Oleh : Dr. Joel Beeke
Seorang pria dan wanita berdiri saling bergandeng tangan di pantai. Untuk
sesaat, satu-satunya suara adalah deburan ombak. Ketika si pria bertanya, “apakah
yang paling kamu takuti?” Si wanita menjawab : “Aku ingin menikah denganmu
lebih dari apapun di muka bumi ini. Tetapi aku selalu berpikir bahwa kamu akan
berubah pikiran dan meninggalkanku seperti… “ Matanya menatap ke tanah. “
Persis seperti ayahmu meninggalkan ibumu?” tanya si pria dengan lembut.
Dengan ragu, si wanita menganggukan kepalanya.
“Tidakah kamu mempercayaiku?” Tanya si pria.
“Oh ya,” ujar si wanita. “ Kamu adalah pria yang paling dapat dipercaya yang
pernah saya jumpai.” Si wanita diam sesaat, kemudian dia berkata, “ tetapi aku takut
kalau kamu akan menyadari bahwa aku bukanlah apa yang sesungguhnya kau
inginkan.”
Sang pria menggengam erat kedua tangannya sambil berkata : ”Aku telah mengenal engkau semenjak
kita masih kanak-kanak. Aku mengenal kesalahan-kesalahanmu. Tetapi aku
mencintaimu. Aku memilihmu, dan tidak ada lagi yang lain yang aku inginkan.”
“Aku sungguh percaya kepadamu,” ujar si wanita, “Aku hanya harus belajar untuk mempercayaimu lebih lagi.”
“Aku sungguh percaya kepadamu,” ujar si wanita, “Aku hanya harus belajar untuk mempercayaimu lebih lagi.”
Orang-orang Kristen mungkin mendapatkan diri mereka dalam sebuah posisi yang serupa dengan Tuhan mereka. Sebagai orang-orang percaya,
kita percaya kepada Tuhan dan mengetahui bahwa Dia layak dipercaya. Tetapi
keraguan, kesalahan, dan ketakutan dapat
melumat habis kepastian kita bahwa kita adalah milik-Nya dan selalu memang demikian. Kita kadang-kadang dapat takut kalau-kalau kita
mungkin ditinggalkan.
Kepastian keselamatan amat sangat pribadi dan
secara mendalam doktrinal. Kepastian keselamatan ada di jantung debat
Reformasi. Gereja Roma Katolik mengatakan bahwa seorang Kristen tidak dapat
memiliki kepastian tanpa pertama-tama memiliki sebUah pewahyuan ekstraordinari langsung
dari Tuhan. Para Reformator seperti John Calvin
telah mengatakan bahwa kepastian adalah hak lahir dari setiap orang
percaya, walaupun hal itu dapat dialami dalam
kadar yang bervariasi.
Kita pertama-tama harus memahami hubungan antara iman dan kepastiaan.
Kepastian muncul dari esensi iman,
seperti halnya apel-apel yang secara
alami tumbuh pada pohon-pohon apel. Kepastian adalah buih iman. Esensi iman
adalah percaya. Iman mengenggam kovenan Tuhan dan mendapatkan Dia adalah cukup.
Seperti Mazmur 18:2a berkata, “TUHAN adalah gunung batuku, dan
bentengku, dan pembebasku; Tuhanku, kekuatanku, kepadanya aku akan percaya” (KJV).
Karena itu, orang-orang percaya dapat berhak sepenuhnya memiliki kepastian
keselamatan mereka. Daud mengaku, “TUHAN adalah gembalaku” (Mazmur 23:1). Paulus mendeklarasikan, “Itulah
sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu
kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa
yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan” ( 2 Timotius 1:12).
Esensi kepastian adalah mengetahui bahwa aku diselamatkan—bahwa dosa-dosaku
diampuni dan aku milik Tuhan—dan karena itu aku tahu dan mengalami komuni
dengan Allah tritunggal. Dalam Efesus 3:11-12,
Paulus menuliskan tujuan kekal Tuhan “dalam Kristus Yesus Tuhan kita: Di dalam
Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh
kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya.”
Paulus menggambarkan akses ini dalam istilah-istilah Trinitarian: “karena
oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa” (Efesus 2:18).
