F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 PELAJARAN IV : CHRIST: THE GOD-MAN





Rabu, tgl 25 Juni 2014, pk 19.00 
Pdt. Budi Asali, M. Div.


CHRIST: THE GOD-MAN

kristologi (4)

Bacalah lebih dulu bagian 3

2)  Keberatan terhadap kemanusiaan Yesus dan jawabannya:

a)  Ada orang yang mengatakan bahwa kalau Yesus adalah manusia yang suci, maka sebetulnya Ia bukan manusia, karena semua manusia berdosa. Untuk menjawab keberatan ini perlu diketahui bahwa dosa tidak termasuk dalam hakekat manusia. Sebelum jatuh ke dalam dosa, Adam dan Hawa sudah adalah manusia! Jadi jelaslah bahwa tidak harus berdosa baru bisa disebut sebagai ‘manusia’!

b)  Ada juga yang mengatakan bahwa Yesus bukanlah manusia yang sama seperti kita karena dalam pembuahannya tidak digunakan air mani laki-laki. Untuk menjawab serangan ini, kita bisa menunjuk pada Adam dan Hawa, yang dalam pembentukannya juga tidak menggunakan air mani laki-laki. Bahkan boleh dikatakan bahwa dalam pembentukan mereka tidak ada pembuahan apapun. Tetapi mereka tetap adalah manusia sungguh-sungguh, sama seperti kita.
Seseorang pernah berkata bahwa Allah bisa dan pernah mencipta manusia dengan 4 cara:

  1. Tanpa menggunakan laki-laki ataupun perempuan, yaitu pada waktu Ia menciptakan Adam. 
  2. Tanpa menggunakan perempuan tetapi dengan menggunakan laki-laki, yaitu pada waktu Ia menciptakan Hawa 
  3. Tanpa menggunakan laki-laki tetapi dengan menggunakan perempuan, yaitu pada waktu Ia menciptakan manusia Yesus. 
  4. Dengan menggunakan laki-laki dan perempuan, yaitu pada waktu Ia menciptakan semua manusia selain Adam, Hawa, dan manusia Yesus.

Jadi kesimpulannya, bahwa manusia Yesus diciptakan oleh Allah hanya dengan menggunakan seorang perempuan, tidak menyebabkan Ia bukanlah manusia yang sejati.




3)  Hal yang harus diwaspadai.

Sesuatu yang penting sekali untuk diwaspadai / diperhatikan adalah: Ada banyak ayat yang menunjukkan keilahian Kristus, dan ada banyak ayat yang menunjukkan kemanusiaan Kristus. Kita tidak boleh menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan keilahian Kristus untuk membuktikan bahwa Ia bukanlah manusia, dan kita juga tidak boleh menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan kema­nusiaan Kristus untuk membuktikan bahwa Ia bukanlah Allah!

Para Saksi Yehuwa / orang Islam sering melakukan kesalahan ini dimana mereka menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan kemanusiaan Kristus untuk membuktikan bahwa Kris­tus bukanlah Allah.

Misalnya:

a) Mat 24:36 yang menunjukkan pikiran manusia yang terbatas dalam diri Yesus, dipakai sebagai bukti bahwa Yesus bukanlah Allah.
Mat 24:36 - “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri.’”.

b)  Yoh 14:28 yang jelas juga menekankan Yesus sebagai manusia (pikiran manusialah yang saat itu timbul) dipakai untuk membuktikan bahwa Yesus bukanlah Allah, atau bahwa Yesus lebih rendah dari pada Allah.

Yoh 14:28 - “Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada BapaKu, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku.”.


c)   Ibr 5:8 yang mengatakan bahwa Yesus telah belajar menjadi taat dari apa yang telah dideritaNya’, yang jelas juga menunjukkan Yesus sebagai manusia, dipakai untuk menunjukkan bahwa Yesus bukanlah Allah, karena Allah tak perlu belajar.
Ibr 5:8 - “Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah dideritaNya,”.


d)  Mat 4:1-11 yang menunjukkan bahwa Yesus dicobai, dipakai sebagai dasar untuk mengatakan bahwa Yesus bukanlah Allah, karena Allah tidak bisa dicobai (bdk. Yak 1:13).


e) Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Yesus berdoa, juga mereka pakai untuk membuktikan bahwa Ia bukanlah Allah, karena Allah tidak perlu berdoa.


Illustrasi:
Saya adalah seorang pendeta, tetapi pada saat yang sama saya juga adalah seorang olahragawan. Kadang-kadang saya memakai toga dan memimpin Perjamuan Kudus, sehingga saya terlihat sebagai pendeta. Tetapi kadang-kadang saya memakai celana pendek, kaos, dan sepatu olah raga, sehingga saya terlihat sebagai olahragawan. Tidak ada orang yang pada waktu melihat saya memakai toga, menganggap itu sebagai bukti bahwa saya bukan olahragawan, dan sebaliknya, pada waktu melihat saya memakai pakaian olah raga, menganggap itu sebagai bukti bahwa saya bukan pendeta!

