Rabu, tgl 25
Juni 2014, pk 19.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
CHRIST: THE GOD-MAN
kristologi (4)
Bacalah lebih dulu bagian 3
2) Keberatan terhadap kemanusiaan Yesus dan jawabannya:
a) Ada orang yang mengatakan bahwa kalau Yesus
adalah manusia yang suci, maka sebetulnya Ia bukan manusia, karena semua
manusia berdosa. Untuk menjawab keberatan ini perlu diketahui bahwa dosa tidak
termasuk dalam hakekat manusia. Sebelum jatuh ke dalam dosa, Adam dan Hawa
sudah adalah manusia! Jadi jelaslah bahwa tidak harus berdosa baru bisa disebut
sebagai ‘manusia’!
b) Ada juga yang mengatakan bahwa Yesus bukanlah
manusia yang sama seperti kita karena dalam pembuahannya tidak digunakan air
mani laki-laki. Untuk menjawab serangan ini, kita bisa menunjuk pada Adam dan
Hawa, yang dalam pembentukannya juga tidak menggunakan air mani laki-laki.
Bahkan boleh dikatakan bahwa dalam pembentukan mereka tidak ada pembuahan
apapun. Tetapi mereka tetap adalah manusia sungguh-sungguh, sama seperti kita.
Seseorang
pernah berkata bahwa Allah bisa dan pernah mencipta manusia dengan 4 cara:
- Tanpa menggunakan laki-laki ataupun perempuan, yaitu pada waktu Ia menciptakan Adam.
- Tanpa menggunakan perempuan tetapi dengan menggunakan laki-laki, yaitu pada waktu Ia menciptakan Hawa
- Tanpa menggunakan laki-laki tetapi dengan menggunakan perempuan, yaitu pada waktu Ia menciptakan manusia Yesus.
- Dengan menggunakan laki-laki dan perempuan, yaitu pada waktu Ia menciptakan semua manusia selain Adam, Hawa, dan manusia Yesus.
Jadi
kesimpulannya, bahwa manusia Yesus diciptakan oleh Allah hanya dengan
menggunakan seorang perempuan, tidak menyebabkan Ia bukanlah manusia yang
sejati.
3) Hal
yang harus diwaspadai.
Sesuatu yang penting sekali untuk diwaspadai /
diperhatikan adalah: Ada banyak ayat yang menunjukkan keilahian Kristus, dan
ada banyak ayat yang menunjukkan kemanusiaan Kristus. Kita tidak boleh
menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan keilahian Kristus untuk membuktikan
bahwa Ia bukanlah manusia, dan kita juga tidak boleh menggunakan ayat-ayat yang
menunjukkan kemanusiaan Kristus untuk membuktikan bahwa Ia bukanlah Allah!
Para Saksi
Yehuwa / orang Islam sering melakukan kesalahan ini dimana mereka menggunakan
ayat-ayat yang menunjukkan kemanusiaan Kristus untuk membuktikan bahwa Kristus
bukanlah Allah.
Misalnya:
a) Mat 24:36 yang menunjukkan pikiran
manusia yang terbatas dalam diri Yesus, dipakai sebagai bukti bahwa Yesus
bukanlah Allah.
Mat 24:36 - “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri.’”.
b) Yoh 14:28 yang jelas juga menekankan
Yesus sebagai manusia (pikiran manusialah yang saat itu timbul) dipakai untuk
membuktikan bahwa Yesus bukanlah Allah, atau bahwa Yesus lebih rendah dari pada
Allah.
Yoh 14:28 - “Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada BapaKu, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku.”.
c) Ibr 5:8 yang mengatakan bahwa Yesus ‘telah belajar
menjadi taat dari apa yang telah dideritaNya’, yang jelas juga
menunjukkan Yesus sebagai manusia, dipakai untuk menunjukkan bahwa Yesus
bukanlah Allah, karena Allah tak perlu belajar.
Ibr 5:8 - “Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa
yang telah dideritaNya,”.
d) Mat 4:1-11 yang menunjukkan bahwa Yesus
dicobai, dipakai sebagai dasar untuk mengatakan bahwa Yesus bukanlah Allah,
karena Allah tidak bisa dicobai (bdk. Yak 1:13).
e) Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Yesus
berdoa, juga mereka pakai untuk membuktikan bahwa Ia bukanlah Allah, karena
Allah tidak perlu berdoa.
Illustrasi:
Saya adalah
seorang pendeta,
tetapi pada saat yang sama saya juga adalah seorang olahragawan. Kadang-kadang
saya memakai toga dan memimpin Perjamuan Kudus, sehingga saya terlihat sebagai
pendeta. Tetapi kadang-kadang saya memakai celana pendek, kaos, dan
sepatu olah raga, sehingga saya terlihat sebagai olahragawan. Tidak ada orang
yang pada waktu melihat saya memakai toga, menganggap itu sebagai bukti bahwa
saya bukan olahragawan, dan sebaliknya, pada waktu melihat saya memakai pakaian
olah raga, menganggap itu sebagai bukti bahwa saya bukan pendeta!
Analoginya,
karena Yesus adalah Allah dan manusia, maka kita tidak boleh menggunakan
ayat-ayat yang menunjukkan keilahian Yesus untuk membuktikan bahwa Ia bukan
manusia, atau menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan kemanusiaan Yesus untuk
membuktikan bahwa Ia bukan Allah!
Herschel H. Hobbs: “It is just as great a heresy to deny His humanity as to deny His
deity.” (= Menyangkal kemanusiaanNya adalah sama sesatnya dengan menyangkal
keAllahanNya.) - ‘TheEpistles of John’, hal 21.
III) Pentingnya keilahian Kristus.
1) Supaya Ia bisa taat sempurna kepada BapaNya.
Ini penting
karena kalau Ia jatuh ke dalam dosa 1 x saja, maka Ia tidak mungkin menebus
dosa kita.
2) Supaya pengorbanan / kematianNya mempunyai nilai
penebusan yang tak terbatas.
Logikanya,
kalau Ia hanya seorang manusia biasa, maka paling-paling kematianNya hanya bisa
menebus seorang manusia. Bahkan sebetulnya tidak ada manusia bisa menebus
manusia yang lain. Hal ini dinyatakan dalam Maz 49:8-9.
Maz 49:8-9 - “(8) Tidak seorangpun dapat membebaskan dirinya, atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya, (9) karena terlalu mahal harga pembebasan nyawanya, dan tidak memadai untuk selama-lamanya -”.
Kitab Suci
bahasa Indonesia maupun RSV salah terjemahan. Bandingkan dengan terjemahan NIV.
Ps 49:6-7
(NIV): “No man can redeem the life of another, or give to God a ransom for him; the ransom for a life is costly, no payment
is ever enough” (= Tidak seorang manusiapun bisa menebus nyawa orang lain, atau memberikan kepada Allah
tebusan untuk dia; tebusan untuk suatu nyawa sangat mahal, tidak
ada pembayaran yang bisa mencukupi).
Terjemahan KJV / NASB menggunakan kata ‘brother’ (= saudara) sebetulnya adalah yang paling hurufiah.KJV: ‘None of them can by any means redeem his brother, nor give to God a ransom for him:’ (= Tak ada dari mereka bisa dengan cara apapun menebus saudaranya, atau memberi kepada Allah suatu tebusan baginya:).
NASB: ‘No man can by any means redeem his brother Or give to God a ransom for him -’ (= Tak seorangpun bisa dengan cara apapun menebus saudaranya Atau memberi kepada Allah suatu tebusan baginya -).
Baik
KJV/NIV/NASB jelas memaksudkan orang lain, bukan dirinya sendiri. Jadi manusia
tak bisa menebus orang lain. Tetapi Kristus berbeda karena:
a) Ia adalah Allah dan manusia.b) Sebagai manusia Ia suci / tak berdosa.
