F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Ketika Mencintai-Nya Bukan Soal Perasaan Belaka:

Oleh: Martin Simamora


Tetapi Allah Yang Bersabda: “Ikutlah Aku.”
(Refleksi)



Pernahkan anda menanyakan (bukan mempertanyakan) perasaan cintanya kepada dirimu bagaikan saat anda belum menikahinya, menjadi isterimu? Mencintai diriku atau dirimu oleh pasanganmu-isterimu seharusnyalah memiliki daya magnet yang sehangat dan secemburu saat anda belum memilikinya sebagai milikmu. Namun, bagi Yesus, mencintai dirinya sedemikian, hanya bisa terjadi dalam sebuah cara yang sungguh berbeda, sebab harus dimulai dengan sebuah relasi yang diciptakan Sang Kristus: “ikutlah Aku.” Mencintai memang begitu identik dengan perasaan yang begitu spesial dan begitu tercurahnya kepada seseorang. Tetapi Yesus memperlihatkan sebuah mencintai dirinya yang sama sekali tak akan terkerjakan oleh perasaan dan kekuatan jiwaku semata. Setidaknya Ia telah memperlihatkannya pada Petrus:

Yohanes 21:15-17 Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.

Yesus menanyakan kasih Petrus kepada dirinya, namun mengapakah Petrus bersedih? Ini sebetulnya bukan soal apakah Yesus sedang meragukan kasihnya, bukan! Tetapi soal masa depan diri Petrus yang harus berlangsung sebagaimana Yesus memandangnya dan diungkapkannya kepada Petrus; ini bukan hal yang gampang lagi menyenangkan sebab ini adalah mengasihi Tuhan sekalipun harus mati pada akhirnya. Petrus tak memahami mengapa demikian caranya Sang Kristus menanyakannya, seolah meragukannyakah?


Ini sungguh istimewa kala  Yesus begitu  mengkhususkan dirinya, waktunya dan kasihnya untuk menanyakan, apakah Petrus benar-benar mengasihinya sebagaimana yang diinginkan Sang Kristus. Ketika Kristus mempertanyakan hal mengasihi ini kepada Petrus, maka. apa yang ditunjukan oleh Yesus adalah apa yang dikehendaki dari Petrus untuk mengasihi dengan sebuah mengasihi yang melampaui apapun dan siapapun yang dikasihinya; tak tertandingkan, sebab Yesus bukan hanya menanyakan 3 kali perihal ini, namun apa yang jauh lebih penting adalah: Yesus sedang membincangkan kasih Petrus kepadanya pada sebuah durasi waktu ke depan- pada masa mendatang yang telah dipandang Yesus sebagai sebuah kepastian.


Yesus memang pada dasarnya sedang membicarakan relasi dirinya dengan  Petrus untuk sebuah rentang  yang panjang-bahkan bukan sekedar panjang  namun hingga kepada simpul terakhir kehidupan Petrus-membicarakan hubungan mengasihi diri-Nya pada sebuah waktu jauh ke depan, bahkan hingga akhir hidupnya. Ini begitu istimewa, namun kelihatannya saat itu, Petrus belum memahami sepenuhnya (kita akan melihat kapankah momen Petrus memahami seutuhnya). Yesus membicarakan apa yang dikehendaki-Nya atas Petrus, kelak di suatu masa: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.”


Tak mengherankan jika Petrus mendapatkan momentum yang begitu istimewa terkait “gembalakanlah domba-domba-Ku” (semua rasul memang memang turut bersama-sama menggembalakan domba-domba  milik Kristus), sebagaimana memang terlihat pada peristiwa Pentakosta:

Kisah Para Rasul 2:14- Maka bangkitlah Petrus berdiri dengan kesebelas rasul itu, dan dengan suara nyaring ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang Yahudi dan kamu semua yang tinggal di Yerusalem, ketahuilah dan camkanlah perkataanku ini. Orang-orang ini tidak mabuk seperti yang kamu sangka, karena hari baru pukul sembilan, tetapi itulah yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi Yoel: Akan terjadi pada hari-hari terakhir--demikianlah firman Allah--bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi… (36) Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus."   (37(Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?" (38) Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus (39) Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita."