Analoginya, karena Yesus adalah Allah dan manusia, maka kita tidak boleh menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan keilahian Yesus untuk membuktikan bahwa Ia bukan manusia, atau menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan kemanusiaan Yesus untuk membuktikan bahwa Ia bukan Allah!


Herschel H. Hobbs: “It is just as great a heresy to deny His humanity as to deny His deity.” (= Menyangkal kemanusiaanNya adalah sama sesatnya dengan menyangkal keAllahanNya.) - TheEpistles of John, hal 21.



III) Pentingnya keilahian Kristus.


1)  Supaya Ia bisa taat sempurna kepada BapaNya.
Ini penting karena kalau Ia jatuh ke dalam dosa 1 x saja, maka Ia tidak mungkin menebus dosa kita.

2)  Supaya pengorbanan / kematianNya mempunyai nilai penebusan yang tak terbatas.
Logikanya, kalau Ia hanya seorang manusia biasa, maka paling-paling kematianNya hanya bisa menebus seorang manu­sia. Bahkan sebetulnya tidak ada manusia bisa menebus manusia yang lain. Hal ini dinyatakan dalam Maz 49:8-9.


Maz 49:8-9 - “(8) Tidak seorangpun dapat membebaskan dirinya, atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya, (9) karena terlalu mahal harga pembebasan nyawanya, dan tidak memadai untuk selama-lamanya -”.


Kitab Suci bahasa Indonesia maupun RSV salah terjemahan. Bandingkan dengan terjemahan NIV.


Ps 49:6-7 (NIV): “No man can redeem the life of another, or give to God a ransom for him; the ransom for a life is costly, no payment is ever enough” (= Tidak seorang manusia­pun bisa menebus nyawa orang lain, atau memberikan kepada Allah tebusan untuk dia;  tebusan untuk suatu nyawa sangat mahal, tidak ada pembayaran yang bisa mencukupi).


Terjemahan KJV / NASB menggunakan kata ‘brother’ (= saudara) sebetulnya adalah yang paling hurufiah.

KJV: ‘None of them can by any means redeem his brother, nor give to God a ransom for him:’ (= Tak ada dari mereka bisa dengan cara apapun menebus saudaranya, atau memberi kepada Allah suatu tebusan baginya:).
NASB: ‘No man can by any means redeem his brother Or give to God a ransom for him -’ (= Tak seorangpun bisa dengan cara apapun menebus saudaranya Atau memberi kepada Allah suatu tebusan baginya -).


Baik KJV/NIV/NASB jelas memaksudkan orang lain, bukan dirinya sendiri. Jadi manusia tak bisa menebus orang lain. Tetapi Kristus berbeda karena:
a)   Ia adalah Allah dan manusia.
b)   Sebagai manusia Ia suci / tak berdosa.

CharlesHodge: “This perfection of the satisfaction of Christ, … is not due to his having suffered either in kind or in degree what the sinner would have been required to endure; but principally to the infinite dignity of his person. He was not a mere man, but God and man in one person.” (= Kesempurnaan dari pemuasan / pelunasan Kristus ini, … bukanlah karena Ia telah menderita apa yang seharusnya ditanggung orang berdosa, baik dalam jenisnya atau dalam tingkatannya; tetapi terutama karena martabat yang tak terbatas dari pribadiNya. Ia bukan semata-mata seorang manusia, tetapi Allah dan manusia dalam satu pribadi.) - SystematicTheology, vol II, hal 483.

3)  Supaya pada waktu Allah menimpakan hukuman umat manusia kepada Yesus, Ia tidak bertindak tidak adil.


Kalau Yesus hanya seorang manusia biasa, dan Allah menimpakan hukuman umat manusia kepada Yesus, maka Allah jelas telah bertindak tidak adil, karena Ia menghukum seseorang karena dosa orang lain. Tetapi karena Yesus adalah Allah sendiri, maka Allah tetap adil, karena pada waktu Ia menimpakan hukuman umat manusia kepada Yesus, pada hakekatnya Ia menimpakan hukuman itu kepada diriNya sendiri.



IV) Pentingnya kemanusiaan Yesus.

1)  Yang berbuat dosa adalah manusia, dan karena itu hukumannya harus ditanggung oleh seorang manusia. Karena itulah Kristus harus menjadi seorang manusia yang sama dengan kita.



Ibr 2:14-17 - “(14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (16) Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. (17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.”.



Calvin (tentang Ibr 2:14): “the Son of God to put on our flesh, even that he might partake of the same nature with us, and that by undergoing death he might redeem us from it.” (= Anak Allah mengenakan daging kita, supaya Ia bisa mengambil bagian dari hakekat yang sama dengan kita, dan supaya dengan mengalami kematian Ia bisa menebus kita darinya.).


Ro 8:3 - “Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus AnakNya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging,”.