CharlesHodge: “This perfection of the satisfaction of Christ, … is not due to his having suffered either in kind or in degree what the sinner would have been required to endure; but principally to the infinite dignity of his person. He was not a mere man, but God and man in one person.” (= Kesempurnaan dari pemuasan / pelunasan Kristus ini, … bukanlah karena Ia telah menderita apa yang seharusnya ditanggung orang berdosa, baik dalam jenisnya atau dalam tingkatannya; tetapi terutama karena martabat yang tak terbatas dari pribadiNya. Ia bukan semata-mata seorang manusia, tetapi Allah dan manusia dalam satu pribadi.) - ‘SystematicTheology’, vol II, hal 483.
3) Supaya pada waktu Allah menimpakan hukuman
umat manusia kepada Yesus, Ia tidak bertindak tidak adil.
Kalau Yesus
hanya seorang manusia biasa, dan Allah menimpakan hukuman umat manusia kepada
Yesus, maka Allah jelas telah bertindak tidak adil, karena Ia menghukum
seseorang karena dosa orang lain. Tetapi karena Yesus adalah Allah sendiri,
maka Allah tetap adil, karena pada waktu Ia menimpakan hukuman umat manusia
kepada Yesus, pada hakekatnya Ia menimpakan hukuman itu kepada diriNya sendiri.
IV)
Pentingnya kemanusiaan Yesus.
1) Yang berbuat dosa adalah manusia, dan karena
itu hukumannya harus ditanggung oleh seorang manusia. Karena itulah Kristus
harus menjadi seorang manusia yang sama
dengan kita.
Ibr 2:14-17
- “(14) Karena anak-anak itu adalah
anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi
sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya
Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan supaya
dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam
perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (16) Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi
keturunan Abraham yang Ia kasihani. (17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan
dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.”.
Calvin
(tentang Ibr 2:14): “the Son of God to put on our flesh, even that he might
partake of the same nature with us, and that by undergoing death he might
redeem us from it.” (= Anak Allah mengenakan daging kita, supaya Ia bisa
mengambil bagian dari hakekat yang sama dengan kita, dan supaya dengan
mengalami kematian Ia bisa menebus kita darinya.).
Ro 8:3 - “Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan
hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan
jalan mengutus AnakNya sendiri dalam daging, yang serupa dengan
daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman
atas dosa di dalam daging,”.
Calvin
(tentang Ro 8:3): “he says, that he came in the likeness of the flesh of
sin; for though the flesh of Christ was polluted by no stains, yet it seemed
apparently to be sinful, inasmuch as it sustained the punishment due to our
sins, and doubtless death exercised all its power over it as though it was
subject to itself. ... Christ underwent our infirmities, that he might be more
inclined to sympathy, and in this respect also there appeared some resemblance
of a sinful nature.” (= ia berkata, bahwa Ia
datang dalam keserupaan dari daging dari dosa; karena sekalipun
daging Kristus tidak dikotori oleh noda / kotoran, tetapi itu kelihatannya berdosa, karena daging itu menahan /
menderita hukuman karena dosa-dosa kita, dan tak diragukan kematian
melaksanakan semua kuasanya atasnya seakan-akan daging itu tunduk kepada
dirinya sendiri. ... Kristus
mengalami kelemahan-kelemahan kita, sehingga Ia bisa lebih condong
pada simpati, dan dalam hal ini juga disana
kelihatan suatu kemiripan dengan suatu hakekat yang berdosa.).
William
Hendriksen (tentang Ro 8:3): “In his incarnation the divine Son
assumed the human nature, ... But he took on that human nature not as it came
originally from the hand of the Creator (‘and behold it was very good,’ Gen.
1:31), but weakened by sin,
though remaining itself without any sin.”
[= Dalam inkarnasiNya Anak yang ilahi mengambil hakekat manusia, ... Tetapi Ia mengambil hakekat manusia bukan sebagaimana itu
datang seperti asalnya dari tangan sang Pencipta (‘dan lihatlah itu adalah
sangat baik’, Kej 1:31), tetapi dilemahkan oleh dosa, sekalipun dalam dirinya
tetap tanpa dosa apapun.].
GregoryNazianzus: “For that which is not taken up is not
healed” (= Karena apa yang tidak
diambil, tidak disembuhkan).
Cyril of Alexandria: “That which is not assumed is not saved” (= Apa yang tidak diambil, tidak diselamatkan).
