Oleh : Pdt.Budi Asali, M.Div
Pertanyaan Kelima : Mana perintah Yesus atau Tuhan untuk
beribadah pada hari Minggu ?
Bacalah lebih dulu bagian empat
Pertanyaan
ini mungkin agak aneh dan bahkan dianggap sepele atau main-main saja. Padahal
ini merupakan salah satu pertanyaan serius yang perlu dipikirkan, perlu
diperhatikan, dan perlu dipertanyakan, karena menyangkut ritual yang secara
terus menerus atau continue dilakukan
dan diamalkan oleh hampir seluruh umat Kristiani di dunia.
Melakukan
ritual ibadah wajib secara terus menerus tanpa dalil atau perintah dari Allah,
merupakan ibadah yang sia-sia. Padahal apa yang dilakukan itu akan diminta
pertanggung jawaban dihadap Allah. Oleh sebab itu wajarlah jika kita tinjau
kembali, apakah yang kita lakukan selama ini benar-benar punya dalil atau dasar
yang kuat dari kitab suci kita, ataukah itu hanya berasal dari perintah manusia
biasa atau pendapat para pemimpin agamanya, kemudian mewajibkan para
pengikutnya untuk melakukannya.
Kalau
hal seperti itu yang terjadi, kemudian di ikuti oleh para pengikutnya, maka itu
berarti yang kita ikuti adalah ajaran manusia, bukan ajaran Allah. Contohnya,
beribadah atau masuk gereja pada hari Minggu, ternyata tidak ada satu dalilpun
didalam Alkitab yang menyuruh beribadah atau menjadikan hari Minggu sebagai
hari yang harus dipelihara, disucikan atau dikuduskan. Oleh sebab itu bagi siapa saja yang bisa
memberikan dalil yang tertulis dalam Alkitab bahwa ada perintah dari Allah
untuk mengkuduskan, mensucikan atau menjadikan sebagai hari peristirahatan,
maka kami sediakan hadiah tunai sebesar Rp. 10.000.000. (sepuluh juta) jika ada
dalil di dalam Alkitab.
Sebenarnya
jika benar-benar mengikuti firman Allah dalam Alkitab, maka hari peribadatan
itu ialah hari Sabat (Sabtu) bukan Minggu! Hari inilah (Sabat) yang ada
dalilnya dalam Alkitab, bahkan perintah untuk memelihara, menjaga dan
mengkuduskannya, jelas sekali ada tertulis didalam Alkitab itu sendiri. Apalagi
yang menulis perintah untuk mengkuduskan hari Sabat adalah Allah itu sendiri,
yang telah menoreh diatas kedua loh batu.
Bahkan
kedua loh batu tersebut ditulis dengan jari tangan Allah sendiri, lalu Dia
sendiri yang menyerahkan kepada Nabi Musa as untuk disampaikan dan diajarkan
kepada kaumnya. Simak ayat frman Allah dalam Alkitab sebagai berikut:
Setelah itu berpalinglah Musa, lalu turun dari gunung dengan kedua loh hukum Allah dalam tangannya, loh-loh yang bertulis pada kedua sisinya; bertulis sebelah-menyebelah. Kedua loh itu ialah pekerjaan Allah dan tulisan itu ialah tulisan Allah, ditukik pada loh-loh itu.’ (Ke1 32:15-16)
Sungguh
ironis sekali, ternyata perintah Allah untuk menjaga, memelihara dan
mengkuduskan hari Sabat, ternyata dilanggar dan juga tidak dipatuhi lagi oleh
hampir semua umat Kristiani di dunia, kecuali sebagian kecil sekte Advent.
Padahal
kalau kita baca dalam Alkitab, ternyata ada ancaman yang sungguh mengerikan,
yaitu ancaman hukuman mati bagi mereka yang tidak memelihara dan yang melanggar
kekudusan hari Sabat. Coba kita simak ancaman Allah bagi yang tidak memelihara
dan mengkususkan hari Sabat.
“Berfirmanlah Tuhan kepada Musa: ‘Katakanlah kepada orang Israel, demikian: Akan tetapi hari-hari Sabat-Ku harus kamu pelihara, sebab itulah peringatan antara Aku dan kamu, turun-temurun, sehingga kamu mengetahui, bahwa Akulah Tuhan, yang menguduskan kamu. Haruslah kamu pelihara hari Sabat, sebab itulah hari kudus bagimu; siapa yang melanggar kekudusan hari Sabat itu, pastilah ia dihukum mati, sebab setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari itu, orang itu harus dilenyapkan dari antara bangsanya.” (Ke1 31:12-14)
Yang
lebih menarik lagi yaitu, ternyata Yesus seumur hidupnya tidak pernah
mengkuduskan hari Minggu. Seumur hidupnya Yesus selalu mengkuduskan hari Sabat
dan setiap mengajar selalu pada hari Sabat. Yesus tidak pernah satu kalipun
menganjurkan untuk beribadah atau mengkuduskan hari Minggu. Sekali lagi jika
ada dalil dalam Alkitab Yesus atau Allah menyuruh mengkuduskan hari Minggu,
kami sediakan hadiah Rp. 10.000.000. (sepuluh juta) bagi siapa saja yang bisa
memberikan dalilnya.
Perhatikan
hari apa yang Yesus kuduskan di dalam Alkitab, hari Sabtu atau hari Minggu?
- Lukas
4:16 Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada
hari Sabat (Sabtu) la masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari
Alkitab.
- Markus
1:21 Mereka tiba di Kapernaum. Setelah hari Sabat mulai, Yesus segera masuk ke
dalam rumah ibadat dan mengajar.
- Markus
6:2 Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar
takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: ‘Dari mana diperoleh-Nya
semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat
yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya?
- Lukas
4:16 Ia (Yesus) datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut
kebiasaan-Nya pada hari Sabat la masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak
membaca dari Al kitab.
- Lukas
4:31 Kemudian Yesus pergi ke Kapernaum, sebuah kota di Galilea, lalu mengajar
di situ pada hari-hari Sabat.
- Lukas
6:6 Pada suatu hari Sabat lain, Yesus masuk ke rumah ibadat, lalu mengajar. Di
situ ada seorang yang mati tangan kanannya.
- Lukas 13:10 Pada suatu kali Yesus sedang mengajar dalam salah satu rumah ibadat pada hari Sabat.
Masih
banyak ayat-ayat lainnya dimana Yesus memelihara dan mengkuduskan hari Sabat,
tapi dari 7 (tujuh) ayat tadi saja, sudah lebih dari cukup memberikan
bukti-bukti kepada kita bahwa sesungguhnya menurut Alkitab, hari yang
diperintahkan untuk di ibadati, dipelihara, dan dikuduskan adalah hari Sabat
(Sabtu) bukan Minggu !!
Yesus
tetap memelihara dan mengkuduskan Sabat, sebab dia yakin bahwa apa yang Allah
tetapkan untuk berlaku kekal, tidak mungkin dibatalkan olehnya. Yesus sangat
yakin dengan janji Allah bagi yang memelihara hari Sabat.
Mari
kita renungkan janji Allah bagi yang memelihara dan mengkuduskan hari Sabat.
“Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudus-Ku; apabila engkau menyebutkan hari Sabat ‘hari kenikmatan’, dan hari kudus Tuhan ‘hari yang mulia’; apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu atau berkata omong kosong, maka engkau akan bersenang-senang karena Tuhan, dan Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi dengan kendaraan kemenangan; Aku akan memberi makan engkau dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu, sebab mulut Tuhan-lah yang mengatakannya.” (Yesaya 58:13-14)
Bukankah
ayat-ayat tersebut memberikan bukti bahwa sesungguhnya tidak ada satu perintah
di dalam Alkitab masuk gereja hari Minggu atau mengkuduskan hari Minggu. Bahkan
seumur hidup Yesus hanya beribadah pada hari Sabat (Sabtu) bukan Minggu.
Ternyata hari Minggu dikuduskan karena menurut pendapat pemuka agamanya hari
itu Yesus bangkit dari kuburnya.
Sekarang
bagaimana dengan hari Minggu? Apakah ada perintah atau jaminan berkat bagi
mereka yang mengkuduskan hari Minggu?
- Allah tidak berhenti bekerja pada hari Minggu.
- Allah dan juga Yesus tidak pernah memberkati hari Minggu.
- Tidak ada hukum yang menyuruh memelihara hari Minggu.
- Yesus tidak pernah memberkati hari Minggu.
- Hari Minggu tidak pernah dikuduskan oleh Allah maupun Yesus.
- Tidak ada pelanggaran hukum jika bekerja pada hari Minggu.
- Tidak ada satu ayatpun dalam Alkitab yang melarang bekerja pada hari Minggu.
- Tidak ada berkat yang dijanjikan bagi mereka yang memelihara hari Minggu.
- Hari Minggu tidak pernah disebutkan dalam Alkitab sebagai hari ibadah bagi umat Kristiani.
- Tidak pernah hari Minggu disebut sebagai hari perhentian.
- Yesus tidak pernah menyinggung tentang hari Minggu.
- Kata ‘Hari Minggu’ bahkan tidak pernah muncul dalam Alkitab, kecuali disebut ‘pekan pertama minggu itu’, tapi bukan ‘Hari Minggu’ dan hanya sekali disebutkan yaitu pada Kis 20:7, itupun hanya pertemuan dimalam hari, yaitu Sabtu malam.
- Para nabi dan orang terdahulu tidak pernah memelihara hari Minggu.
- Tidak ada ayat dalam Alkitab tentang perobahan Sabat jadi hari Minggu.
- Tidak pernah Tuhan maupun Yesus berfirman bahwa ada dua hari Sabat yang dikuduskan dalam seminggu, yaitu hari Sabtu dan Minggu.
- Tidak ada satupun perintah di dalam Alkitab yang menyuruh merayakan ‘hari kebangkitan’ Yesus sebagai pengganti hari Sabat.
- Tidak pernah Tuhan berfirman bahwa ‘hari kebangkitan’ Yesus harus dikuduskan seperti hari Sabat.
- Seumur hidupnya, Yesus hanya beribadah pada hari Sabat
- Tidak ada seorang nabipun di dalam Alkitab yang pernah menvuruh mengkuduskan hari Minggu
- Seumur hidupnya, tidak sekalipun keluar dari mulut atau bibir Yesus tentang hari Minggu dan lain-lain.
Berdasarkan
20 alasan tersebut, maka dapatlah dipastikan bahwa sesungguhnya tidak ada satu
dalilpun dalam Alkitab untuk mengkuduskan hari Minggu! Ternyata hari Minggu
hanyalah hari yang diperintahkan oleh pengemuka agama Kristen hanya karena
dianggap penting karena Yesus bangkit pada hari Minggu. Padahal tidak ada satu
dalilpun didalam Alkitab itu yang menyuruh mengkuduskan hari Minggu dan tidak
ada janji Allah atau berkat yang Allah janjikan bagi mereka yang memelihara dan
yang mengkuduskan hari Minggu, tidak ada!! Justru yang ada ialah ancaman Allah
bagi mereka yang tidak memelihara dan yang tidak mengkuduskan hari Sabat
(Sabtu).
Terkadang
ada sebagian umat Kristiani yang mengatakan, jika Sabat harus dikuduskan,
kenapa umat Islam tidak turut mengkuduskan hari Sabat?
Jawabannya
tentu karena kami umat Islam punya hari tersendiri sebagai hari yang
diperintahkan untuk beribadah pada hari tersebut. Dan hal itu ada dalilnya
dalam Al Qur’an, yaitu pada Qs 62 Al Jumu’ah ayat 9 :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk shalat pada hari Jum’at, maka hendaklah kamu bersegera untuk mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Demikianlah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui.”
Hari Sabtu atau Sabat ada dalil di Alkitab. Hari Jum’at ada dalil dalam Al Qur’an. Hari Minggu, mana dalilnya ?
Tanggapan
Pdt. Budi Asali:
Pertama-tama saya akan menanggapi kata-kata Mokoginta pada
bagian akhir, dimana ia
mengatakan bahwa menurut Al-Quran orang
harus shalat pada hari Jum’at.
Perlu
diingat bahwa Mokoginta juga mengatakan
bahwa Al-Quran mengharuskan mereka mengimani Taurat, Zabur / Mazmur, dan Injil.
Sedangkan
Taurat dengan jelas mengatakan bahwa Sabat Sabtu itu harus dilakukan
selama-lamanya (ayatnya lihat di bawah)! Lalu bagaimana mungkin
Mokoginta mentaati 2 perintah yang saling bertentangan ini? Kalau ia berbakti
pada hari Sabtu, ia akan bertentangan dengan Al-Quran. Sedangkan kalau ia berbakti pada hari Jum’at, ia bertentangan
dengan Taurat, dan ini menunjukkan bahwa ia juga bertentangan dengan Al-Quran,
karena Al-Quran menyuruh mengimani Taurat!!
Kel 31:12-17 - “(12) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: (13) ‘Katakanlah kepada orang Israel, demikian: Akan tetapi hari-hari Sabat-Ku harus kamu pelihara, sebab itulah peringatan antara Aku dan kamu, turun-temurun, sehingga kamu mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, yang menguduskan kamu. (14) Haruslah kamu pelihara hari Sabat, sebab itulah hari kudus bagimu; siapa yang melanggar kekudusan hari Sabat itu, pastilah ia dihukum mati, sebab setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari itu, orang itu harus dilenyapkan dari antara bangsanya. (15) Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada sabat, hari perhentian penuh, hari kudus bagi TUHAN: setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari Sabat, pastilah ia dihukum mati. (16) Maka haruslah orang Israel memelihara hari Sabat, dengan merayakan sabat, turun-temurun, menjadi perjanjian kekal. (17) Antara Aku dan orang Israel maka inilah suatu peringatan untuk selama-lamanya, sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, dan pada hari yang ketujuh Ia berhenti bekerja untuk beristirahat.’”.
Sekarang saya akan membahas dasar Alkitab tentang perubahan
Sabat dari Sabtu ke Minggu. Memang
kalau menghendaki ayat yang secara eksplisit
menunjukkan bahwa Allah mengubah Sabat dari Sabtu ke Minggu, maka tidak akan
bisa didapatkan. Tetapi itu memang tidak perlu, karena Kitab Suci memang sering tidak menunjukkan
secara eksplisit tetapi secara implisit. Dalam perubahan
sakramen Perjanjian Lama menjadi sakramen Perjanjian Barupun, tidak ada
ayat-ayat yang secara jelas menunjukkan hal itu. Dalam perubahan dari
sakramen sunat menjadi sakramen baptisan, ayatnya juga tak terlalu jelas.
