F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Sebuah Refleksi Kenaikan Yesus Ke Sorga


Oleh: Martin Simamora

"Akulah Dia, Dan Kamu Akan Melihat Anak Manusia Duduk Di Sebelah Kanan Yang Mahakuasa Dan Datang Di Tengah-Tengah Awan-Awan Di Langit"

Anak Manusia yang Telah Turun Dari Sorga Dan yang Telah Naik Ke Sorga
Salah satu pernyataan Yesus yang begitu sukar untuk dipahami siapapun baik di eranya dan kini, adalah ketika ia menyatakan bahwa hanya dialah yang pernah turun dari sorga dan naik ke sorga:

Yohanes 3:13  Tidak ada seorang pun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia.

Perhatikan bahwa inilah yang segera dinyatakan oleh Yesus pada saat kebangkitannya dari antara orang mati:

Yohanes 20:13-17 Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis?" Jawab Maria kepada mereka: "Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan." Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?" Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: "Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya." Kata Yesus kepadanya: "Maria!" Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: "Rabuni!", artinya Guru. Kata Yesus kepadanya: "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu."

Pergi kepada Bapa menjadi kepentingan tunggal bagi Yesus, setelah ia mati di kayu salib dan bangkit dari antara orang mati pada hari ketiga sebagaimana ia telah menyatakan sebelumnya: Markus 8:31-33, Lukas 9:22; 18:31-33.

Begitu sukar untuk dipahami, tak terkecuali guru kitab suci bernama Nikodemus pun gagal untuk memahami Yesus beserta pengajaran keselamatan yang datang dari Allah dan bukan karena usaha atau serangkaian upaya manusia. karena pernyataan ini sangat terkait dengan tujuan tunggal yang diembannya: melakukan tindakan penyelamatan manusia jika memandang atau percaya kepadanya

Ia naik ke sorga atau harus pergi kepada Bapa, dengan demikian, sangat erat kaitannya untuk apa Ia datang ke dalam dunia menjadi manusia. Apakah yang telah  diselesaikannya sehingga baru kemudian Ia dapat naik ke sorga. Di makamnya serta disaksikan juga oleh malaikat, Yesus berkata:

"Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa,”

Sekarang, ini pernyataan yang begitu janggal karena terkait tubuhnya, Ia harus pergi kepada Bapa! Jadi nampak jelas dan tak terbantahkan, jika apa yang dilakukan atau dikerjakannya dalam untuk apa Ia datang ke dalam dunia ini adalah pekerjaan yang hanya dapat genap melalui dan di dalam tubuh Yesus itu sendiri.

0 Klausula Yesus Mengenai Perceraian: “Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah…ia menjadikan isterinya menjadi zinah”



Oleh: Martin Simamora

“Apakah Sebuah Pintu Emas Bagi Suami Untuk Menceraikan Isterinya, Ataukah Peringatan Betapa Kudusnya Sebuah Pernikahan Untuk Dipermainkan?”

1.Bukan Hal yang Sumir, Tetapi Betapa Sucinya Pernikahan itu: Dosa Membawa Dampak Kerusakan Pernikahan Suci

Hal pertama yang harus saya sampaikan, artikel ini saya tuliskan sehubungan dengan janji  yang begitu lama tertunda untuk saya penuhi kepada sahabat dan beberapa orang yang menanyakan perihal ini. Topik ini tidak boleh semata diperlakukan sebagai pengetahuan, tetapi harus menjadi sebuah refleksi bagi setiap pria yang telah berkeluarga atau akan berkeluarga, dan tentunya setiap rumah tangga Kristen, agar mengerti dan menghidupi kehidupan rumah tangganya sebagai hal yang mulia dan kudus, tidak seharusnya dipandang sebagai ikatan emosional belaka: dicintai dan karenanya mencintai, atau sebaliknya. Hal kedua, yang sama pentingnya, artikel ini  juga memiliki tujuan untuk menunjukan bahwa klausula pengecualian perceraian boleh dilakukan, harus pertama-tama dipandang sebagaimana Yesus memandang: betapa tingginya kesucian sebuah pernikahan harus diperlakukan dan dihidupi oleh pasangan suami-isteri. Sebagaimana Yesus begitu tinggi memandang kesucian dan kesetian hubungan antara dirinya dengan para murid yang sangat dikasihinya. Bahwa klausula pengecualian perceraian boleh dilakukan, harus dipandang sebagai sebuah kebenaran dari sudut Allah, betapa Allah sangat membenci kecemaran  pada kesucian pernikahan, bukan sebaliknya, dipandang dari sudut kedagingan manusia yang cenderung memandang klausula ini dalam kotornya dan rendahnya moralitas manusia untuk sanggup memandang kesucian pernikahan yang sedang diangkat Yesus melalui klausula ini. Tentu saya dapat memaklumi, sungguh mengejutkan kalau Yesus sampai benar-benar mengucapkan klausula itu. Namun, jika kita mau mempelajarinya secara cermat, sebaliknya kita akan melihat betapa rendahnya kekuatan moralitas dan kekudusan manusia untuk bisa memahami bahwa didalam Tuhan, pernikahan tidak dirancang untuk menuju sebuah perceraian namun manusia tidak kebal dan berdaya untuk senantiasa sanggup menjunjung kemurnian pernikahannya melawan daya pikat dosa yang menyasar pada kesucian pernikahan.