Gembalakanlah domba-domba-Ku,” ini adalah masa depan yang telah ditetapkan oleh Yesus bagi Petrus dan juga semua rasul yang lain, terkait erat dengan mereka yang menerima pengampunan dosa dan menerima karunia Roh Kudus bagi anak-anakmu (ini berbicara generasi-generasi  bangsa Israel yang mendatang- dan juga bangsa-bangsa lain: Kisah Para Rasul 2:7-11) dan bagi orang yang masih jauh (ini berbicara penginjilan bagi individu-individu yang baru akan ada pada generasi-generasi yang mendatang sejauh yang ditetapkan Allah di sepanjang sejarah dunia ini hingga kesudahannya: “sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita,”-sehingga ini melampaui generasi 12  rasul itu sendiri, sebab didasarkan pada sebanyak yang dipanggil oleh Tuhan Allah yang kekal; bandingkan dengan doa Yesus berikut ini: “Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka- Yoh 17:20).


Yesus membicarakan sebuah masa depan yang akan terwujud secara pasti: pertama: bahwa Petrus (bersama dengan para rasul lainnya) akan menggembalakan domba-domba milik Kristus. Dan memang terkait hal ini Yesus memang mempersiapkan bukan saja Petrus tetapi semua rasul lainnya: “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka- Kisah Para Rasul 1:8-9.”


Yesus pada akhirnya memang sedang mempersiapkan para murid untuk menghadapi masa depan yang sudah ditetapkannya untuk terjadi [harus dikatakan demikian, sebab memang Roh Kuduslah yang kemudian mewujudkan apa yang telah ditetapkan Yesus untuk terjadi, bukan saja bagi mereka  atau sebatas generasi ke-12 rasul itu, namun bekerja memenuhi atau menggenapi janji yang telah dipersiapkan Bapa bagi “anak-anakmu” dan bagi “orang yang masih jauh.”]


Dan semua ini, dimulai dengan:memiliki kasih dari Allah, sehingga mampu mengasihi-Nya lebih dari apapun juga [sebuah kasih yang bisa terjadi karena terlebih dahulu telah diberikan oleh Kristus: “Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu”- Yoh 15:9 [bahwa karena Allah-lah yang lebih dahulu (bdk.1Yoh 4:10,19) mengasihi Petrus maka Petrus dapat mengasihi  Yesus sekalipun ia saat itu belum mengenali apakah yang dapat dilakukan oleh kasih Kristus yang bersemayam dan menuntun perjalanan hidupnya], itu sebabnya Yesus menanyakan hal yang paling mulia yang telah diberikan kepada Petrus:“apakah engkau mengasihi-Ku,” yang kemudian dijawab oleh Petrus dengan sebuah keyakinan bahwa Yesus tahu bahwa ia memang benar-benar mengasihinya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.”


Yesus bukan sekedar beromantika dalam kata dan dalam emosi, bukan itu sama sekali. Sebab Sang Juruselamat bukan seorang penyair roman picisan apalagi emosional belaka. Apa yang sedang dibicarakan adalah kasih-Nya  kepada Petrus sehingga ia mampu hidup didalam kuasa kasih-Nya; sehingga ia mampu memenuhi kehendak-Nya, bukan saja masa saat itu tetapi ke depan, sebagai bagian dari karya-Nya didalam menggenapi janji pengampunan dan menerima karunia Roh Kudus didalam pemberitaan kasih Kristus yang disediakan bukan saja untuk Israel  di era mereka, tetapi untuk Israel pada generasi-generasi mendatang termasuk untuk orang-orang (dari berbagai bangsa) yang masih jauh berdasarkan kuasa Roh Kudus yang bekerja kekal, sementara para para rasul tidaklah hidup di muka bumi ini di sepanjang usia bumi ada dikehendaki Bapa.


Kuasa kasih Allah-mengasihi Allah ini dikatakan melebihi apapun juga, termasuk mengasihi diri sendiri, Dan dalam kasih dan berlandaskan mengasihi Kristus-lah selanjutnya Yesus berkata begini kepada Petrus:

Yohanes 21:18-19 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki." Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku."

Kedua:ikutlah Aku.” Petrus sudah mengikut Yesus sebab bukankah ia salah satu dari 12 murid utama Sang Kristus. Sehingga ini bukan sebuah undangan biasa tetapi sebuah ajakan yang membawanya masuk ke dalam apa yang sudah ditentukan sebelumnya, bahwa kelak ia pasti akan:
-menggembalakan domba-domba Kristus
-Ia akan mati dan memuliakan Allah


[apa yang juga menakjubkan, sekalipun ini adalah sebuah percakapan khusus antara Kristus dan Petrus, tak sama sekali hendak menyatakan betapa paling dikasihinya Petrus diantara yang lain. Perhatikanlah ini: “Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus dan yang berkata: "Tuhan, siapakah dia yang akan menyerahkan Engkau?- Yohanes 21:20,” bahkan Petrus sendiri tidak melihat dirinya menjadi begitu istimewa].




