Oleh : Prof.Iain D. Campbell
etika Perjanjian Baru: kita harus menyingkirkan apa yang duniawi dalam diri kita—“kemarahan, murka, kedengkian, fitnah,” karena kamu “telah mengenakan manusia baru, yang sedang diperbarui dalam pengetahuan yang seturut dengan citra kreatornya” (Kolose 3:5-10). Standard kehidupan yang Yesus syaratkan bagi kita hanya sebuah standard yang Yesus sendiri hidupi dan jalani.
credit : normalbreathing.com |
Ada lima bagian utama pengajaran dalam injil Matius;
pengajaran-pengajaran ini tampil dalam bab-bab 5-7,10,13,18, dan 23-25. Beberapa pakar mengutarakan pandangannya bahwa kelima bagian
utama ini berparalel dengan lima Kitab Musa, dan oleh karena itu Yesus
digambarkan sebagai Musa yang baru, nabi terahir yang pasti datang.
Pastilah tujuan Matius memang ingin menggambarkan Yesus sebagai Raja Davidik, yang pelayanannya dimulai dengan pesan: “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" (Matius 4:17). Injil-Nya adalah injil kerajaan; Dia telah datang untuk memproklamasikan pemerintahan Allah didalam diri manusia.
Pastilah tujuan Matius memang ingin menggambarkan Yesus sebagai Raja Davidik, yang pelayanannya dimulai dengan pesan: “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" (Matius 4:17). Injil-Nya adalah injil kerajaan; Dia telah datang untuk memproklamasikan pemerintahan Allah didalam diri manusia.
Setiap November di Inggris, ketika
periode baru parlemen secara resmi mulai, monarki yang berkuasa membacakan
sebuah pidato yang menggambarkan
kebijakan-kebijakan yang akan dijalankan
oleh pemerintahannya selama tahun
berjalan kedepan. “State Opening
Parliament” itu dikumandangkan
dalam kemegahan dan seremoni. Pada
intinya, inilah poin dimana ratu melukiskan bagaimana dia akan memerintah
kerajaannya melalui parlemennya untuk tahun berikutnya : Pidato Ratu adalah
sebuah pernyataan komitmen, mendeklarasikan programnya.
State Opening Parliament - guardian.co.uk |
Sangat jauh
berbeda, tidak ada kemegahan atau seremoni dalam Khotbah di Bukit.
Tetapi ada sebuah pernyataan pemerintahan di sini—dalam khotbah agung ini, Raja
menggambarkan bagaimana kerajaan-Nya
akan diidentifikasi dan bagaimana pemerintahan Tuhan akan dijalankan dalam
kehidupan rakyat yang diperintah-Nya. Ini, dengan kata lain, inagurasi atau peresmian kerajaan-Nya:
Raja mengemukakan rencana-Nya, program
yang mana kerajaan-Nya dikenali dan
pemerintahan-Nya dijalankan.
Dua tema
berulang dalam Matius berlari disepanjang pidato sang Raja. Dalam Matius 5:17, Yesus berkata, “Aku tidak datang untuk melenyapkan (Hukum
Taurat dan Kitab Para Nabi)”; dan dalam Matius 5;22,28,32,34, dan 44, Dia menggunakan anak kalimat
:” Tetapi Aku
berkata kepadamu.”
Keparalelan
tema-tema ini membantu kita untuk memahami apakah yang Yesus sedang lakukan selama Khotbah di Bukit. Pada
satu sisi, Dia sedang mengawetkan, melanjutkan, dan memenuhi apa yang Tuhan
sebelumnya telah singkapkan dalam Perjanjian Lama. Fungsi Yesus bukan
untuk “melenyapkan” baik Hukum Taurat
dan Kitab Para Nabi. Yesus mengakui diri-Nya sebagai sedang berdiri dalam sebuah arus
pewahyuan, pengajaran-pengajaran-nya
yang semacam ini adalah sebuah keping
dari apa yang telah dideklarasikan Perjanjian Lama. Ini adalah Raja yang sama
yang akan memerintah umatnya sekarang seperti halnya dahulu, dan dia membawa
para pendengarnya untuk kembali kepada prinsip-prinsip fundamental moralitas
yang Tuhan telah singkapkan kepada Musa.
Itu tidak berarti bahwa semuanya harus berlanjut sebagaimana sebelumnya. Oleh penggenapan-Nya atas Perjanjian Lama, beberapa aspek dalam legislasi Perjanjian Lama telah diberlakukan sebagai usang. Korban-korban dan upacara-upacara misalnya, yang dikaitkan dengan pembebasan dan penebusan sudah tidak lagi dilakukan-selesai, tepatnya karena Yesus datang untuk menggenapi hal-hal tersebut dan untuk melayani dalam kebenaran yang sempurna.
Pada sisi lainnya, mengekstrasikan makna sejati dari hukum Perjanjian Lama berarti sebuah pemutusan dengan pengajaran rabinik yang telah diterima pada masa itu. Sehingga kala Yesus berkata, “ Tetapi aku berkata kepadamu,” Dia tidak sedang memancangkan diri-Nya sendiri berlawanan dengan Musa tetapi melawan mereka yang memiliki interpretasi-interpretasi hukum yang mengubah kovenan Anugerah Tuhan menjadi sebuah kovenan perbuatan-perbuatan. Bagi kebanyakan orang, kebenaran adalah sebuah soal mematuhi semua aturan-aturan; Yesus sebenarnya sedang mengajar kita bahwa aturan-aturan mensyaratkan kita untuk pergi lebih dalam daripada prakter agama dangkal seperti yang diutarakan oleh para rabi.
MARAH - twinfactory.org |
Yesus mengilustrasikan hal ini dengan merujuk pada enam isu praktis. Isu pertama berkaitan dengan makna larangan membunuh ( 5:21-26). Bunyi perintahnya jelas :”Kamu tidak boleh membunuh.” Orang-orang Farisi dan ahli taurat memahami hal ini dalam pemahaman yang paling sempit , mempercayai bahwa jika mereka tidak pernah menumpahkan darah orang tidak bersalah,mereka telah menjalankan hukum ini, Tetapi Yesus berkata bahwa perintah ini menjangkau hingga “membunuh secara emosi,” dalam sebuah pengertian kebencian dan murka terhadap seseorang. Murka atau marah itu sendiri adalah sebuah pelanggaran atas manusia yang telah diciptakan dalam citra Tuhan ( Mat 5:23-24).
Pengadilan manusia dan hakim-hakim dunia dapat mengukur pada tindakan-tindakan eksternal kita—mereka dapat menilai bukti atas apa yang telah kita lakukan dan perbuat. Tetapi Yesus menggalinya lebih dalam daripada ini—Dia mengingatkan para pendengar-Nya bahwa standard-standard Tuhan ukurannya melampaui moralitas eksternal menjangkau hingga apa yang dipikirkan dan dimaksudkan dalam hati kita ( Ibrani 4:12). Jika kita sedang marah, kita sedang mengambil resiko tidak sedang menjadi subyek penghakiman manusia tetapi menjadi subyek penghakiman Tuhan. Kemarahan harus diselesaikan bila kita berkemauan untuk menyenangkan Tuhan; lebih baik kita menyinggung perasaan saudara kita karena mengupayakan rekonsiliasi daripada menyinggung perasaan Tuhan dengan tetap membiarkan kemurkaan menguasai diri kita. Kita bisa jadi tidak pernah membunuh siapapun, Yesus mengingatkan kita, tetapi murka yang tidak dicegah adalah sebuah pelanggaran atas perintah Tuhan yang keenam dan dapat membawa kita kepada konsekuensi dosa yang serius -neraka.
Fitnah - workplaceboundaries.com |
Hidup kerajaan dibawah kedaulatan Yesus bermakna menjalankan kehidupan dihadapan wajah Tuhan, hati kita terungkap isinya kepada matanya yang maha melihat seperti sebuah buku terbuka dihadapan-Nya. Itulah hal yang selalaui Tuhan inginkan dari umat-Nya: bahwa mereka akan berlaku adil, mencintai kebaikan, dan berjalan dalam kerendahan hati bersama dengan Tuhan (Mikha 6:8).
Inilah yang menjadi hal penting dalam beribadah, bukan ibadah yang didasarkan pada keselarasan eksternal terhadap huruf Taurat, tetapi orang yang selaras dengan hukum Taurat adalah sebuah hati yang berhati-hati untuk tidak melawan Tuhan. Itulah etika Perjanjian Baru: kita harus menyingkirkan apa yang duniawi dalam diri kita—“kemarahan, murka, kedengkian, fitnah,” karena kamu “telah mengenakan manusia baru, yang sedang diperbarui dalam pengetahuan yang seturut dengan citra kreatornya” (Kolose 3:5-10). Standard kehidupan yang Yesus syaratkan bagi kita hanya sebuah standard yang Yesus sendiri hidupi dan jalani.
Murder and Anger, Tabletalk – Ligonier Ministry and R.C Sproul | diterjemahkan-diedit oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment