Martin Simamora
Problem Dunia:
Siapakah Yesus Sesungguhnya?
(Lebih dulu di “Bible Alone”-Senin,18 Juli 2016- telah diedit dan dikoreksi)
Bacalah lebih
dulu:”bagian 6”
Problem tersebut
adalah sebuah poin yang tak mungkin diabaikan atau lebih tepatnya: itulah
jawaban untuk pertanyaan apakah tujuan kedatangan Sang Firman ke dalam dunia
yang adalah Allah dengan cara menjadi manusia di tengah-tengah manusia (bacalah:
Yohanes 1:1,14,18; Ibrani 1:6; Ibrani 2:7,9,14; Ibrani 8:1-5; Ibrani 9:11-12;
Ibrani 9:24-26; Ibrani 10:5-7)
Problem ini sudah ada
sejak dahulu. Telah ada pada kekontemporeran Yesus, tetapi ini bukan sebuah problem yang problematik pada pihak Yesus, sebab senantiasa
perkataan Yesus itu sendiri menghasilkan realitas yang menggenapi perkataan dan
pengajarannya. Coba, misal, perhatikan episode-episode ini agar membantu
memahami aspek apakah tujuan kedatangan Yesus ke dalam dunia ini:
Lukas
11:14-20 Pada suatu kali Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang
membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka
heranlah orang banyak. Tetapi ada di antara mereka yang berkata: "Ia
mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan." Ada pula yang
meminta suatu tanda dari sorga kepada-Nya, untuk mencobai Dia. Tetapi Yesus
mengetahui pikiran mereka lalu berkata: "Setiap kerajaan yang
terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti
runtuh. Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri,
bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir
setan dengan kuasa Beelzebul. Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa
Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu
merekalah yang akan menjadi hakimmu. Tetapi jika Aku mengusir setan dengan
kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.
“Heranlah orang banyak,”
bukan sebuah keheranan yang belaka menunjukan ketakjuban pada mujizatnya tetapi pada bagaimana bisa ada seorang manusia
berkuasa atas setan?
Apakah tujuan
kedatangan Mesias itu berkaitan dengan penaklukan pemerintahan setan di dunia
ini atas manusia?
Kita harus memahami bahwa apa yang ada dalam benak orang
banyak kala itu terkait Mesias bersentral pada ia adalah pembebas Israel dalam
makna politis dan pembebas Israel dari problem kesejahteraan hidup seperti
diwakili oleh episode-episode berikut ini:
Yohanes
6:10-12,14 Kata Yesus: "Suruhlah orang-orang itu duduk." Adapun di
tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. Lalu Yesus mengambil
roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di
situ, demikian juga
dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang
mereka kehendaki. Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada
murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak
ada yang terbuang." […]Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka
berkata: "Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan
datang ke dalam dunia." Karena Yesus tahu, bahwa mereka
hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia
menyingkir pula ke gunung, seorang diri.
Bagi
sedikitnya 5.000 orang, Yesus adalah nabi yang akan mengatasi problem
kesejahteraan mereka. Sebuah jaminan hidup untuk senantiasa dikenyangkang oleh
Yesus sesuai keinginan mereka. Bagi
mereka itulah divinitas Yesus, sebuah divinitas atau ketuhanan yang
begitu nyaman bagi jiwa mereka. Tetapi divinitas Yesus bukan di situ dan bukan
itu tujuan kedatangan-Nya, sehingga Yesus menyingkir ke gunung.
Yohanes
12:32-34 Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.
Lalu jawab
orang banyak itu: "Kami telah mendengar dari hukum Taurat,
bahwa Mesias tetap hidup selama-lamanya; bagaimana mungkin Engkau mengatakan,
bahwa Anak Manusia harus ditinggikan? Siapakah Anak Manusia itu?"
Ini
adalah dialog paling krusial dan sangat menentukan penerimaan terhadap Yesus
akankah berhasil atau gagal. Berbicara
Mesias, orang-orang Yahudi paham
sekali bahwa Mesias tidak akan mengalami kematian atau setidak-tidaknya “kematian”
bukanlah sebuah urusan yang akan sedikit saja terbayangkan oleh mereka sebagai
sebuah urusan yang akan dimasuki oleh seorang Mesias. Tujuan versi orang banyak
dan versi Yesus sudah sangat berbeda. Mereka tak tahu bahwa tujuan kedatangan
Yesus bukan soal versi siapakah tetapi soal itulah tujuan ilahi yang dibawanya
masuk ke dalam dunia ini. Perhatikanlah penjelasan Yesus sebelumnya:
Yohanes
12:18-19 Sebab itu orang banyak itu pergi menyongsong Dia, karena mereka mendengar,
bahwa Ia yang membuat mujizat itu. Maka
kata
orang-orang Farisi seorang kepada yang lain: "Kamu lihat
sendiri, bahwa kamu
sama sekali tidak berhasil, lihatlah, seluruh dunia datang mengikuti
Dia."
