Oleh: Martin Simamora
Antara Yesus Dan Petrus, Semua Murid, dan Semua Manusia
Dalam catatan-catatan
injil ada catatan-catatan yang
begitu iconic atau begitu monumental karena mencatat peristiwa-peristiwa
yang melampaui realitas yang disajikannya. Itu disebabkan oleh apa yang tidak
mungkin ditangkap oleh mata dan persepsi manusia, harus diungkapkan oleh Yesus
Kristus dalam ungkapan-ungkapan realitas yang hanya dapat dikenali dan dihidupi
oleh Yesus sendiri. Diantaranya adalah: apa yang terjadi antara Yesus dan
Petrus.
Mari kita melihatnya:
Markus
8:31-33 Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia
harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala
dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Hal
ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke
samping dan menegor Dia. Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang
murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan
memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan
manusia."
Sebetulnya, Yesus
tidak secara eksklusif berbicara kepada
Petrus, tetapi kepada semua murid-muridnya. Bukan percakapan untuk mengisi
waktu kosong atau bualan dongeng dan fantasi, tetapi sebuah pembicaraan yang
akan mengiritasi jiwa dalam sebuah kepedihan yang begitu memerihkan,sehingga
tak mungkin jiwa hanya diam saja, lantas tersenyum bahagia. Dan Petrus
memberanikan diri untuk menegor dan menghentikan pernyataan Yesus tersebut.
Pada Yesus, ia telah
menyajikannya sebagai sebuah pengajaran yang begitu khusus dan penting bukan
saja agar para murid dapat mengetahui peristiwa yang akan datang, namun
mempersiapkan mereka untuk masuk ke dalam waktu-Nya yang segera menjemput Yesus
untuk masuk ke dalam penggenapan kehendak Allah di sorga untuk terjadi di bumi, sebagaimana Kitab Suci
telah menuliskannya.
Ia mengajarkannya secara terus terang. Ia memang
kepada orang banyak atau kepada non murid-murid-Nya tidak mengajarkannya
secara terus terang namun bagaikan
berteka-teki sehingga begitu sukar dan
begitu tinggi untuk dijangkau. Misalkan:
Yohanes
2:18-21 Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat
Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?"
Jawab
Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan
mendirikannya kembali." Lalu kata orang
Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini
dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?" Tetapi
yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri.
Yohanes
3:14-16 Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak
Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang
yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal., Karena begitu besar kasih
Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup
yang kekal.
Matius
12:38- Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada
Yesus: "Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari pada-Mu." Tetapi
jawab-Nya kepada mereka: "Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu
tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan
diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di
dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di
dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.
Yohanes
12:31-34Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa
dunia ini akan dilemparkan ke luar; dan Aku, apabila Aku
ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang
datang kepada-Ku." Lalu jawab orang banyak itu: "Kami
telah mendengar dari hukum Taurat, bahwa Mesias tetap hidup selama-lamanya;
bagaimana mungkin Engkau mengatakan, bahwa Anak Manusia harus ditinggikan?
Siapakah Anak Manusia itu?"
Sebetulnya dalam
injil secara gamblang telah dinyatakan juga bahwa kunci penerimaan pemberitaan
Yesus mengenai dirinya sendiri sebagai sumber keselamatan bagi manusia melalui
kematian dan kebangkitannya, bukan pada apakah Yesus menyampaikannya secara
berterus terang atau tidak. Coba perhatikan saat Yesus menyampaikan pengajaran
mengenai dirinya yang harus mati dan kemudian bangkit berikut ini:
Yohanes
12:42-43Namun banyak juga di antara pemimpin yang percaya kepada-Nya,
tetapi
oleh karena orang-orang Farisi mereka tidak mengakuinya berterus terang, supaya mereka jangan
dikucilkan. Sebab mereka lebih suka akan kehormatan
manusia dari pada kehormatan Allah.
Dinamika
ketakberdayaan ini,oleh rasul Yohanes berdasarkan nabi Yesaya dalam injilnya, telah
dinyatakan sebagai ketakberdayaan manusia untuk memahami apalagi dapat
mendatangi Allah pada kekuatan dan pengertian dirinya sendiri: Yohanes
12:37-40.
Anak Manusia
yang telah datang dari sorga memang tak bisa
dipahami dalam kekuatan-kekuatan persepsi manusia untuk menangkap realitas manusia.
Nabi Yesaya telah menunjukan betapa
memahami dan mengenal Yesus melampaui kekuatan persepsi manusia untuk menerima
dan mengikuti kehendaknya:
Yohanes
12:40-41 Ia
telah membutakan mata dan mendegilkan hati mereka, supaya
mereka jangan melihat dengan mata, dan menanggap dengan hati, lalu berbalik, sehingga Aku menyembuhkan
mereka. Hal
ini dikatakan oleh Yesaya, karena ia telah melihat
kemuliaan-Nya dan
telah berkata-kata tentang Dia.
Situasi ini
adalah realitas yang menguasai jiwa
mereka sementara mereka dapat bergitu bebas berinteraksi dengan Yesus dan
mengungkapkan keberatan, dan Yesus dapat menjawab keberatan-keberatan tersebut
dalam sebuah pengajaran yang menyatakan telah tiba saatnya Anak Manusia untuk dimuliakan.
Yesus bahkan saat itu
telah menjadi daya tarik bagi sejumlah orang Yunani yang berupaya keras
mencarinya:
Yohanes
12:20-23 Di antara mereka yang berangkat untuk beribadah pada hari raya itu,
terdapat beberapa orang Yunani.
Orang-orang
itu pergi kepada Filipus, yang berasal dari Betsaida di Galilea, lalu berkata
kepadanya: "Tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus." Filipus
pergi memberitahukannya kepada Andreas; Andreas dan Filipus menyampaikannya
pula kepada Yesus. Tetapi Yesus menjawab mereka,
kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan.
