F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Ia Berkuasa Mengampuni Dosa:



Oleh: Martin Simamora
"Siapakah orang yang menghujat Allah ini?”

Perjumpaan-perjumpaan dengan Yesus tidak akan pernah menjadi hal yang biasa dan apalagi wajar-wajar saja, bahkan dapat sangat membingungkan dan mengguncangkan bagi dunia atau zaman kapanpun juga. Entah bagaimana caranya, manusia-manusia bisa menuturkan begitu saja keberdosaannya kepada Yesus, seperti sedang berjumpa dengan Yang Mahakudus dan Yang Berkuasa untuk menghakimi dan memberikan pegampunan, pendamaian dan pengudusan? Bagaimanapun perjumpaan-perjumpaan Yesus dengan sejumlah manusia telah menyingkapkan sisi diri Yesus yang tak mungkin dilihat begitu saja, kecuali Ia menyatakannya, sambil tentu saja, menyisakan bagi banyak orang, penjelasan yang tak dapat ditemukan, sebab Ia  didapati sebagai manusia ketika ia menyatakan kemahakudusannya  yang tanpa kemegahan dan tanpa suara menggelagar. Seperti relasi-relasi semacam ini:

Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa."-, Lukas 5:8

Kalau kita mengabaikan konteks Simon Petrus yang terpotret sedang:
-tersungkur di depan Yesus
-berkata:…, pergilah dari padaku
-aku ini orang berdosa

Apakah pentingnya dan dimanakah titik nalarnya untuk menghakimi diri sendiri “aku ini orang berdosa” dan berkata “pergilah dari padaku?”  Apakah Yesus se-mahakudus itu diantara para manusia? Apakah yang dialami Petrus sehingga  mulutnya harus berkata “aku ini orang berdosa?” Ia seorang nelayan dan seorang pekerja keras, paling tidak ia manusia pekerja keras bukan pencuri dan apalagi penipu. Coba lihat bagaimana Petrus bekerja sungguh-sungguh dalam hidupnya: “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa- Lukas 5:5.” 

0 Konsekuensi-Konsekuensi yang Tak Tertanggungkan



Oleh: Martin Simamora

“jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri”

Kredit foto: news.uchicago.edu
Terkadang manusia membuat pilihan-pilihan yang tak bijaksana, pilihan-pilihan yang tidak mendatangkan hal-hal signifikan dalam hidupnya, malahan menggiring mereka kepada tragedi demi tragedi. Tetapi dalam hal itupun mereka tidak tahu apapun, sebab tak satupun manusia mau menjemput tragedi. Seorang  anak pergi bersama dengan temannya, mengendari sepeda motor dan si anak tidak tahu kalau temannya sedang  berada di bawah pengaruh obat-obatan atau alkohol dan berakhir pada sebuah  kecelakaan tragis, keduanya meniggal dunia. Atau, pada lain peristiwa, seorang anak gadis memutuskan untuk meminum minuman dengan kadar alkohol ringan-berpikir itu aman bagi dirinya sebagaimana biasanya-yang mengakibatkan dirinya kehilangan keawasan secara lambat laun, ia,singkat cerita, hamil dan terkena penyakit menular seksual. Kita melihat di sini, dari segelintir contoh sederhana ini, nyata terlihat betapa keputusan-keputusan kecil dapat memberikan konsekuensi-konsekuensi signifikan. Saya katakan  keputusan-keputusan kecil, karena pada umumnya memang terlihat sama sekali tidak berbahaya. Ya… seperti menyantap makanan-makanan lezat yang membuat tubuh menjadi kegemukan karena juga tidak memiliki kebiasaan berolah raga atau pola hidup sehat, kemudian mengalami sakit jantung. Bagaimana kita dapat melindungi diri kita sendiri dari membuat pilihan-pilihan salah. Lebih sukar lagi, sebab banyak pilihan-pilihan tersebut adalah hal sepele dan sama sekali tidak terlihat salah, namun memberikan konsekuensi-konsekuensi fatal bagi kehidupannya sendiri.

Kita membuat pilihan-pilihan, kerap, untuk tujuan lebih baik atau untuk mengatasi problem. Sebuah problem memerlukan keputusan untuk menghasilkan sebuah aksi yang dapat membebaskan manusia dari problem-problemnya. Dan manusia memiliki  kebijaksanaan dan pengetahuan untuk membuat keputusan terhadap sebuah masalah. Mari kita melihat kasus ini:
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9