Bagi Petrus, ia memang kini menjadi benar-benar mengetahui akan seperti apakah akhir hidupnya sebagai orang yang dikasihi Kristus dan mengasihi Kristus. Apa yang kemudian melintas dibenaknya dan begitu tak tertahankan untuk ditanyakannya kepada Yesus: akan samakah keberakhiran hidup para murid yang lainnya, dengan dirinya? Akan mati dan memuliakan Allah –sebuah peristiwa kematian yang secara terbuka akan membuat Tuhan dimuliakan?


Dan Petrus tahu, bahwa ada seorang murid yang dimatanya begitu dikasihi Yesus:
Yohanes 21:20-22 “Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka… Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus: "Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?" Jawab Yesus: "Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku."


Bagaimana dengan murid-muridnya yang lain?
Yesus memiliki penetapan tersendiri pada setiap manusia, dan Ia mengetahuinya secara pasti sebagai sebuah kepastian di dalam sejarah dunia atau terwujud di dunia ini sebagaimana kehendak Allah di sorga, dan dalam hal ini, terhadap murid yang disebut “sebagai murid yang dikasihi Yesus,” Yesus menjawab: “Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang.” Ini bukan hendak mengatakan bahwa murid tersebut tidak akan mati selama-lamanya, tetapi hendak menyatakan bahwa murid tersebut akan  dijagai-Nya kehidupannya dari kematian yang bagaimanapun sampai genap ia mengalamisampai Aku datang.” [bacalah ini: Yohanes 1:1,9-10 “Inilah wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepada-Nya, supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi. Dan oleh malaikat-Nya yang diutus-Nya, Ia telah menyatakannya kepada hamba-Nya Yohanes. … (9) Aku, Yohanes, saudara dan sekutumu dalam kesusahan, dalam Kerajaan dan dalam ketekunan menantikan Yesus, berada di pulau yang bernama Patmos oleh karena firman Allah dan kesaksian yang diberikan oleh Yesus. (10) Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku suatu suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala,; Wahyu 5:1-9 Maka aku melihat di tangan kanan Dia yang duduk di atas takhta itu, sebuah gulungan kitab, yang ditulisi sebelah dalam dan sebelah luarnya dan dimeterai dengan tujuh meterai. Dan aku melihat seorang malaikat yang gagah, yang berseru dengan suara nyaring, katanya: "Siapakah yang layak membuka gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya?" Tetapi tidak ada seorangpun yang di sorga atau yang di bumi atau yang di bawah bumi, yang dapat membuka gulungan kitab itu atau yang dapat melihat sebelah dalamnya. Maka menangislah aku dengan amat sedihnya, karena tidak ada seorangpun yang dianggap layak untuk membuka gulungan kitab itu ataupun melihat sebelah dalamnya. Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku: "Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya." Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi. Lalu datanglah Anak Domba itu dan menerima gulungan kitab itu dari tangan Dia yang duduk di atas takhta itu. Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus. Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: "Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa.].


Kehendak Yesus atas Petrus dan Yohanes, sungguh berbeda atau unik, sebab Ia memiliki rancangan-rancangan khusus atas setiap  kekasih-kekasih-Nya berdasarkan kehendak Bapa. Pada Petrus, apa yang merupakan kehendak Yesus adalah: mati dan memuliakan Allah. Bahkan dalam cara yang spesifik: “tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki." Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah.”


Dan pada masa tuanya (setelah semua perjalanan hidup yang dilaluinya dalam ketakmengertian seutuhnya bagaimana mungkin ia pada akhirnya berakhir sebagaimana simpulan akhir kehidupannya sebagaimana yang telah Yesus tetapkan sebelumnya), Petrus memahami hal ini secara utuh:

2Petrus 1:14 Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.