Mengapakah baik Yesus menyampaikannya secara berterus
terang ataukah tidak secara berterus terang, bukan merupakan penjegal atau pemulus bagi kelahiran iman terhadap
Yesus? Karena Yesus telah memberitakan kematiannya sebagai peristiwa IA
DIMULIAKAN. Ini bukan sekedar kebedaan perspektif sebab tidak ada sedikit saja
ruang bagi seorang Mesias untuk mengalami kematian. Konfliknya adalah antara
kematian yang diajarkan Yesus versus
Mesias yang tetap hidup selama-lamanya berdasarkan pemahaman taurat yang
diajarkan para guru agama Yahudi, telah mengakibatkan pangkal penolakan Yesus, bukan pada keberterusterangang atau ketakberterusterangan.
Konflik semacam ini
jugalah yang menyeruak dari jiwa Petrus, sehingga ia pun secara berterus terang
bahkan dalam pemberontakan jiwa yang tak tertahankan telah berkata dan
bertindak demikian pada Yesus [harus diingat bahwa problem ini adalah problem para
murid-Lukas 24:19-27; Lukas 24:44-48-yang hanya dapat diselesaikan Yesus]:
“Tetapi
Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia- Markus 8:32”
Ini
adalah bentuk penolakan dan pemberontakan yang paling keras dari seorang murid
terhadap pengajaran Yesus yang
sifatnya dekrit [Markus 8:31,9:31 10:32-34;Mat 12:39-40; Matius
27:62-64; Lukas 18:31-34] yang tak terubahkan. Pemberontakan yang tak pernah
tidur sebab begitu hebat iblis berjuang untuk menampi Petrus untuk mencegahnya
dapat secara sempurna mengenali Yesus Kristus sebagai satu-satunya penggenap hukum Taurat [Matius
5:17-18]. Yesus bahkan menyingkapkan bagaimana Iblis berjuang keras untuk
menjadikan Petrus sebagai agensinya sehingga ia menyerongkan dirinya sendiri
dari kebenaran pengajaran Yesus, tetapi gagal total sebab Yesus telah
menempatkan Petrus didalam perlindungannya sementara ia sendiri harus masuk ke
dalam kematian yang telah dipersiapkan baginya. Perhatikanlah ini:
Lukas
22:31- Simon, Simon, lihat, Iblis telah
menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk
engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau
engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu." Jawab
Petrus: "Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan
Engkau!"
Keantaraan Yesus dan
Petrus, telah menjadikan Iblis dapat berjuang menampinya, agar ia menjadi
sekutunya yang menentang segala pikiran Allah yang menjadi dasar segala
perkataan dan perbuatan Yesus:
Maka berpalinglah
Yesus dan sambil
memandang murid-murid-Nya Ia memarahi
Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis,
sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa
yang dipikirkan manusia
Iblis memang sejak
semula mengetahui siapakah Yesus. Ia bahkan berpikir jikalau Yesus adalah Sang Firman yang telah datang ke dalam
dunia ini dengan mengenakan kemanusiaan yang sejatinya dimiliki oleh semua
manusia, sekalipun telah dibentuk sendiri oleh Allah berdasarkan hasrat Allah,
tetap dapat ditaklukannya sebagaimana iblis telah menaklukan semua manusia:
Matius
4:1-10Maka Yesus dibawa oleh Roh ke
padang gurun untuk dicobai
Iblis. Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya
laparlah Yesus. Lalu datanglah si pencoba itu dan
berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak
Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti."
Tetapi
Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi
dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." Kemudian
Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah,
lalu
berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak
Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis:
Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan
menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada
batu." Yesus berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau
mencobai Tuhan, Allahmu!" Dan Iblis membawa-Nya pula ke
atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan
dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepada-Nya:
"Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah
aku." Maka berkatalah Yesus
kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab
ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia
sajalah engkau berbakti!"
Jika
anda membacanya secara cermat, ini bukanlah tipe peristiwa yang dapat terjadi
pada semua manusia, karena ada 3 hal yang tak akan atau tidak mungkin dapat dimiliki untuk dialami oleh manusia
manapun juga, selain hanya pada Yesus:
▬Roh Kudus yang membawa Yesus untuk
mengalami ini semua
▬Iblis
mengenal Yesus sebagai Anak Allah
▬Bentuk
pencobaannya pada keseluruhan untuk membujuk kedagingan atau kemanusiaan Yesus untuk mengendalikan
kekuasaan yang melekat padanya yang diantaranya:
●kuasanya
untuk mengubah batu menjadi roti
●kuasanya
atas para malaikat untuk melayaninya
●kuasa
pemerintahannya atas segala pemerintahan di dunia yang sedang dibujuk iblis
untuk diserahkan kepada iblis
Jika
iblis dapat berpikir bahwa Yesus yang adalah Allah yang mengenakan tubuh manusia dengan demikian
dapat memiliki dan mengalami kelemahan yang teramat manusia sehingga membuat
iblis dapat penuh percaya diri untuk dapat dengan mudah menyeret Yesus masuk kedalam
wilayah-wilayah dosa yang telah menjajah semua manusia, maka pada para murid
dan juga pada semua manusia lainnya hal serupa terjadi namun dengan
berpikir: “benarkah ia ini Anak Allah dan tak dapat berdosa sama sekali?” dan
“benarkah ia Mesias yang harus mati?”
Pencobaan
di padang gurun, lebih tepat untuk dikatakan sebagai cara Allah mendeklarasikan
penggenapan segala janji mesias yang telah dinyatakan-Nya selama ini kepada
dunia yang dikuasai oleh pemerintahan atau kerajaan Iblis, dalam cara
unjuk kekuasaan-Nya di dalam diri Anak yang mengenakan tubuh daging yang sama
seperti semua manusia yang telah dibelenggu dalam pemerintahan iblis. Ini harus
dikatakan demikian mengingat Yesus Kristus sendiri, oleh nabi Yohanes
Pembaptis, pada kedatangannya dinyatakan sebagai kerajaan Allah telah datang ke
dunia ini:
Matius 3:1-3 Pada waktu itu
tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan: Bertobatlah, sebab Kerajaan
Sorga sudah dekat! Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan
nabi Yesaya ketika ia berkata: "Ada suara orang yang berseru-seru di
padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk
Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya."
Matius 3:11- Aku membaptis kamu
dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan
kasut-Nya. Ia akan
membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.
Kedatangan
Yesus adalah kedatangan Kerajaan Allah atau kedatangan Allah itu
sendiri, itu sebabnya Ia berkuasa dalam kuasa yang tak akan pernah dimiliki
oleh manusia selain Tuhan saja: membaptis dengan Roh Kudus.
Yesus
berkata kepada Petrus dalam kemarahan tegas dihadapan para murid, sebab ini
bukan saja problem Petrus tetapi semua murid. Sebagaimana juga semua manusia
dalam memandang siapakah Yesus.
Tak
ada satu kuasa dari dalam diri manusia selain Allah memberikan kuasa itu mengenali
siapakah diri Yesus itu dalam ia adalah manusia:
Matius 16:13-Setelah Yesus tiba
di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata
orang, siapakah Anak Manusia itu?" Setelah Yesus tiba di
daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang,
siapakah Anak Manusia itu?" Lalu Yesus bertanya
kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus:
"Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang
hidup!" Kata Yesus kepadanya:
"Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku
yang di sorga.
Kemanusiaan
Yesus memang sama seperti semua manusia lainnya, tetapi dalam hal itu bukan
sama sekali membuat siapapun dapat
mengenalinya begitu saja. Ini adalah hambatan yang sukar untuk mengenal
siapakah Allah itu sebenarnya bagi manusia, karena tak ada manusia berdosa yang
dapat membangun relasi dengan Allah. Petrus, sebagaimana semua manusia, dengan
demikian, tak akan mampu memahami seutuhnya apakah yang menjadi pikiran Allah
yang pewujudannya dalam Yesus Kristus:
Matius 16:22-23 Tetapi Petrus
menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah
menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." Tetapi
Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya
Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."
Maka
Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu
sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan
Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."
Pikiran
manusia-manusia berdosa tak berkuasa untuk mendekati pikiran Allah yang kudus
dan apalagi Dia, sebab dalam manusia dalam pemerintahan iblis, maka sumber
kebenaran dan kehidupannya pun berasal dari gagasan-gagasan dunia yang
dibelenggu iblis. Dosa dan keberdosaan
manusia menjadi sangkar yang begitu gelap bagi manusia untuk dapat dirobekan
sendiri oleh manusia ketika atau sekalipun berhasrat kuat untuk mencari dan
berseru kepada Tuhan:
Yesaya 59:1-3Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk
menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar;
tetapi yang merupakan
pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan
yang membuat Dia
menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar,
ialah segala dosamu. Sebab tanganmu cemar oleh darah dan
jarimu oleh kejahatan; mulutmu mengucapkan dusta, lidahmu menyebut-nyebut
kecurangan.
Ketika
Yesus Kristus mengalami pencobaan di padang gurun, dinyatakan bahwa Roh Kudus yang membawa dirinya
ke sana. Allah sendiri yang membawa
Anak-Nya sendiri di dalam kemanusiaan yang dapat dicobai oleh iblis, namun dalam hal itu antara Anak
dan Bapa tetap dalam sebuah kesatuan yang tak terpisahkan karena Yesus tidak ke
padang gurun berdasarkan kehendaknya sendiri, tetapi atas kehendak Bapa.
Pada poin ini: Yesus adalah manusia sebagaimana semua manusia yang memiliki
kelemahan-kelemahan sehingga dapat dicobai oleh berbagai macam hal, hanya saja tidak berbuat dosa:
Ibrani 4:15 Sebab Imam Besar yang
kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan
kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama
dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.
Mengapa Ia Tak Dapat Berbuat Dosa
Sementara Yesus Mengenakan Tubuh Manusia Yang Memiliki Kelemahan-Kelemahan Yang
Bekerja Secara Konstan?
Yesus tidak berbuat dosa. Pernyataan ini memang sangat menekankan
problem kemanusiaan Yesus dalam kehumanisan setiap manusia. Yesus memang dinyatakan
sebagai manusia yang juga merasakan atau pada tubuhnya ia pun mengalami secara
terus-menerus tanpa henti kelemahan-kelemahan yang begitu daging sehingga ia
dapat dicobai! Apa yang sangat sukar dipahami oleh semua manusia, bagaimana mungkin di
dalam kekonstanan kerja kelemahan-kelemahan itu, sedikit saja ia tidak berbuat
dosa?
Penjelasannya
hanya pada satu pasang realitas manusia Yesus ini, yaitu: natur tubuh manusia Yesus dan untuk apakah tubuh manusia
Yesus itu? Tubuh kemanusiaan Yesus ini memiliki tempat yang begitu penting terkait ketakberdosaannya:
Ibrani 10:4-10Sebab tidak mungkin
darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa. Karena
itu ketika
Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan tidak
Engkau kehendaki--tetapi Engkau telah
menyediakan tubuh bagiku--.Kepada korban bakaran dan korban
penghapus dosa Engkau tidak berkenan. Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku
datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan
kehendak-Mu, ya Allah-Ku." Di atas Ia berkata:
"Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak
Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya" --meskipun
dipersembahkan menurut hukum Taurat--.Dan kemudian kata-Nya: "Sungguh, Aku
datang untuk melakukan kehendak-Mu." Yang pertama Ia hapuskan, supaya
menegakkan yang kedua. Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.
Yesus
bukan sekedar tidak berbuat dosa dan tidak dapat berbuat dosa di dalam ia
memang manusia sejati yang secara konstan mengalami berbagai kelemahan daging sebagaimana halnya semua manusia, bukan sekedar agar ia berbeda atau suci
diantara segala manusia, atau sekedar untuk memamerkan ketaatan Anak yang
begitu superlatif. Jika itu tujuannya, maka akan lebih merupakan sebuah kontes yang tak masuk akal dan sebuah
kegilaan dalam sebuah kontes bagi
manusia-manusia untuk meneladani Yesus Sang
Superlatif. Anak Allah yang penuh kuasa dari Bapa mau dikonteskan pada
semua manusia dalam cara: siapa yang bisa
meneladani ketaatan-Nya maka dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Tidak pernah demikian tujuan Yesus
dengan tubuh yang tak dapat berbuat dosa
sementara dapat mengalami dan merasakan kelemahan-kelamahan semua manusia,
secara konstan.
Tubuh
Yesus tidak dapat berbuat dosa bukanlah mahkota kemuliaan Yesus. Jika Yesus
berkata bahwa kematiannya adalah saat dimana Anak Manusia dimuliakan,
itu karena atau sangat terkait siapakah
Yesus dan untuk apakah ia datang.
Ia
datang terkait dosa yang tak dapat dihapuskan sekalipun dengan darah
hewan kurban. Mengapa? Karena senantiasa dosa itu muncul kembali dan menguasai
jiwa manusia walau telah dikuduskan dengan darah, dan senantiasa harus
dipersembahkan kurban darah itu dan setelah itu secara berulang-ulang harus
dilakukan kembali. Itulah sebabnya dikatakan: “Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa.”
Ada kuasa pada
Yesus dalam ia mempersembahkan tubuhnya yang tak dapat dihasilkan oleh
iman besar kala mempersembahkan kurban binatang dan darahnya.
Antara
Yesus, Petrus, semua murid dan semua manusia, ada iblis yang memerintah
pikiran dan kehendak semua manusia sehingga dosa adalah natur diri manusia. Itulah yang memisahkan
semua manusia dari Allah. Yesus datang dari Allah ke dalam dunia yang begitu kelam
untuk mengatasi apa yang tak mungkin dilakukan oleh hukum Taurat pada manusia
yang diperintah iblis, yaitu: menghapuskan
dosa yang terkait dengan penaklukan kuasa iblis melalui persembahan tubuh
Yesus:
Ibrani 2:14-15Karena anak-anak
itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan
mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan
dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan
supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada
dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.
Dan
solusi
Allah terletak pada tubuh Yesus yang dipersiapkan oleh Allah saat Ia masuk ke
dalam dunia ini . Ia telah ditetapkan Allah sebagai pengganti bagi
persembahan kurban hewan dan darah yang sekalipun berdasarkan ketentuan hukum
Taurat; persembahan kurban hewan dan darah berdasarkan hukum Taurat tidak lagi
diinginkan Allah, karena Sang Mesias telah datang. Ini adalah bentuk penggenapan
yang tak sama sekali menciptakan keduaan yang bagaimanapun: “Korban
dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki
dan Engkau tidak berkenan kepadanya.” Sebelum Yesus datang ke
dunia ini, maka persembahan korban bakaran dan korban penghapus dosa masih
dikehendaki dan masih berkenan kepadanya, tetapi tidak, kala Sang Mesias yang
telah dijanjikan-Nya, masuk ke dalam dunia ini: “Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: Korban
dan persembahan tidak Engkau kehendaki, Kepada korban bakaran
dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan”-
Ibrani 10:5-6.
Ketakberdosaan Yesus,dengan
demikian, bukan belaka karena natur tubuh Yesus itu tidak berada di dalam
penaklukan dosa, tetapi pada hakikatnya: Ia
adalah satu-satunya korban bakaran dan korban penghapus dosa yang jauh lebih
sempurna dan jauh lebih berkuasa untuk menghapus dosa manusia, sebab: persembahan
tubuh Yesus berkuasa untuk menguduskan satu kali dan untuk selama-lamanya
atas manusia yang dikuduskan oleh Imam Besar.
Ketakberdosaan Yesus,
dengan demikian, bukan belaka karena natur tubuh Yesus itu tidak berada di
dalam penaklukan dosa, tetapi pada hakikatnya selain ia adalah satu-satunya
kurban yang jauh lebih sempurna dan lebih berkuasa, ia juga adalah imam besar
kekal yang mahakudus di dunia dan di hadapan Allah, sehingga ia sendiri tak
memerlukan pengudusan dirinya terlebih dahulu sebelum ia sendiri menguduskan
umatnya, sebagaimana yang ditetapkan oleh Taurat:
Ibrani 7:26-28 Sebab
Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah,
tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada
tingkat-tingkat sorga, yang
tidak seperti imam-imam besar lain,
yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya
sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal
itu telah dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia
mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban. Sebab
hukum Taurat menetapkan orang-orang yang diliputi kelemahan menjadi Imam Besar,
tetapi sumpah, yang diucapkan kemudian dari pada hukum Taurat, menetapkan Anak,
yang telah menjadi sempurna sampai selama-lamanya.
Yesus
adalah Imam Besar yang memiliki kelemahan-kelemahan sebagaimana para imam besar
lainnya, hanya saja ia tak berbuat dosa. Mengenai Yesus tak dapat berbuat dosa,
tidak pernah berdasarkan ukuran-ukuran subyektif atau spekulatif, sebaliknya
secara langsung dan tanpa modifikasi diukurkan pada tuntutan mahakudus hukum
Taurat:
▬ saleh, tanpa
salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari
pada tingkat-tingkat sorga
▬sangat berbeda kekudusan yang dimiliki oleh diri Yesus, dibandingkan
dengan Yesus sendiri:
●Pada para imam besar:
kekudusan dirinya dicapai berdasarkan persembahan korban untuk dosanya, setiap
hari.
●Pada diri Yesus Kristus Sang
Imam Besar: kekudusan dirinya tidak dicapai
berdasarkan persembahan korban untuk dosanya, setiap hari, karena ia sendiri saleh,
tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi daripada
tingkat-tingkat sorga.