Ini
luar biasa sebab pada poin ini Yesus di mata orang banyak sukses bahkan
dikalangan orang Farisi sampai tercetus ujaran ini: “Kamu lihat sendiri, bahwa
kamu sama sekali tidak berhasil, lihatlah, seluruh dunia datang mengikut Dia.”
Sejauh
momentum ini Yesus tak mengalami rejeksi yang berarti di kalangan rakyat dan
bahkan kalangan pemimpin agama harus mengakuinya. Ujaran “lihatlah, seluruh
dunia datang mengikut Dia” merupakan ujaran yang lahir dari ekspektasi Mesias
yang memenuhi hasrat mereka di dunia ini untuk mereka sendiri atau berakar dari
ekspektasi yang datang dari dunia respons semacam ini: “orang banyak itu pergi
menyongsong dia, karena mereka mendengar, bahwa Ia yang membuat mujizat itu
(ini termasuk membangkitkan orang mati yang bernama Lazarus, pada Yohanes
12:1 yang bersamanya Yesus bersantap
makanan bersama)” merupakan pemikiran bahwa untuk itulah Yesus datang.
Maka
memang ketika mereka tahu bahwa Yesus memiliki kuasa untuk melakukan
berbagai-bagi mujizat termasuk membangkitkan Lazarus yang bahkan makan bersamanya, kegilaan apakah
sampai perlu ia berkata seperti ini:
Yohanes
12:23-24 Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke
dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan
banyak buah.
Membicarakan
kematian? Bukankah itu berlawanan dengan
Taurat?
Orang-orang
Yahudi tentu sangat familiar dengan:
Yesaya
9:7 Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas
takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya
dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya.
Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini
2
Samuel 7:16 Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di
hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk
selama-lamanya."
Mazmur
89:35-37 Sekali Aku bersumpah demi kekudusan-Ku, tentulah Aku tidak akan
berbohong kepada Daud: Anak cucunya akan ada untuk selama-lamanya, dan takhtanya seperti
matahari di depan mata-Ku. seperti bulan yang ada selama-lamanya, suatu saksi
yang setia di awan-awan."
Belum
juga menjadi penerus takhta Daud untuk menduduki kursi Daud sehingga dapat
menjadi Mesias atau Sang Pembebas Israel, sudah bicara mau mati?
Problemnya
bukan hanya itu? Karena kita harus pahami bahwa “untuk selama-lamanya” dalam
konsep mesianik yang dipahami oleh orang-orang Yahudi, bukan dalam konsep abadi
apalagi kekal. Bagi Israel konsep “selama-lamanya” adalah “Anak cucunya akan ada
untuk selama-lamanya.” Dengan kata lain, selama-lamanya merujuk pada
ketakterpustusan keturunan Daud untuk menduduki takhta Daud. Jika mereka telah
menerima Yesus sebagai keturunan Daud, mengapa pula Yesus membicarakan kematian
dan bangkit kembali: “biji gandum tidak jatuh ke
dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan
banyak buah.
Jadi
pernyataan Yesus yang semacam ini terkait tujuannya datang untuk mati dan
setelah mati ia bangkit:
Yohanes
12:27 Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa,
selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke
dalam saat ini.
Bagi
Yesus Ia adalah suksesor terakhir. Bagi orang-orang Yahudi Ia adalah salah satu
penerus dari banyak penerus-penerus yang berhak duduk di atas takhta Daud.
Bagi
Yesus kini makna “selama-lamanya” telah berubah dari “anak cucu Daud yang akan
terus menduduki takta Daud” menjadi “Ia telah bangkit dari kematian sebagai
penakluk kematian sehingga Ia memiliki kekekalan memerintah di atas takhta
Daud.
Jadi
begitu tajam benturan tersebut.
Tetapi
ini bukan debat kusir, bukan perang tafsir dan bukan sama sekali soal “Yesus bisa
jadi salah. Ini langsung diselesaikan oleh Bapa:
Yohanes
12:28-30 Bapa, muliakanlah nama-Mu!" Maka terdengarlah suara dari sorga:
"Aku telah memuliakan-Nya, dan Aku akan memuliakan-Nya lagi!" Orang
banyak yang berdiri di situ dan mendengarkannya berkata, bahwa itu bunyi guntur.
Ada pula yang berkata: "Seorang malaikat telah berbicara dengan Dia."
Jawab
Yesus: "Suara itu telah terdengar bukan oleh karena Aku, melainkan oleh
karena kamu.