Saya tidak tahu bagaimana akhir hidupku terkait bagaimana aku akan mati sebagai seorang yang dikasihi dan mengasihi Kristus, tetapi saya tahu pasti bahwa Ia tahu bagaimana saya akan meninggalkan kemah tubuhku ini….walau merupakan misteri  bagiku akan bagaimanakah itu. Tetapi dalam hal predestinasi semacam ini, apa yang terpenting bukanlah predestinasi itu sendiri, dan harus selalu ditekankan bahwa itu-predestinasi- adalah kedaulatan Allah atas dunia semesta ini dan apalagi atas setiap anak-anak-Nya. Apa yang terpenting saat ini adalah melakukan ini, sebagaimana nasihat rasul Petrus sendiri:

 2Petrus 1:3-12 Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib. Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia. Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita. Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan. Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung. Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Karena itu aku senantiasa bermaksud mengingatkan kamu akan semuanya itu, sekalipun kamu telah mengetahuinya dan telah teguh dalam kebenaran yang telah kamu terima. 


Predestinasi semacam ini bermula dari kasih Kristus yang diberikan kepada Petrus sehingga Petrus mampu mengasihi Kristus hingga kematiannya (memuliakan Allah)- yang benar-benar berada didalam kendali dan kedaulatan Kristus sebagai pemilik [Yoh 17:6-7] Petrus. Apa yang hendak dikatakan Petrus adalah, sekalipun ia sedari semula mengetahui bahwa ia pasti mati memuliakan Allah (dengan demikian sebuah kematian yang harum dihadapan Kristus), tak membuatnya hidup sedemikian piciknya sehingga hidup sembarangan.Yang begitu pentingnya bagi kita dari nasihat rasul Petrus adalah: pada dasarnya, sekalipun ia mendengarkan penetapan sebelumnya akan kesudahan hidupnya yang begitu gemilang itu, tetaplah itu dihidupi berdasarkan iman dan tetaplah itu sama sekali tak mengurangi tantangan dan segala badai yang dapat menjegal hidupnya; ia bahkan  tak menjadi sedemikian merdeka sesuka kehendaknya sendiri sampai-sampai ia sembarangan saja hidupnya. Sebaliknya ia melihat dirinya di dalam predestinasi atau penetapan sebelumnya akan kesudah hidupnya itu semata sebuah kehidupan yang berlandaskan akan karunia saja-dalam predestinasi itu ia mendapatkan hak penuh untuk memasuki kerajaan kekal, bukan berdasarkan apa yang dikerjakan dalam hidupnya, sebab sekalipun ia bersungguh-sungguh hidup saleh, itu semua dimulai oleh panggilan Kristus yang memampukannya untuk memilih sebagaimana yang dikehendaki Kristus: menuruti/menanggap ajakan-Nya ikutlah Aku. Inilah kehidupan didalam kasih karunia yang berdasarkan panggilan, predestinasi oleh Allah yang mana membuahkan kehidupan yang saleh-yang akan meneguhkan didalammu untuk benar-benar percaya dengan apa yang ditetapkan Yesus padamu, bahwa kesudahanmu adalah bersama-sama dengan Yesus [bdk, misal, dengan doa Yesus ini: “Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang  kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.”].


Justru karena itu, setiap orang beriman sejati dimampukan hidup untuk sungguh-sungguh saleh; dimampukan untuk melakukan perjuangan yang harus kita jalani. Petrus menasihatkan “dengan sungguh-sungguh berusaha” sebab tak ada satupun manusia yang pada dasarnya memiliki kealamian hidup di dalam kasih Sang Kristus yang telah meliputinya.  Dengan kata lain, di dalam predestinasi keselamatan itu, kita memiliki kemampuan yang telah diberikan untuk produktif sehingga memuliakan Bapa.


Sehingga, jadilah produktif seoptimal-optimalnya sebab itu pertama-tama memberikan keuntungan bagi dirimu, yaitu “apa yang menjadi panggilan dan pilihanmu makin teguh.” Saya dan anda kian hari semakin mengetahui lebih baik apakah yang menjadi panggilan Yesus bagiku dan bagimu,  dan apa yang seharusnya menjadi pilihanmu dan pilihanku satu-satunya dan begitu mulia untuk dipilih: “ikutlah Yesus” disepanjang kehidupanmu dan kehidupanku. Sebuah pilihan yang dibuat didalam  kuasa ilahi yang dianugerahkan kepada saya dan anda.



Segala Kemuliaan Hanya Bagi Tuhan


bagaimanakah akhir hidup 12 rasul?

No comments:

Post a Comment

Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9