Oleh: Martin Simamora
YEDIJA:
“Dikasihi Allah Karena Karunia-Nya Pada Manusia Yang Berada Dalam
Kebinasaan, Bukan Karena Manusia Memperjuangkan Kebenarannya(6.G-5)”
Bacalah lebih
dulu: “Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (6.G-4)”
Jika berdasarkan
perjalanan kelangsungan atau kelanggengan
takhta Daud bukan sama sekali sebuah kebenaran berdasarkan ketaatan: Daud,
monarkinya, dan keluarganya terhadap hukum Taurat, sehingga pun kelahiran
Mesias dari eksistensi bangsa ini, dengan demikian, tak terelakan berdasarkan kasih karunia Allah, lalu
bagaimana dengan eksistensi hukum Taurat itu, apakah relasinya dengan Yesus
Kristus, apakah hukum itu lenyap?
Relasi Yesus terhadap
hukum Taurat, bukan saja diungkapkan oleh Sang Mesias sendiri. Ia menautkan
dirinya dengan hukum Taurat dalam
kemanusiaannya yang sejati, namun tidak sama sekali dalam kegagalan demi
kegagalan. Tapi, itu pun tidak hendak
menyatakan sebuah kesempurnaan kemanusiaan di dalam atau berdasarkan kekuatan
atau ketekunan kemanusiaannya, tetapi
kesempurnaan keilahiannya atau kedivinitasan atau ketuhanannya yang begitu
berkuasa atau begitu berdaulat atas setiap perjalanan kehendak Yesus untuk
menaati semua yang telah dituliskan oleh Kitab Suci,sebagai manusia. Itu sebabnya, Ia,tak terhindarkan,
dihadapan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi,bukan saja ditakar begitu
kurang ajar dalam ketentuan-ketentuan agama yang berlaku dan seharusnya pun
dihormatinya, tetapi telah ditakar sebagai ia yang walaupun manusia telah
menyamakan dirinya dengan Allah. Yesus Sang Mesias dalam Ia membangun relasinya
dengan Hukum Taurat, dalam semacam itu, karenanya telah menempatkan dirinya
mengatasi hukum Taurat itu dalam pengajaran-pengajarannya dan dalam
instruksi-instruksinya, sehingga Ia berkata penuh ketajaman bersabda: “Ikutlah
Aku” atau “Akulah kebenaran” atau “Akulah Jalan,” atau “Akulah hidup,” “Aku datang
untuk menggenapi hukum Taurat dan kitab nabi-nabi,” bahkan Ia pun merelasikan
dirinya dalam sebuah relasi yang begitu sukar untuk diterima,kala Ia juga
menempatkan dirinya dalam relasi dengan pra-hukum
Taurat. Bukan sekedar berbicara pra-eksistensinya, tetapi hendak menyatakan
bahwa saat Ia berkata: “Akulah kebenaran,” “Akulah jalan,” “Akulah hidup,” dan “Ikutlah
Aku,” pada dasarnya adalah kebenaran dirinya jauh sebelum hukum Taurat
itu ada diterima di era nabi Musa. Jika demikian, maka memang, relasi Yesus
terhadap hukum Taurat, pastilah bukan sebuah relasi semacam ini: “pra
eksistensi Yesus baru ada karena hukum Taurat
terlebih dahulu diadakan.” Pra
Eksistensi[eksistensi sebelum Ia
datang sebagai manusia]Yesus Sang Mesias, bukan ada
atau diadakan karena janji-Nya kepada Adam dan Hawa, Abraham,
Musa hingga dinantikan Simeon yang secara khusus ditetapkan Allah tidak akan
mati sebelum berjumpa dengan Sang Mesias.
Yesus memang memiliki
relasi yang begitu ketat dengan kitab suci: hukum Taurat, Kitab Para Nabi, dan
Mazmur. Simeon menunjukan kebenaran ini, Ia hidup dan beriman berdasarkan apa
yang telah dituliskan kitab sucinya mengenai kedatangan Sang Mesias. Mari kita
perhatikan hal ini melalui Simeon.
Simeon adalah seorang
yang beriman kepada keselamatan atau pembebasan oleh Mesias berdasarkan
janji-janji Mesianik dalam Kitab Suci:
Lukas2:25-32Adalah
di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang
menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan
kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia
melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh
Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan
kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut
Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: Sekarang, Tuhan, biarkanlah
hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang
dari pada-Mu, yang
telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi
bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel."