Kol 2:11-12 - “(11) Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa, (12) karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati”.
Selain Kol 2:11-12 ini hanya ada ayat-ayat dimana Paulus tak
lagi mengharuskan sunat (Gal 5:6 Gal
6:15), dan bahkan menentang orang-orang yang mengharuskan sunat (Kis
15:1-2 Gal 2:3-5).
Dan
dalam
perubahan dari Perjamuan Paskah menjadi Perjamuan Kudus, malah tak ada ayat
yang jelas sama sekali. Yang ada hanya cerita bahwa Yesus dan
murid-murid makan Perjamuan Paskah, dan dalam kesempatan itu Yesus tahu-tahu
melakukan Perjamuan Kudus (Mat
26:17-29).
Tetapi semua orang Kristen
setuju bahwa sunat digantikan oleh baptisan, dan Perjamuan Paskah digantikan
oleh Perjamuan Kudus!
Lalu
apa alasannya bahwa perubahan Sabat dari Sabtu menjadi Minggu harus didukung
oleh ayat Alkitab secara explisit? Tak perlu explisit, implisit sudah
cukup!!!
Sekarang mari kita memperhatikan penjelasan di bawah ini.
1) Hari Sabat
sebetulnya adalah hari Sabtu.
- Kel 20:8-11 - “(8) Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: (9) enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, (10) tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. (11) Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya”.
- Kej 2:1-2 - “(1) Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya. (2) Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuatNya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuatNya itu”.
Dari ayat-ayat di atas terlihat bahwa hari
Sabat sebetulnya adalah hari yang ketujuh. Sekarang, hari ketujuh itu hari apa?
Bangsa Israel / orang-orang Yahudi menghitung hari dengan cara berbeda dari
orang Tionghoa. Bagi orang Tionghoa, hari pertama adalah hari Senin, tetapi
bagi bangsa Israel / orang Yahudi hari pertama adalah hari Minggu, hari kedua
adalah hari Senin, dst., sehingga bagi mereka hari ketujuh adalah hari Sabtu.
Jadi, hari Sabat sebetulnya (pada jaman Perjanjian Lama) adalah hari Sabtu.
Hal lain yang perlu diingat
adalah bahwa pergantian hari bagi orang-orang Yahudi terjadi pada pk 6 sore.
Jadi kalau bagi kita masih Jumat pk 6 sore, bagi mereka saat itu sudah mulai
masuk hari Sabtu / Sabat.
Bdk. Luk 23:53-54 - “(53) Dan sesudah ia menurunkan mayat itu, ia mengapaninya dengan kain lenan, lalu membaringkannya di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu, di mana belum pernah dibaringkan mayat. (54) Hari itu adalah hari persiapan dan sabat hampir mulai”.
Catatan:
Yesus mati pada Jumat pk 3 siang, dan setelah itu mayatNya diturunkan dan
dikuburkan. Jadi pada saat penguburan itu selesai, sudah mendekati pk 6 sore,
sehingga sudah hampir memasuki hari Sabat / Sabtu.
Karena itu,
kalau kita melihat ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Yesus sendiri selalu
berbakti pada hari Sabtu, itu sama sekali tidak aneh. Sangat perlu untuk
dicamkan bahwa Yesus hidup dan melayani masih dalam jalan Perjanjian Lama!
Memang kalau dilihat dari Alkitab, batasan antara Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru adalah antara Maleakhi dan Matius. Tetapi kalau dilihat secara
teologis, maka batasan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah salib
Kristus.
Ini terlihat dengan jelas, karena pada saat Yesus mati, tirai Bait Allah itu
terbelah (Mat 27:51), yang menyimbolkan penghapusan seluruh Bait Allah, dengan
imam-imam, korban-korban, hari-hari raya, dan hukum-hukum upacaranya. Baru pada
saat itu kita masuk dalam jaman Perjanjian Baru. Jadi, Yesus hidup dalam jaman
Perjanjian Lama dan karena itu Ia mentaati peraturan-peraturan Perjanjian Lama,
seperti disunat, pergi ke Yerusalem pada hari-hari raya Yahudi, merayakan
Perjamuan Paskah, dan juga berbakti pada hari Sabtu. Jadi, fakta dalam Alkitab
bahwa Yesus sendiri selalu berbakti pada hari Sabtu ini tidak bisa menjadi dasar
untuk menentang kebaktian pada hari Minggu.
2) Perubahan Sabat dari Sabtu menjadi
Minggu.
Sabat Kristen berbeda dengan
Sabat Yahudi. Bagi orang Kristen, hari Sabat berubah dari Sabtu menjadi
Minggu. Apa alasan orang Kristen untuk mengubah
Sabat dari Sabtu menjadi Minggu?
a) Kristus bangkit pada hari Minggu,
dan 2 x Ia menampakkan diri setelah kebangkitan, juga pada hari Minggu (Yoh
20:19,26). Mari kita memperhatikan kedua ayat itu.
1. Yoh 20:19 - “Ketika hari sudah malam pada hari
pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat
dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi.
Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata:
‘Damai sejahtera bagi kamu!’”.
a. “pada hari pertama minggu itu”.
Yohanes menulis sedemikian rupa sehingga hari pertama itu sangat
ditekankan.
KJV: ‘Then the same
day at evening, being the first day of the week’ (= Maka pada hari yang sama pada sore / malam hari, yang merupakan hari
pertama dari minggu).
William Hendriksen menterjemahkan: ‘Now when it was evening on that day, the first day
of the week’ (= Pada waktu sore / malam pada hari itu, hari pertama dari
minggu).
William Hendriksen mengatakan (hal 457) bahwa
Yohanes bisa saja menulis ‘Now when it was the evening of the first day’
(= Pada sore / malam dari hari pertama). Tetapi ia mau lebih menekankan hari
pertama itu. Jadi ia mulai dengan mengatakan ‘Now when it was evening on that
day’ (= Pada sore / malam pada hari itu).
Sebetulnya, dilihat dari konteksnya, itu sudah menunjuk kepada hari pertama (bdk. 20:1 - “Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar
ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat
bahwa batu telah diambil dari kubur”). Tetapi Yohanes tidak puas dengan
itu, dan ia melanjutkan ‘that day, the first day of the week’ (= hari
itu, hari pertama dari minggu).
Matthew Henry beranggapan bahwa ini merupakan
tanda / bukti bahwa Allah menghormati hari itu.
b. “malam”.
Teks yang sedang
kita pelajari ini (Yoh 20:19-23) paralel dengan Luk 24:36-dst.
Sekarang mari kita perhatikan kontext dari Luk 24 itu.
Luk 24:29,33,36 - “(29) Tetapi mereka sangat mendesakNya, katanya: ‘Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam.’ Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka. ... (33) Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid itu. Mereka sedang berkumpul bersama-sama dengan teman-teman mereka. ... (36) Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: ‘Damai sejahtera bagi kamu!’”.
Jadi, kalau dilihat dari Luk 24:29,33,36
ini, terlihat dengan jelas bahwa saat pemunculan / penampakan Yesus ini bukan
lagi siang / sore (sebelum pk 6 sore) tetapi sudah malam (lewat dari pk 6
sore). Itu berarti bahwa sebetulnya, dari
perhitungan waktu Yahudi, itu bukan lagi hari pertama (minggu)
tetapi hari kedua (senin).