Perdebatan
“bagaimana mungkin Mesias mengalami kematian” diselesaikan melalui peristiwa
yang ajaib dan sasaran pengalaman tersebut dikhususkan bagi mereka yang
mempertanyakan tujuan Yesus dengan kematiannya, walau memang pemahaman mereka
paling tinggi adalah: ‘seorang malaikat telah berbicara dengan Dia” dengan
pesan yang jelas (sehingga bisa tercatan dalam injil ini) yaitu: "Aku
telah memuliakan-Nya, dan Aku akan
memuliakan-Nya lagi!
Dalam
cara apa Bapa mempermuliakan penerus takhta Daud itu? Dengan ini:
Yohanes
12:28 Jawab Yesus: "Suara itu telah terdengar bukan oleh karena
Aku, melainkan oleh karena kamu.
Dalam
cara apa Bapa akan memuliakan Yesus lagi? Dengan ini:
Yohanes
12:31 Sekarang
berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan
dilemparkan ke luar; dan Aku, apabila Aku
ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku."
Ini
dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana
caranya Ia akan mati.
Kematian
Yesus bukan kematian untuk matinya seorang manusia bernama Yesus demi kebenaran
dan demi ketaatan pada Allah sehingga dapat menjadi corpus delicti bagi banyak
anak-anak Allah bahwa seharusnya merekapun dapat sebagaimana Yesus, dan untuk
kemudian dapat membungkam iblis dalam pengadilan Allah kelak.
Apa yang diungkapkan
Yesus begitu berbeda dengan apa yang telah diajarkan oleh pendeta Dr. Erastus
Sabdono. Coba perhatikan saja penjelasan Yesus berikut ini:
Sekarang
berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan
dilemparkan ke luar; dan Aku, apabila Aku
ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik
semua orang datang kepada-Ku."
Tak
ada sama sekali hubungan Yesus terhadap orang beriman sebagai corpus delicti,
sebaliknya: Aku akan menarik semua orang dating kepada-Ku.
Kapankah itu
terjadi? Kapan Ia akan menarik semua orang datang kepada
Yesus? Kala IA DITINGGIKAN DARI BUMI atau kala dia digantung di antara bumi dan
langit pada kayu salib! Kala anda membaca satu peristiwa yang kelihatan begitu
termarjinalkan dalam peristiwa kematian Yesus, sebetulnya peristiwa yang termarjinalkan dalam kemencekaman alam
merupakan pucuk kecil gunung es dari penggenapan “Aku akan menarik semua orang
kepada-Ku”:
Matius
27:54 Kepala
pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat
takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu berkata:
"Sungguh,
Ia ini adalah Anak Allah."
Jika
ada satu orang menjadi beriman pada Yesus sehingga dapat berkata “sungguh, Ia
ini adalah Anak Allah” dan dia adalah seorang kepala pasukan Roma, maka
kemungkinan ada lebih banyak orang lagi saksi mata yang beriman karena
peristiwa ini dan karena kebangkitannya, tak dapat ditutup kemungkinannya
sehingga mereka menjadi saudara-saudara seiman dalam Kristus. Perhatikan ini:
1Korintus
15:6 Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus;
kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah
meninggal
Jadi, siapakah Yesus, kemudian, inilah
yang menjadi problem bagi manusia dan bagi dunia ini. Dan
siapakah gerangan diri-Nya bagi manusia telah menunjukan problem ini begitu problematik
bagi pihak manusia, sebagaimana nampak dalam respon mereka terhadap Yesus:”ada
di antara mereka yang berkata: "Ia mengusir
setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan." Yesus
diasosiasikan dengan setan bukan berdasarkan bukti tetapi karena keheranan yang
negatif. Dibutuhkan sebuah kegoncangan yang dahsyat dan ketaksiapan atau
ketakberdayaan untuk menerima siapakah Yesus secara negatif dan begitu gelap[terhadap
ekspektasi dan penerimaan manusia pada penerimaan akal budi], atau bukan sebagaimana sangkaan atau keyakinan banyak orang yang
berdasarkan pengajaran Kitab Suci dalam pemahaman yang telah mereka terima
secara turun-temurun; Yesus dalam keilahian atau bahwa Ia adalah sumber
kehidupan kekal dari Allah tepat pada dirinya sendiri ,sangat berlawanan dengan
pemahaman pikiran-pikiran manusia tepat pada kesaksian Kitab Suci. Bandingkan juga
dengan:
Yohanes
5:39-40 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya
kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi
kesaksian tentang Aku,
dan
5:46
Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku,
sebab ia telah menulis tentang Aku.
Sehingga memang
sangat mudah untuk berpikir dan menuding Yesus, sebagai yang berasal dari
setan, tak peduli, sebelumnya, di
hadapan banyak orang, ia baru saja mengusir setan dari dalam diri seorang
manusia. Tak bisa membantah bukti yang tampil di depan mata dan dalam kemampuan optik
[maksudnya dapat diobservasi oleh segenap indera manusia] mata untuk mengenali bahwa
peristiwa yang dihasilkan atau diciptakan Yesus dengan mulutnya, begitu
menggentarkan jiwa.