Simeon telah
menyatakan kegenapan janji-janji mesianik dalam perjanjian lama. Dia yang telah
lama begitu dinantikan telah datang. Datang untuk apakah? Untuk membawa
keselamatan dari Allah; pada diri Yesus Sang Mesias bersemayam keselamatan dari Allah yang
disediakan di hadapan segala bangsa. Dalam posisi atau dalam relasi yang
bagaimanakah Yesus itu dihadapan bangsa-bangsa? Netralitaskan ataukah
bersimbiosis mutualismekah terhadap kebenaran-kebenaran yang lain? Dinyatakan,
bahwa Yesus Sang Mesias itu telah disediakan oleh Allah di hadapan segala
bangsa sebagai Ia adalah terang yang dinyatakan
Bapa bagi bangsa-bangsa lain. Bagi Allah,semua bangsa tak memiliki
terang dari-Nya, semua berada di dalam kegelapan dan dengan demikan harus memiliki terang
dari-Nya. Kedatangan Sang Mesias melalui
bangsa ini memang merupakah kemuliaan bagi umat-Nya, bangsa Israel.
Tetapi, apakah Dia
yang merupakan kemuliaan bagi umat-Nya, bangsa Israel, akan begitu saja
berharmonisasi dalam sebuah relasi Ia disambut, Ia dicintai, Ia dipeluk mesra,
Ia dipeluk dengan kecupan jiwa yang tulus jiwa yang tahu diri “aku membutuhkan
keselamatan-Mu,” ataukah disambut penuh penentangan, penuh perlawanan, penuh
kecurigaan dan penuh keraguan, benarkah Ia harus menjadi keselamatan
satu-satunya dan benarkah dengan demikian keselamatan tak akan pernah datang dari
hukum Taurat berdasarkan ketaatan
sehingga layak diselamatkan?
Simeon kala
memberkati anak tersebut telah menyampaikan sebuah masa depan yang begitu keras
dan kelam,yang sedang menanti seorang
anak manusia yang masih anak-anak. Beginilah Simeon berkata mengenai
masa depan anak ini:
Lukas
2:34-35 Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu:
"Sesungguhnya Anak ini ditentukan
untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi
suatu tanda yang menimbulkan perbantahan--dan suatu pedang akan menembus jiwamu
sendiri--,supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang."
Kala
Hukum Taurat Berjumpa Dengan Satu-Satunya Penggenapnya, Semua Jiwa Murka Penuh
Kebencian Karena Kebenaran-Kebenaran Diri Mereka Lenyap Sirna Di Hadapan Sang
Penggenapan Sekalipun Mereka berjuang Untuk Hidup Berdasarkan Ketentuan Taurat
Ia kemuliaan bagi
Israel, umat-Nya, namun pewujudannya akan mengguncangkan kedamaian kehidupan
keagamaan umat-Nya oleh-Nya. Ia memang menjadi kemuliaan bagi Israel tetapi
kemuliaan itu, sebetulnya, bagiakan perak yang telah begitu kusamnya dan telah
kehilangan kecemerlangannya. Ia harus memendarkan kemuliaan-Nya dalam cara
yang bukan saja menghentakan banyak
orang tetapi akan benar-benar sebuah konfrontrasi Sang Mulia Sang Suci yang
sedang mendatangi umat-Nya yang didapati-Nya begitu menjijikan dan begitu
berlarut dalam dosa yang kegelapannya dan kepekatan dosanya begitu sempurna
ditunjukan oleh Hukum Taurat dihadapan Yesus Sang Mesias. “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan
banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan
perbantahan-dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri-supaya menjadi nyata
pikiran hati banyak orang.”
Ia adalah keselamatan
dari Allah, demikianlah Roh Kudus melalui mulut Simeon menyatakannya:
Lukas
2:25-26 Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan
bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya,
dan
kepadanya telah dinyatakan oleh Roh
Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang
diurapi Tuhan.