William Hendriksen: “It
was evening. In the light of Luke 24:29,33,36 we have a right to conclude that
it was no longer early in the evening when the great event recorded in the present
paragraph took place. As the Jews compute the days it was no longer the first
day of the week. But John, though a Jew, is writing much later than Matthew and
Mark, and does not seem to concern himself with
Jewish time-reckoning” (= Itu adalah malam. Dalam terang dari
Luk 24:29,33,36 kami mempunyai hak untuk menyimpulkan bahwa itu bukan lagi
awal dari suatu sore ketika peristiwa yang besar yang dicatat dalam text ini
terjadi. Sebagaimana orang-orang Yahudi menghitung hari, itu bukan lagi hari pertama
dari minggu. Tetapi Yohanes, sekalipun ia adalah orang Yahudi, menulis jauh
lebih belakangan dari Matius dan Markus, dan kelihatannya
tidak mempedulikan perhitungan waktu Yahudi) - hal 458.
A. T. Robertson menganggap
bahwa kata-kata dalam Yoh 20:19 - “Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu” menunjukkan
bahwa Yohanes menggunakan perhitungan waktu Romawi dan bukan Yahudi.
Catatan:
kalau Yohanes menggunakan perhitungan waktu Yahudi, maka ia tidak mungkin
menggabungkan ‘malam’ dengan ‘hari pertama minggu itu’.
Bagian
ini perlu diperhatikan karena ada orang-orang yang menolak perubahan Sabat dari
Sabtu menjadi Minggu dengan mengatakan bahwa Yesus menampakkan diri di sini
pada hari Senin, bukan pada hari Minggu. Itu memang Senin berdasarkan perhitungan
waktu Yahudi, tetapi itu adalah Minggu berdasarkan perhitungan waktu Romawi.
Dan Yohanes memang
menggunakan perhitungan waktu Romawi. Itu terlihat dengan jelas dari Yoh 19:14 - “Hari itu ialah hari persiapan Paskah,
kira-kira jam dua belas. Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu: ‘Inilah
rajamu!’”.
Dalam bahasa
Yunani dituliskan ‘jam yang ke enam’. KJV/RSV/NIV/NASB: ‘about the sixth
hour’ (= kira-kira jam yang ke enam). Kalau digunakan waktu Yahudi maka menjadi
pk 12 siang, seperti dalam Kitab Suci Indonesia, dan ini jelas salah, karena Ia
sudah disalibkan pada pk 9 pagi (Mark 15:25 - “Hari jam sembilan ketika Ia disalibkan”), sehingga tidak mungkin
pada pk 12 siang Ia masih ada dalam sidang Pontius Pilatus. Kalau digunakan
waktu Romawi, maka ini menjadi pk 6 pagi, dan ini yang benar.
c. “berkumpullah murid-murid Yesus
di suatu tempat”.
Kita memang tidak tahu apa tujuan para murid
berkumpul pada saat itu, tetapi sedikitnya itu adalah suatu persekutuan. Bahkan
ada penafsir yang beranggapan bahwa murid-murid berkumpul pada hari minggu
dalam Yoh 20:19 itu, untuk berbakti.
Barnes’Notes: “It is worthy of remark that this is the first assembly
that was convened for worship on the Lord’s Day, and in that assembly Jesus was
present. Since that time, the day has been observed in the church as the
Christian Sabbath, particularly to commemorate the resurrection of Christ”
(= Layak diperhatikan bahwa ini adalah perkumpulan
pertama yang dilakukan untuk kebaktian pada hari Tuhan, dan dalam perkumpulan
itu Yesus hadir. Sejak saat itu, hari itu dihormati dalam gereja sebagai Sabat
Kristen, khususnya untuk memperingati kebangkitan Kristus).
2. Yoh 20:26 - “Delapan
hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas
bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia
berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: ‘Damai sejahtera bagi kamu!’”.
Maksudnya
adalah 8 hari setelah Yoh 20:19. Ini bukan hari
Senin, tetapi hari Minggu! Yoh 20:19
adalah hari Minggu, dan itu dianggap sebagai hari
pertama. Hari kedua adalah Senin, hari ketiga adalah Selasa, dst. Maka,
8 hari setelah itu / hari ke 8 setelah itu juga adalah hari Minggu! (bandingkan dengan Yesus yang mati pada hari
Jum’at, lalu bangkit pada hari ke 3 yang adalah hari Minggu - itulah cara
mereka menghitung hari!).
Mengapa Yesus muncul lagi-lagi pada hari Minggu? Untuk menekankan perubahan Sabat dari Sabtu menjadi hari pertama
(Minggu). Mari kita memperhatikan beberapa komentar dari para penafsir tentang
bagian ini.
Barnes’
Notes: “‘And after eight days again’. That is, on the
return of the first day of the week. From this it appears that they thus early
set apart this day for assembling together, and Jesus countenanced it by
appearing twice with them. It was natural that the apostles should observe this
day, but not probable that they would do it without the sanction of the Lord
Jesus. His repeated presence gave such a sanction, and the historical fact is
indisputable that from this time this day was observed as the Christian
Sabbath. See Acts 20:7; 1 Cor. 16:2; Rev. 1:10.” (= ‘Dan setelah 8 hari lagi’. Yaitu, pada kembalinya hari pertama dari
suatu minggu. Dari sini kelihatannya mereka
demikian awal memisahkan hari ini untuk berkumpul bersama-sama, dan Yesus
menyetujuinya dengan muncul 2 x bersama mereka. Adalah sesuatu yang wajar bahwa rasul-rasul memperingati hari ini, tetapi tidak mungkin
bahwa mereka melakukan hal itu tanpa persetujuan dari Tuhan Yesus. KehadiranNya yang terulang memberikan persetujuan seperti itu, dan fakta historis tidak dapat dibantah bahwa sejak
saat ini hari ini diperingati sebagai Sabat Kristen. Lihat Kis 20:7; 1Kor 16:2;
Wah 1:10).
Jadi, kelihatannya
Barnes beranggapan bahwa rasul-rasul yang lebih dulu melakukan perubahan Sabat,
dan Yesus lalu merestuinya. Tetapi saya lebih condong pada pandangan dari
beberapa penafsir di bawah ini.
William
Hendriksen: “Did the Lord wait until Sunday
evening in order to encourage his disciples to observe that day - and not some
other day - as day of rest and worship? That would seem probable” (= Apakah Tuhan menunggu sampai Minggu malam untuk mendorong
murid-muridNya untuk menghormati hari itu - dan bukannya hari yang lain -
sebagai hari istirahat dan ibadah? Itu kelihatannya memungkinkan) -
hal 464.
MatthewHenry: “He deferred it so long as seven days. And why so? ...
that he might put an honour upon the first day of the week, and give a plain
intimation of his will, that it should be observed in his church as the
Christian sabbath, the weekly day of holy rest and holy convocations” (= Ia menunda itu selama 7 hari. Dan mengapa demikian? ...
supaya Ia bisa meletakkan suatu penghormatan pada hari pertama dari suatu
minggu, dan memberikan suatu isyarat yang jelas dari kehendakNya, bahwa hari
itu harus diperingati / dihormati dalam gerejaNya sebagai Sabat Kristen, hari
libur mingguan dan pertemuan kudus mingguan).
Jamieson,Fausset & Brown: “‘And after
eight days’ - that is, on the eighth or first day of the following week. They
themselves probably met every day during the preceding week, but their Lord
designedly reserved His second appearance among them until the recurrence of
His resurrection-day, that He might thus inaugurate the delightful sanctities
of THE LORD’S DAY (Rev. 1:10).” [= ‘Dan setelah
8 hari’ - yaitu, pada hari ke 8 atau hari pertama dari minggu berikutnya.
Mereka sendiri mungkin bertemu setiap hari dalam sepanjang minggu yang lalu,
tetapi Tuhan mereka dengan terencana menahan pemunculanNya yang kedua di antara
mereka sampai kembalinya hari kebangkitanNya, supaya dengan demikian Ia bisa
melantik kekudusan yang menggembirakan dari HARI TUHAN (Wah 1:10)].
Jelas bahwa inisiatif perubahan Sabat itu tidak
mungkin datang dari rasul-rasul, yang lalu disetujui oleh Yesus. Inisiatif itu
datang dari Yesus sendiri, yang secara sengaja dan terencana melakukan 2 x
pemunculan pada hari Minggu, dan dengan demikian memberikan isyarat yang jelas
tentang hal itu.
b) Hari Pentakosta (Kis 2:1-13),
yang merupakan ‘hari berdirinya gereja’, juga jatuh pada hari Minggu (bdk. Im
23:15-16 Ul 16:9).
Im 23:15-16 - “(15) Kemudian kamu harus menghitung, mulai dari hari sesudah sabat itu, yaitu waktu kamu membawa berkas persembahan unjukan, harus ada genap tujuh minggu; (16) sampai pada hari sesudah sabat yang ketujuh kamu harus hitung lima puluh hari; lalu kamu harus mempersembahkan korban sajian yang baru kepada TUHAN”.
c) Hari Minggu disebut sebagai ‘hari Tuhan’.
Wah 1:10 - “Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku suatu suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala”.
Sekalipun ayat ini tak menyebutkan bahwa itu
adalah hari pertama / hari Minggu, tetapi boleh dikatakan semua penafsir
menganggapnya demikian
Thomas Watson: “As
it is called the ‘Lord’s Supper,’ because of the Lord’s instituting the bread
and wine and setting it apart from a common to a special and sacred use; so it
is called the Lord’s-day, because of the Lord’s instituting it, and setting it
apart from common days, to his special worship and service” [= Sebagaimana itu disebut ‘Makan Malam / Perjamuan Tuhan’ (= Perjamuan Kudus), karena Tuhan menetapkan roti dan
anggur dan memisahkannya dari penggunaan yang umum / biasa menjadi penggunaan
yang khusus dan keramat / kudus; demikian juga itu disebut ‘hari Tuhan’, karena
Tuhan menetapkannya, dan memisahkannya dari hari-hari yang umum / biasa, bagi
penyembahan dan kebaktianNya yang khusus] - ‘The Ten Commandments’, hal 95.
Catatan: istilah ‘the Lord’s Supper’ muncul dalam 1Kor 11:20 versi KJV.1Kor 11:20 - “Apabila kamu berkumpul, kamu bukanlah berkumpul untuk makan perjamuan Tuhan”.KJV: ‘the Lord’s supper’ (= makan malam Tuhan / perjamuan Tuhan).
Bdk. Yes 58:13-14 - “(13)
Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu
pada hari kudusKu; apabila engkau menyebutkan hari Sabat ‘hari kenikmatan’, dan
hari kudus TUHAN ‘hari yang mulia’;
apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan
dengan tidak mengurus urusanmu atau berkata omong kosong, (14) maka engkau akan
bersenang-senang karena TUHAN, dan Aku akan membuat engkau melintasi puncak
bukit-bukit di bumi dengan kendaraan kemenangan; Aku akan memberi makan engkau
dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu, sebab mulut Tuhanlah yang
mengatakannya”.
Matthew Henry: “Even
in Old-Testament times the sabbath was called the Lord’s day, and therefore it
is fitly called so still, and for a further reason, because it is the Lord
Christ’s day, Rev. 1:10” (= Bahkan dalam jaman
Perjanjian Lama Sabat disebut ‘hari Tuhan’, dan karena itu, itu cocok tetap
disebut demikian, dan untuk alasan lain, karena itu adalah hari Tuhan Kristus,
Wah 1:10).
d) Sejak kebangkitan Tuhan Yesus,
orang-orang kristen berbakti pada hari pertama / hari Minggu.
1. Kis 20:7 - “Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami
berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara
di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan
itu berlangsung sampai tengah malam”.
Ini jelas merupakan suatu kebaktian, dan itu
diadakan pada hari pertama / hari Minggu.
Matthew Henry: “They
came together upon the first day of the week, which they called the Lord’s day
(Rev. 1:10), the Christian sabbath, celebrated to the honour of Christ and the
Holy Spirit, in remembrance of the resurrection of Christ, and the pouring out
of the Spirit, both on the first day of the week. This is here said to be the
day when the disciples came together, that is, when it was their practice to
come together in all the churches” [= Mereka
datang berkumpul pada hari pertama dari minggu itu, yang mereka sebut ‘hari
Tuhan’ (Wah 1:10), hari Sabat Kristen, dirayakan bagi kehormatan Kristus dan
Roh Kudus, dalam peringatan tentang kebangkitan Kristus, dan pencurahan dari
Roh Kudus, keduanya pada hari pertama dari minggu. Di sini ini dikatakan
sebagai hari dimana murid-murid datang berkumpul, yaitu, pada waktu itu
merupakan praktek mereka untuk datang berkumpul dalam semua gereja-gereja].
Matthew Henry: “They
came together to break bread, that is, to celebrate the ordinance of the Lord’s
supper, ... In the primitive times it was the custom of many churches to
receive the Lord’s supper every Lord’s day, celebrating the memorial of
Christ’s death in the former, with that of his resurrection in the latter”
(= Mereka datang berkumpul untuk memecahkan roti,
yaitu untuk merayakan peraturan Perjamuan Kudus, ... Dalam jaman primitif
merupakan kebiasaan dari banyak gereja untuk menerima Perjamuan Kudus setiap
hari Tuhan, merayakan peringatan kematian Kristus dalam hal yang terdahulu, dan
kebangkitanNya dalam hal yang terakhir).
AdamClarke: “‘To break bread.’ To break eucaristia,
the eucharist, as the Syriac has it; intimating, by this, that they were
accustomed to receive the holy sacrament on each Lord’s day. It is likely that,
besides this, they received a common meal together. Some think that the agapee, or love feast, is intended”
(= ‘Untuk memecah-mecahkan roti’. Untuk
memecah-mecahkan EUCARISTIA, EUCHARIST, seperti bahasa Aram menuliskannya;
menunjukkan dengan ini bahwa mereka terbiasa untuk menerima sakramen kudus pada
setiap hari Tuhan. Adalah mungkin bahwa disamping ini mereka menerima makanan
bersama. Sebagian orang beranggapan bahwa AGAPE, atau perjamuan kasih, yang
dimaksudkan).
Jamieson, Fausset &
Brown:
“‘To
break bread.’ This, when compared with 1 Cor. 16:2, and other similar
allusions, plainly indicates that the Christian observance the first day of the
week - afterward emphatically termed ‘The Lord’s Day’ - was already a fixed
practice of the churches” (= ‘Untuk
memecah-mecahkan roti’. Ini, pada saat dibandingkan dengan 1Kor 16:2, dan bagian-bagian lain yang mirip yang
menunjukkan secara tak langsung, dengan jelas menunjukkan bahwa pemeliharaan
orang-orang Kristen terhadap hari pertama dari minggu - yang belakangan secara
menekankan diistilahkan dengan ‘hari Tuhan’ - sudah merupakan suatu praktek
yang tetap dari gereja-gereja).
Wycliffe: “This
is the earliest clear reference to the Christian practice of observing Sunday
as a day of worship. The first Christians, as Jews, probably continued to
observe the Sabbath as well as the first day of the week. We are not told when
or how the practice of Sunday worship arose in the church. ... Broken bread
refers to the breaking of the bread of the Lord’s Supper. Eaten refers to the agape or love feast, a fellowship meal
that accompanied the Lord’s Supper” (= Ini
merupakan referensi yang jelas yang paling awal bagi praktek Kristen untuk
memperingati hari Sabat maupun hari pertama dari minggu. Kita tidak diberitahu kapan atau bagaimana praktek ibadah
minggu muncul dalam gereja. ... Pemecahan roti menunjuk pada pemecahan roti dari
Perjamuan Kudus. ‘Makan’ menunjuk pada AGAPE atau perjamuan kasih, suatu makan
persekutuan yang menyertai Perjamuan Kudus).
Catatan: bagian akhir yang saya garis-bawahi menunjuk pada Kis 20:11 - “Setelah kembali di ruang atas, Paulus memecah-mecahkan roti lalu makan; habis makan masih lama lagi ia berbicara, sampai fajar menyingsing. Kemudian ia berangkat”.
Calvin: “on the morrow after the Sabbath they came
together. ... to what end is there mentioned of the Sabbath, save only that he
may note the opportunity and choice of the time? Also, it is a likely matter
that Paul waited for the Sabbath, that the day before his departure he might
the more easily gather all the disciples into one place” (= pada pagi setelah Sabat mereka datang berkumpul. ...
untuk tujuan apa disebutkan di sana tentang Sabat, kecuali supaya ia bisa
memperhatikan kesempatan dan pemilihan dari waktu? Juga, merupakan sesuatu yang
memungkinkan bahwa Paulus menunggu hari Sabat, supaya pada hari sebelum
keberangkatannya ia bisa dengan lebih mudah mengumpulkan semua murid-murid di
suatu tempat).
BibleKnowledge Commentary: “This is the clearest verse in the New
Testament which indicates that Sunday was the normal meeting day of the
apostolic church. Paul stayed in Troas for seven days (v. 6) and the church met
on the first day of the week. Luke’s method of counting days here was not
Jewish, which measures from sundown to sundown, but Roman, which counted from
midnight to midnight. This can be stated dogmatically because ‘daylight’ (v.
11) was the next day (v. 7)” [= Ini adalah ayat
yang paling jelas dalam Perjanjian Baru yang menunjukkan bahwa hari minggu
adalah hari pertemuan normal dari gereja rasuli. Paulus tinggal di Troas untuk
7 hari (ay 6) dan gereja bertemu pada hari pertama dari minggu. Metode Lukas
tentang penghitungan hari di sini bukanlah metode Yahudi, yang mengukur dari
matahari terbenam sampai matahari terbenam, tetapi metode Romawi, yang menghitung
dari tengah malam sampai tengah malam. Ini bisa dinyatakan secara dogmatik
karena ‘fajar menyingsing’ (ay 11) merupakan hari berikutnya (ay 7)].
Kis 20:6-11 - “(6) Tetapi sesudah hari raya Roti Tidak Beragi kami berlayar dari Filipi dan empat hari kemudian sampailah kami di Troas dan bertemu dengan mereka. Di situ kami tinggal tujuh hari lamanya. (7) Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam. (8) Di ruang atas, di mana kami berkumpul, dinyalakan banyak lampu. (9) Seorang muda bernama Eutikhus duduk di jendela. Karena Paulus amat lama berbicara, orang muda itu tidak dapat menahan kantuknya. Akhirnya ia tertidur lelap dan jatuh dari tingkat ketiga ke bawah. Ketika ia diangkat orang, ia sudah mati. (10) Tetapi Paulus turun ke bawah. Ia merebahkan diri ke atas orang muda itu, mendekapnya, dan berkata: ‘Jangan ribut, sebab ia masih hidup.’ (11) Setelah kembali di ruang atas, Paulus memecah-mecahkan roti lalu makan; habis makan masih lama lagi ia berbicara, sampai fajar menyingsing. Kemudian ia berangkat”.
TheBible Exposition Commentary: New Testament: “The ‘breaking of bread’ in Acts
20:7 refers to the Lord’s Supper, whereas in Acts 20:11 it describes a regular
meal” (= Pemecahan roti dalam Kis 20:7 menunjuk pada Perjamuan Kudus,
sedangkan dalam Kis 20:11 itu menggambarkan makan biasa).
Jadi,
sekalipun memang ada perbedaan pandangan di antara para penafsir tentang arti
dari 2 x pemecahan roti (ay 7,11), tetapi bagaimanapun, dari 2 x
pemecahan roti itu, salah satu pasti menunjuk pada Perjamuan Kudus. Dengan
demikian, itu pasti dilakukan dalam kebaktian.
Juga, perlu
disoroti kata-kata dalam Kis 20:6 bagian akhir, yang menunjukkan bahwa mereka
tinggal di situ selama 7 hari. Tetapi tak pernah dikatakan mereka berkumpul
untuk berbakti pada hari Sabat, tetapi dikatakan bahwa mereka melakukan hal itu
pada hari pertama (Minggu).
Tentang kata-kata Mokoginta
bahwa Kis 20:7 itu menunjuk pada Sabtu malam (malam Minggu), maka ada beberapa
hal yang saya berikan di sini sebagai jawaban:
a. Perhatikan bahwa dalam Kis 20:7 tidak dikatakan kapan mereka mulai dengan pertemuan / pembicaraan itu. Apakah tidak mungkin mereka mulai sebelum pk 6 sore, dan terus melanjutkan sampai tengah malam (Kis 20:7b), bahkan sampai ‘fajar menyingsing’ (Kis 20:11)??b. Juga, mengingat dimungkinkannya penggunaan waktu Romawi dan bukannya Yahudi, maka sekalipun mereka mulai setelah pk 6 sore, bisa saja itu adalah ‘minggu malam’, bukannya ‘malam minggu’ atau ‘sabtu malam’!c. Sekarang mari kita bandingkan dengan Yoh 20:1,19 - “(1) Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur. ... (19) Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: ‘Damai sejahtera bagi kamu!’”.Di sini jelas bahwa kata-kata ‘Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu’ dalam ay 19, tidak menunjuk pada ‘malam minggu’ atau ‘sabtu malam’, tetapi betul-betul pada ‘minggu malam’. Lalu mengapa dalam Kis 20:7 tidak diartikan dengan cara yang sama?d. Juga, kalau dikatakan bahwa pertemuan itu terjadi pada Sabtu malam, dan digunakan waktu Yahudi, maka itu berarti sudah termasuk hari minggu!! Jadi, argumentasi itu menampar muka sendiri!
2. 1Kor 16:2 - “Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah
kamu masing-masing - sesuai dengan apa yang kamu peroleh - menyisihkan sesuatu
dan menyimpannya di rumah, supaya jangan
pengumpulan itu baru diadakan, kalau aku datang”.
Kata-kata ‘di rumah’ yang saya coret
itu bukan hanya salah terjemahan, tetapi juga tidak masuk akal. Kalau memang
harus disimpan ‘di rumah’ mengapa mereka harus mengumpulkan pada hari
pertama? Kata-kata ‘di rumah’ itu seharusnya tidak ada / dihapuskan.
NIV: ‘each one of you should set aside a sum of money in keeping with his income, saving it up, ...’ (= setiap orang dari kamu harus menyisihkan sejumlah uang sesuai dengan penghasilannya, menyimpannya, ...).
Adam Clarke: “It
appears from the whole that the first day of the week, which is the Christian
Sabbath, was the day on which their principal religious meetings were held in
Corinth and the churches of Galatia; and, consequently, in all other places
where Christianity had prevailed. This is a strong argument for the keeping of
the Christian Sabbath” (= Kelihatan dari
seluruh bagian ini bahwa hari pertama dari minggu, yang merupakan Sabat
Kristen, adalah hari dimana pertemuan-pertemuan agama utama mereka dilakukan di
Korintus dan gereja-gereja Galatia; dan karena itu, di semua tempat dimana
kekristenan menang. Ini merupakan argumentasi yang kuat untuk memelihara hari
Sabat Kristen).
JewishNew Testament Commentary: “There is good documentation that the Gentile
churches have observed Sunday as a day of worship since very early times.
Specifically, Ignatius writes in the early second century of Sunday as ‘the
Lord’s Day,’ commemorating the day Yeshua rose from the grave. This we know to
have been Sunday from Mt 28:1 and Lk 24:1” (= Ada
dokumentasi yang baik bahwa gereja-gereja dari orang-orang non Yahudi telah
memelihara hari Minggu sebagai suatu hari kebaktian sejak masa yang sangat
awal. Secara khusus, Ignatius menulis pada awal abad ke 2 tentang hari Minggu
sebagai ‘hari Tuhan’, untuk memperingati hari dimana Yesus bangkit dari kubur.
Ini kita ketahui sebagai hari minggu dari Mat 28:1 dan Luk 24:1).
Charles Hodge: “If Paul directed
this money to be laid up at
home, why was the first day of the
week selected? It is evident that the first day must have offered some special
facility for doing what is here enjoined. The only reason that can be assigned
for requiring the thing to be done on the first day of the week, is, that on
that day the Christians were accustomed to meet, and what each one had laid
aside from his weekly gains could be treasured up, i.e. put into the common
treasury of the church” (= Jika
Paulus mengarahkan uang ini untuk disimpan di rumah, mengapa hari pertama dari
minggu dipilih? Adalah jelas bahwa hari pertama pasti memberikan suatu
fasilitas khusus untuk melakukan apa yang diperintahkan di sini. Satu-satunya
alasan yang bisa diberikan untuk mengharuskan hal itu dilakukan pada hari
pertama dari minggu adalah bahwa pada hari itu orang-orang Kristen terbiasa
untuk bertemu, dan apa yang tiap orang telah sisihkan dari keuntungan
mingguannya bisa disimpan, yaitu dimasukkan ke dalam perbendaharaan umum dari
gereja).
Jadi, berbakti pada hari Minggu ini sudah dimulai
sangat awal, dan beberapa penafsir mengatakan bahwa sejak awal abad kedua, seluruh
gereja sudah meninggalkan Sabat Yahudi, dan menggunakan hari Minggu sebagai
hari Sabat / hari Kebaktian.
Ke-universal-an seperti ini tidak mungkin terjadi kalau hanya orang-orang
kristen tertentu yang mengubahnya. Bahkan saya berpendapat tidak akan mungkin
terjadi seandainya hanya sebagian dari rasul-rasul yang mengubahnya. Ini hanya
bisa terjadi kalau semua rasul-rasul mengubahnya, dan mereka tidak mungkin
mengubah berdasarkan kemauan / pemikiran mereka sendiri. Mereka pasti mendapat
perintah dari Tuhan.
Thomas Watson: “Augustine
and Innocentius, and Isidore, make the keeping of our gospel Sabbath to be of
apostolic sanction, and affirm, that by virtue of the apostles’ practice, this
day is to be set apart for divine worship. What the apostles did, they did by
divine authority; for they were inspired by the Holy Ghost” (= Agustinus dan Innocentius, dan Isidore, menganggap
pemeliharaan Sabat Injil kita sebagai penetapan rasuli, dan menegaskan, bahwa
berdasarkan praktek rasul-rasul, hari ini harus dipisahkan untuk penyembahan /
ibadah ilahi. Apa yang dilakukan rasul-rasul, mereka lakukan oleh otoritas
ilahi; karena mereka diilhami oleh Roh Kudus) - ‘The Ten Commandments’, hal 95.
Thomas Watson: “The
primitive church had the Lord’s-day, which we now celebrate, in high
estimation. It was a great badge of their religion to observe this day.
Ignatius, the most ancient father, who lived in the time of John the apostle,
has these words, ‘Let every one that loveth Christ keep holy the first day of
the week, the Lord’s-day.’” (= Gereja mula-mula
sangat meninggikan hari Tuhan, yang sekarang kita rayakan. Merupakan lencana
yang besar dari agama mereka untuk menghormati hari ini. Ignatius, bapa gereja
yang paling kuno, yang hidup pada jaman Yohanes sang rasul, mengatakan
kata-kata ini: ‘Hendaklah setiap orang yang mengasihi Kristus menguduskan hari
pertama dari suatu minggu, hari Tuhan’) - ‘The
Ten Commandments’, hal 95-96.
William Barclay: “By early in the second century
the Sabbath had been abandoned and the Lord’s Day was the accepted Christian
day” (= Pada awal abad kedua hari Sabat telah
ditinggalkan dan hari Tuhan diterima sebagai hari Kristen) - hal 43.
Catatan: ‘awal abad kedua’ berarti tahun 100an, dan itu sangat dekat dengan masa
kehidupan rasul Yohanes, yang masih hidup sampai akhir abad pertama.
Philip Schaff: “The universal and
uncontradicted Sunday observance in the second century can only be explained by
the fact that it had its roots in apostolic practice” (= Ibadah pada hari Minggu yang bersifat universal dan tidak
ditentang pada abad kedua, hanya bisa dijelaskan oleh fakta bahwa itu mempunyai
akarnya dalam praktek rasuli) - ‘History
of the Christian Church’, vol I,
hal 478.
Homer Hailey: “The ante-Nicene writers who
wrote after John followed a consistent pattern in considering ‘the first
day,’ ‘the Lord’s day,’ the ‘resurrection day,’ and the day of meeting, Sunday,
as identical. Ignatius (30-107 A.D.) writes, ‘Let every friend of Christ
keep the Lord’s day as a festival, the resurrection day, the queen and chief of
all the days (of the week)’ (A-N-F, I, p. 63). Justin (110-165 A.D.), writing
of the day which the saints met for worship identified it as ‘Sunday ... the
first day ... and Jesus Christ our Saviour on the same day rose from the dead’
(I, p. 168). The teaching of the Twelve (120-190 A.D.): ‘But every Lord’s day
do ye gather yourselves, and break bread’ (VII, p. 381). Clement (153-217
A.D.), writing agonist (against?) Gnostics, identifies the Lord’s day with the
resurrection, saying, ‘He, in fulfillment of the precept, according to the
Gospel, keeps the Lord’s day ... glorifying the Lord’s resurrection’ (II, p.