Calvin (tentang Ro 8:3): “he says, that he came in the likeness of the flesh of sin; for though the flesh of Christ was polluted by no stains, yet it seemed apparently to be sinful, inasmuch as it sustained the punishment due to our sins, and doubtless death exercised all its power over it as though it was subject to itself. ... Christ underwent our infirmities, that he might be more inclined to sympathy, and in this respect also there appeared some resemblance of a sinful nature.” (= ia berkata, bahwa Ia datang dalam keserupaan dari daging dari dosa; karena sekalipun daging Kristus tidak dikotori oleh noda / kotoran, tetapi itu kelihatannya berdosa, karena daging itu menahan / menderita hukuman karena dosa-dosa kita, dan tak diragukan kematian melaksanakan semua kuasanya atasnya seakan-akan daging itu tunduk kepada dirinya sendiri. ... Kristus mengalami kelemahan-kelemahan kita, sehingga Ia bisa lebih condong pada simpati, dan dalam hal ini juga disana kelihatan suatu kemiripan dengan suatu hakekat yang berdosa.).



William Hendriksen (tentang Ro 8:3): In his incarnation the divine Son assumed the human nature, ... But he took on that human nature not as it came originally from the hand of the Creator (‘and behold it was very good,’ Gen. 1:31), but weakened by sin, though remaining itself without any sin. [= Dalam inkarnasiNya Anak yang ilahi mengambil hakekat manusia, ... Tetapi Ia mengambil hakekat manusia bukan sebagaimana itu datang seperti asalnya dari tangan sang Pencipta (‘dan lihatlah itu adalah sangat baik’, Kej 1:31), tetapi dilemahkan oleh dosa, sekalipun dalam dirinya tetap tanpa dosa apapun.].


GregoryNazianzus: “For that which is not taken up is not healed” (= Karena apa yang tidak diambil, tidak disembuhkan).

Cyril of Alexandria: “That which is not assumed is not saved” (= Apa yang tidak diambil, tidak diselamatkan).

Tetapi Kristus haruslah menjadi seorang manusia yang suci, karena kalau Ia sendiri berdosa, Ia tidak bisa menebus dosa kita.

Ibr 7:26-27 - “(26) Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga, (27) yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukanNya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diriNya sendiri sebagai korban.”.


2)  Supaya bisa menjadi pengantara antara Allah dan manusia.
1Tim 2:5 - “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,”.


3) Supaya Ia bisa merasakan pencobaan dan penderitaan yang dialami oleh manusia. Dengan demikian Ia bisa bersimpati terhadap manusia yang menderita dan dicobai dan bisa menolong mereka.

Ibr 2:17-18 - “(17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa. (18) Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai.”.


Ibr 4:15 - “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”.


WilliamG. T. Shedd: “Previous to the assumption of a human nature, the Logos could not experience a human feeling because he had no human heart, but after the assumption he could; previous to the incarnation, he could not have a finite perception because he had no finite intellect, but after this event he could; ... The unincarnate Logos could think and feel only like God; he had only one form of consciousness. The incarnate Logos can think and feel either like God, or like man; he has two modes or forms of consciousness.” (= Sebelum mengambil hakekat manusia, Logos tidak bisa mengalami pera­saan manusia karena Ia tidak mempunyai hati manusia, tetapi setelah mengambil hakekat manusia Ia bisa; sebelum inkarna­si, Ia tidak bisa mempunyai pengertian yang terbatas karena Ia tidak mempunyai pikiran yang terbatas, tetapi setelah peristiwa itu Ia bisa; ... Logos yang tidak / belum berinkarnasi bisa berpikir dan merasa hanya sebagai Allah; Ia hanya mempunyai satu bentuk kesadaran. Logos yang berinkar­nasi bisa berpikir dan merasa, atau seperti Allah, atau seperti manusia; Ia mempunyai dua bentuk kesadaran.) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 267.


MatthewPoole (tentang Ibr 2:18):
“He had the mercies of God before, and as if that were not enough, the tempted nature of man, to soften his heart to pity his brethren in their suffering and tempta­tions.” (= Sebelumnya Ia sudah mempunyai belas kasihan Allah, dan seakan-akan itu belum cukup, sekarang Ia mempunyai hakekat manusia yang telah dicobai, untuk melunakkan / melembutkan hatiNya supaya Ia mengasihani saudara-saudaraNya dalam penderitaan dan pencobaan mereka.).



4)  Supaya Ia bisa menjadi teladan bagi manusia.

Mat 11:29 - “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.”.


Yoh 13:14-15 - “(14) Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; (15) sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.”.


Fil 2:5-8 - “(5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”.


Ibr 12:2-4 - “(2) Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. (3) Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diriNya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa. (4) Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah.”.


1Pet 2:21 - “Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejakNya.”.


Kalau Ia tetap sebagai Allah, maka bagaimanapun sucinya Ia hidup, Ia tidak bisa menjadi teladan bagi manusia, karena manusia tidak bisa melihat Dia. Tetapi dengan Ia sudah menjadi manusia, maka manusia bisa melihat kehidupanNya yang suci dan meneladaninya.




No comments:

Post a Comment

Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9