Mata mereka bersaksi
bagi pikiran mereka, tapi tak berdaya, sementara telinga mereka jelas bersaksi
bagi pikiran mereka bahwa Yesus
bukan sedang menggelar pengajaran
di sebuah kelas di STT/Seminari, atau
merancang teologia ala Yesus, namun segenap diri mereka sedang berjumpa
dengan perbuatan Yesus yang tak dapat diadopsi jiwa manusia.
Demonologi
semacam ini: “Setiap kerajaan yang
terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti
runtuh. Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri,
bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir
setan dengan kuasa Beelzebul. Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa
Beelzebul,” bukan lahir dari sebuah perenungan dan penyelidikan Kitab
Suci secara maraton non stop, tetapi sebuah upaya memanusiawikan kuasanya yang
begitu mulia dan sedang menggoncangkan jiwa dan pikiran manusia agar dapat dipahami
oleh pikiran manusia dapat didekati, disentuh dan diraba oleh indera manusia.
Demonologi demikian merupakan upaya Yesus untuk meminiaturkan kemegahan dan
kemuliaan kuasanya dalam deskripsi yang dapat diraba oleh pikiran manusia. Dan
memang benat ini adalah upaya Yesus untuk meredakan kegoncangan jiwa
manusia-manusia yang menyaksikannya: “Tetapi Yesus
mengetahui pikiran mereka.”
Siapakah Yesus? Ini sebuah problem
yang keras pada pihak manusia dalam situasi atau fakta: satupun pembantahan tak
dapat diajukan terhadapnya.
Perhatikanlah episode
ini:
Matius
8:23-27 Lalu Yesus naik ke dalam perahu dan murid-murid-Nyapun mengikuti-Nya.
Lalu Yesus naik ke dalam perahu dan murid-murid-Nyapun mengikuti-Nya. Maka
datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: "Tuhan, tolonglah,
kita binasa." Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu takut, kamu
yang kurang percaya?" Lalu bangunlah Yesus
menghardik angin dan danau itu, maka danau
itu menjadi teduh sekali. Dan heranlah
orang-orang itu, katanya: "Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?"
Ia bukan datang hanya
untuk menanggung penghukuman karena dosa, juga bukan datang untuk mati sebagai
sebuah ketaatan dan penghormatan pada Bapa yang akan membuktikan dirinya memang
layak atau pantas menjadi Anak Allah satu-satunya, sehingga dibangkitkan dari
kematian. Bukan itu tujuan Yesus! Ia mati secara demikian agar Ia dapat menarik
semua orang yang ingin ditariknya sehingga menjadi percaya dan menerima Ia
adalah Mesias dan Anak Allah dalam makna memiliki kekekalan dan dalam makna Ia
memang memiliki taktanya tersendiri di hadapan Bapa sebagai yang turut
bersama-sama dengan Bapa, memerintah (Ibrani 1:1-3)
Sehingga pengajaran Yesus dapat menjadi corpus delicti
bagi anak-anak Allah tidak pernah diajarkan oleh Yesus.
Harus diperhatikan
kalaupun siapapun mau memasukan konsep “corpus delicti” yang pada faktanya
tidak diajarakan dan tidak menjadi tujuan Yesus, maka setiap anak-anak Allah
memiliki problem mematikan pada dirinya sendiri, yaitu tak satupun dari
anak-anak Allah dapat membuat setan yang taat kepadanya, seperti ini:
Markus1:27
Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: "Apa
ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahatpun diperintah-Nya dan mereka taat
kepada-Nya."
Pengajaran
pendeta Erastus Sabdono kala membangun teori corpus delicti begitu mengabaikan
eksistensi Yesus kala ia dapat menjadi corpus delicti ia pada dasarnya berkuasa
atas Setan dalam cara tak satupun setan dapat berbantah-bantahan dengannya.
Apakah pendeta Erastus memiliki solusi bagi anak-anak Allah agar dapat
berkualitas sebagaimana Yesus yang dalam menjadi corpus delicti bagi anak-anak
Allah, ia berkuasa penuh atas setan? Yesus memiliki sumber kuasa yang
melampaui kerajaan dunia ini dalam ia
menjadi corpus delicti, kalaupun saya mengikuti teori corpus delicti. Ini
adalah poin penting, teramat penting untuk mau menjadi orang yang sanggup
memberikan barang bukti yang menunjukan kesalahan iblis yang kokoh dalam
pengadilan Allah. Bukankah butuh sebuah keistimewaan yang dahsyat untuk dapat menghadirkan
barang bukti kejahatan iblis dalam pengadilan Allah? Mana mungkin kan kalau
hanya manusia biasa dengan hanya determinasi untuk mentaati Allah lalu
sekonyong di tangan ini dan di tubuh ini ada barang bukti kejahatan Allah dan bias
tiba selamat di ruang pengadilan Allah tanpa dicegat dan dibinasakan oleh para
malaikat kegelapan?? Mengapa hal semacam ini diabaikan? Bukankah Kerajaan
kegelapan itu dalam tafsir pendeta Erastus bahkan lebih hebat daripada Allah
sehingga membutuhkan pertolongan manusia?
