Apa
yang Terjadi Pada Seorang Saat Kematian
Oleh: Wayne
Jackson
Christian
Courier
Ketika tubuh manusia
mati, tubuh itu kembali ke debu atau tanah pembusukan (Kejadian 3:19;
Pengkhotbah 12:&;2Korintus 5:1), di situlah tubuh itu menanti “hari akhir”
sejarah bumi (Yohanes 6:44,54).Pada momen itulah tubuh akan dibangkitkan dalam
sebuah bentuk baru, sebuah tubuh kekal (Daniel 12:2; Matius 10:28; 1Korintus
15:54). Tubuh manusia tidak “didaur ulang” secara beruntun dalam sebuah
rangkaian tubuh-tubuh daging, sebagaimana digagaskan dalam agama-agama yang
meyakini dogma “reinkarnasi”.
Tetapi bagaimana dengan orang yang ada dalam tubuh
tersebut? Apa yang terjadi dengan jiwanya” Kemanakah itu akan pergi?
Bagaimana
dengan Roh-Roh Orang Mati?
Tubuh telah
dilengkapi oleh Sang Kreator dengan sebuah “jiwa” atau “roh”- terminologi-terminologi
ini telah kerap saling dipertukarkan
pada pemakaiannya (bandingkan dengan Yohanes 12:27;13:21). Jiwa meninggalajn
tubuh saat kematian (Kejadian 35:18; bandingkan dengan Yakobus 2:26) dan tetap
dalam sebuah keadaan terpisah sampai kebangkitan umum.
Keadaan jiwa atau roh
semacam ini disebuat Hades 10 kali dalam Perjanjian Baru. Hades berasal secara
langsung dari kata bahasa Yunani menjadi bahasa Inggris, huruf demi huruf.
Beberapa pihak mengatakan kata tersebut
berasa dari prefiks negatif a (“tidak”)
dan eido (“terlihat”), karena itu dimaknai sebagai “yang tak terlihat,”(dari
sudut pandang orang yang masih hidup di bumi). Pada sisi lain ada yang
mengatakan kata tersebut dari hado yang menyiratkan “semua menerima.”
Dalam Alkitab versi
King James, terminologi Yunani hades diterjemahkan menjadi “neraka”, tetapi ini
tidak benar. Hades adalah nama umum untuk keadaan semua roh orang yang telah
meninggal, apakah orang benar atau orang jahat.
Roh Yesus ada di
Hades, dibagian lain disebut sebagai “pangkuan Abraham” (Lukas 16:22) atau “Firdaus”
(Lukas 23:43), sementara tubuhnya terbaring di dalam kubur (Kisah Para Rasul
2:27). Dalam teks berikutnya jiwa-jiwa yang tinggal di rumah dibedakan dari
yang tinggal di kubur (dimana tubuh daging secara normal rusak) dengan terminologi
“neither” (ini dalam alkitab versi KJV).
Seperti juga, orang
kaya yang egois (disebutkan oleh Kristus) telah menderita sengsasar di Hades (Lukas 16:23).
Hampir serupa dengan ini, inilah keadaan yang sama dengan apa yang disebut “neraka,”
tartarus, sebuah kondisi malaikat-malaikat pemberontak yang “telah dibelenggu
oleh kegelapan” (2Petrus 2:4), dan telah disimpan hingga dibuang ke tempat
utamanya dalam “neraka”,gehenna. Keadaan ini adalah tempat layak final bagi
semua yang jahat-baik malaikat-malaikat jahat (termasuk Satan) dan
manusia-manusia jahat (Matius 25:41; Wahyu 20:10).
Roh-Roh
Disatukan dengan Tubuh-Tubuhnya
Pada saat Kristus datang
kembali, semua tubuh akan dibangkitkan dari mati (Yohanes 5:28-29; Kisah Para
Rasul 24:15). Ketika Tuhan turun dari surge ia akan membawa bersama dengannya
roh-roh benar yang tubuh-tubuhnya “tidur” sebab mereka mati (1Tesalonika
4:14,16). Terkait ini, Hiebert menyatakan”:
“Those
now in heaven in a disembodied state, will Christ bring with him” (1971,
200-201).
[“mereka
yang saat ini di surge dalam sebuah keadaan tak bertubuh, akan dibawa Kristus
bersamanya]
Dibagian lain dalam epistel
atau surat ini, rasul Paulus mengatakan “kedatangan Tuhan kita Yesus dengan
semua orang kudusnya” (1Tesalonika 3:13). Hampir semua ahli Nampak mempercayai
bahwa “orang-orang kudus” mencakup malaikat-malaikat serta juga orang-orang
yang telah ditebus Kristus, walau yang belakangan adalah makna umum dalam
Perjanjian Baru. Lenski menyatakan bahwa
“tidak ada dukungan” untuk sebuah rujukan bagi malaikat-malaikat dalam nas
ini (1961, bandingkan dengan Vincent,
1972, 939). Dua teks itu (1Tesalonika 3:13;4:14) secara pasti saling melengkapi
satu sama lain.
