Oleh: Martin Simamora
Maka
Jika Matamu yang Kanan Menyesatkan Engkau, Cungkillah dan Buanglah Itu
Pertanyaan Pertama
Membaca
Matius 5:29 akan seperti membaca sebuah
perintah yang begitu gelap untuk mungkin
dilakukan oleh siapapun, maka pertanyaan pertamanya adalah, apakah itu serius dan dalam makna
sebenarnya? Tetapi jika Yesus yang bersabda maka jika anda seorang Kristen
sejati, maka dirimu harus memastikan jiwamu sendiri bahwa Yesus tidak pernah
berbicara omong kosong, sesuatu yang keseriusannya melampaui pengertianmu dan
kekuatanmu untuk bersikap serius pasti tak tersangkali telah Yesus utarakan.
Jika tidak demikian dan jika itu keseriusannya masih dalam rentang kemampuan
kita maka tak mungkin perintah ini menunjukan deret ketakberdayaan jiwa untuk
mentaatinya:
Cungkilah
dan buanglah itu
|
Penggalah
dan buanglah itu
|
karena lebih
baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan
utuh masuk neraka
|
Banyak
ketentuan kehidupan rohani yang dipresentasikan oleh Yesus Kristus kehadapan
masyarakat di eranya, termasuk ke hadapan para tokoh-tokoh agama sezamannya
adalah kehidupan kudus yang begitu ketat, bahwa setiap orang yang tak mampu
atau tak fit untuk mentaatinya akan segera berpaling dari ketentuan kehidupan
kudus seperti ini dalam keputusasaan, berteriak,”Ini adalah sebuah perkataan
yang sukar; siapa yang kuat mendengarkannya?” Tetapi haruskah kita
mempertahankan kebenaran itu bagi diri kita sebagaimana adanya, ataukah
menurunkan perintah-perintah Allah pada tatar kebiasaan-kebiasaan dan kecenderungan-kecenderungan
manusia untuk berdosa?Tidakkah kita harus sebaliknya mendeklarasikan seluruh
nasihat Allah tersebut dan menegakan
nasihat Allah tersebut pada ketinggian setinggi otoritas firman atau
perkataannya? Mengapa demikian? Karena kalau kita mau memperhatikan nasihat
Yesus tersebut, kita akan melihat bahwa memang Yesus sendiri tak memberikan
ruang probabilitas atau kemungkinan bagia siapapun juga untuk meletakan posisi
nasihat kehidupan kudus ini sebagai sebuah non literal. Tentu saja ini akan
membutuhkan penjelasan lebih lanjut, jika perintah itu non literal lalu
bagaimana harus mempertahankan bahwa ketinggian kekudusan yang dimintakan Yesus
adalah literal kudus tak bercela. Saya tidak akan masuk ke area tersebut untuk
kesempatan ini. Tetapi saya mengajak anda untuk membaca rangkaian kalimat yang
menunjukan bahwa nasihat hidup kudus setinggi ini tak pernah dimaksudkannya
sebagai sebuah kudus yang bisa disesuaikan pada kemaksimalan manusia untuk
mungkin mencapainya, tetapi memang kudus pada kemuliaan Tuhan yang adalah kudus
dengan ketinggian yang tak dapat didekati oleh manusia, perhatikan ini: