F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Tinjauan:Pengajaran Pdt.Erastus Sabdono Tentang Corpus Delicti (31/40)

Oleh: Martin Simamora

Sepuluh Bagian Keempat
Ingatlah Apa yang Dikatakannya Kepadamu!

(Lebih dulu di “Bible Alone”-Minggu, 29 Agustus 2016- telah diedit dan dikoreksi)



Bacalah lebih dulu: “bagian 30”  

Kedudukan para rasul Kristus yang berada di bawah pengutusan Kristus (Lukas 24:48-50; Matius 28:16-20; Markus 16:14-16,19-20; Yohanes 21:15-19; Kisah Para Rasul 1:8-9) yang memberikan bagi mereka: otoritas dan kuasa, serta mandat untuk memberitakan injil Kristus setelah mereka diperlengkapi dengan kuasa yang akan-kala itu- diberikan oleh Roh Kudus, telah membuat mereka membawa pada diri mereka kebenaran-kebenaran yang telah ditegakan Kristus di bumi ini. Kebenaran-kebenaran yang berdiri di atas kitab Taurat dan kitab para nabi yang telah digenapi oleh Yesus Sang Mesias. Dan jika memperhatikan apakah bunyi pengutusan beserta apakah tugas yang harus dilakukan dalam pengutusan tersebut, tetap tak ada sama sekali perubahan atau koreksi atau modifikasi pada selama antarwaktu sebelum kematian, kematian dan sesudah kematian atau setelah kebangkitannya dari antara orang mati. Tetap sama dan tak ada tambahan. Setelah Yesus masuk ke dalam kematian dan bangkit dari kematian, tak ada sama sekali sebuah koreksi, pelengkapan, atau modifikasi.  Segera setelah Yesus bangkit bahkan para malaikat tidak memberikan maklumat yang bagaimanapun terkait Yesus yang telah bangkit dari kubur, maklumat  yang bagaimanapun juga untuk menunjukan semacam ketaktepatan Yesus dalam pengajaran-pengajaran sebelumnya. Tak juga ada indikasi ketaklengkapan atau kekeliruan pada ajaran dan pada rangkaian panjang pernyataan-pernyataan Yesus yang berbunyi: “ Aku datang untuk menggenapi hukum Taurat dan kitab para nabi” (Matius 5:17-18), termasuk  pengajaran Yesus semacam ini: “Ketika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri dan berkata kepada mereka di tengah jalan: Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan" (Matius 20:17-19, dan juga: Lukas 18:31-34, Markus 8:31,9:31, 10:32-34). Tak ada sama sekali indikasi dan pernyataan terbuka yang menunjukan kekeliruan dan kesalahan fatal  pada pernyataanya yang ini: “Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah… Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.” (Yohanes 12:23-24, 27). Tak ada sama sekali indikasi dan pernyataan terbuka yang menunjukan kekeliruan dan kesalahan ringan atau fatal pada pernyataannya yang ini: “Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar; dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku" (Yohanes 12:31-32) yang menunjukan kuasanya atas iblis, dan pada bagaimana ia harus mati (Yohanes 12:33). Tidak juga ada satu pernyataan sesamar apapapun atau yang terbuka untuk menunjukan bahwa keraguan orang-orang Yahudi yang berbunyi: "Kami telah mendengar dari hukum Taurat, bahwa Mesias tetap hidup selama-lamanya; bagaimana mungkin Engkau mengatakan, bahwa Anak Manusia harus ditinggikan? Siapakah Anak Manusia itu?"(Yohanes 12:34) terbukti benar sehingga pernyataan Yesus bahwa ia datang untuk menggenapi hukum Taurat dan kitab para nabi yang mencakup kemesiasannya, dengan demikian salah dan tak terbukti demi hukum Taurat itu sendiri dan kitab para nabi. Tidak ada sedikit saja pernyataan Yesus yang semacam ini “Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku? Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian?" (Matius 26:53-54) adalah pernyataan seorang “megalomania” yang memandang dirinya begitu ilahi dan begitu sabdaiah yang sedang terpojok dan yang sedang terpuruk dihadapan pedang dan kuasa politik dunia demi harga dirinya dihadapan pedang terhunus yang sedang membelanya (Matius 26:52). Tidak ada kekeliruan dan kesalahan yang sehalus apapaun apalagi terkutuk bagi Yesus saat ia sebelum kematiannya bersabda mengenai dirinya adalah: “Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." (Yohanes 6:48-51) yang telah menimbulkan pertengkaran besar (Yohanes 6:52) dan yang telah mengakibatkan banyak orang yang dikenali publik sebagai para pengikut Yesus memutuskan untuk mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia (Yohanes 6:66). Tak ada satu indikasi yang bagaimanapun atau pernyataan gamblang bahwa pengajaran Yesus sebelum kematiannya merupakan pengajaran yang terlampau keras dan terlampau berlebihan untuk diucapkan kepada sesama manusia, sehingga benarlah ini: “Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?" (Yohanes 6:60). Tak ada kesalahan sama sekali pada Yesus dan sabdanya saat ia sedang menyatakan siapakah Ia pada mulanya dan selama-lamanya bahwa  ia tak bermula dan tak berakhir baik dahulu sebelum masuk ke dalam dunia dan sesudah ia masuk ke dalam dunia ini sementara ia telah menjadi manusia, seperti ia telah nyatakan sebelum kematiannya: “Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?” (Yohanes 6:62) sementara ia pada saat yang sama sedang memberitakan kematiannya sebagai penggenapan kitab suci (Lukas 24:25-27,44). 


Tidak ada sama sekali koreksi dalam bentuk yang bagaimanapun setelah kebangkitannya dan bahkan itu ditegaskan oleh 2 malaikat yang menampakan diri di kubur yang telah kosong sebab Yesus telah bangkit dari antara orang mati, tepat sebagaimana ia telah bersabda:

0 Tinjauan:Pengajaran Pdt.Erastus Sabdono Tentang Corpus Delicti (30/40)

Oleh: Martin Simamora

Sepuluh Bagian Ketiga
Apa Yang Tertulis Dalam Hukum Taurat Dan Kitab para Nabi

(Lebih dulu di “Bible Alone”-Minggu, 29 Agustus 2016- telah diedit dan dikoreksi)



Bacalah lebih dulu: “bagian 29”  

Siapakah Yesus Kristus dan apakah tujuannya datang ke dalam dunia dan hanya dirinyalah Sang Penggenap, memang bernilai abadi di dunia ini atau akan senantiasa melintasi masa demi masa dan generasi demi generasi dan memang Ia kekal. Sebab Ia adalah Sang Penyabda dan Sang Penggenapnya, tepat sebagaimana Sang Kristus menyatakannya sendiri relasi dirinya dengan hukum Taurat adalah: “selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.” Dua komponen keabadian melekat secara manunggal pada diri Yesus, pertama: “selama belum lenyap langit dan bumi ini” yang merujukan keabadiannya di dalam ruang dan waktu; kedua “sebelum semuanya terjadi” yang menunjukan kekekalan dirinya sebagai Sang Penyabda dan Sang Penggenapnya sebab ini secara total adalah “satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat.” Itu sebabnya “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya” (Matius 5:17:18) yang diucapkannya dan dilakukannya sebagaimana sabdanya dalam Ia  Sang Firman telah menjadi manusia (Yohanes 1:1,14) memang dilakukannya sebagai satu-satunya yang berkuasa sebagaimana Allah itu sendiri berkuasa. Ia Sang Firman melakukannya sebagai Ia telah menjadi manusia yang tinggal di antara manusia dan yang memang harus memenuhi tuntutan Taurat. Apa yang membuatnya sekalipun adalah manusia yang sama seperti semua manusia namun secara eksistensial tidak sama sama sekali dihadapan hukum Taurat dan kitab para nabi adalah relasinya dan kehendak diri terhadap Taurat yang bukan saja sebangun dan selaras tetapi benar-benar ia sendiri memiliki kekudusan, kuasa dan otoritas yang memampukan mulutnya-raganya dan jiwanya untuk bersabda: selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi terhadap “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.”


Ia memenuhi tuntutan hukum Taurat sebagai ia satu-satunya manusia yang memiliki raga dan jiwa yang memang adalah hamba terhadap sabda Allah agar ditaati, tepat sebagaimana semua manusia. Akan tetapi apa yang membuat dirinya tak sama dengan semua manusia lainnya adalah: ia bukan sekedar mentaati-Nya tetapi menggenapi-Nya pada dirinya sendiri sebagaimana Allah bermaksud dan berkehendak pada semua manusia. Juga apa yang membuat dirinya tak sama dengan semua manusia lainnya di dalam ia telah menjadi manusia sehingga sama seperti semua manusia lainnya, adalah bagaimana ketaatan Yesus adalah ketaatan yang sepenuh-penuhnya pikiran Allah dan kehendak Allah dalam tak berkecacatan dan dalam tak sedikit saja kurang sempurna atau apalagi kurang sedikit saja tidak seperti yang Bapa kehendaki. Itu sebabnya Ia berkata selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Yesus sendiri berkata bahwa apa yang dilakukannya adalah satu-satunya cara dan tidak ada lagi yang lain jika siapapun mau masuk ke dalam  Kerajaan Sorga atau terluput dari kebinasaan akibat sedikit saja meleset dari kebenaran ini sebagaimana ia bersabda sebagai Ia Sang Penggenap berikut ini:

Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.- Matius 5:19

Kesempurnaan yang tak bercela saja yang akan memampukan seseorang untuk menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga; jikalau ada yang mengajarkan dan melakukan dengan meniadakan salah satu perintah sekalipun yang paling kecil maka ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam sorga. Bagi manusia yang penuh kelemahan dan memiliki kemampuan yang unik antarmanusia, ini masih berita baik dan teramat baik,  secara  khusus pada “siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkan demikian  kepada orang lain.”


Semua manusia pada era Yesus begitu berharap agar setidak-tidaknya diri mereka dapat memiliki kehidupan kekal. Tetapi apakah mereka dapat bahkan sekedar pada kategori “tempat paling rendah di dalam Kerajaan Sorga?” Akan adakah satu saja yang bisa berada di tempat paling rendah di dalam Kerajaan Sorga, tidak binasa berdasarkan ketaatan pada tuntutan hukum Taurat? 



Beginilah sabda Sang Penggenap kepada semua pendengarnya:

0 Tinjauan:Pengajaran Pdt.Erastus Sabdono Tentang Corpus Delicti (29/40)

Oleh: Martin Simamora

Sepuluh Bagian Ketiga
Yang Engkau Sampaikan Kepada-Ku Telah Kusampaikan

(Lebih dulu di “Bible Alone”-Rabu, 25 Agustus 2016- telah diedit dan dikoreksi)



Bacalah lebih dulu:”bagian 28
  

"Apa yang tertulis dalam hukum Taurat & Kitab para nabi?
Mengapa Ia adalah satu-satunya terang dunia sehingga satu-satunya kebenaran yang merupakan sabda Allah, itu karena tak ada satupun manusia seperti manusia Yesus. Tidak ada satupun manusia seperti Yesus, didasarkan pada ia satu-satunya manusia yang kehadirannya di dalam dan diatas bumi merupakan ketetapan Allah dan datang dari Allah sebagaimana yang telah dinyatakan-Nya melalui para nabi-nabi kudus-Nya dan telah dituliskan dalam kitab suci. Inilah kebenaran mengenai dirinya.

Apapun kebenaran terkait dirinya pada siapakah dia dan apakah tujuannya terkandung dalam hukum Taurat dan kitab para nabi. Ini adalah kebenaran sebab Yesus sendiri menarik sebuah relasi yang manunggal pada dirinya dengan hukum Taurat dan  kitab para nabi dalam cara yang menunjukan kebergantungan hukum Taurat dan kitab para nabi pada diri Sang Mesias itu, kemuliaan dan martabat  hukum Taurat dan kitab para nabi bergantung padanya hingga pada akhir zaman:

Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.- Matius 5:17-18


Sabda Kristus ini begitu penting dan satu-satunya sentral yang dapat menjelaskan siapakah dan apakah tujuan Yesus datang ke dalam dunia ini berdasarkan apa yang menjadi pikiran Allah. Berdasarkan ini jugalah akan ternyatakan benarkah Allah bercela dihadapan iblis terkait pembuktian corpus delicti melalui pengutusan Anak Tunggalnya kedalam dunia ini. Apakah Yesus dalam  penggenapan terhadap hukum Taurat dan kitab para nabi, ada menunjukan sebagaimana yang telah diajarkan oleh  pendeta Dr. Erastus Sabdono.

0 Tinjauan:Pengajaran Pdt.Erastus Sabdono Tentang Corpus Delicti (28/40)

Oleh: Martin Simamora

Sepuluh Bagian Ketiga
Digembalakan Oleh Yesus Kristus Sebab Hanya Ada Satu Terang Yang Menyatakan Dunia Ini Dikuasai Kegelapan Sekalipun Matahari Bersinar Cerah

(Lebih dulu di “Bible Alone”-Selasa, 24Agustus 2016- telah diedit dan dikoreksi)



Bacalah lebih dulu: “bagian 27”  

Sang Kristus bukan sekedar antitesa, kontraposisi atau kebalikan terhadap realitas manusia yang berada di dalam kuasa pemerintahan kegelapan; Ia bukanlah satu manusia yang berdialetika atau perlu berargumentasi dengan siapapun dengan kebenaran –kebenaran lain untuk menyatakan  bahwa kuasa pemerintahan kegelapan ada di dunia ini. Ia bahkan tak pernah mendudukan dirinya diantara manusia  sebagai  kontraposisi dari semua kedudukan manusia dalam kegelapan sehingga ia dapat  menjadi teladan bagi manusia lainnya pada bagaimana agar menjadi sebagaimana adanya Yesus yang berkontraposisi pada kegelapan. Pada semua Surat  atau Epistel yang dituliskan oleh para rasul, Yesus tak pernah didudukan sebagai kontraposisi terhadap semua manusia dan berbagai kebenaran yang bertumbuh di dunia yang berada di dalam kegelapan sehingga semua manusia berkesempatan dan berpotensi keluar berdasarkan serangkain peneladanan dan pengimitasian hidup di hadapan Bapa. Tidak demikian sebab ia telah dinyatakan sebagai sebuah keabsolutan tunggal yang mengatasi seluruh kebenaran (bandingkan dengan sabda nabi terakhir perjanjian lama, Yohanes Pembaptis: Yohanes 3:31 dan ucapan Yesus sendiri: Injil Yohanes 8:23,42). Mari kita memperhatikannya:


Roma 3:20-25 Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa. Tetapi sekarang, tanpa hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan, seperti yang disaksikan dalam Kitab Taurat dan Kitab-kitab para nabi, yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya. Sebab tidak ada perbedaan. Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya.



Kisah Para Rasul 18:18-28 Sementara itu datanglah ke Efesus seorang Yahudi bernama Apolos, yang berasal dari Aleksandria. Ia seorang yang fasih berbicara dan sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci. Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes. Ia mulai mengajar dengan berani di rumah ibadat. Tetapi setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa dia ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah.  Karena Apolos ingin menyeberang ke Akhaya, saudara-saudara di Efesus mengirim surat kepada murid-murid di situ, supaya mereka menyambut dia. Setibanya di Akhaya maka ia, oleh kasih karunia Allah, menjadi seorang yang sangat berguna bagi orang-orang yang percaya. Sebab dengan tak jemu-jemunya ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias.


Kisah Para Rasul 19:8-10 Selama tiga bulan Paulus mengunjungi rumah ibadat di situ dan mengajar dengan berani. Oleh pemberitaannya ia berusaha meyakinkan mereka tentang Kerajaan Allah. Tetapi ada beberapa orang yang tegar hatinya. Mereka tidak mau diyakinkan, malahan mengumpat Jalan Tuhan di depan orang banyak. Karena itu Paulus meninggalkan mereka dan memisahkan murid-muridnya dari mereka, dan setiap hari berbicara di ruang kuliah Tiranus.  Hal ini dilakukannya dua tahun lamanya, sehingga semua penduduk Asia mendengar firman Tuhan, baik orang Yahudi maupun orang Yunani.


Kisah Para Rasul 19:13-19 Juga beberapa tukang jampi Yahudi, yang berjalan keliling di negeri itu, mencoba menyebut nama Tuhan Yesus atas mereka yang kerasukan roh jahat dengan berseru, katanya: "Aku menyumpahi kamu demi nama Yesus yang diberitakan oleh Paulus." Mereka yang melakukan hal itu ialah tujuh orang anak dari seorang imam kepala Yahudi yang bernama Skewa. Tetapi roh jahat itu menjawab: "Yesus aku kenal, dan Paulus aku ketahui, tetapi kamu, siapakah kamu?" Dan orang yang dirasuk roh jahat itu menerpa mereka dan menggagahi mereka semua dan mengalahkannya, sehingga mereka lari dari rumah orang itu dengan telanjang dan luka-luka. Hal itu diketahui oleh seluruh penduduk Efesus, baik orang Yahudi maupun orang Yunani, maka ketakutanlah mereka semua dan makin masyhurlah nama Tuhan Yesus. Banyak di antara mereka yang telah menjadi percaya, datang dan mengaku di muka umum, bahwa mereka pernah turut melakukan perbuatan-perbuata seperti itu. Banyak juga di antara mereka, yang pernah melakukan sihir, mengumpulkan kitab-kitabnya lalu membakarnya di depan mata semua orang. Nilai kitab-kitab itu ditaksir lima puluh ribu uang perak.


Ini adalah sebuah peristiwa yang menimbulkan goncangan sosial dan ekonomi, sebab pemberitaan Yesus dan penyataan diri Yesus yang sekalipun tak lagi beserta dengan para rasul itu,secara jasmani, telah menjadi kebenaran absolut yang tak dapat diargumentasikan sehingga tak memberikan sebuah ruang berdialetika untuk melahirkan nilai-nilai kebenaran yang lebih akomodatif bagi nilai-nilai kebenaran lokal yang selama ini turut membentuk kehidupan sosial masyarakat kala itu. Ini adalah sebuah kebenaran Kristus menggoncang sebuah tatanan hidup yang dikuasai kegelapan tanpa siapapun dapat mencegahnya. Tak ada yang dapat mencegah ini: “tetapi roh jahat itu menjawab: “Yesus aku kenal, dan Paulus aku ketahui.” Menunjukan secara publik (ayat 19-20) bahwa Yesus, sementara memang tak ada lagi di dunia ini, namun pemerintahannya di dunia ini dan atas iblis dan kerajaannya, begitu kuat dan berlangsung dalam kebenaran yang kokoh di hadapan dunia dan di hadapan iblis sendiri. Ini adalah peristiwa yang menunjukan kebenaran Kristus senantiasa menghakimi dunia ini, dunia sekitarmu. Bahkan jikapun anda menutup mulutmu rapat-rapat atau mencegah agar pemberitaanmu tidak sampai menghakimi sedemikian tajam dan sedemikian menyinggung sekelompok masyarakat, Yesus yang saat ini bertakhta di sorga akan tetap menghakimi dunia ini, dunia sekitarmu dalam cara yang sama sekali tak memerlukan seorang anak Tuhan memberitakan injil apalagi sampai menghakimi, seperti ini: “Juga beberapa tukang jampi Yahudi, yang berjalan keliling di negeri itu, mencoba menyebut nama Tuhan Yesus atas mereka yang kerasukan roh jahat dengan berseru, katanya: "Aku menyumpahi kamu demi nama Yesus yang diberitakan oleh Paulus." Mereka yang melakukan hal itu ialah tujuh orang anak dari seorang imam kepala Yahudi yang bernama Skewa. Tetapi roh jahat itu menjawab: "Yesus aku kenal, dan Paulus aku ketahui, tetapi kamu, siapakah kamu?" Paulus tidak berbuat apapun secara langsung pada peristiwa yang menghakimi dan membongkar kinerja kerajaan iblis di dalam dunia ini, tetapi lihatlah kegoncangan yang diakibatkan-Nya:

0 Tinjauan:Pengajaran Pdt.Erastus Sabdono Tentang Corpus Delicti (27/40)

Oleh: Martin Simamora

Sepuluh Bagian Ketiga
Digembalakan Oleh Yesus Kristus Didalam Kekayaan-Nya Agar Tidak Kekurangan Dalam Satu Karuniapun Selama Di Dunia ini

(Lebih dulu di “Bible Alone”-Minggu, 22Agustus 2016- telah diedit dan dikoreksi)



Bacalah lebih dulu: “bagian 26”  

Didalam Kristus, setiap domba atau setiap orang percaya kepunyaan Kristus adalah orang-orang yang kaya dalam segala hal untuk menggenapi sabda Yesus yang berbunyi:

Matius 5:13-16 Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."


Kehidupan  penggembalaan yang dibangun berdasarkan sederetan kebahagiaan:

Matius 5:1-12 Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya: Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."


Deretan kebahagiaan tersebut di atas, yang disampaikan oleh Yesus merupakan deretan kebahagiaan yang tak berlandas pada bagaimana dunia mendefinisikan kebahagiaan hidup. Indikasi utama telah dinyatakan pada kebahagiaan pertama.  

0 Khotbah Menyambut Tahun Baru 2017:

Oleh: Martin Simamora

Masa Depan Bukan Realitas “Impian Dan Kenyataan”

Di setiap hari yang dianugerahkan-Nya, kucoba untuk senantiasa mengucap syukur dan memanjatkan doa, atau bahkan menyampaikan kepada-Nya apakah yang ada di dalam benak pikiran ini. Bisa apa saja. Bisa apa yang menjadi harapan dalam tantangan untuk mewujudkannya, kadang merupakan ungkapan pikiran atas  setiap firman yang membentuk dan menempa diri untuk senatiasa memiliki stamina dan kekuatan untuk tetap hidup dan berenergi di dalam perubahan apapun di dunia ini. Tetapi juga berdoa agar segala pemikiran, rencana dan kemampuan yang bersemayam di diri ini dapat menjadi modal dasar membajak tanah garapan yang dianugerahkan-Nya agar dapat menanam, merawat dan memetik buahnya sehingga sejahtera. Berdoa agar pertumbuhan dari-Nya memberkati setiap perbuatan tangan yang dilakukan berdasarkan pemikiran pikiran yang telah dibasuhkan dalam doa kepada Bapa. Di atas semuanya itu, semua manusia akan menjalani kehidupan ini berdasarkan pengharapan yang dibangunnya agar terwujud sebagaimana hati berharap. Impian dan kenyataan seharusnya tak mengecewakan dan menyedihkan kala tak bersepakat membahagiakan setiap manusia yang menyebut dirinya adalah anak-anak Tuhan.


Apakah yang sudah anda doakan dan usahakan dalam perencanaan dan kerja kerasmu pada 2016 hingga menjelang kesudahan tahun ini? Sudahkah itu memuaskanmu, ataukah mengecewakanmu? Apakah anda berpikir waktu dan keberuntungan tak memihakmu? Tetapi lebih dari itu semua adalah, siapakah Tuhan bagimu disepanjang 2016 ini hingga jelang kesudahan penanggalan 2016 ini?

0 Tinjauan:Pengajaran Pdt.Erastus Sabdono Tentang Corpus Delicti (26/40)

Oleh: Martin Simamora

Sepuluh Bagian Ketiga
Digembalakan Oleh Yesus Kristus Agar Tidak Serupa Dengan Dunia Ini Sebab Dibawa Keluar Dari Hidup Di bawah Maut Kepada Hidup Di Dalam Allah

(Lebih dulu di “Bible Alone”-Minggu, 21Agustus 2016- telah diedit dan dikoreksi)
 
Moralitas pada relativitasnya dan problem abadi manusia- kredit: carlylestewart.com
Bacalah lebih dulu: “bagian 25

Penggembalaan Yesus bukan menggembalakan anda agar memiliki moralitas baik sebagai kontra terhadap segala dimensi negatif atau jahat di dunia ini, hal ini terjadi karena siapakah Yesus dan kuasa padanya yang mengerjakan apakah yang menjadi tujuannya ke dunia ini sehingga digenapi olehnya. Sementara itu, memang adalah baik bagi semua manusia untuk memiliki moralitas yang baik dan kehidupan luhur di dalam dunia manusia, tetapi juga jika anda mengakui siapakah Yesus sebagaimana Ia bersabda maka kita harus mendengar dan mentaati kebenarannya yang menunjukan bahwa kejahatan di dunia ini bukan berakar pada problem peradaban, etika moralitas dan keagungan spiritualitas manusia di dalam kehidupan. Yesus sejak semula menunjukan bahwa peradaban, etika moralitas dan keagungan spiritualitas manusia bereaksi begitu janggal terhadap kedatangan dirinya, menolaknya atau etika moralitas, peradaban manusia dan keagungan spiritualitas manusia menjadi buta dan tuli terhadap Yesus:

Yohanes 3:19 Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.

Ketika Yesus berkata “tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang,” yang dimaksudkannya adalah dirinya adalah terang.


Mengapa penggembalaan Yesus tidak berhubungan dengan sebuah kontra keras terhadap segala hal negatif terkait moralitas dan hukum, itu dikarenakan Yesus sendiri meletakan dirinya sebagai satu-satunya solusi bagi problem jahat dunia ini. Itu termasuk moralitas  di dunia ini telah berada dibawah penghakiman jiwa Sang Kristus. Mari perhatikan berikut ini:

Matius 15:17- 20Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu yang masuk ke dalam mulut turun ke dalam perut lalu dibuang di jamban? Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat. Itulah yang menajiskan orang. Tetapi makan dengan tangan yang tidak dibasuh tidak menajiskan orang."


Moralitas dunia adalah soal apakah yang benar dan apakah yang salah; apakah yang seharusnya dilakukan dan apakah yang tidak boleh dilakukan; apakah yang harus dikoreksi pada diri manusia agar kehidupannya hidup didalam apakah yang seharus dilakukan berdasarkan apakah yang benar dan apakah yang salah sehingga tak boleh dilakukan. Tetapi sama sekali problem moralitas ini tidak akan mendefinisikan manusia dan kemanusiaan sebagai memiliki problem kenajisan; sama sekali problem moralitas manusia tak akan dikaitkan dengan akar masalah sejatinya, yaitu “dari hati timbul segala  rupa kejahatan dan problem  moralitas itu.” Perubahan perilaku bisa dipastikan sebagai kemampuan manusia itu untuk menguasai dirinya dan mengontrol apa yang ada di hati dan pikirannya agar tidak melahirkan  problem moralitas di dunia ini dan problem kejahatan yang dapat melukai sesamamu manusia, tetapi disaat yang sama dapat dipastikan bahwa selama-lamanya manusia  tidak dapat mematikan dan membuang problem kenajisan yang datang dari hati. 


Sebab manusia tak akan pernah memiliki sumber pengudusan yang senantiasa terhadap problem kenajisan itu sendiri sementara hati sebagai sumber segala rupa kejahatan dan problem kemanusiaan, tetap berada dalam kehidupan diri setiap manusia. 
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9