Nasihat
Untuk Para Penulis yang Sedang Mengejar Cita-Cita
Wayne
Jackson
Christian
Courier
Saya tidak pernah
mengajar sebuah kursus jurnalisme. Saya bahkan tidak pernah mengikuti sebuah
kelas jurnalisme. Meskipun ketiadaan pelatihan formal pada diriku (yang mana
pendidikan semacam itu pasti akan memberikan keuntungan bagiku), saya telah
mencapai keberhasilan yang lebih daripada layak dalam bidang jurnalisme religius.
Saya sejauh ini telah
menulis lebih dari 1.600 artikel dan telah dipublikasikan dalam ragam makalah
(disajikan dalam gereja dan di luar gereja). Saya sudah menulis sejumlah buku
dan traktat. Beberapa diantaranya telah diterjemahkan kedalam bahasa-bahasa
lain dan telah beredar di seluruh dunia. Saya telah dibuat takjub, dan dibuat
bertekuk lutut, bahwa Allah telah menggunakan sebuah talenta yang memiliki
kekurangan di sana dan di sini bagi kemuliaan-Nya.
Saya mengatakan semua
ini, bukan untuk bermegah-karena sebetulnya tak ada satupun untuk dimegahkan
dari diriku ini-tetapi semata untuk membangun kredibilitas diriku, dalam ukuran
waktu menit yang singkat, untuk apa yang akan saya kemukakan kepada para
laki-laki muda dan para perempuan muda yang mungkin berhasrat untuk melayani
Pencipta mereka secara lebih ekstensif melalui sarana kata yang dituliskan.
Saya telah
mempelajari apapun yang saya ketahui dengan merefleksikan secara hati-hati pada
gaya dan konten mereka yang telah mempengaruhiku paling kuat dalam bagaimana
saya menuangkan kata-kata mereka di atas kertas.Dari era warisan restorasi,
saya secara signifikan dipengaruhi oleh J.W.McGarvey dan Moses E.Lard. McGarvey
adalah akademisi, namun demikian ia adalah seorang guru yang ekspresif dan
mudah dimengerti, Lard memiliki kekayaan ekspresi dalam kata-katanya yang
mampu menggelorakan pembacanya.
Dari era yang
lebih muda, saya telah diimpresikan oleh
seorang penulis berbakat Harry Rimmer. Walau Rimmer adalah seorang
denominasionalis-dan karenanya, tentulah, Saya tidak setuju dengan sejumlah
posisi doktrinalnya- Ia menggairah ketertarikanku pada apologetika. Ia telah
menulis dalam sebuah cara sehingga orang yang membaca tulisannya hampir saja
merasa seolah pembaca mengenalnya.
Kemudian ada
R.C.Foster dari Christian Chirch; studi-studinya dalam Life of Christ, saya
anggap sebagai hal terbaik, terlepas dari Perjanjian Baru itu sendiri, yang
pernah saya baca mengenai pelayanan Sang Juruselamat. Saya tidak pernah stop
untuk berapi-api, tak peduli berapa kali saya membaca dari volume tersebut.
Akhirnya, saya tidak
dapat mengabaikan untuk menyebut Guy
N.Wood. Saya piker ia adalah penulis paling elegan diantara orang-orang Kristen
Perjanjian Baru dalam generasi ini. Ia begitu teliti, dan demikian sangat
stylish. Orang-orang ini, dan banyak lainnya lagi, telah menjadi
mentor-mentorku.
Pelajaran-Pelajaran Untuk Diperhatikan
Jika saya telah
mempelajari apapun dalam tulisan lebih
dari sepertiga abad—apapun yang bernilai diteruskan pada sejumlah jurnalis
teraspirasi yang mungkin saja tertarik-
saya piker saya akan menekankan poin-poin berikut ini:
Kerjakan
PRmu…Sebelum Kamu Menulis
Sementara kamu
mempersiapkan diri untuk menulis, lakukan PRmu secara baik. Jangan tulis
kata-kata hanya untuk memperlihatkan apa yang sedang kamu pikirkan.Ingatlah,
kata-kata yang berbicara segera menguap lenyap di udara (kecuali direkam),
tetapi kata-kata yang dirancang secara khusus
akan bertahan berdekade-dekade.
Karena itu, lakukan
riset pada topikmu secara hati-hati. Renungkanlah topik itu secara kritis
sebelum mengajukannya untuk publikasi atau mempublikasikan. Tinjau lagi.
Tanyakan pada dirimu sendri: apakah artikel ini bertahan lama dengan
nilai-nilai yang unggul didalamnya?