Pendeta Erastus juga
kelihatannya lupa atau tak mau tahu bahwa Yesus dalam menjadi corpus delicti (sekali lagi, jika saya harus mengikuti
teorinya ini) maka seharusnyalah bahwa ia berkuasa atas peristiwa-peristiwa
alam yang dikatakan sebagai alam berelasi dengn Yesus sebagai pihak yang taat
kepada Sang Mesias, dikatakan: “taat kepada-Nya”
Lalu
bangunlah Yesus menghardik
angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali. Dan heranlah orang-orang itu, katanya:
"Orang
apakah Dia ini, sehingga angin
dan danaupun taat kepada-Nya?"
Jika saya harus
mengikuti ajaran pendeta Dr. Erastus Sabdono maka profil Yesus adalah profil
yang dalam ia mentaati apapun kehendak Bapa adalah sebagai sosok yang pada
dirinya melekat secara utuh kuasa pemerintahan atas alam dan kerajaan iblis! Bekerja
berdasarkan lidahnya yang menyatakan apapun maunya Anak Manusia itu!
Bagaimana pendeta
Erastus memberikan solusi atas problem semua anak-anak Allah yang tidak mungkin
menginkorporasikan kuasa Yesus atas alam dan kerajaan maut agar sebagaimana
Yesus adanya dalam mentaati dan menghormati Bapa? Bukankah hal itu harus
dicapai terlebih dahulu sehingga baru valid disebut anak-anak Allah,
sebagaimana Yesus harus memiliki terlebih dahulu hal itu sehingga ia dapat
mentaati dan menghormati Bapa sampai mati dalam ketaatan? Ketaatan yang
divinitas sekali, dengan demikian! Berdasarkan teori corpus delicti ala pendeta
Erastus saja, jelas terlihat tak satupun bisa menjadi corpus delicti selain
dalam angan dan impian.
Satu lagi yang begitu
penting harus diperhatikan oleh pendeta Erastus terkait Siapakah Yesus dan
apakah tujuan kedatangannya ke dunia ini. Episode berikut ini kembali
menunjukan bahwa gagasan menjadi corpus delicti sebagaimana Yesus adalah
gagasan yang tak meneladani Yesus jika hal berikut ini pun dianggap tak
penting.
Markus
2:2-12 Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat,
bahkan di muka pintupun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka,
ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat
orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu,
lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan
tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Ketika Yesus melihat iman mereka,
berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!"
Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam
hatinya: Mengapa orang ini berkata begitu? Ia
menghujat Allah. Siapa yang dapat
mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri? Tetapi Yesus
segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata
kepada mereka: "Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu?
Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni,
atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan? Tetapi supaya
kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni
dosa" --berkatalah Ia
kepada orang lumpuh itu--: Kepadamu Kukatakan, bangunlah,
angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu! Dan orang itupun bangun,
segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu,
sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: "Yang begini
belum pernah kita lihat."
Siapakah
Yesus? Dia memang berbeda dengan seseorang yang
berteriak-teriak atau begitu rajin berkhotbah tentang kebenaran yang telah lama
hilang dan kini ditemukan, berdasarkan studi-studi mendalam dengan kekuatan
pikiran atau jiwanya, karena dalam hal Yesus berkata: “hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!”
yang bukan semata klaim, bukan semata pengajaran atau semata manipulasi
pengagungan diri yang dibesarkan oleh keberhasilannya merekrut banyak pengikut
dalam militansi yang membela pengajarannya mati-matian secara membabi-buta,
tidak demikian. Ini semua, bermula dari begitu percayanya orang banyak pada
Yesus tanpa benar-benar mengetahui siapakah Yesus dan sebesar apakah
kuasanya atau adakah batasan-batasan kuasanya itu. Akibatnya, sementara
banyak orang yang menjadi begitu berbahagia karena memperoleh peristiwa
membahagiakan berdasarkan sabda Yesus, tetapi, bersamaan dengan kebahagiaan
itu, juga menyisakan masalah yang begitu besar dan menggoncangkan untuk
beberapa atau banyak orang: siapakah dia dan apakah dengan demikian ia
tak menghujat Tuhan, dengan berkata demikian?
Tetapi, sebagaimana
sebelumnya, ia bukan sedang membusungkan dadanya dan sedang mengambil apa yang
bukan menjadi milik kepunyaannya, sebab siapa yang dapat mencuri dari tangan
Tuhan, pada setiap kepunyaan-Nya. Perhatikan, Yesus, memang sedang menyatakan
hal yang begitu kontroversial pada
pikiran [bukan pada realitas dalam
dunia Tuhan] manusia, karena pikiran manusia tak dapat menghampiri kuasa dan
kekudusan Allah yang begitu berkuasa atas
kuasa dosa.
Camkan baik-baik! Yesus bukan saja
berkata “dosamu diampuni” tetapi mendemonstrasikan realisasi kehidupan yang
telah mengalami pengampunan dosa dalam cara semacam ini: “Kepadamu Kukatakan, bangunlah,
angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu! Dan orang itupun
bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu,”
tak
lama setelah: “berkatalah Ia
kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!” Maka
memang itu menunjukan bahwa Yesus memiliki pada dirinya kuasa untuk mengampuni
dosa, sebagaimana ia memiliki kuasa untuk menghakimi dan melucuti kuasa setan
atas manusia, dan sebagaimana ia memiliki kuasa untuk memerintahkan alam
berperilaku sebagaimana kehendak diri-Nya sendiri. Jadi, ini bukan Yesus
menghujat Allah, sebagaimana tudingan beberapa ahli Taurat, sebab Ia melakukan
apa yang seharusnya dilakukan-Nya sebagaimana adanya Dia.
Bisakah ini kemudian dikatakan sebagai
Yesus dapat menjadi corpus delicti sebagaimana konsepsi pendeta Dr. Erastus
Sabdono? Mungkinkah diri pendeta Dr. Erastus Sabdono
sendiri dapat berkata: “dosamu telah diampuni” sebagai bukti
dirinya telah menjadi atau setidaknya
terus berjuang menjadi corpus delicti sebagaimana yang telah diteladankan
Yesus, sebab ini adalah perbuatan baik termulia yang dapat diberikan manusia
kepada sesamanya: mengampuni dosa walau ia tak bersalah pada dirinya??
Yesus
bukan datang ke dalam dunia ini untuk sekedar menanggung penghukuman tanpa
pengampunan dan tanpa penundukan atas pemerintahan kerajaan iblis, sebab Ia
secara terbuka menyatakan tujuan dirinya berperilaku dan berkata demikian,
memang untuk menunjukan siapakah dia
sesungguhnya berdasarkan kuasa
dan otoritas yang dapat diperlihatkannya: “Tetapi supaya kamu tahu, bahwa
di dunia ini Anak Manusia berkuasa
mengampuni dosa."
Ia
datang bukan untuk menjadi sekedar penanggung hukuman tanpa pengampunan dosa
dan tanpa penaklukan atas kuasa setan, sebaliknya keduanya tanpa terpisahkan!
Yesus Sang Mesias,
dikatakan kontroversial, bukan bagaikan banyak orang yang mengaku dirinya
adalah Tuhan atau dirinya adalah nabi abad ini yang menerima kebenaran yang
selama ini terhilang dan tanpa kuasa yang mengatasi setan, dosa dan maut.
Yesus, ketika ia berkata: dosamu telah diampuni, maka wujudnya: orang tersebut
sembuh. Kesembuhan atau pemulihan yang dihasilkan oleh pengampunan dosa! Ini
memang menggoncangkan dan membuat siapapun akan menjadi begitu takut, takut
kalau itu merupakan sebuah kesalahan besar dan mematikan. Yesus memang
mengetahui hal itu dan memberikan dua bentuk penjaminan: (a).Ia melakukan
penyembuhan yang merupakan hasil sabdanya yang berbunyi: “hai anak-ku
dosamu sudah diampuni,” dan (b). sebelum kesembuhan terjadi, ia menegaskan
hal mahapenting ini: “Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia
berkuasa mengampuni dosa.”
Yesus, bahkan, masuk
menyentuh ketakberdayaan hati dan pikiran manusia untuk menerima kebenaran
siapakah dirinya, dengan berkata begini: Manakah lebih mudah, mengatakan kepada
orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah
tilammu dan berjalan?Ini bukan pilihan berganda yang mudah bagi manusia, mau
membuat pilihan yang tersantun pun: ”mengatakan bangunlah,angkatlah tilammu dan
berjalan kepada orang lumpuh,” tetap sama gilanya untuk dilakukan oleh manusia,
mengingat bukankah mulut manusia tak ada yang berkuasa untuk menjinakan
lidahnya sendiri, apalagi untuk melepaskan seorang manusia dari belenggu
kelemahan fisik yang dihasilkan oleh dosa. Ini hendak menunjukan bahwa perkara
ini hanya dapat didekati dengan kuasa yang berkuasa secara absolut atas dosa dan
kematian . Hanya jika ia mahakuasa maka memang ia berkuasa untuk mengampuni
dosa manusia sementara penghakiman akhir pun belum digelar. Juga, siapakah yang
dapat menghakimi, melucuti dan mengusir setan hanya dengan berkata; sebab siapakah yang dapat memerintahkan alam
untuk berperilaku sesuai dengan kehendak yang
bekerja di dalam perkataannya?; sebab siapakah
yang dapat, bukan saja, berkata
dosamu diampuni tetapi seketika berkata
ia juga berkuasa untuk
melahirkan wujud pengampunan dosa itu secara jasmaniah, yaitu kesembuhan.