Tetapi
Kristus haruslah menjadi seorang manusia yang suci, karena kalau Ia sendiri
berdosa, Ia tidak bisa menebus dosa kita.
Ibr 7:26-27
- “(26) Sebab Imam Besar yang
demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh,
tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan
lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga, (27) yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus
mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah
untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukanNya satu kali untuk
selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diriNya sendiri sebagai korban.”.
2) Supaya bisa menjadi pengantara antara Allah
dan manusia.
1Tim 2:5 - “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,”.
3) Supaya Ia bisa merasakan pencobaan dan
penderitaan yang dialami oleh manusia. Dengan demikian Ia bisa bersimpati
terhadap manusia yang menderita dan dicobai dan bisa menolong mereka.
Ibr 2:17-18
- “(17) Itulah sebabnya, maka dalam
segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam
Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan
dosa seluruh bangsa. (18) Sebab oleh karena Ia
sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang
dicobai.”.
Ibr 4:15
- “Sebab Imam Besar yang kita punya,
bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita,
sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai,
hanya tidak berbuat dosa.”.
WilliamG. T. Shedd: “Previous to the assumption of a human nature, the Logos could not
experience a human feeling because he had no human heart, but after the
assumption he could; previous to the incarnation, he could not have a finite
perception because he had no finite intellect, but after this event he could;
... The unincarnate Logos could think and feel only like God; he had only one
form of consciousness. The incarnate Logos can think and feel either like God,
or like man; he has two modes or forms of consciousness.” (= Sebelum mengambil hakekat manusia, Logos tidak bisa
mengalami perasaan manusia karena Ia tidak mempunyai hati manusia, tetapi setelah mengambil hakekat manusia Ia bisa; sebelum inkarnasi, Ia tidak bisa mempunyai pengertian
yang terbatas karena Ia tidak mempunyai pikiran yang terbatas, tetapi setelah peristiwa itu Ia bisa; ... Logos yang tidak / belum berinkarnasi bisa berpikir dan
merasa hanya sebagai Allah; Ia hanya mempunyai satu bentuk kesadaran. Logos yang berinkarnasi bisa berpikir dan merasa, atau
seperti Allah, atau seperti manusia; Ia
mempunyai dua bentuk kesadaran.) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 267.
MatthewPoole (tentang Ibr 2:18):
“He had the
mercies of God before, and as if that were not enough, the tempted nature of
man, to soften his heart to pity his brethren in their suffering and temptations.” (= Sebelumnya Ia
sudah mempunyai belas kasihan Allah, dan seakan-akan itu belum cukup, sekarang Ia mempunyai hakekat manusia yang telah dicobai,
untuk melunakkan / melembutkan hatiNya supaya Ia mengasihani saudara-saudaraNya
dalam penderitaan dan pencobaan mereka.).
4) Supaya Ia bisa menjadi teladan bagi manusia.
Mat 11:29
- “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan
rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.”.
Yoh 13:14-15
- “(14) Jadi jikalau Aku membasuh
kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh
kakimu; (15) sebab Aku telah memberikan suatu
teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat
kepadamu.”.
Fil 2:5-8
- “(5) Hendaklah
kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga
dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak
menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
(7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang
hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia
telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu
salib.”.
Ibr 12:2-4
- “(2) Marilah
kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang
memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan,
yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang
disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. (3) Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun
menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diriNya dari pihak orang-orang
berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan
putus asa. (4) Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai
mencucurkan darah.”.
1Pet 2:21
- “Sebab untuk itulah kamu dipanggil,
karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah
meninggalkan teladan bagimu, supaya
kamu mengikuti jejakNya.”.
Kalau Ia
tetap sebagai Allah, maka bagaimanapun sucinya Ia hidup, Ia tidak bisa menjadi
teladan bagi manusia, karena manusia tidak bisa melihat Dia. Tetapi dengan Ia
sudah menjadi manusia, maka manusia bisa melihat kehidupanNya yang suci dan
meneladaninya.
No comments:
Post a Comment