Jangan
Mencuri
Jangan tergesa-gesa
untuk memberikan kredit pada sumber pikiran-pikiranmu sendiri. Ini akan memenuhi dua hal. Ini menunjukan pelajar
yang serius terhadap tulisan-tulisan orang lain dimana pada tulisan-tulisan
tersebut berisikan informasi yang sangat komprehensif mungkin tercakup olehmu. Saya
sangat mengapresiasi para penulis yang telah mengarahkan perhatianku untuk
tertuju sepenuhnya pada mereka sendiri untuk menempatkan secara khusus para
penulis tersebut dengan pengetahuannya sebagai sumber-sumber penting bagi
tulisanku. Tindakan ini akan menyingkapkan kerendahan hati.
Sebagai tambahan,
referensi-referensi memberikan kredibilitas pada usaha-usaha studimu untuk
menulis artikel. Setiap orang tahu bahwa tidak ada seorang yang secara absolut
pemikir independen, tak seorang penulis semua tulisannya sepenuhnya instruktif
pikiran-pikirannya. Saya telah membaca artikel-artikel sejumlah saudar selama
bertahun-tahun dimana saya tidak pernah mengingat satu kalipun telah melihat
sebuah referensi atau catatan kaki telah diberikan terkait dokumen-dokumen yang
telah mereka pelajari. Saya tidak pernah tahu apa yang membuat hal ini terjadi;
dan lagi, mungkin aku melakukannya juga.
Dalam kaitan ini,
mari saya tawarkan sebuah kata peringatan untuk berhati-hati. Jangan gunakan
kutipan-kutipan terlampau banyak dari orang lain tanpa memberikan kredit
sepantasnya. Praktik tanpa memberikan kredit semacam ini dikenal sebagai plagiarisme.
Plagiarisme secara literal adalah pencuri.
Saya telah mengamati
beberapa penulis mengutip baris demi bari-bahkan paragraf demi paragraf-dari
penulis-penulis lain tanpa memberikan kredit yang bagaimanapun juga. Atau,
kadang-kadang porsi signifikan dari
material seorang penulis akan di”pinjam”-kata per kata tanpa tanda kutip-tetapi
dengan semacam pengakuan umum akan ditambahkan pada akhir tulisan. Secara literal “operasi
plastik” tidak etis. Seorang tidak akan pernah ditarik dari kebeasiswaannya
dengan memberikan pengakuan yang tepat kepada mereka yang darinya ia telah
belajar.
Buat
Mudah Dipahami
Belajar menulis
dengan kejernihan. Saya sangat percaya bahwa ada sejumlah penulis yang
beroperasi dibawah ilusi bahwa jika rata-rata orang dapat mengerti apa yang ia katakan,
penulis itu tidak akan dianggap “akademis.” Selaras dengan ilusi ini, dengan
sebuah ambisi untuk mengimpresi (walau orang tersebut mungkin tidak sepenuhnya
menyadari apa yang sedang mendorongnya), beberapa akan memenuhi artikel-artikel
mereka dengan jargon-jargon yang tehnik dan ambiguitas secara “akademis.”
Ketika orang awam membaca material tersebut, impresi menjadi:”Orang ini pasti
cerdas. Saya tidak mengerti sebuah kata yang ia tulis, tetapi ia pasti brilian!”
Adalah signifikan
bagiku bahwa J.W.McGarvey pada satu kali pernah digambarkan oleh London Times
sebagai pakar Alkitab terbesar di Atlantik. Walau memang ia menulis sejumlah topik-topik
yang berat, artikel-artikelnya mudah untuk dipahami dalam tuntutan akademis.
Saya kuatir bahwa dalam sejumlah lingkungan skolastik hari ini, McGarvey akan dianggap
sebagai semacam penulis “Mickey Mouse” (karena memang McGarvey telah
dikarakteristikan demikian). Tetapi pengaruh luar biasanya akan bertahan lama
setelah para pelaku obscurantism telah memudar.
Tambahkan
Variasi
Belajar untuk menulis
sebuah variasi tema. Buatlah tulisan-tulisan mengenai keping-keping berbagai
bukti Kristen untuk memperkuat iman pembacamu. Tulislah artikel-artikel ekspositori
yang bagus yang akan membuka keajaiban-keajaiban Firman Tuhan bagi para murid
yang tulus hati. Ulaslah isu-isu doktrinal. Gereja benar-benar sedang butuh
diingatkan mengenai pondasi kebenaran- kebenaran
Ketika keadaan-keadaan
memberikan ruang dan momen, berurusanlah dengan para penganjur kesalahan/ para
penyesat, tetapi lakukanlah dalam sebuah cara Kristen. Jelajahi dan temukanlah
kesenangan-kesenangan pengabdianmu pada Tuhan dalam jurnalisme sebab anda
sedang menolong orang lain untuk semakin lebih dekat kepada Tuhan.
Lakukan sejumlah tulisan dalam area-area praktis,
selalu ingat bahwa jika kita hanya mengajar secara teori, tetapi tidak pernah
menunjukan bagaimana mengimplementasikan intrsuksinya, kita hanya mencapai hal
kecil saja.
Kendalikan
Emosi-Emosimu
Berupayalah untuk
mengendalikan emosi dalam artikel-artikelmu. Ada sejumlah orang yang tidak
dapat menulis selembarpun jika “tanda seru” tidak berfungsi pada papan ketik.
Ada satu waktu dan tempat bagi bahasa keberanian dan bahasa penuh kekuatan.
Siapapun yang berpikir bahwa semua jurnalisme Kristen harus ambil bagian dari
pembersihan emosi yang tak memberikan perhatian pada diskursus intelektual, dan
yang harus dibuang sepenuhnya adalah tidak melakukan analisa literatur Alkitab.
Saya dulu pernah
dikritik karena menjadi terlalu bergejolak dalam menulis karena saya sedang
membidik sejumlah penulis skeptik sebagai “infidels.” Kata itu terlampau emosional.
Terus terang saja, itu ekstrim bagi skeptik.
Pada sisi lain,
sejumlah penulis sedang menuangkan racun pada setiap kalimat. Saya telah membaca
artikel-artikel dimana tinjauan pada argumen-argumen
seorang antagonis akan mencakup tampilan fisik yang menggelikan, dan
seterusnya. Hal semacam ini tidak pada tempatnya, dan ini menunjukan lebih
banyak mengenai si penulis daripada logika apapun yang sedang ia bangun.
Bersiap
Untuk “Dipukuli dan Dilempari Batu”
Si penulis harus
mengembangkan sebuah kulit yang keras. Sekali kamu berkomitmen untuk menuangkan
pikiran-pikiranmu kedalam tulisan-tulisan, kamu menjadi terbuka untuk kancah beragam kritik-dan
barangkali memang kritik yang tepat. Tetapi kamu harus belajar kritik mana yang
harus diperhatikan dan yang mana harus diabaikan.
Sebuah kritik yang
baik dapat menjadi sahabat terbaikmu. Ia dapat menolongmu mengeleminasi
kesalahan-kesalahanmu dan memperbaiki kemampuan-kemampuanmu. Pada sisi lain,
ada kritik-kritik profesional,yang, meributkan sesuatu tanpa dasar apapun pada
sesuatu yang telah kamu tuliskan, yang tak terelakan menuntutmu sehingga kamu
memberikan waktu kerjamu menulis untuk berurusan dengan dialog yang tak
bermakna. Si penulis harus membuat penilaian-penilaian diskriminatori.
Imbalan
Penulis
Pengaruh pesan yang
tertulis tidak dapat ditentukan. Jika saja saya diizinkan mengajukan dua contoh
pribadi:
-Seorang
misionaris penah berkata padaku bahwa ia telah berjumpa dengan seorang Kristen
di sebuah desa terpencil Meksiko yang telah dituntun pada kebenaran dengan
membaca salah satu traktatku
-Saya
pernah mengajar di Selandia Baru ketika seorang pemuda mendekatiku untuk ikut
pelayanan. Walau bukan seorang Kristen, ia telah mempelajari sejumlah tulisanku
ketika ia tinggal di Singapura,dan, melihat namaku di surat kabar, datang untuk
mendengarkan injil selama ibadah yang kulayani.
-Saya
pernah menerima sebuah surat dari sebuah monastari Budha di Timur Jauh, seorang
pendeta telah membaca salah satu artikelku dan ingin mendiskusikan sejumlah
soal religious dengan penulisnya.
Dan karena itu, saya
mendorong para pemuda dan pemudi untuk menulis. Ini akan mengembangbiakan
sebuah upah disiplin personal. Ini akan membantumu dalam membangun
pikiran-pikiran yang makin lama akan makin murni. Itu akan memberikanmu sebuah
penyimpanan informasi yang darinya kamu akan tarik dalam upaya untuk mengajar
orang-orang lain. Akhirnya, ini akan meluaskan pengaruhmu jauh melampaui umurmu
di muka bumi ini.
Diterjemahkan
dan diedit oleh Martin Simamora
No comments:
Post a Comment