Pada usianya yang
ke-8 hari, Roh Kudus melalui mulut Simeon telah menyatakan bahwa Sang
Keselamatan dari Allah itu datang menyelamatkan dalam kuasa penghakiman yang
begitu absolut ada ditangannya. Ia bukan saja melawan satu atau dua atau 5 atau
10,20,50, 100 tetapi semua orang di Israel, sebab: “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan
banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan
perbantahan.” Ia menjadi hukum Taurat
yang hidup dan menghakimi, menunjukan ketakberdayaan satupun juga manusia
sehingga di dalam tangannya saja ada kuasa yang menentukan kejatuhan atau
kebangkitan setiap manusia:” Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel.” SATU satu-satunya menghakim
semua; SATU satu-satunya melawan semuanya. Begitulah Yesus Sang Mesias dalam
menyatakan keselamatannya, sehingga inilah yang akan terjadi sebagaimana Roh
Kudus telah menyatakannya melalui Simeon:
-
untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan
-
suatu
pedang akan menembus
jiwamu sendiri-supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang
Dia akan menjadi suatu tanda yang menimbulkan
perbantahan, ini secara disain hendak menyatakan bahwa Yesus Sang Mesias-Sang
Juruselamat akan menjadi sebuah tanda kehadiran Tuhan di dalam dunia yang gelap
pada manusia-manusia yang dibelenggu dalam kegelapan. Sebuah konflik tajam tak
terelakan seperti halnya kekudusan versus kenajisan, demikianlah natur relasi
Yesus dengan manusia-manusia Israel, sebagaiman relasi hukum Taurat dengan
bangsa Israel selama ini sejak era bapa-bapa leluhur mereka. Sebagaimana hukum Taurat
menyatakan kematian bagi setiap pelanggaran terhadap tuntutan-Nya, maka
demikian juga Yesus terhadap jiwa-jiwa manusia yang berdiri dihadapannya akan
bagaikan pedang yang sanggup menembus jiwa manusia untuk menyingkapkan apakah
sesungguhnya pikiran hati banyak orang dibalik perjuangan hidup untuk selaras
dengan tuntutan Taurat. Jikalau hukum Taurat
sanggup disimpangkan oleh para ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, maka pada
Yesus tak dapat sama sekali disimpangkan atau diperdaya atau dijebak oleh
mereka.
Tak hanya Simeon. Di
Bait Allah ada seorang janda, seorang nabiah, seorang yang lanjut usianya, 84
tahun yang kehidupannya tak pernah lepas dari Bait Allah dan tak pernah lepas
dari kehidupan Bait Allah yang penuh dengan ibadah siang dan malam dengan
berpuasa dan berdoa! Ia, sebagaimana Simeon, mengenali siapakah bayi lelaki 8
hari itu, bahwa ia adalah:
Lukas
2:36- 38Lagipula
di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah
sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya,
dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah
meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa.
Dan
pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan
berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk
Yerusalem.
Yesus Sang Mesias,
sejak usia 8 hari, telah ditetapkan untuk menjadi sebuah tanda yang menimbulkan
banyak perbantahan dan suatu pedang yang akan menembus kedalaman banyak jiwa
manusia-Ia Yesus yang dapat menghakimi bukan saja perbuatan eksternal manusia
tetapi gerak-gerik dan perilaku jiwa-jiwa manusia-sebagai yang lahir bukan saja dari trah Daud
tetapi
juga dari sebuah keluarga yang begitu taat pada segala ketentuan hukum Taurat:
Lukas2:21Dan
ketika
genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya.
Sebelum
dikandung, Ia telah bernama; sebelum Ia dikandung ibu-Nya, Sorga telah
menamainya. Sebuah ketetapan sebelum segala sesuatu terjadi, sebelum si ibu
mengandung dan sebelum apapun yang seharusnya lebih dahulu terjadi agar seorang
wanita mengandung, terjadi, dan tak pernah terjadi sama sekali dalam Ia
dikandung ibu-Nya. ITULAH MANUSIA YESUS diantara manusia-manusia.
Lukas2:22
Dan
ketika
genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka
membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan,
Ia
yang kelahiran-Nya di dunia ini dalam cara yang tak terjamahkan dunia dan
manusia ini, adalah anak yang tunduk pada pentahiran menurut hukum Taurat Musa,
membuatnya menjadi anak yang kudus di hadapan Bait Allah dan di hadapan
masyarakat Yahudi. Bukan anak kenajisan.