Saya juga harus menandaskan, sementara secara populer klausula tersebut telah dipandang sebagai sumir dan bahkan dianggap sebagai penyimpangan diantara injil sinoptik, seharusnyalah setiap orang Kristen yang menghargai Alkitab sebagai sumber tertulis paling otoratif bagi praktik  hidup keimanannya, setiap orang Kristen seharusnya memiliki pemahaman yang memadai, sebelum menghakimi bagian tertentu pada injil, dan bahkan Yesus Kristus sendiri.

2.Perceraian & Kekudusan Pernikahan yang Retak Dalam Alkitab
Dalam Alkitab, pada injil, perceraian dan kekudusan pernikahan yang retak merupakan salah satu topik yang diajarkan  oleh Yesus:

►Matius 19:3-10 “Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: "Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?" Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?" Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian. Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah." Murid-murid itu berkata kepada-Nya: "Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin."

0 Catatan Kecil Kancah Politik Nasional 2018



Oleh: Martin Simamora, S.IP

Pancasila, Masihkah Dasar  Persatuan Hati Bagi Kita? Jika Tidak, Kita Akan Saling Merobek dan Saling Membinasakan

Mengapa Fenomena Politik Bisa Mengintimidasi?

Apa yang saya maksud dengan fenomena politik, adalah berbagai macam kegiatan atau aktivitas politik mulai dari yang diselenggarakan oleh negara seperti pilkada dan pilpres, hingga aktivitas bersifat organisasi kepartaian seperti pengkaderan, perekrutan, pemetaan konstituen dari tahun ke tahun, pemetaan kebutuhan sospolek konstituennya atau bahkan lebih luas lagi sehingga partai dapat secara kongkrit dan otentik menjawab kebutuhan dan mengembangkan program-program yang dapat memberikan kemajuan. Dan semua itu baik, produktif dan benar sejauh selaras dengan upaya memperkuat kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia yang begitu multi-etnik.

Tetapi, tentu saja, kita harus mengakui kalau belakangan ini, kita sedang melihat perwajahan politik yang nampaknya mulai membahayakan. Fenomena-fenomena politik yang  bersalutkan intimidasi sebagai ekspresi perbedaan haluan atau orientasi politik, kian hari telah menjadi praktik sehari-hari yang lazim. Dan ini berbahaya sekali, ketika ini dibiarkan, sedang terjadi sebuah pergeseran kultur politik nasioanal yang pada awalnya bersifat kebangsaan yang satu, bangsa Indonesia, secara gradual menjadi bersifat keideologian yang tidak mengokohkan kebangsaan Indonesia satu dalam Pancasila dan Konstitusi 1945. Maksud saya, ketika fenomena politik semakin tajam meretakan kerekatan kesatuan dan persatuan bangsa dan eksistensi negara Kesatuan Republik Indonesia, kita sungguh-sungguh dalam bahaya yang tak terbayangkan bisa terjadi di negeri tercinta ini.

0 Ucapan Yesus Kristus yang Paling Dibenci



Oleh: Martin Simamora

"Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun…”

Siapakah Yesus yang Berkata Demikian?
Tidak ada yang lebih hebat dari perkataan Yesus satu ini sehingga mampu menimbulkan penolakan dalam beragam rupa bukan saja pada non pengikut Kristus tetapi bahkan mereka yang mengaku sebagai pengikut Kristus, akan sangat berkeberatan dengan pernyataan Yesus yang ini:

Yohanes 14:6 Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.

Statement yang begitu kuat mengesankan arogansi, kesombongan, dan paling benar sendiri, oleh Yesus sendiri telah dimaksudkannya sebagai sebuah kebenaran yang sangat absolut untuk sampai diabaikan. Jadi ketika ia menyatakan “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun…. Kalau tidak melalui Aku, ia menyampaikannya dengan sederet penekanan agar pendengarnya tahu, jika ini  bukan kebenaran dirinya sendiri tetapi Allah pemiliknya. Perhatikan bagaimana Yesus mengajukan pernyataan tersebut sebagai kebenaran absolut yang datang dari Allah:

Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia."- Yohanes 14:7



Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.- Yohanes 14:10



Kata Yesus kepadanya: Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku- Yohanes 14:6



Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.- Yohanes 14:11



Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa;- Yohanes 14:12

Problem segera menyeruak. Benarkah perkataan atau pernyataan Yesus tersebut, adalah kebenaran dari Allah? 