545). Tertullian (145-220 A.D.) identifies ‘the Lord’s day’ as ‘every eighth
day’ (III, p. 70). Constitution of the Holy Apostles (250-325 A.D.): ‘And on
the day of our Lord’s resurrection, which is the Lord’s day, meet more
diligently’ (VII, p. 423); and ‘on the day of the resurrection of the Lord,
that is, the Lord’s day, assemble yourselves together, without fail’ (ibid. p.
471)” [= Penulis-penulis sebelum Nicea yang
menulis setelah Yohanes mengikuti pola yang konsisten dalam menganggap ‘hari pertama’, ‘hari Tuhan’, ‘hari
kebangkitan’, dan hari pertemuan, Minggu, sebagai identik. Ignatius (30-107 M) menulis: ‘Hendaknya setiap
teman Kristus memelihara hari Tuhan sebagai suatu perayaan, hari kebangkitan,
ratu dan kepala dari semua hari (dari suatu minggu)’ (A-N-F, I, hal 63). Justin
(110-165 M), menulis tentang hari dimana orang-orang kudus bertemu untuk
kebaktian menyebutnya sebagai ‘Minggu ... hari yang pertama ... dan Yesus
Kristus Juruselamat kita bangkit dari antara orang mati pada hari yang sama’
(I, hal 168). The teaching of the Twelve (120-190 M): ‘Tetapi setiap hari Tuhan
kamu berkumpul dan memecahkan roti’ (VII, hal 381). Clement (153-217 M),
menulis menentang Gnostics, mengidentikkan hari Tuhan dengan kebangkitan,
dengan berkata: ‘Ia, dalam penggenapan ajaran / perintah, sesuai dengan Injil,
memelihara hari Tuhan ... memuliakan kebangkitan Tuhan’ (II, hal 545). Tertullian (145-220 M) mengidentikkan / menyebut ‘hari
Tuhan’ sebagai ‘setiap hari ke 8’ (III, hal 70).
Constitution of the Holy Apostles (250-325 M): ‘Dan pada hari kebangkitan
Tuhan, yang adalah hari Tuhan, bertemulah dengan makin rajin’ (VII, hal 423);
dan ‘pada hari kebangkitan Tuhan, yaitu, hari Tuhan, kumpulkanlah dirimu
bersama-sama, tanpa gagal (jangan pernah gagal untuk bertemu)’ (ibid. hal 471)] - hal 107.
Keberatan:
Tetapi bagaimana dengan ayat yang menunjukkan
bahwa rasul Pauluspun tetap berbakti pada hari Sabat (hari ketujuh) setelah
kebangkitan Yesus? Misalnya:
- Kis 13:14 - “Dari Perga mereka (Paulus dan kawan-kawan) melanjutkan perjalanan mereka, lalu tiba di Antiokhia di Pisidia. Pada hari Sabat mereka pergi ke rumah ibadat, lalu duduk di situ”
- Kis 13:42 - “Ketika Paulus dan Barnabas keluar, mereka diminta untuk berbicara tentang pokok itu pula pada hari Sabat berikutnya”.
- Kis 13:44 - “Pada hari Sabat berikutnya datanglah hampir seluruh kota itu berkumpul untuk mendengar firman Allah”.
- Kis 16:13 - “Pada hari Sabat kami (Paulus dan Silas) ke luar pintu gerbang kota. Kami menyusur tepi sungai dan menemukan tempat sembahyang Yahudi, yang sudah kami duga ada di situ; setelah duduk, kami berbicara kepada perempuan-perempuan yang ada berkumpul di situ”.
- Kis 17:2 - “Seperti biasa Paulus masuk ke rumah ibadat itu. Tiga hari Sabat berturut-turut ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci”.
- Kis 18:4 - “Dan setiap hari Sabat Paulus berbicara dalam rumah ibadat dan berusaha meyakinkan orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani”.
Catatan:
dalam semua ayat di atas, kata ‘Sabat’ menunjuk pada hari ketujuh. Dalam
Kitab Suci kata ‘Sabat’ tidak pernah digunakan untuk menunjuk pada hari
Minggu / hari pertama.
Penjelasan:
Ada
2 kemungkinan untuk menjawab keberatan di atas:
1. Ini
merupakan masa peralihan dari Sabat Yahudi (Hari ketujuh / Sabtu) ke Sabat
Kristen (Hari pertama / Minggu), sehingga orang-orang kristen Yahudi
(termasuk Paulus) beribadah baik pada hari ketujuh / Sabtu, maupun pada hari
pertama / Minggu.
R. L. Dabney: “After
the establishment of the new dispensation, the Christian converted from among
the Jews had generally combined the practice of Judaism with the forms of
Christianity. They observed the Lord’s day, baptism, and the Lord’s
supper; but they also continued to keep the seventh day, the passover,
and circumcision. ... In the mixed churches of Asia Minor and the West, some
brethren went to the synagogue on Saturday, and to the church-meeting on Sunday,
keeping both days religiously” (= Setelah
penegakan dari sistim agama yang baru, orang Kristen yang bertobat dari antara
orang-orang Yahudi pada umumnya mengombinasikan praktek dari agama Yahudi
dengan bentuk-bentuk dari kekristenan. Mereka
memelihara / menghormati hari Tuhan,
baptisan, dan Perjamuan Kudus; tetapi mereka juga terus memelihara hari ketujuh, Paskah, dan sunat. ... Dalam gereja-gereja campuran
Asia Kecil dan di Barat, sebagian
saudara-saudara pergi ke sinagog pada hari Sabtu, dan ke pertemuan / kebaktian
gereja pada hari Minggu, memelihara kedua hari secara agamawi) -
‘Lecturesin Systematic Theology’, hal 385-386.
2. Paulus
pergi ke tempat ibadah Yahudi itu bukan dengan tujuan berbakti, tetapi untuk
memberitakan Injil. Kalau ia pergi ke sana pada hari pertama / Minggu, tidak
akan ada siapa-siapa di sana. Lalu siapa yang mau ia injili? Ia
harus pergi pada hari kebaktian Yahudi, yaitu hari ketujuh / Sabtu.
Coba baca lagi sederetan ayat di atas, dan
saudara akan melihat bahwa pada hari Sabat itu Paulus datang ke sana untuk
memberitakan Injil!
e) Perubahan dari Sabtu ke Minggu ini perlu untuk
mengingat penebusan dosa kita oleh Kristus.
Thomas Watson: “The
grand reason for changing the Jewish Sabbath to the Lord’s-day is that it puts
us in mind of the ‘Mystery of our redemption by Christ.’ The reason why God
instituted the old Sabbath was to be a memorial of the creation; but he has now
brought the first day of the week in its room in memory of a more glorious work
than creation, which is redemption. Great was the work of creation, but greater
was the work of redemption” (= Alasan yang
agung untuk mengubah Sabat Yahudi menjadi hari Tuhan adalah bahwa itu
mengingatkan kita akan ‘Misteri penebusan kita oleh Kristus’. Alasan mengapa
Allah mengadakan Sabat yang lama adalah sebagai peringatan tentang penciptaan;
tetapi sekarang Ia telah membawa hari pertama dari minggu sebagai gantinya
untuk mengingat tentang suatu pekerjaan yang lebih mulia dari pada penciptaan,
yaitu penebusan. Pekerjaan penciptaan itu besar, tetapi pekerjaan penebusan itu
lebih besar) - ‘The Ten Commandments’, hal
96.
Bersambung ke Bagian enam
-o0o-
No comments:
Post a Comment