Mengapa
Mentaati Yesus Bukan Opsional(4)
“Lesson 28: Why Obedience Is Not Optional
(Luke 6:46-49)”
Alih
bahasa dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia: Martin Simamora
Bacalah lebih
dulu:”bagian 3”
Sebelum banjir, kedua
rumah terlihat sama bagi pengamat biasa, tetapi ada sebuah perbedaan yang teramat luas antara keduanya setelah
banjir melanda. Satu rumah tetap tegak berdiri dan yang lain telah hancur luluh
lantak. Perbedaannya terdapat dalam bagian yang tersembunyi, pondasinya.
Pondasi sangat tidak menarik mata, tetapi bagian tersebut secara mutlak penting
jika anda menginginkan sebuah bangunan untuk bertahan pada jangka waktu yang
panjang. Pondasi ketaatan memampukan seorang Krsiten untuk berdiri kokoh ketika
berbagai problem dan tantangan hidup melanda.
Apa sajakah sejumlah
banjir yang tak terelakan menguji iman kita? Ada ujian-ujian yang kita semua
hadapi—kekecewaan-kekecewaan, berbagai kemunduran, sakit penyakit, kehilangan
orang-orang yang dikasihi, kehilangan sebuah pekerjaan, dikecewakan oleh
keluarga atau sahabat, dan lain sebagainya. Ada banjir-banjir tertentu yang
yang berlangsung seiring semakin bertambah tua—kehilangan kesehatan dan
kekuatan, menjadi terpenjarakan oleh keterbatasan-keterbatasan tubuh kita. Dan
tentu saja ada kematian diri kita sendiri yang mendekati kita secara pasti dan
tanpa lelah. Semua ujian-ujian ini apakah kita benar-benar murid Yesus Kristus
atau hanya sekedar pengikut Kristus yang
setia hanya jika keadaan baik-baik saja dan menyenangkan yang tidak tulus dalam
iman kita.
Lebih jauh lagi, ada
banjir berupa penggodaan-penggodaan yang mendatangi kita dari dunia ini, daging
dan iblis. Dunia yang jahat ini, dibawah pemerintahan Setan, menekan kita tanpa
letih, kerap dalam cara-cara yang begitu tersamar sehingga kita tak
menyadarinya. Itu bisa jadi dorongan-dorongan dalam dirimu untuk curang dalam
sebuah ujian di sekolah, untuk mencuri, untuk memuaskan hasrat amoralitas,
untuk mengarahkan pikiran-pikiran pada kenikmatan-kenikmatan sesaat kekayaan.
Ketika buruh harian baru-baru ini memenangkan lotre judi terbesar di dunia,
banyak dari kita digoda oleh pemikiran bernafsu untuk memiliki dan menguasai
kekayaan dan kekuasaan, “Apa yang akan aku lakukan jika aku memenangkan semua
uang itu?” Beberapa orang bisa digiring pada godaan membeli sebuah tiket
lotere, beharap mengklaim kekayaan.
Poinnya adalah, jika anda tidak di sepanjang waktu membangun
ketaatan pada Yesus setiap hari, membawa setiap pemikiran yang menyanderamu
pada-Nya, mengaku dan meninggalkan semua dosa yang diketahui, anda sedang
membangun kehidupanmu di atas pasir, Ketika godaan-godaan tak terelakan ini
datang, semua godaan tersebut akan menyapu bersih semua bentuk pengakuan iman
yang telah anda nyatakan.
Tentu saja ujian
final yang semua harus menghadapinya
adalah mati dan berdiri dihadapan Allah. Ia tahu setiap hal diri kita (Ibrani 4:13), Jika kita selama ini munafik,
menampilkan yang baik dihadapan orang-orang lain, mengaku sebagai orang-orang
Kristen, tetapi sementara dalam semua itu hidup dalam ketaktaatan, semacam ini
akan berakhir pada kehancuran dalam banjir penghakiman Allah. Alkitab secara luar biasa jelas menyatakan bahwa hari
tersebut pasti dan final. Setiap orang di bumi tidak akan bisa membodohi Allah
di sorga. Hanya mereka yang hidup dalam ketaatan pada firman Allah, secara
konstan memeriksa diri sendiri dengan firman, menghakimi dosa-dosa kita dengan
firman sehingga tidak menjadi sebuah kehidupan yang diwajarkan tak jahat sama sekali, berupaya bagaimana menyenangkan Tuhan, akan berdiri tegak. Mereka yang
telah berkata,”Tuhan,Tuhan,” tetapi yang tidak berupaya untuk mentaati-Nya, akan
dihancurkan selamanya dan pada akhirnya.
Hal tersebut menuntun
pada alasan final yang Yesus sampaikan bahwa ketaatan bukan opsional. Itu bukan
opsional karena ketaatan adalah ujian sesungguhnya pada pengaku berimam pada Kristus, itu
bukan opsional karena ketaatan merupakan satu-satunya pondasi yang akan
bertahan kuat terhadap berbagai berbagai uji pada waktu dan kekekalan.
Bersambung ke bagian 5
Segala
Kemuliaan Hanya Bagi Tuhan
No comments:
Post a Comment