Jangankan anda, bahkan para murid Yesus pun memiliki problem paling sukar dalam kehidupan rohani mereka, terhadap perkataan atau ajaran Yesus Sang Guru mereka sendiri. Bagaimana dengan anda, apakah pernyataan Yesus ini telah menjadi problem terkeras dalam kehidupan spiritual anda, sehingga lebih baik untuk tidak dipegang sebagai kebenaran? Hanya anda yang tahu.

0 Ketika Kebencian Tak Pernah Menggagalkan Kasih Allah Melawat Dunia:



Oleh: Martin Simamora

Kuburannya Masih Ada Pada Kita Sampai Hari Ini, Bukti Kasih-Nya yang Telah Ditolak Tak Dapat Digagalkan

Intro:
Mesias yang Aneh

Kebencian sebagaimana kesukaan adalah hal yang begitu alami  bagi manusia. Tak perlu harus bersebab apalagi berempatik. Kadang kala atau bahkan kerap kali, menyukai atau membenci bisa datang menyandera  sehingga indra-indra paling dasar pemberian Sang Khalik membuta untuk sekedar dapat menjadi diam dan tenang merenungkannya dan memeriksanya secara cermat.  Saya berpendapat, Alkitab secara jitu memotretkannya bagi kita, manusia-manusia yang memiliki kesempatan yang agung telah menggunakan momentum paling penting bagi penghuni bumi ini, dengan kebencian yang membuahkan kubur. Ini bukan kebencian 1 orang, 2, 5,10, 100 atau lebih. Ini adalah kebencian semua orang, sedikit-dikitnya 5000 orang laki-laki saja yang telah menikmati jamuan makan bersama Yesus, Sang Mesias yang pada akhirnya ditolak dalam kebencian yang melahirkan pengelu-eluan seorang kriminal yang bahkan belum tentu mampu memberi makan bagi 10 orang saja. Mari kita melihat manusia-manusia yang sungguh mengalami kemurahan Yesus, Sang Mesias yang pada akhirnya mereka serahkan  ke dalam kubur.

Markus 6:32-44 Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka. Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka. Pada waktu hari sudah mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung di sekitar ini." Tetapi jawab-Nya: "Kamu harus memberi mereka makan!"… Lalu Ia menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau. Maka duduklah mereka berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang. Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang…. Yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki.  [Matius 14:13-21; Markus 6:30-44; Lukas 9:10-17; Yohanes 6:1-15]

Begitulah Yesus menjadi sebuah pengharapan yang besar dan mulia, bahkan lebih dari sekedar Sang Pemberi Makan, tetapi semua menjadi yakin bahwa dialah Sang Mesias yang dinantikan. Jika Ia sanggup menjadi Sang Pelepas Kelaparan hanya dengan mengangkat makanan dan mengucap syukur, maka dialah Mesias yang akan  membebaskan mereka melalui pemulihan Israel secara total. Ini dapat dimengerti, ketika Yesus memang benar-benar mengadakan mujizat yang menunjukan siapakah Ia. Jadi kalau seperti ini pengharapan  mereka: Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia." (Yohanes 6:14). Yesus, tak terelakan, menjadi begitu popular dan paling disukai. Bisakah anda membayangkan diri anda sangat disukai dalam sebuah kepopuler tanpa tanding, seperti Yesus yang hanya mengangkat makanan dan mengatakan sesuatu kepada Langit, dan kenyanglah semua ribuan orang. Para saksi mata yang sangat kenyang.

Tetapi akankan para saksi mata yang begitu kenyang perutnya, akan tetap menjadi saksi-saksi setia yang akan berdiri dan memberitakan kebenaran-Nya sebagaimana kehendak-Nya? Masihkah kala mereka tidak akan pernah setiap hari mendapatkan mujizat sespektakuler demikian ! Apalagi, Yesus secara teguh dan penuh maksud tidak memenuhi ekspektasi publik agar kemesiasannya tampil secara total untuk menaklukan para penguasa dunia, sehingga dipulihkanlah takhta Daud itu. Siapa yang dapat memahami ini?

Yesus, kalau dia adalah Mesias itu, Ia adalah Mesias yang aneh. Begitu aneh karena sementara ia memiliki basis konstituen dan rakyat yang begitu menghormatinya sebagai mesias yang adidaya, namun beginilah perilaku Mesias itu:

Yohanes 6:15 Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.

Siapa yang dapat mendikte tujuan yang harus dicapai Sang Mesias? Rakyat, peguasa-penguasa dunia ini, Mahkamah Agama? Tidak. Dalam sebuah dialog yang sungguh mencengangkan bagi para  ahli atau pakar agama, Yesus menunjukan bahwa dirinya memang Mesias yang aneh bagi pemikiran teologis dan ekspektasi pada umumnya:

Lukas 20:40-44 Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Bagaimana orang dapat mengatakan, bahwa Mesias adalah Anak Daud? Sebab Daud sendiri berkata dalam kitab Mazmur: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu. Jadi Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?"

0 Sumber Kuasa Integritas Seorang Pelayan Tuhan:



Oleh: Martin Simamora

Karena Yesus Kristus, Anak Allah, Bukanlah "ya" dan "tidak", Tetapi Sebaliknya Di Dalam Dia Hanya Ada "ya".

Siapakah Yesus Kristus yang diberitakan itu? Pada surat kepada jemaat di Korintus. Rasul Paulus menggambarkan kepada kita siapakah Kristus dalam konteks satu-satunya yang berkuasa untuk menggenapkan janji-janji Allah. Ini dengan demikian menunjukan bahwa Yesus adalah satu-satunya yang dapat secara absolut dan tepat tanpa kemelesetan dan tanpa ada sedikitpun yang tak terpenuhi sementara sebagian lainnya terpenuhi. Mari perhatikan teks ini dan pada bagian-bagian yang saya berikan penekanan:

2Korintus 1:19 Karena Yesus Kristus, Anak Allah, yang telah kami beritakan di tengah-tengah kamu, yaitu olehku dan oleh Silwanus dan Timotius, bukanlah "ya" dan "tidak", tetapi sebaliknya di dalam Dia hanya ada "ya".

Apakah maksudnya “bukanlah “ya” dan “tidak” di sini, apakah maksudnya dengan demikian kalau kita berdoa maka pasti dijawab ya senantiasa, mustahil untuk dijawab tidak?

Mari kita memperhatikan penjelasan Paulus selanjutnya. Rasul ini kemudian menunjukan maksud “tetapi sebaliknya di dalam Dia hanya ada “ya,” dengan sebuah relasi. Andaikata ini sedang memaksudkan doa, maka relasi “bukanlah “ya” dan “tidak” pasti berelasi dengan manusia atau orang percaya yang berdoa. Jadi dengan siapa Paulus merelasikannya? Kita akan menemukannya pada penjelasan lugas Paulus berikut ini:

2Korintus 1:20 Sebab Kristus adalah "ya" bagi semua janji Allah.

Kalau relasi “Kristus adalah “ya” bagi semua janji Allah, maka penting untuk diketahui apakah isi atau terkait apakah janji Allah itu. Mengetahuinya akan membuat kita memahami secara benar apakah maksud dari “Yesus Kristus, Anak Allah, bukanlah “ya’ dan “tidak”, tetapi sebaliknya di dalam Dia hanya ada”ya”. Perhatikan hal ini:

2Korintus 2:21-22 Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita.

Ini sama sekali bukan soal saya dan anda menjadi berbahagia  karena memiliki Yesus yang selalu Ya dan tak pernah Tidak atas apapun permintaan kita sebagaimana keinginan saya dan anda. Ini semua soal relasi Allah dengan Yesus terhadap umat kepunyaannya. Bagaimana  relasi itu wujudnya?

0 Ketika Injil adalah Suatu Kebodohan



Oleh: Martin Simamora

Kami Memberitakan Kristus yang Disalibkan!
Apakah yang menjadi sentral iman orang yang mengaku Kristen itu? Apakah Alkitab? Jelas bukan, karena Kitab Suci  kita bukanlah sebuah buku yang diturunkan dari sorga kepada seorang manusia pilihan. Jadi apakah, atau siapakah yang diturunkan dari atas? Jawabnya adalah Yesus Kristus:

Ibrani 1:6 Dan ketika Ia membawa pula Anak-Nya yang sulung ke dunia, Ia berkata: "Semua malaikat Allah harus menyembah Dia."

Ibrani 10:5 Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki--tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku--. 

Yohanes 8:23 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini.

Yohanes 3:13 Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia.


Itu sebabnya, adalah Yesus  yang menjadi sentral iman dan kebenaran orang yang mengaku Kristen!

Rasul Paulus pun menyentralkannya pada Yesus Kristus sebagai sentral iman dan kebenaran, sebagaimana suratnya kepada jemaat Korintus:
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9