Sekalipun
Ia tak memerlukan sama sekali akan itu,
namun
itulah kontak langsung dan pertama pada bagiamana Ia akan memiliki relasi dengan
hukum Taurat bukan sebagai yang harus tunduk pada hukum Taurat untuk
tetap memiliki kekudusan berdasarkan pentahiran itu. Ingatlah bagaimana
malaikat Gabriel menyatakan siapakah anak ini:
Matius1:18-21
Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya,
bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka
hidup sebagai suami isteri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan
tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya
dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan
maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak
Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab
anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak
laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan
menyelamatkan
umat-Nya dari dosa mereka."
Yesus,
pada pokoknya bukan sekedar tak memerlukan penahiran pada dirinya, selain Ia
sebagai keturunan Trah Daud,berdasarkan ketentuan Taurat, memenuhi hukum pentahiran
sebagai ia seorang Yahudi yang taat dan menjujung tinggi pengudusan dan
kudusnya hukum Taurat itu, namun IA adalah SANG PENYELAMAT satu-satunya bagi umat Tuhan dari kebinasaan yang
diakibatkan oleh dosa-dosa mereka sendiri dan bahwa semua berada di dalam
pemerintahan belenggu maut tanpa mereka perlu berbuat dosa!
Sebagaimana
nama yang akan diberikan telah dinyatakan malaikat kepada kedua orang tua
Yesus, itu sebelum Yesus sendiri
dikandung, maka bawa Ia adalah Juruselamat manusia yang melepaskan manusia dari kebinasaan dosa,
juga telah ditetapkan begitu jauh ke belakang pada era yang akan sungguh sukar
untuk dipercaya akan terjadi pada sebuah momentum waktu yang begitu jauh dan
tak dapat diketahui, kapankah. Perhatikanlah ini:
Matius
1:22-25 Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi:
"Sesungguhnya,
anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka
akan menamakan Dia Imanuel" -- yang berarti: Allah menyertai kita. Sesudah
bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan
itu kepadanya. Ia mengambil
Maria sebagai isterinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya
laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.
Relasi Yesus dengan hukum
Taurat dan bahkan kitab para nabi, dengan demikian, telah terjadi bahkan dalam
jalinan-jalinan yang dibangun Allah dalam sebuah rentang waktu yang begitu
panjang melalui para nabi kudus-Nya itu: “Hal
itu terjadi supaya genaplah yang
difirmankan Tuhan oleh nabi.”
Konstruksi relasi semacam
ini,dengan demikian berada di dalam dua “dimensi” seketika, yaitu: “di atas
waktu” dan “di dalam waktu,” berkat tindakanTuhan yang mengirimkan
perkataan-perkataannya turun ke dalam dunia ini untuk menjumpai para nabinya,
sehingga perkataan-perkataan yang diterima secara ilahi dalam tuntunan Roh
dapat menjadi dilihat dan dibaca oleh setiap manusia melalui catatan tertulis
yang ditransmisikan dari generasi ke generasi hingga transmisi itu berjumpa
dengan Dia yang telah berita-Nya dalam “sabda-sabda-Nya’
turun atau masuk ke dalam dunia ini dan
terus ada bekerja berdasarkan kehendak Sang Penyabda untuk digenapi. Mengenai
ini, rasul Petrus menyatakannya secara sangat menakjubkan sebab di dalamnya
terkandung keseketikaan “di atas waktu” dan “di dalam waktu.”
Beginilah rasul ini
menyatakan kebenaran itu:
1Petrus1:10-12
Keselamatan itulah yang
diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih
karunia yang diuntukkan bagimu. Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang
bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu
Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan
menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu. Kepada mereka telah dinyatakan,
bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan
segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan
mereka, yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil
kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat.
Bahkan Herodes pun
tak dapat mengabaikan bahwa kelahiran anak ini adalah sebuah kebenaran dalam
Kitab Suci yang telah dituliskan oleh para nabi sejak era purba. Hanya saja ia
mempercayai kebenaran itu dalam
kejahatan dirinya atau dalam kuasa kegelapan yang tak dapat dilawannya untuk
dapat menyambutnya penuh kehangatan dan penuh peluk mesra pada Yesus yang masih
anak-anak. Karena itu, beginilah yang terjadi:
Matius
2:1-6 Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja
Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan
bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan
itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah
Dia." Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah
ia beserta seluruh Yerusalem. Maka
dikumpulkannya semua imam
kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi,
lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. Mereka
berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada
tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau Betlehem, tanah
Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang
memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang
akan menggembalakan umat-Ku Israel."