Terminologi “tidur”
tidak pernah digunakan untuk jiwa-hanya untuk tubuh (Daniel 12:2; Yohanes 11:11
dst). “Hades” kemudian akan melingkupi maknanya (Wah 1:18;20:13-14), karena
baik orang benar dan orang jahat akan ditentukan ke tujuan-tujuan final mereka
dengan tubuh-tubuh mereka yang hancur (1Korintus 15:53-54) dan jiwa-jiwa yang
kekal, disatukan kembali (Daniel 12:2; Matius 10:28; 2Korintus 5:1 dst).
Akankah
yang Telah Diselamatkan Bersama Dengan Kristus Segera Setelah Kematian?
Akan tetapi, siapapun
harus ingat, bahwa tak satu teks juga mengandung sebuah gambar penuh mengenai
keadaan roh-roh manusia yang telah tak bertubuh ini. Kumpulan lengkap
informasinya harus dirakit dari berbagai nas, yang masing-masing mengkontribusikan
data-data terkandungnya masing-masing.
Salah satu
diantaranya ada dalam Epistel Korintus Kedua, di surat ini Paulus telah
mengafirmasikan 14 tahun sebelumnya telah “diangkat hingga ke langit ketiga”
dan “masuk ke dalam Firdaus,” tak mengetahui apakah dalam keadaan bertubuh atau
“sedang terpisah dari tubuh” (2Korintus 12:2 dst). Ada sebuah kedekatan yang
nyata, atau hubungan, antara “langit ketiga” dan “Firdaus” (bandingkan dengan
Wahyu 2:7;22:2). Sejumlah ahli memandang dua ekspresi tersebut bersifat sinonim (Hodge, 1860, 282;
Barnett, 1997, 562).
Karena itulah, orang
tak seharusnya berpandangan, bahwa orang-orang Kristen yang meninggal tidak
akan berjumpa Kristus sampai setelah Kristus. Pandangan yang demikian
menyangkali kesaksian Perjanjian Baru, baik secara eksplisit dan implisit (Kisah
Para Rasul 7:59; Fil 1:23;2 Kor 5:8; 1 Tes 4:14b,16a;5:10;Wahyu 6:9). Marilah
kita mempertimbangkan nas-nas ini untuk
sesaat.
Doa Stefanus-Kisah Para Rasul
7:59
Sementara
Stefanus sedang dirajami, ia telah memandang “ke dalam surga” dan telah melihat
Yesus berdiri pada sebelah kanan Allah. Memanggil Kristus, ia mengajukan
permintaan: “Tuhan Yesus, terimalah rohku” (Kisah Para Rasul 7:59). Tentu saja
ia mempercayai bahwa doanya dikabulkan,
tepat sebagaimana Yesus telah melakukannya di bibir kematiannya (Lukas 23:46)
dan bahwa jiwanya akan bersama dengan Tuhan.
Jauh Lebih Baik-Filipi 1:23
Selama
masa 2 tahun dalam penjara (Kisah Para Rasul 28), Paulus menanti-nanti
bagaimana permohonannya pada Kaisar akan dijawab (bandingkan dengan Kisah Para
Rasul 25:11). Ia tak yakin (bandingkan dengan Fil 2:19-24). Tetapi satu hal ia
tahu pasti.
Andaikata
ia harus dihukum mati, keadaan non dunianya akan menjadi “jauh lebih baik”
karena ia dapat “berada bersama dengan Kristus” (Fil 1:23). Preposisi “dengan” “tidak
semata kedekatan yang bersifat ruang dengan Kristus tetapi komuni aktif dengan
Kristus” (Harris, 1971, III.1207). Terkait ini, Gordon Fee berpendapat bahwa
bahasa tersebut “sedang menyiratkan sebuah periode yang mana seorang sedang
bersama dengan Tuhan dalam “eksistensi tanpa tubuh” (1995, 148).
Di Rumah Dengan Tuhan- 2Korintus
5:8
Serupa
juga, Paulus mengatakan bahwa ketika orang Kristen “meninggalkan tubuh ini,”
yaitu rohnya pergi meninggalkan tubuhnya (dan ia meninggal dunia), ia pada
dasarnya sedang “ada di rumah dengan [pros] Tuhan” (2Kori 5:8). Preposisi pros
dalam konteks ini, sebagaimana pada kasus Yohanes 1:1b terkait komuni
pra-inkarnasi antara sang Firman
[Kristus] dan Allah, menyiratkan sebuah “komuni interpersonal dinamik, sebuah
persekutuan mutual yang telah mapan” (Harris, op. cit., 1205).