Setiap pribadi dalam Trinitas dilibatkan dalam kepastian iman. Bapa, Anak,
dan Roh Kudus menuntun kita untuk
mendatangi Tuhan dengan keberanian
sebagai “Abba, Bapa” kita yang penyayang dan mulia (Roma
8:15; lihat juga Mazmur 103:13; Galatia
4:6). Kita memiliki keberanian
ini terhadap Tuhan melalui karya
Kristus mati di kayu salib dan menarik
kita mendekat pada Tuhan dalam damai ( Efesus
2:13-14). Roh Kudus memampukan kita untuk mengalami suka cita dan damai
mengetahui bahwa kita adalah anak-anak Tuhan ( Roma
8:16; Galatia 5:22). Kala kita
percaya kepada Kristus, Tuhan pengharapan memenuhi kita dengan suka cita dan
damai oleh kuasa Roh Kudus ( Roma 15:12-13).
Akan tetapi, kepastian bukanlah otomatis. Pengakuan iman Westminster
memberitahukan kepada kita bahwa
orang-orang Kristen dapat mengalami banyak konflik tanpa kepastian
(18.3). Kepastian adalah buah iman
yang menyelamatkan. Seperti halnya es
yang tidak mengenal musim dapat mencegah sebuah pohon yang hidup untuk menghasilkan
buah pada musimnya,jadi kepastian mungkin diinginkan dimana ada iman sejati,
dan kepastian bahkan mungkin hilang bagi
seorang percaya untuk sesaat.
Seorang anak Tuhan mungkin berjalan dalam kegelapan ( Yesaya
50:10). Pikirkanlah Daud, yang memohon, “TUHAN, janganlah menghukum aku
dalam geram-Mu,…. tidak ada yang sehat pada dagingku (Maz
38:1,7). Seperti halnya Heman, orang Ezrahi yang berteriak,” Aku
tertekan oleh panas murka-Mu, dan segala pecahan ombak-Mu Kautindihkan kepadaku”
(Maz 88:7)
Petrus menasihati kita untuk “Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah
sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh” ( 2 Petrus 1:10). Kata-katanya menyatakan bahwa
seorang Kristen dapat menemukan kepastian
bahwa Tuhan telah memilih dan memanggil dia kepada keselamatan dalam
Kristus. Kepastian semacam ini biasanya
tidak dapat dipisahkan dari berjalan bersama dengan Tuhan dalam iman.
Pengakuan Iman Westminster mengatakan,
Jaminan sempurna iman [adalah] didasarkan atas kebenaran ilahi janji-janji keselamatan, bukti batin dari anugerah-anugerah tersebut untuk janji-janji yang dibuat, [dan] kesaksian Roh adopsi memberikan kesaksian dengan roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah (18.2)
Mari kita periksa sarana-sarana dalam mencapai kepastian.
Jalan untuk mengejar kepastian adalah, pertama, berupaya mengenal Tuhan dalam pengalaman melalui janji-janji-Nya yang hebat dan bernilai ( 2 Petrus 1:2-4). Janji-janji Injil bahwa Kristus diberikan secara gratis bagi kita dalam seluruh ketercukupannya, Jika anda memandang janji-janji ini sebagai “Ya” Tuhan dalam Kristus, anda akan diperkuat untuk memberikan “Amin” kepada janji-janji itu ( 2 Korintus 1:20). Antony Burgess, menuliskan,” Percaya kepada Tuhan dan Kristus, ketika kita tidak merasakan apa-apa tetapi bersalah dan kehancuran didalam diri kita, adalah kehormatan terbesar yang dapat kita berikan kepada Tuhan.”
Kita seharusnya mengejar pertumbuhan rohani dengan bertindak
diatas janji-janji. Petrus berkata Tuhan telah memberikan kepada kita
janji-janji-Nya “supaya
olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi,” yaitu, diselaraskan
dengan citra Tuhan ( 2 Petrus 1:4). Bertekun
sungguh-sungguh untuk meningkatkan kebajikan, pengetahuan, pengendalian,
kesabaran, kesalehan, kebaikan persaudaraan, dan kedermawanan ( 2 Petrus 1:5-7) adalah cara “supaya panggilan dan pilihanmu makin
teguh” ( 2 Petrus 1:10). Kala kita bertumbuh dalam kapasitas untuk melaksanakan
perintah-perintah Tuhan,kita dapat dipastikan bahwa kita milik Dia ( 1 Yohanes 2:3). Mereka yang terus-menerus berada dalam level-level bawah
kepatuhan akan mengalami, yang paling,
level-level bawah kepastian.