Matius2:7-8
Lalu
dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu dan dengan teliti
bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak. Kemudian
ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: "Pergi dan selidikilah dengan
seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia,
kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia."
Matius2:12
Dan karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes,
maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.
Matius2:13-15
Setelah
orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi
dan berkata: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir
dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena
Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia." Maka
Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir
ke Mesir, dan tinggal di sana hingga Herodes mati.
Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Dari Mesir
Kupanggil Anak-Ku."
Seorang
raja memanggil SEMUA imam kepala dan ahli Taurat Bangsa Yahudi, ini menakjubkan
pada bagaimana sang Herodes sangat meyakini kitab purba yang bahkam tidak
diimaninya sebagai keselamatannya tetapi sebagai kekuatan baginya untuk dapat
membinasakan sang anak itu. Di sini, dapat dikatakan, persentuhan yang sangat
lunak antara para imam dan ahli Taurat bangsa Yahudi, secara sangat negatif,
karena telah menjadi alat kejahatan strategis di tangan Herodes.
Kegagalan
Herodes mewujudkan misinya yang begitu sempurna itu,dalam disainnya, bukan
karena ia melakukan kesalahan. Bukan itu, tetapi karena tadi, Tuhan sendiri
yang telah menggagalkannya dengan memberikan peringatan kepada orang majus agar
tidak kembali menghadap dan memberikan laporan kebenaran perihal itu kepada
Herodes.
Tuhan tak hanya
membuat Herodes tetap dalam kebutaan namun juga memastikan Yesus dan keluarganya tak akan terjamah kekuasaan
Herodes yang sangat hebat dengan memerintahkan mereka ke Mesir.
Ini adalah sebuah
peristiwa yang “di atas waktu” dan “di
dalam waktu” atau dengan kata lain telah mengalami penggenapan. Sebagaimana
nama Yesus telah ditentukan sebelum dikandung ibunya dan Ia adalah Juruselamat
manusia telah ditetapkan jauh sebelum kelahirannya, maka tak perlu
dipermasalahkan bahwa hal-hal yang kelam atau berbahaya juga sebuah peristiwa
yang sepenuhnya dalam kedaulatan dan pengendalian Bapa-Nya. Tak dapat gagal,
tak dapat disimpangkan, tak dapat dituliskan kembali sebagai tindakan korektif
sehingga diperlukan pembangkitan nabi-nabi di era setelah kelahiran Yesus,
untuk mengoreksi segala nubutan purba, akibat perubahan zaman (?). Itu tak
pernah sama sekali, sebagaimana ini:
Matius
2:16-18 Ketika
Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat
marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu
anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat
diketahuinya dari orang-orang majus itu. Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh
nabi Yeremia: "Terdengarlah suara di Rama,
tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau
dihibur, sebab mereka tidak ada lagi."
Relasi
Yesus dengan hukum Taurat dan kitab para nabi, pada dasarnya, adalah sebuah kedatangan kehendak Allah ke dalam dunia
yang mana kehendak-Nya dalam setiap kata-kata-Nya yang telah disampaikan-Nya
kepada para nabi akan bekerja berdasarkan kekuatan-Nya dan kekuasaan-Nya dan
bukan pada bagaimana nabi-nabi itu sendiri bertanggungjawab atas penggenapan
itu, dan apalagi bangsa Israel pada keseluruhannya.
Apakah kekuasan Sang
Mesias,sementara ia masih kanak-kanak dan belum pada waktunya, untuk menghadapi
segala kuasa dunia yang memburunya? Adakah? Ada!