A.T.Robertson
telah menggambarkannya sebagai sebuah “percakapan tatap muka dengan Tuhan…sebuah
hubungan hidup, percakapan yang intim” (1919,625). Sebagaimana ahli lainnya,
mengomentari Surat Korintus Kedua 5:6-8, berpendapat:”Eksistensi secara tubuh
tidak ada dariTuhan…persekutuan penuh hanya mungkin” tanpa “eksistensi tubuh
ini” (Harris, op. cit., 1205).
Rasul
ini merindukan sebuah relasi dengan Kristus sendiri secara intim, terbuka dan
total. (Melick, 1991, 85).
Perhatikan,
Charles Hodge dari Seminari Princeton, telah berpendapat seperti ini:
“The
Christian’s heaven is to be with Christ, for we shall be like him when we see
him as he is. Into his presence the believer passes as soon as he is absent
from the body, and into his likeness the soul is at death immediately
transformed; and when at the resurrection, the body is made like unto his
glorious body, the work of redemption is consummated” (1860, 123).
[Surga
Kristen harus bersama dengan Kristus, karena kita akan diserupakan sepertinya
ketika kita memandangnya sebagaimana Ia adanya. Kedalam hadirat-Nya orang
percaya masuk segera setelah ia meninggalkan tubuhnya, dan masuk kedalam
keserupaannya jiwa orang itu pada kematiannya secara segera ditransformasikan;
dan ketika pada kebangkitan, tubuh dibuat seperti pada tubuh kemuliaannya, karya
penebusan digenapkan secara total” (1860, 123).]
Diterjemahkan
dan diedit oleh dengan penuh pengucapan syukur dari jiwaku yang terdalam: Martin
Simamora
Soli
Deo Gloria
Solus
Christus
Sola
Gratia
Kutipan
dan Referensi Untuk Artikel ini:
Barnett, Paul. Second Epistle to the
Corinthians. Grand Rapids, MI: Eerdmans. 1997.
Bengal, John A. Gnomon of the New
Testament. Edinburgh, Scotland: T. & T. Clark. 3 Vols. 1877.
Boettner, Loraine. Immortality.
Philadelphia, PA: Presbyterian & Reformed. 1956.
Danker, F.W. et al. Greek-English
Lexicon of the New Testament. Chicago, IL: University of Chicago. 2000.
Dods, Marcus. The Expositor’s Greek
Testament. W. Robertson Nicoll, ed. Grand Rapids, MI: Eerdmans. 1956.
Erickson, Millard J. Christian
Theology – Second Edition. Grand Rapids, MI: Baker Academic. 1998.
Fee, Gordon. Paul’s Letter to the
Philippians. Grand Rapids, MI: Eerdmans. 1995.
Godet, F. The Gospel of St. Luke.
Edinburgh, Scotland: T. & T. Clark. 2 Vols. 1879.
Grundmann, Walter. Theological
Dictionary of the New Testament. G. Kittel, ed. Grand Rapids, MI: Eerdmans.
10 Vols. 1964.
Harris, M.J. “Prepositions.” The New
International Dictionary of New Testament Theology. C. Brown, ed. Grand
Rapids, MI: Zondervan. 1971.
Harris, R. Laird. Man — God’s
Eternal Creation. Chicago, IL: Moody. 1971.
Hendriksen, William. Thessalonians,
Timothy, Titus. Grand Rapids, MI: Baker. 1979.
Hiebert, D. Edmond. The Thessalonian
Epistles. Chicago, IL. Moody. 1971.
Hodge, Charles. An Exposition of
Second Corinthians. New York, NY: Robert Carter & Brothers. 1860.
Knight, George W. The Pastoral
Epistles. Grand Rapids, MI: Eerdmans. 1992.
Lenski. R.C.H. Colossians,
Thessalonians, Timothy, Titus, Philemon. Minneapolis, MN: Augsburg. 1961.
Melick, Jr., Richard R. Philippians
– The New American Commentary. Nashville, TN. 1991.
Morris, Leon. First & Second
Thessalonians. Grand Rapids, MI: Eerdmans. 1991.
Morris, Leon. The Gospel of John –
Revised. Grand Rapids, MI: Eerdmans. 1995.
Robertson, A.T. A Grammar of the
Greek New Testament in the Light of Historical Research. London, England:
Hodder & Stoughton. 1919.
Spicq, Ceslas. Theological Lexicon
of the New Testament. Peabody, MA: Hendrickson. 3 Vols. 1994.
Stein, Robert. Difficult Passages in
the New Testament. Grand Rapids, MI: Baker. 1990.
Tenney, Merrill. John – The
Expositor’s Bible Commentary, Frank Gaebelein, ed. Grand Rapids, MI:
Zondervan. 1981.
Terry, Milton S. Biblical
Hermeneutics. New York, NY: Eaton & Mains. 1890.
Vincent, Marvin. Word Studies in the
New Testament. Wilmington, DL: Associated Publishers. 1972.
Woods, Guy N. The Gospel According
to John. Nashville, TN: Gospel Advocate. 1981.
No comments:
Post a Comment