Mengapa
bisa terjadi semacam ini, karena: “Ada ke-antara-an Yesus, Petrus, para murid,
dan semua manusia, yaitu: perhambaan
maut seumur hidup oleh iblis.” Karena itulah, kesalehan Yesus bukanlah kesalehan
yang dipahami sebagai dicapainya berdasarkan ketaatannya, sebagaimana pada
manusia yang pada dasarnya tak saleh atau berdosa. Kesalehan ketika dibicarakan pada
Yesus, maka ini terkait dengan Yesus sebagai Imam Besar yang kekudusannya
tidak dicapainya berdasarkan persembahan korban untuk dosanya setiap hari.
Perhatikan
hal berikut ini:
Ibrani 5:5-9 Demikian
pula Kristus tidak memuliakan diri-Nya sendiri dengan menjadi Imam Besar,
tetapi dimuliakan oleh Dia yang berfirman kepada-Nya: "Anak-Ku Engkau!
Engkau telah
Kuperanakkan pada hari ini", sebagaimana
firman-Nya dalam suatu nas lain: "Engkau
adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan
Melkisedek." Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan
permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup
menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena
kesalehan-Nya Ia telah didengarkan. Dan
sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah
diderita-Nya, dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya,
Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi
bagi semua orang yang taat kepada-Nya,
Memahami
Yesus sebagai manusia, haruslah sebagaimana apa adanya dia dari Allah. Yesus dalam
hidupnya sebagai manusia tak boleh dipisahkan dari realitas kemanusiaannya: “telah Kuperanakan” atau berasal
dari atau kemanusiaannya itu keluar dari dalam diri dan Allah berdiam di dalam
kehidupannya! Ini dipertegas dengan kehidupannya sebagai manusia sebagai
ia adalah Imam Besar yang memiliki kekudusan tanpa sama sekali berasal
dari pengudusan oleh kurban binatang. Ia kudus. Tetapi sekalipun Ia Imam Besar yang demikian, bukan berarti Ia tak
dapat mengalami kelemahan-kelemahan sebagai manusia sehingga
inilah “dunia”
Yesus belajar menjadi taat. Sekali lagi, dalam hal ini, bukan sama sekali bermakna ia adalah manusia yang
memerlukan pengudusan berdasarkan hukum Taurat maka ia taat, tetapi ia memang benar-benar belajar menjadi taat terkait ia memang
dapat merasakan kelemahan-kelemahan manusia yang sangat otentik.
Dalam ia belajar menjadi taat, harus dipahami bahwa ketaatannya sama seperti ia telah
dibawa oleh Roh Kudus ke dalam pencobaan di padang gurun: sekalipun Ia Anak Allah, ia dapat merasakan
kelemahan-kelemahan daging yang digunakannya, hanya saja dalam hal itu ia sama
sekali tak bernoda. Ketaatan Yesus, di sini, karenanya
pasti berkaitan dengan apa yang dapat dikerjakan dan dihasilkan oleh seorang
Imam Besar dalam pelayanannya terhadap umat-Nya, jadi ketaatan Yesus
sebagai Imam Besar, bukan agar Ia layak menjadi Imam Besar yang harus diteladani
oleh semua anak-anak Tuhan, tetapi karena
ketaatannya itu maka Ia sampai pada
penderitaan yang harus dialaminya sebagai pengganti semua kurban binatang
dan sebagi satu-satunya yang berkenan dihadapan
Allah.
Di
sini kita melihat sebuah ketaatan yang
sama sekali tak berkaitan dengan Yesus harus membuktikan ketaatannya di hadapan
Allah, hanya agar menjadi corpus delicti bagi orang-orang percaya bahwa
seharusnya pun dapat meneladani Yesus agar menjadi juga corpus delicti
[sebagaimana yang diajarkan oleh pendeta Dr. Erastus Sabdono] dan dengan
demikian berdasarkan ketaatan yang diteladani dari Yesus, maka manusia selamat berdasarkan dirinya dapat
menjadi corpus delicti yang dapat membungkam Lucifer dalam pengadilan Allah,
sebab tanpa hal tersebut maka Lucifer dapat berdalih di hadapan pengadilan
Allah- untuk sementara jika tertarik mengenai pengajaran ini bacalah pada “tautan ini”. Peneladanan semacam ini tidak pernah diajarkan oleh Yesus, pada ketaatannya untuk menderita meminum cawan yang hanya baginya, sebab penderitaannya sebagai manusia menghasilkan
kemuliaan Yesus, yaitu: “Ia pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya- Ibrani 5:9.” Ketaatan
saya dan anda bukan dalam mengimitasi
ketaatan Yesus masuk ke dalam penderitaan Yesus karena dalam ia masuk ke dalam ketaatan untuk
menjalani penderitaan itu, ia adalah satu-satunya kurban binatang yang
berkenan, yang mana semua kurban yang diatur dalam Taurat, saat Yesus datang,
sudah tidak lagi dikehendaki Bapa! Sekaligus juga ia masuk ke dalam penderitaan
itu sebagai Imam Besar mahakudus. Ada peneladanan pada Yesus Kristus yang harus
diperhatikan dan dilakukan oleh setiap orang percaya dalam mengikut Yesus,
namun bukan dalam konsep corpus delicti, sebagaimana yang diajarkan oleh Yesus.
Ketika
Yesus mengajarkan dirinya harus
mengalami penderitaan menuju kematian, maka itu begitu sukar untuk
diterima. Bagi mereka, hukum Taurat tidak mengajarkan keberakhiran Mesias itu
pada kematian:
Yohanes 12:31-34 Sekarang
berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan
dilemparkan ke luar; dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan
menarik semua orang datang kepada-Ku."; Ini dikatakan-Nya
untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.
Lalu jawab orang banyak itu: "Kami
telah mendengar dari hukum Taurat, bahwa Mesias tetap hidup selama-lamanya;
bagaimana mungkin Engkau mengatakan, bahwa Anak Manusia harus ditinggikan?
Siapakah Anak Manusia itu?"
Mereka
berpikir, Yesus sedang memberitakan keberakhirannya pada kematian, selamanya. Bahkan mereka tak
mempertanyakan apakah hubungan kematiannya dengan: “sekarang sedang berlangsung
penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar.
Seberkuasa itukah kematiannya? Itu tak lagi terlintas sama sekali, selain hanya
terpaku pada pengajaran apakah yang selama ini telah diterima dari para
guru-guru agama Yahudi sebagai sumber otoratif
bagi tafsir kitab suci. Mereka bahkan tak mengenali terminologi Anak
Manusia dan kaitannya dengan Mesias, sementara Yesus kerap menyebutkan dirinya
dengan kata ganti Anak Manusia atau Anak Allah.
Yesus
tidak sedang memberitakan keberakhirannya pada kematian selamanya, tetapi tepat
seperti yang dituliskan oleh penulis Episel Ibrani yang telah menuliskan Yesus
dalam ketaatannya menuju penderitaan telah menjadi “pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya.”
Perhatikan pemberitaan diri Yesus berikut ini:
Yohanes 12:23-24 Tetapi Yesus
menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan.
Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam
tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi
jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak
buah.
Perhatikan
bagaimana keberakhiran Yesus dalam kematiannya sebagai sebuah ketaatan yang
harus dilakukan dan terjadi olehnya telah digambarkan bahwa dirinya sepenuhnya
berada di dalam genggaman Bapa Sang Pemilik Benih: Bapa yang menyebabkan ia
jatuh, mati DAN MENGHASILKAN banyak buah.
Kematiannya menghasilkan banyak buah, yaitu orang-orang yang taat
kepadanya [Ibrani 5:9].
Ketaatan
Yesus dalam memasuki kematian,juga, tidak boleh sebagai ketaatan dirinya yang
berada di dalam ketakmengertian dan ketidaksetujuan dalam apa yang sesungguhnya
menjadi kehendak Bapa-Nya, seolah ada sebersit pemberontakan yang merembes dari
dalam jiwanya, sebaliknya: sekehendak dalam kesepikiran Allah dalam dirinya
mengenakan kemanusiaan yang memiliki kelemahan-kelemahan itu:
Yohanes 12:27 Sekarang
jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah
Aku dari saat ini? Tidak,
sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.
Yesus melakukan ketaatan itu
dalam sebuah kesejiwaan dengan Bapa. Ia tahu sekali bahwa Ia datang untuk mati, sebab dalam kematiannya itulah keselamatan bagi banyak orang akan terjadi menjangkau segala bangsa.
Beriman dan hidup dalam ketaatan kebenaran yang berdiam dalam diri Yesus
Kristus.
Yesus bahkan berseru bahwa “untuk
itulah Aku datang” maka Bapa dimuliakan. Dalam kematian yang
menghasilkan kehidupan bagi banyak orang maka Bapa dimuliakan:
Yohanes 12:28 Bapa, muliakanlah nama-Mu!"
Dan
para pendengar Yesus mendengarkan balasan terhadap seruan Yesus itu:
Yohanes 12:28 Maka terdengarlah suara dari sorga:
"Aku telah memuliakan-Nya, dan Aku akan memuliakan-Nya lagi!"
Begitulah
ketaatan Yesus, adanya. Itu berlangsung di dalam kesatuan antara Bapa dan Anak.
Bapa yang menjatuhkan benih itu ke bumi untuk mati sehingga ia di dalam
kematiannya dapat menjadi pokok keselamatan abadi bagi banyak orang yang taat kepadanya. Dalam kematian Yesus ada
kuasa kematian dan kebangkitan bagi setiap orang percaya; dalam kematian Yesus
ada kuasa ketaatan bagi setiap orang percaya sehingga dapat memiliki ketaatan
berdasarkan kuasa Yesus, bukan sekedar peneladanan tanpa keberdiaman kuasa
Kristus yang melahirkan ketaatan bagi saya dan anda. Itulah sebabnya Ia adalah POKOK keselamatan bagi
manusia. Artinya keselamatan hanya berlangsung dalam kesatuan manusia didalam
keselamatan yang dikerjakan Allah hanya pada Yesus.
Itu
juga sebabnya kala di taman Getsemani terjadi peristiwa semacam ini:
Matius 26:38-39 lalu kata-Nya
kepada mereka: "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati
rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku." Maka
Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau
sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah
seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."
Bukan
sama sekali menunjukan bahwa Yesus dapat berdosa dan nyaris jatuh dalam dosa,
karena pertama-tama telah dinyatakan bahwa Yesus pada dasarnya adalah benih di
tangan Bapa yang memang dalam kehendak Bapa dikirim ke dunia ini untuk mati
agar menghasilkan kehidupan bagi manusia yang beriman kepadanya. “Jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini
lalu dari pada-Ku,” bukan
menunjukan Yesus bernatur dosa dan nyaris saja gagal, sebaliknya ini menjelaskan bahwa
ia memang sungguh-sungguh Tuhan yang datang ke dunia ini dengan mengenakan
tubuh manusia untuk menjadi manusia lengkap dengan segala kelemahan-kelemahannya,
hanya saja karena ia pada dasarnya terpisah dari manusia-manusia berdosa, tidak
bernoda dan tidak memerlukan pengudusan berdasarkan kurban binatang dan darah
binatang, maka dalam kelemahan yang bekerja itu, tak menjadikan dosa berbuah
dan memerintah dalam dirinya. Itu sebabnya ia dapat melanjutkan doanya dengan:
“tetapi
janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”
Yesus
sendiri secara gamblang menunjukan kemanusiaannya yang sama dengan para
murid-muridnya yang tak kuasa melawan kuasa kedagingan yang mendera mereka:
Matius 26:41 Berjaga-jagalah dan
berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam
pencobaan: roh memang
penurut, tetapi daging lemah."
Yesus
sendiri, bukan kali pertama ini saja berdoa. Sebagai manusia dan dalam tubuh
yang memiliki kelemahan-kelemahan nyata, Ia sebagai Anak Allah dapat senantiasa
menaklukan kedagingannya tak lepas dengan jam-jam doa yang pagi-pagi sekali atau
semalam-malaman [Bagaimanakah kehidupan
jam doa saya dan anda? Kalau saya, jelas harus membangun kehidupan doa yang
jauh lebih sungguh-sungguh lagi]:
●Lukas 6:12-13 Pada
waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa
kepada Allah. Ketika hari siang, Ia memanggil
murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang,
yang disebut-Nya rasul:
Di taman Getsemani, ia
berdoa karena ia tahu rohnya penurut namun daging lemah. Ini adalah tipikal
problem manusia yang dapat ia alami secara otentik dalam kemanusiaannya
sebagai Anak Allah. Dalam hal ini memang Yesus memerintahkan pada para murid
untuk ikut melakukan sebagaimana yang dilakukannya. Perbedaannya, Yesus
berkuasa atas kedagingannya sementara para murid tidur, tak kuat melawan
kedagingan mereka. Kehidupan doa adalah sesuatu yang mendominasi Yesus dalam
setiap keputusan atau perbuatan yang akan diambilnya.
●Matius14:23-24 Sesudah
itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan
mendahului-Nya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang.
Dan
setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa
seorang diri. Ketika hari sudah
malam, Ia sendirian di situ.
●Lukas 5:15-16 Tetapi
kabar tentang Yesus makin jauh tersiar dan datanglah orang banyak
berbondong-bondong kepada-Nya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari
penyakit mereka. Akan tetapi Ia
mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa.
●Yohanes 9:18 Pada suatu kali ketika Yesus berdoa seorang diri, datanglah
murid-murid-Nya kepada-Nya. Lalu Ia bertanya kepada mereka: "Kata orang
banyak, siapakah Aku ini?"
●Lukas 9:28 Kira-kira
delapan hari sesudah segala pengajaran itu, Yesus membawa Petrus, Yohanes dan Yakobus, lalu naik ke atas gunung untuk berdoa.
●Lukas 9:29 Ketika Ia sedang berdoa, rupa
wajah-Nya berubah dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan.
Saat
dalam pergumulan di taman Getsemani, tak bisa dikatakan Yesus nyaris berdosa
sebagaimana pada lazimnya manusia yang berada dalam taklukan kuasa pemerintahan
dosa, itu jelas nyata terlihat pada siapakah yang sebenarnya memerintah dirinya
sementara ia mengenakan tubuh manusia yang sama seperti saya dan anda, yaitu:
pada pemerintahan Bapa, sebagaimana pada pernyataannya ini: “janganlah
seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti
yang Engkau kehendaki.” Sekali
lagi harus dicamkan bahwa “melainkan seperti yang Engkau kehendaki” sangat erat
terkait dengan apa yang sebelumnya Yesus katakan:
Sekarang
jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa,
selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke
dalam saat ini.- Yoh 12:27
Dalam
doa taman Getsemani tersebut, justru begitu sempurna tersingkap ketakbernodaan
Yesus dalam ia mengenakan tubuh yang dikuasai kelemahan-kelemahan namun tidak
ditaklukan oleh kuasa pemerintahan dosa yang sudah menguasai segenap manusia.
Saat ia berkata dalam doa penuh pergumulan keras dan berkata” janganlah seperti
yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki,” sangat senilai
dengan “..dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat
ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini. Ketika itulah memang
tujuannya datang kedalam dunia, untuk saat ini, maka seluruh dinamika
kemanusiaannya terkait ia mewujudkan tujuan Bapa melalui kemanusiaannya,
pastilah akan menyingkapkan ketakberdayaan kemanusiaan Yesus untuk
menanggungnya sendiri pada kekuatan dirinya sendiri, kecuali ia berseru kepada
pemerintahan Bapa yang memerintah tubuhnya untuk dipersembahkan sebagai
satu-satunya kurban dan darah yang sanggup menguduskan satu kali dan untuk
selama-lamanya-artinya segala ketentuan kurban berdasarkan hukum Taurat tidak
lagi dikehendaki Bapa.
Bahwa
Yesus dalam pergumulan panjang tak sama sekali menunjukan ia nyaris jatuh dalam
dosa atau tidak memiliki potensi untuk suci sama sekali, selain secara gamblang
menunjukan betapa memang ia sebagai manusia dapat mengalami penderitaan jiwa
yang mencekam sebagaimana memang
kemanusiaanya dapat mati, terlihat pada peristiwa ini:
Lukas 22:40-42 Setelah
tiba di tempat itu Ia berkata kepada mereka: "Berdoalah supaya kamu jangan
jatuh ke dalam pencobaan." Kemudian Ia
menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar batu jaraknya, lalu Ia
berlutut dan berdoa, kata-Nya: Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari
pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku,
melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.
Bagaimana
injil Lukas menjelaskan momentum yang dapat dinilai pandangan mata manusia
sebagai momen kerapuhan Yesus dan momen
yang menyingkapkan Yesus tak beda dengan semua manusia pada naturnya: bertabiat
dosa dan membutuhkan ketaatan untuk menaklukan dosa yang sedang meyeruak itu.
Faktanya momentum itu hanya menunjukan betapa memang ia memiliki tubuh yang
dapat begitu hebat dihimpit oleh ketakutan tanpa sebuah kepalsuan sebagaimana
nanti pada kematiannya bukan sebuah penipuan yang bagaimanapun.
Yesus
sejak semula menyatakan bahwa roh penurut tetapi daging lemah. Darimanakah ia
dapat berkata demikian? Karena ia dapat mengalami dan merasakannya, tetapi
sebagai Anak Allah, ia juga tahu bahwa ia datang untuk mewujudkan kehendak
Bapa. Maka ketika ia dalam doa yang begitu penuh kesengsaraan itu berseru:
“melainkan kehendak-Mulah yang terjadi,” maka inilah yang dilakukan oleh Bapa:
Lukas 22:43 Maka seorang malaikat dari langit
menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya.
Apakah problem Yesus
dalam taman Getsemani dan dalam seruan yang begitu tajam menunjukan kelemahan
tubuhnya? Problemnya: kemanusiaan
tubuh Yesus tak berkuasa sama sekali melakukan kehendak Bapa, jika saja Bapa
dan Anak tidak satu dalam kehendak dan tujuan yang hendak diwujudkan-Nya. Dalam
hal ini sama sekali tak ada problem nyaris gagal atau nyaris dosa, sebab
tujuan penampakan seorang malaikat dari
langit bukan untuk menguduskan motif Yesus terhadap kehendak Bapa dalam
nasihat-nasihat atau peringatan-peringatan untuk taat. Sebaliknya agar
Yesus dalam kemanusiaannya itu sanggup secara sempurna menahan dan
menanggung pada dirinya sendiri segala hal yang akan dialaminya mulai dari
penderitaan hingga kematiannya.
Perhatikan
bagaimana kedatangan malaikat itu
semata-mata pada ketahanan tubuh manusia Yesus untuk menanggung cawan murka
Allah atas dosa manusia:
Lukas 22:44 Ia sangat ketakutan dan makin
bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti
titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.
Sangat ketakutan dan makin percaya dan bergantung pada Bapa sumber kehendak yang sedang diwujudkannya. Takkah "sangat ketakutana" dan "makin percaya dan bergantung pada Bapa atau makin bersungguh-sungguh berdoa" merupakan pasangan yang melampaui kekuatan jiwa manusia belaka?
Sangat ketakutan dan makin percaya dan bergantung pada Bapa sumber kehendak yang sedang diwujudkannya. Takkah "sangat ketakutana" dan "makin percaya dan bergantung pada Bapa atau makin bersungguh-sungguh berdoa" merupakan pasangan yang melampaui kekuatan jiwa manusia belaka?
Mengapa
peristiwa di taman Getsemani tidak
dapat dipersoalkan ke dalam sebuah kemungkinan berdosa selain pada ketakberdayaan tubuh
manusia Yesus yang memiliki kelemahan-kelemahan, karena problem yang
ditanggulangi Bapa pada Yesus adalah memberikan kekuatan tubuh Yesus agar tidak mati
karena ketakberdayaan tubuh manusia itu untuk menanggung cawan yang harus
diminumnya, sebelum ia harus disalibkan atau ditinggikan dari bumi sebagaimana
dikehendaki Allah! Dalam taman Getsemani itu sendiri, setelah
malaikat itu datang dari langit, maka tubuh Yesus sanggup tetap berdoa
sungguh-sungguh sekalipun sangat kekakutan dan keringatnya menjadi seperti
titik-titik darah yang bertetesan ke
tanah. Ini bukan soal Yesus nyaris
berdosa, karena yang terutama, Bapa sendiri adalah Sang Penabur Benih yang
dikehendaki-Nya menjadi POKOK KESELAMATAN bagi banyak orang.
Bukan
itu saja, dalam kondisi fisik yang kian
melemah kekuatannya, ia masih dapat berkata:
Lukas 22:45-46 Lalu
Ia bangkit dari doa-Nya dan kembali kepada murid-murid-Nya, tetapi Ia
mendapati mereka sedang tidur karena dukacita. Kata-Nya
kepada mereka: "Mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan
jatuh ke dalam pencobaan."
Karena
Yesus dapat mengecap secara sempurna kelemahan manusia-manusia [Sebab Imam Besar yang
kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan
kelemahan-kelemahan kita- Ibrani 4:15]namun berkuasa atasnya atau ia tidak ditaklukan oleh kelemah-kelemahan tubuh [sebaliknya sama
dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa- Ibrani4:15] maka ia dapat memberikan solusi sempurna: “bangunlah dan berdoalah, supaya kamu
jangan jatuh ke dalam pencobaan.” Lihat ini, satu-satunya ketaatan yang
dituntut Yesus pada para murid di taman Getsemani adalah: BERDOA! Bangunlah
atau adakanlah relasi dengan Tuhan kala anda dan saya dilanda kemencekaman atau
masalah yang tak lagi sanggup untuk saya dan anda hadapi. Bukan ketaatan yang lain-lain apalagi untuk dapat taat
seperti Yesus yang sanggup menjadi bukti atau corpus delicti! Kelemahan tubuh para murid: berduka
telah sanggup melumpuhkan iman mereka sehingga tidur! Pasrah dalam kebutaan
atau pasrah tanpa mengenal dan mengetahui secara pasti apakah kehendak Allah
yang hendak diwujudkan Yesus dalam kehendak Bapa yang harus jadi pada diri
Yesus itu. Sementara pada tubuh Yesus yang tak berdaya dan sudah berkeringat darah,
ia bahkan semakin sungguh-sungguh, karena ia telah menerima kekuatan dari
Bapanya untuk meminum cawan murka Bapa atas manusia-manusia berdosa.
Ada
ke-antara-an antara Petrus, para murid
dan manusia, sehingga tak dapat melihat kematian Yesus sebagai Yesus
dimuliakan sebab dalam kematiannya Ia
menjadi pokok keselamatan bagi banyak orang yang beriman kepada-Nya. Hanya jika
ke-antara-an itu dilenyapkan di dalam Yesus, maka manusia dapat memandang dan mengenal Yesus di
dalam kebenaran Bapa.
Yohanes
17:20-24 Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk
orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya
mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku
di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa
Engkaulah yang telah mengutus Aku. Dan Aku telah
memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya
mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan
Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa
Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti
Engkau mengasihi Aku. Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun
Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah
Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau
berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.
Amin
Segala
Kemuliaan Hanya Bagi Tuhan
No comments:
Post a Comment