Harus
diingat secara cermat, Manusia Yesus itu bukan berbeda
bukan pertama-tama karena Ia lahir tanpa proses alami dimana seorang pria harus menyentuh seorang
wanita, sebagai sebuah ketentuan Allah yang telah dituliskan para nabi, tetapi
yang mulia adalah: SIAPAKAH DIA. Perhatikan pernyataan malaikat Gabriel ini:
Lukas
1:31-32 Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak
laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak
Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya
takhta Daud, bapa leluhur-Nya,
Siapakah dia sesungguhnya
yang bahkan belum dikandung Maria? Dia adalah Anak
Allah Yang Mahatinggi, demikianlah malaikat menyatakannya sementara ia segera
dikandung oleh Maria. Inilah Yesus sepenuhnya manusia dan sepenuhnya Ilahi, tak
ada satu penyurutan pada keilahian atau ketuhannya sebab malaikat sendiri
menyatakan “Anak Allah Yang Mahatinggi.” Ia tak terpisahkan dari SIAPAKAH TUHAN
ITU SENDIRI! Itu sebabnya ia memang dapat berkata pada fakta-fakta yang begitu
keras untuk diterima manusia.
Nabi
Yohanes Pembaptis, sehubungan dengan masuknya Anak
Manusia kedalam dunia, juga menunjukan ketaksurutan keilahian atau ketuhanan
Yesus. Beginilah satu-satunya nabi Perjanjian Lama yang berjumpa dengannya,
menyatakan SIAPAKAH DIA:
Lukas
3:17 Alat penampi sudah di tangan-Nya
untuk membersihkan tempat pengirikan-Nya dan untuk mengumpulkan gandum-Nya ke
dalam lumbung-Nya, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan."
Kuasanya dalam dunia
ini mencakup kuasa untuk menentukan dan mengeksekusi pada siapa-siapa saja yang akan dibakar-Nya
dalam api yang tidak terpadamkan. Bukan Bapa tapi Anak. Ini ada hubungan
dengan pernyataan Yesus yang berbunyi seperti ini:
Yohanes
5:22 Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman
itu seluruhnya kepada Anak,
Yohanes
5:27 Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi, karena Ia
adalah Anak Manusia.
Nabi
Yohanes Pembaptis menunjukan Siapakah Yesus dalam
sebuah tipologi atau baying-bayang pada perjanjian lama yang digenapi oleh
Yesus Sang Mesias, dengan berkata:
Yohanes
1:29 Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia
berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.
Tentulah
menurut Kitab Musa, domba itu haruslah suci [ misal Keluar 12:5 “Anak dombamu
itu harus jantan, tidak bercela”]. Hanya Yang Suci dapat
menghapus dosa manusia pada dasarnya. Yesus disebut nabi Yohanes Pembaptis
sebagai Anak Domba dari Allah, itu menunjukan bahwa kesucian Yesus begitu
berkuasa untuk menghapuskan dosa-dosa manusia. Begitu sucinya sehingga dosa
dengan noda-noda yang begitu pekat tak akan bertahan melawan penyucian oleh
Sang Mesias itu.
Nabi
Yohanes Pembaptis menyatakan bahwa Ia yang datang dari
sorga tak mengalami penyusutan dalam kemanusiaannya pada ketuhanannya itu
sekalipun di bumi ini mengenakan tubuh yang begitu sama dengan kita:
Yohanes
3:31 Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal
dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang
datang dari sorga adalah di atas semuanya.
Mengapa bisa kemanusiaan
Yesus dapat berelasi dengan hukum Taurat dalam cara yang begitu berbeda dengan
semua manusia lainnya? Karena,bahkan, dalam
kemanusiaannya Ia haruslah anak domba dari Allah, bukan dari dunia ini:
Ibrani
10:3-9 Tetapi
justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya
dosa. Sebab
tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa.
Karena
itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan tidak
Engkau kehendaki--tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku--. Kepada
korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan. Lalu
Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku
untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku." Di atas Ia
berkata: "Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa
tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya" --meskipun
dipersembahkan menurut hukum Taurat--. Dan kemudian
kata-Nya: "Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu." Yang
pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua.
Menyediakan tubuh
bagiku, ini sebuah jawaban pada pertanyaan siapakah Yesus itu? Ia datang dari
Allah dengan tubuh yang dijalinkan oleh Allah sendiri sehingga Ia memang ANAK
DOMBA DARI ALLAH. Tak hanya itu, Epistel Ibrani, memberikan penekanan bahwa
dengan demikian kebenaran hukum Taurat pada persembahan kurban binatang beserta
darah, TIDAK LAGI DIKEHENDAKI ALLAH MESKIPUN DIPERSEMBAHKAN BERDASARKAN HUKUM
TAURAT!
Dia sama seperti
kita, hanya saja tubuhnya
dipersiapkan Allah agar kekudusan pada tubuh jasmaninya tak akan mengalami
kemerosotan yang bagaimanapun. Itu sebabnya Epistel Ibrani menuliskan begini:
Ibrani
4:15 Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat
turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai,
hanya tidak
berbuat dosa.
Itu sebabnya sungguh
salah dan sungguh menyesatkan untuk tetap berkata dan mengajarkan bahwa tanpa
Yesus, Israel tetap bisa selamat karena memiliki hukum Taurat dan dapat
mempersembahkan kurban dan darah pada Tuhan untuk mendapatkan pengudusan. Itu
sama sekali tak lagi memiliki tempat kala ANAK DOMBA DARI ALLAH TELAH DATANG,
karena pada dasarnya Yesus sendiri telah melakukan ketentuan hukum Taurat
secara sempurna dan penuh kuasa dalam IA SEKALIGUS IMAM BESAR DAN KURBAN HEWAN
ITU SENDIRI:
Ibrani
2:17 Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan
dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar
yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa
seluruh bangsa.
Tubuhnya dipersiapkan
Allah dengan
satu tujuan saja: agar tubuh itu dapat mengalami tekanan-tekanan kuasa dosa
atas tubuhnya namun dalam hal itu tak melayaninya sama sekali, sebaliknya agar
IA DAPAT MENOLONG SAYA DAN ANDA YANG BERIMAN:
Ibrani
2:18 Sebab oleh karena Ia sendiri telah
menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai.
Yesus
tidak terperosok ke dalam dosa sebab itulah Ia tak dapat berdosa, Hanya yang
tak dapat berdosa berdasarkan keilahian saja yang dapat MENOLONG MANUSIA DARI
KUASA DOSA.
Tubuhnya dipersiapkan
Allah agar IA sepenuhnya mengenali segenap aspek kelemahan manusia sehingga
kejituan dan kesempurnaan penyelamatan Yesus itu memang tak bercela jikalaupun
Iblis dapat menggugat Yesus dan karyanya karena ada aspek-aspek penyelamatan
yang terlewatkan pada semua yang telah diselamatkan. Perhatikan ini:
Ibrani
5:1-2 Sebab
setiap imam besar, yang dipilih dari antara manusia, ditetapkan bagi manusia
dalam hubungan mereka dengan Allah, supaya ia mempersembahkan persembahan dan
korban karena dosa. Ia harus dapat mengerti orang-orang
yang jahil dan orang-orang yang sesat, karena ia sendiri penuh dengan
kelemahan,
JIKA ia bukan seperti
manusia, maka mustahil juga baginya menjadi Imam Besar di bumi ini dan
melakukan pekerjaan itu berdasarkan ketentuan hukum Taurat dalam kuasa dan
kesempurnaan yang mulia dan kekal. SEKALI LAGI, IA DISAMAKAN DENGAN KITA
SEKALIAN bukan sama sekali agar IA menjadi SEKUSAM SAYA DAN ANDA, sebab
beginilah yang terjadi kala Ia menjadi imam besar di bumi ini:
Ibrani
5:5 Demikian
pula Kristus tidak memuliakan diri-Nya sendiri dengan menjadi Imam Besar,
tetapi dimuliakan oleh Dia yang berfirman kepada-Nya: "Anak-Ku Engkau!
Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini",
Telah kuperanakan Engkau. Apakah maksudnya? Inilah
maksudnya: “Ia berkata: "Korban dan
persembahan tidak Engkau kehendaki--tetapi Engkau
telah menyediakan tubuh bagiku.”
Bahwa kemanusiaan Yesus itu datang dari KEHENDAK ALLAH yang bertakhta atasnya,
itu sebabnya Ia dalam kemanusiaannya digambarkan seperti ini:
Ibrani
7:24- 26Tetapi,
karena Ia tetap selama-lamanya, imamat-Nya tidak dapat beralih kepada orang
lain. Karena
itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia
datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka.
Sebab
Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa
salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari
pada tingkat-tingkat sorga,
Fakta Yesus:
ketakberdosaannya bukan karena ia sukses berjuang melawan dosa, juga bukan
karena ia bisa menaklukan dirinya pada kehendak Bapa maka ia tak berdosa.
Dengan kata lain, ketakberdosaanya bukanlah sebuah pencapaian di dunia ini,
sebaliknya karena natur tubuhnya datang dari Bapa: “diperanakan Bapa.”
KEMANUSIAANNYA diperanakan Bapa atau
Yesus dikandung dari Roh Kudus pada dara Maria.
Itu sebabnya dalam
KEIMAMATANNYA BERDASARKAN HUKUM TAURAT, Sang Mesias ini sungguh berbeda dalam
keimamatan yang dilakukan oleh para imam-imam sebelumnya. Pertama-tama itu
menunjukan bahwa Ia adalah mahakudus dalam ia sebagai manusia dan dalam ia
melakukan tugas keimamatannya dalam ia mempersembahkan tubuhnya sendiri olehnya
sendiri sebagai imam besar di hadapan Allah:
Ibrani
7:27-28 yang
tidak
seperti imam-imam besar lain, yang setiap
hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan
sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukan-Nya satu kali untuk
selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban.
Sebab
hukum Taurat menetapkan orang-orang yang diliputi
kelemahan menjadi Imam Besar, tetapi sumpah, yang diucapkan kemudian
dari pada hukum Taurat, menetapkan Anak,
yang telah menjadi sempurna sampai selama-lamanya.
Yesus memenuhi syarat Taurat:
“yang menjadi Imam Besar adalah orang-orang yang diliputi kelemahan.” Yesus
menggunakan tubuh yang demikian, namun karena itu datang dari kehendak Bapa,
maka tubuh itu dalam kelemahan semacam itu tak pernah bisa melayani dosa. Di
taman Getsemani, kita bisa melihat kelemahan semacam ini: :ya Bapa jika boleh
biarlah cawan ini berlalu dariku,” tetapi itu hanya sampai menunjukan ia memang
manusia sesejati anda dan saya, namun Ia tak akan didikte oleh
kelemahan-kelemahan itu sebagaimana manusia pada umumnya. Itu sebabnya
dikatakan: TIDAK SEPERTI IMAM-IMAM BESAR LAINNYA.” Apakah yang tidak sama,
adalah: jika para imam-imam besar lainnya harus mempersembahkan korban untuk
dirinya sendiri, maka Yesus tidak sama sekali pernah memiliki kewajiban untuk
mempersembahkan korban untuk pengudusan dirinya sendiri.”
Itu
sebabnya kesempurnaan Yesus itu, secara tak bercela memenuhi ketentuan hukum Taurat
bahkan dalam konsekuensi-konsekuensi legal pada kata demi kata yang membangun
ketentuan-ketentuan bagaimana hukum itu bekerja, mengikat dan menyeleksi
kelayakan untuk menjabat sebuah jabatan yang diatur dalam hukum. Yesus, karena
Ia tak terikat pada ketentuan pengudusan diri HARIAN, maka Ia kudus
berdasarkan ketak bercelaan yang dituntut oleh hukum Taurat . Bahwa Anak
menjadi satu-satunya jalan keselamatan
dan ketentuan Taurat diakhiri pada dirinya terkait bagaimana keselamatan harus
berlangsung, bukan sebuah dualistik atau sebuah pengingkaran kebenaran hokum Taurat,
tetapi dalam hal itu Ia-KEMANUSIAANYA- telah dinyatakan kudus tak bercela
berdasarkan ketentuan hukum Taurat itu sendiri.
Itu sebabnya tak ada
dualisme atau jalan-jalan lain pada keselamatan dari Allah, seolah ada jalan
berdasarkan hukum Taurat dan ada jalan jalan berdasarkan Yesus Kristus, sebagaimana
yang diajarkan oleh pdt.Dr.
Erastus Sabdono.
Bersambung ke bagian 6.G-6
AMIN
Segala
Pujian Hanya Kepada TUHAN
The cross transforms present criteria of
relevance: present criteria of relevance do not transform the cross
[dari
seorang teolog yang saya lupa namanya]
No comments:
Post a Comment