Sehingga memang
pengutusan Yesus, oleh Bapa, ke dalam dunia ini bukan sama sekali agar Yesus
dapat menjadi corpus delicti bagi anak-anak Allah terkait kekokohan dan
kewibawaan diri Allah dalam pengadilan-Nya atas iblis. Bukan itu sama sekali,
sebab bahkan terhadap kematian yang telah berlangsung berhari-hari, Anak
Manusia berkuasa untuk membangkitkannya dan kemudian menjadikannya pemberita
injilnya:
═Yohanes
11:20-24 Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya.
Tetapi Maria tinggal di rumah. Maka kata Marta kepada Yesus: "Tuhan,
sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarangpun
aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau
minta kepada-Nya." Kata Yesus kepada Marta: "Saudaramu akan
bangkit." Kata Marta kepada-Nya: "Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada
waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman."
Marta percaya akan
kebangkitan orang mati, tapi bukan sekarang ini, nanti! Ia percaya dengan
perkataan Yesus yang berbunyi:” Saudaramu akan bangkit,” namun bukan sekarang,
nanti!
═Yohanes
11:25-27 Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya
kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup
dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau
akan hal ini?" Jawab Marta: "Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah
Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia."
Marta tak meragukan
Yesus sedikit saja bahwa Ia adalah kebangkitan dan hidup berdasarkan percaya
atau iman kepadanya; Marta percaya, berdasarkan percaya kepada Yesus sehingga
sekalipun manusia beriman kepada Yesus itu sudah mati atau meninggal dunia, ia
sudah dipindahkan dari maut ke dalam hidup, bahkan saat masih hidup. Namun,
jelas. Marta tak berpikir bahwa Yesus sedang bermaksud hendak menunjukan
kuasanya atas kematian dan kubur itu sendiri, sekarang ini juga!
Tak satupun manusia
yang hadir melayat dan berduka bersama-bersama, Yesus Sang Mesias mendatangi
kubur, berpikir dan berharap pada Yesus untuk melakukan hal yang tak mungkin
berada di dalam genggaman manusia. Yesus ke kubur bukan untuk berkhotbah, bukan
untuk berteologia, bukan untuk membangun doktrin apapun juga, atau sekedar
berduka, tetapi sedang menunjukan siapakah dirinya dan kuasa apakah yang berada
di genggamannya. Ia pada dasarnya sedang menunjukan bahwa sementara ia berada
dan masih hidup di atas bumi ini, ia pun berkuasa atas dunia yang hanya bisa
dimasuki oleh manusia kala ia sendiri telah ditaklukan oleh kematian,
perhatikanlah hal berikut ini:
═Yohanes 11:31-37 Ketika orang-orang Yahudi
yang bersama-sama dengan Maria di rumah itu untuk menghiburnya, melihat bahwa
Maria segera bangkit dan pergi ke luar, mereka mengikutinya, karena mereka
menyangka bahwa ia pergi ke kubur untuk meratap di situ. Setibanya Maria di
tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan
berkata kepada-Nya: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti
tidak mati." Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang
Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat
terharu dan berkata: "Di manakah dia kamu baringkan?" Jawab mereka:
"Tuhan, marilah dan lihatlah!" Maka menangislah Yesus. Kata
orang-orang Yahudi: "Lihatlah, betapa kasih-Nya kepadanya!" Tetapi
beberapa orang di antaranya berkata: "Ia yang memelekkan mata orang buta,
tidak sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak mati?"
Perhatikan,
ada banyak
orang yang percaya berdasarkan melihat dan mengalami berbagai kuasa mujizat
Yesus, namun jelas, dalam benak mereka, meyakini sekali, kuasa yang dimiliki
Yesus tak akan mungkin pada kuasa yang melawan takdir yang hanya berada dalam
kedaulatan Allah, yaitu kematian yang sudah berlangsung berhari-hari.
Itu sebabnya dalam pengharapan mereka pada Yesus, harapannya hanya setinggi
pada:” masakan dia tak dapat bertindak mendahului
kematiannya?” atau bertindak menyembuhkan sesegera mungkin sebelum
penyakitnya lebih parah dan merengut nyawanya, dengan berkata: “tidak
sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak mati?”
Ini memang momentum,
yang didalamnya, Yesus memiliki sebuah tujuan yang hanya akan terwujud jika
pada dirinya sendiri berdiam dan beroperasi kuasa dan otoritas yang hanya dimiliki Allah!
Dan Allah menyediakan sebuah mayat yang sudah busuk untuk menunjukan
siapakah dan apakah tujuan kedatanganYesus, bahwa Ia datang untuk memberikan hidup dan
kehidupan di dalam Allah.Untuk menentang dan mengoreksi siapakah Yesus bagi
manusia, dalam benak mereka:
═Yohanes
11:39-44 Kata Yesus: "Angkat batu itu!" Marta, saudara orang yang
meninggal itu, berkata kepada-Nya: "Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah
empat hari ia mati." Jawab Yesus: "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu:
Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?" Maka mereka
mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: "Bapa, Aku
mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. Aku tahu,
bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang
berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya,
bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku." Dan sesudah berkata demikian,
berserulah Ia dengan suara keras: "Lazarus, marilah ke luar!" Orang
yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan
kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka:
"Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi."
Yesus berkuasa atas kematian pada sebuah mayat
busuk karena sudah 4 hari meninggal dunia, untuk satu tujuan: agar
manusia percaya bahwa dialah yang diutus Bapa, dan tidak pernah ada yang lain
dan tidak pernah ada kebenaran lain di luar dirinya sebagaimana hanya ada satu
Bapa yang mengutusnya ke dalam dunia ini.
Lazarus pun, beberapa hari kemudian dikenal
sebagai orang yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, tanpa
perlu menunggu pada zaman yang masih harus ditunggu, tetapi sekarang. Bahkan, ia pun duduk
makan semeja dengan Yesus:
═Yohanes
12:1-2 Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus
yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati." Di situ diadakan
perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan
dengan Yesus adalah Lazarus.
Lazarus, bukan
saja dibangkitkan dan kemudian asal hidup untuk semaunya sendiri, tetapi
didalam kebangkitan hidup yang dilahirkan oleh Yesus Kristus, ia telah hidup
untuk kemuliaan kehidupan yang datang dari Allah, bukan bagi kematian. Itu telah menggelisahkan
sejumlah besar orang Yahudi:
═Yohanes
12:9-11 Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal
Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. Lalu imam-imam kepala
bermupakat untuk membunuh Lazarus juga, sebab karena dia banyak
orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus. sebab
karena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada
Yesus.
Kuasa dan otoritas
pada ucapan dan perbuatan Yesus telah menunjukan siapakah Yesus, dan itu sesuai
dengan maksud Allah, untuk menunjukan: apakah tujuan
Bapa dalam mengutus Anak-Nya. Jikalau iblis dan kematian
bertekuk lutut dalam penghakimannya dan penghukumannya pada kuasa iblis yang
bekerja merasuk dan memerintah manusia, maka jelas, tak mungkin terjadi sebuah
masalah dengan Bapa terhadap iblis terkait bukti atau corpus delicti untuk
pengadilan kelak, atau Allah punya
masalah berupa tak memiliki bukti solid
atau kokoh sehingga membutuhkan anak-anak Allah yang mau berjuang menjadi
corpus delicti. Selain apa yang dipikir sebagai problem corpus delicti, yang
disangka pendeta Erastus, sebetulnya hanyalah soal saat atau waktu yang telah
ditetapkan Allah kapankah iblis dihukum dan didalam hal itu baik Anak akan dimuliakan
Bapa secara gemilang, sebagaimana kemuliaan Bapa.
Marta yang percaya
bahwa ada kebangkitan atas orang mati, tetapi nanti, bukan sekarang, telah
melihat realitas bahwa Anak Manusia itulah yang memiliki kuasa itu tepat pada
dirinya dan dalam kendali tangannya sendiri.
Ini menunjukan
introduksi kuasa Yesus yang penggenapannya akan berlangsung dalam kepastian
yang berdaulat penuh dan kemuliaan yang penuh, nanti, tanpa sedikit saja
indikasi bahwa Bapa membutuhkan corpus delicti untuk menghakimi iblis. Jika
pemerintahan maut saja sudah tak berdaya sementara Yesus belum mati dan
melucuti pemerintahan iblis dalam kematiannya [Ibrani 2:14], maka sangat jelas
betapa dahsyatnya kuasa penghakiman Yesus dan Bapa, atas dunia kematian yang
diperintah iblis. Jadi, sama sekali tidak seperti yang diajarkan atau begitu
bertentangan dengan asumsi-asumsi yang diajukan oleh pendeta Erastus
Sabdono.
Bersambung ke bagian 8
Segala
Kemuliaan Hanya Bagi Allah
No comments:
Post a Comment