakan naratif dalam sebuah ‘game’. Setiap sel dalam grid
mengindikasikan setiap kemungkinan hasil dan ‘imbalan’ bagi kedua pemain,
dimana angka pertama dalam setiap sel mewakili imbalan bagi Tersangka 1 dan
angka kedua merupakan imbalan bagi Tersangka 2. Kita dapat menentukan
nilai-nilai bagi tersangka-tersangka.
●Dari
sudut pandang seorang individual, hasil yang paling didambakan bagi Tersangka 1
adalah, bahwa ia dapat berbicara sementara Tersangka 2 tidak dapat. Dalam kasus
ini, Tersangka 1 akan dibebaskan tanpa kerugian apapun. Kita akan menentukan
padanya sebuah nilai 0.
●Hasil
berikutnya yang sangat didambakan bagi Tersangka 1 adalah, bahwa ia tidak
berbicara dan tidak juga pada Tersangka 2. Ini bermakna bahwa keduanya akan
didakwa dengan pelanggaran atau kejahatan minor dan membayar kerugiannya dengan
sebuah hukuman penjara yang kecil. Kita akan menentukan padanya sebuah nilai -1.
●Sebuah
hasil lebih negatif adalah, bahwa
Tersangka 1 berbicara dan demikian juga dengan Tersangka 2. Dalam kasus ini,
kedua tersangka akan didakwa dengan sebuah pelanggaran mayor/besar dan akan
mendapatkan hukum penjara berjangka
waktu lebih lama. Kita akan menentukan nilai pada hal in I dengan sebuah nilai
-2.
●Hasil
paling negatif bagi Tersangka 1 adalah, bahwa dia tetap tidak bersuara
sementara Tersangka 2 menyatakan suaranya. Dalam skenario ini, Tersangka 1 akan
menjalani hukuman penjara dengan sebuah pelanggaran utama dan kemungkian
hukuman penjara terpanjang sementara Tersangka 2 pergi bebas. Kita menentukan
pada hal ini sebuah nilai -3.
Menjadi
jelas hasil terbaik kolektif akan
terjadi apabila kedua-duanya tetap tidak bersuara, sehingga keduanya
didakwa dengan sebuah pelanggaran minor (yang menghasilkan imbalan sebuah
hukuman penjara 1 tahun bagi masing-masing pihak). Akan tetapi, jika kedua
belah pihak rasional, dalam sebuah pemahaman strategis, kedua belah pihak akan
menyatakan suaranya, sebab ini adalah ‘respon terbaik’ dari pemain manapun terhadap aksi-aksi yang mungkin dari pemain
lain. Sebagai contoh, jika Tersangka 1 bersuara dan Tersangka 2 tetap memilih
tak bersuara, maka kemudan Tersangka 2 akan dikeluarkan, dan jika Tersangka 1
bersuara dan Tersangka 2 bersuara, maka setidaknya Tersangka 1 tidak akan
berakhir dengan hukuman penjara
berjangka waktu lama. Mengikuti logika ini, kedua tersangka seharusnya
bersuara/menyatakan suaranya, yang dapat bermakna keduanya akan dijatuhi
hukuman penjara selama 2 tahun.
Direktur
Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) Philips
Jusario Vermonte mengatakan mayoritas masyarakat belum puas dengan kinerja
ekonomi pemerintah. Namun kepercayaan terhadap Presiden Joko Widodo sangat
tinggi.
Hal
itu dinyatakan Philips dalam pemaparannya di acara Bisnis Indonesia Economic
Challenges 2018, Senin, 4 Desember 2017. Dari hasil riset CSIS, yang
melibatkan seribu responden di 34 provinsi di Indonesia, 42,2 persen
menyatakan kondisi perekonomian keluarga saat ini tidak ada perubahan
dibandingkan dengan lima tahun lalu. Bahkan, 20,3 persen responden menyatakan
lebih buruk, sedangkan hanya 37,5 persen yang menyebut baik.
Begitu
juga kondisi perekonomian Indonesia secara umum 35,9 persen menyatakan tidak
ada perubahan dibandingkan dengan lima tahun lalu. Sekitar 22,1 persen di
antaranya beranggapan buruk dan hanya 41,7 persen responden yang berpersepsi
baik.
Di
sisi lain, kata dia, tingkat kepuasan terkait kondisi pembangunan saat ini
dibandingkan lima tahun lalu sangat tinggi. Koresponden yang beranggapan
pembangunan lebih baik mencapai 70,9 persen. Adapun yang beranggapan tidak
ada perubahan hanya 19,8 persen dan yang menilai buruk 8,6 persen.
“Tingkat
ekonomi kurang puas relatif tidak berubah dibandingkan pemerintahan
sebelumnya. Tapi pembangunan tiga tahun terakhir sangat puas jauh lebih
tinggi. Artinya masyarakat melihat pemerintah sedang bekerja. Yang penting menjaga
tingkat kepercayaan meski ekonomi tidak berubah tapi kepercayaan tinggi. Itu
belum dimiliki orang-orang lain yang ingin jadi presiden dan wakil presiden
pada 2019,” ujarnya..- Tempo.co
|
Survei RTK:
Pemilih 17-40 Tahun Cenderung Setuju Ganti Presiden
Hasil
survei nasional terbaru Roda Tiga Konsultan terkait kesadaran masyarakat
terhadap isu #2019GantiPresiden menunjukkan 61,1 persen masyarakat sadar
terhadap isu tersebut. Sebanyak 42,7 persen di antaranya setuju dengan
gerakan tersebut, 43,4 persen tidak setuju, dan sisanya belum menentukan
sikap.
"Pemilih
dengan rentang usia 17-40 tahun lebih banyak yang menyatakan setuju ganti
presiden," kata Rikola Fedri, Direktur Riset RTK di Jakarta, Selasa 7
Agustus 2018.
Pemilih
dengan usia 17-40 tahun, dalam survei tersebut, masuk dalam 47,8 persen dari
total jumlah responden. Sisanya adalah pemilih yang berusia di atas 40 tahun.
Rinciannya,
dari total responden berusia 17-40 tahun, yang menyatakan setuju ganti
presiden sebanyak 42,1 persen. Sebanyak 39,3 persen menyatakan tidak setuju
dan 18,6 persen menyatakan tidak tahu. Sementara, dari responden berusia di
atas 40 tahun, yang setuju ganti presiden 31,8 persen dan 42,7 persen tidak
setuju, dan 25,5 persen tidak tahu.- Tempo.co
|
Sebuah
‘persamaan Nash’ adalah sebuah ‘rangkaian strategi dalam sebuah game yang mana
tidak ada satu pemainpun memiliki sebuah insentif untuk secara sepihak atau
sendiri memutuskan secara mandiri untuk mengubah pikirannya terhadap apa yang dilakukan
pemain-pemain lainnya’ (Clark dkk,2012, h.103). Dengan kata lain, ini merujuk
pada sebuah situasi ketika seorang pemain membuat keputusan terbaik yang dapat
mereka ambil, dengan mempertimbangkan aksi-aksi dari keputusan-keputusan pemain
lainnya. ‘Persamaan’ dari dilemma tawanan-tawanan karenanya sebuah hasil ‘sub-optimal’,
atau sebuah hasil yang bukan
merupakan kemungkinan hasil kolektif terbaik. Maka, salah satu kunci
pandangan teori pilihan rasional adalah, bahwa perilaku rasional secara individual dapat kadang-kadang menuntun pada
hasil-hasil
politikal dan kebijakan yang bukan merupakan hasil yang diinginkan secara
kolektif atau secara bersama.
Bersambung ke Bagian 4
Sumber
utama penulisan untuk bagian ini:
|
Introduction
to political Science, S.Hix and M.Whitting, Undergraduate Study in Economics,
Management, Finan ce and the Social Siences, University of
London-International Programmes
|
Diterjemahkan,
diedit dan diadaptasikan oleh
|
Martin
Simamora
|
No comments:
Post a Comment