Kepatuhan meningkatkan kepastian karena kepatuan adalah bukti dari sebuah iman yang hidup dan membuktikan bahwa kita bukan orang-orang munafik ( Yakobus 2:1-4). Perbuatan-perbuatan baik tidak menyelamatkan kita ( Efesus 2:8-9), tetapi hidup kebenaran dan kasih adalah bukti kuat bagi kelahiran kembali ( 1 Yohanes 2:29; 4:7). William Ames menulis, “Dia yang melakukan secara benar memahami janji kovenan tidak dapat memastikan keselamatannya kecuali dia mengetahui dalam dirinya ada iman sejati dan pertobatan.”
Ketiga, ketika kita mengikuti pimpinan Roh Kudus untuk berjalan dengan iman dalam Kristus, kita akan mengalami kesaksian-Nya sebagai Roh yang mengangkat kita sebagai anak ( Roma 8:14-16).
Semua tiga saran mencapai kepastian diindentifikasikan para pemimpin/tokoh Westminster sebagai pelayanan Roh yang tidak terpisahkan. Dia menuntun kita untuk menerima janji-janji Tuhan, memperlihatkan kepada kita bukti-bukti tampak luar terkait anugerah dalam diri kita, dan bersaksi bersama dengan roh kita bahwa kita adalah anak-anak Tuhan.
Seorang wanita mungkin tumbuh dalam mempercayai cinta suaminya dengan berjalan karib bersamanya sepanjang hidup dan belajar melalui pengalaman bahwa dia adalah miliknya dan suaminya adalah miliknya. Semoga Tuhan memberkati pengantin Kristus sehingga dia, juga, berjalan lebih dekat lagi dengan Suaminya, Yesus Kristus, dan bertumbuh dalam kepastian cinta-Nya yang tak dapat berubah kepadanya.
Faith and Assurance - Tabletalk-Ligonier Ministries and R.C Sproul | diterjemahkan : Martin Simamora
Kepatuhan meningkatkan kepastian karena kepatuan adalah bukti dari sebuah iman yang hidup dan membuktikan bahwa kita bukan orang-orang munafik ( Yakobus 2:1-4). Perbuatan-perbuatan baik tidak menyelamatkan kita ( Efesus 2:8-9), tetapi hidup kebenaran dan kasih adalah bukti kuat bagi kelahiran kembali ( 1 Yohanes 2:29; 4:7). William Ames menulis, “Dia yang melakukan secara benar memahami janji kovenan tidak dapat memastikan keselamatannya kecuali dia mengetahui dalam dirinya ada iman sejati dan pertobatan.”
Ketiga, ketika kita mengikuti pimpinan Roh Kudus untuk berjalan dengan iman dalam Kristus, kita akan mengalami kesaksian-Nya sebagai Roh yang mengangkat kita sebagai anak ( Roma 8:14-16).
Semua tiga saran mencapai kepastian diindentifikasikan para pemimpin/tokoh Westminster sebagai pelayanan Roh yang tidak terpisahkan. Dia menuntun kita untuk menerima janji-janji Tuhan, memperlihatkan kepada kita bukti-bukti tampak luar terkait anugerah dalam diri kita, dan bersaksi bersama dengan roh kita bahwa kita adalah anak-anak Tuhan.
Seorang wanita mungkin tumbuh dalam mempercayai cinta suaminya dengan berjalan karib bersamanya sepanjang hidup dan belajar melalui pengalaman bahwa dia adalah miliknya dan suaminya adalah miliknya. Semoga Tuhan memberkati pengantin Kristus sehingga dia, juga, berjalan lebih dekat lagi dengan Suaminya, Yesus Kristus, dan bertumbuh dalam kepastian cinta-Nya yang tak dapat berubah kepadanya.
Faith and Assurance - Tabletalk-Ligonier Ministries and R.C Sproul | diterjemahkan : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment