Oleh: Martin Simamora
Memahami
Tirani Ketakberdayaan Moralitas Manusia Untuk Melenyapkan Konflik, Agar Hanya Damai
Saja
Pengantar:
Perilaku Janggal Manusia Dalam Membangun Perdamaian Di Dunia
Apa yang tersaji dalam potret-potret di atas,
jelas merupakan peristiwa yang sangat buruk bagi kemanusiaan dan bagi keamanan
nasional yang ditegakan oleh pemerintah Republik Indonesia. Telah menjadi kewajiban negara untuk menegakan
hukum dan memastikan keamanan dan ketahanan nasional negara kita ini terpelihara
dan terjaga dengan baik. Tentu akan sulit membayangkan jika saja peristiwa
kerusuhan di Mako Brimob Kelapa Dua itu tidak tertangani secara baik,
mengabaikan hak-hak asasi manusia. Walau begitu jelas perlakuan yang begitu
keji terhadap aparat keamanan, dapat saja membuat keputusan-keputusan yang
dibuat menjadi terlampau emosional. Sepatutnyalah kita mengucapkan syukur
kepada Tuhan yang telah memberikan hikmat dan kekuatan kepada aparat dan
pemerintah kita, sehingga dapat menyelesaikan krisis tersebut secara tegas,
namun penuh hikmat.
Dunia bukan tanah
yang gembur bagi perdamaian, sebuah judul besar yang berupaya memotret berbagai
fenomena yang janggal di dunia ini, bahwa damai
dan konflik dalam segala rupanya,
harus berkompetisi dalam sebuah rivalitas yang teramat sengit. Faktanya kadang
damai dikalahkan oleh kekuatan-kekuatan
konflik sehingga pertikaian hingga
bentrok dengan aparat keamanan, kadang harus menumpahkan darah.
Tentu saja dunia
sangat mengenal baik, kalau damai harus menjadi sebuah keutamaan hidup peradaban
manusia. Pada level negara, karenanya, keamanan dan kedamaian kehidupan kita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
berpondasikan pada seperangkat undang-undang hukum dan aparat penegak hukum,
agar tertib sosial, kepastian hukum dapat menjadi dasar bagi saya dan anda
memiliki sebuah penghidupan yang paling asasi. Karena itulah, Alkitab pun
menyinggung betapa pentingnya aspek-aspek penegakan hukum secara benar dan
adil:
Zakharia
8:16-17 Inilah hal-hal yang harus kamu lakukan: Berkatalah benar seorang kepada
yang lain dan laksanakanlah hukum yang
benar, yang mendatangkan damai di pintu-pintu gerbangmu. Janganlah
merancang kejahatan dalam hatimu seorang terhadap yang lain dan janganlah
mencintai sumpah palsu. Sebab semuanya itu Kubenci, demikianlah firman
TUHAN."
2Tawarikh
19:5-7,9- Ia mengangkat juga hakim-hakim
di seluruh negeri, yakni di semua kota yang berkubu di Yehuda, di tiap-tiap
kota. Berpesanlah ia kepada hakim-hakim itu: "Pertimbangkanlah apa yang
kamu buat, karena bukanlah untuk manusia kamu memutuskan hukum, melainkan untuk
TUHAN, yang ada beserta kamu, bila kamu memutuskan hukum. Sebab
itu, kiranya
kamu diliputi oleh rasa takut kepada TUHAN. Bertindaklah dengan
seksama, karena berlaku curang, memihak ataupun menerima suap tidak ada pada
TUHAN, Allah kita."… Ia memerintahkan mereka: "Kamu harus
bertindak dengan takut akan TUHAN, dengan setia dan dengan tulus hati,
demikian: Dalam setiap perkara, yang disampaikan kepada kamu oleh rekan-rekanmu
yang tinggal di kota-kota, yakni perkara-perkara mengenai penumpahan darah atau
mengenai hukum, perintah, ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan hendaklah
kamu memperingatkan mereka, supaya mereka jangan bersalah terhadap
TUHAN, sehingga murka-Nya menimpa kamu dan rekan-rekanmu. Hendaklah
kamu berbuat demikian, dan kamu tidak akan bersalah.
Keluaran
23:6-8 Janganlah engkau memperkosa hak orang miskin di antaramu dalam
perkaranya. Haruslah kaujauhkan dirimu dari perkara dusta. Orang yang
tidak bersalah dan orang yang benar tidak boleh kaubunuh, sebab Aku
tidak akan membenarkan orang yang bersalah. Suap janganlah kauterima, sebab
suap membuat buta mata orang-orang yang melihat dan memutarbalikkan perkara orang-orang yang benar.
Keluaran
23:3 Juga janganlah memihak kepada orang miskin dalam perkaranya.
Apa yang saya ingin
tunjukan melalui teks-teks ini adalah aspek-aspek hukum secara benar dan adil
di dunia ini adalah hal yang tak main-main di dalam pandangan Tuhan. Para hakim
harus mengerti bahwa mereka adalah alat di tangan Tuhan untuk menunjukan
keadilan, perlindungan, kasih, kekudusan dan kebenaran harus tetap berlangsung. Coba perhatikan
peringatan ini: Dalam setiap perkara,
yang disampaikan kepada kamu oleh rekan-rekanmu yang tinggal di kota-kota,
yakni perkara-perkara mengenai penumpahan darah atau mengenai hukum, perintah,
ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan hendaklah kamu memperingatkan
mereka, supaya mereka jangan bersalah terhadap TUHAN, sehingga murka-Nya
menimpa kamu dan rekan-rekanmu. Hendaklah kamu berbuat demikian, dan kamu tidak
akan bersalah. Tetapi ini sekaligus menunjukan betapa memang dunia ini
bukan lahan gembur bagi perdamaian yang sejati melalui tegaknya hukum secara
benar dan berkeadilan. Bahkan rivalitas perdamaian dan keadilan pun berlangsung
sengit di dalam pengadilan, tempat dimana seharusnya rakyat berharap perdamaian
dan keadilan.
Tetapi, apakah yang terlintas dalam benak saya dan anda, ketika
kita mengucapkan atau mendengarkan kata damai? Mungkin kita ada banyak diantara
kita akan berkata bahwa damai adalah ketiadaan konflik dan hukum yang
senantiasa bersikap benar dan adil baik
kepada manusia-manusia yang besar dan yang lemah. Tetapi seperti tadi saya
kemukakan, faktanya damai dan konflik senantiasa berkonflik, bahkan indeks
keamanan kota-kota di dunia dari, misal saya ambil, aspek perlindungan terhadap
kriminal, menunjukan bahwa kejahatan itu sangat dekat dengan kehidupan kita
sehari-hari. Sebagai gambaran, saya sajikan sebuah indeks yang dilaporkan oleh
The Economist Intelligence Unit yang dalam pengindeksannya
juga mencakup bagaimana kesiapan sebuah kota dalam mengantisipasi
ancaman-ancaman terorisme:
Untuk
laporan selengkapnya, anda bisa mempelajari pada lampiran di penutup artikel ini.
Damai dan keadilan tidak
pernah mendapatkan tempat abadi di tanah bumi ini, di dalam hati manusia
sehingga bertumbuh lebat, dipelihara sedemikian rupa hingga sama sekali tak
akan dijumpai semak belukar dan hama-hama seperti tikus-tikus yang berupaya
menggerogoti damai dan keadilan. Manusia bahkan memandang damai memiliki sebuah
jarak yang begitu jauh untuk dijangkau oleh tangan dan kekuatan jiwa manusia
agar didekap erat untuk tak lagi dilepaskan. Kita akan selalu gagal untuk
menggenapkan ini, tak peduli seberapa kuatnya jiwa seorang manusia untuk
menegakannya. Damai karenanya dilantunkan sebagai sebuah kerinduan yang begitu
kudus untuk benar-benar bisa terjadi dan karenanya didoakan dengan segenap
jiwa.
Mazmur bahkan
menunjukan bahwa menyukai damai tidak
pernah merupakan jaminan akan menuai damai. Di dunia ini dalam menabur damai
dan dalam menegakan keadilan, kebencian dan perang bisa menjadi buahnya, karena
bumi bukan tanah yang gembur bagi damai dan keadilan:
Aku ini suka
perdamaian, tetapi apabila aku
berbicara, maka mereka menghendaki perang.-
Maz 120:7
Pernahkah anda
mengalaminya, dan tak habis pikir bagaimana
mungkin kebencian begitu menggelora dan kebinasaan dikejar sebagai sebuah
cita, sementara pada pihak lain damai ditawarkan dan didoakan?
Orang itu mengacungkan
tangannya kepada mereka yang hidup damai
dengan dia, janjinya dilanggarnya; mulutnya
lebih licin dari mentega, tetapi ia
berniat menyerang; perkataannya
lebih lembut dari minyak, tetapi semuanya adalah pedang terhunus.- Maz
55:20-21
Sebab
mulut orang fasik dan mulut penipu
ternganga terhadap aku, mereka berbicara
terhadap aku dengan lidah dusta;
dengan kata-kata kebencian mereka menyerang aku dan memerangi
aku tanpa alasan. Sebagai balasan
terhadap kasihku mereka menuduh aku, sedang aku mendoakan mereka. Mereka membalas kejahatan
kepadaku ganti kebaikan dan kebencian ganti kasihku.- Maz 109:2-5
Dunia ini, sudah
dimengerti oleh setiap insan manusia, bukanlah tanah yang gembur bagi perdamaian dan
keadilan yang berasaskan kebenaran. Dalam hidup sehari-hari, tidak ada rumah
tanpa pagar dengan kunci-kunci yang kokoh sekalipun kita telah bertetangga
secara akrab dan baik. Setiap manusia secara alami belajar menjadi dewasa, bahwa
keselamatan jiwa pada malam hari tidak bisa diserahkan pada rumah tak berkunci
dan pada cluster rumah berpengaman dengan iuran yang bisa saja mahal, misal 500
ribu rupiah per bulannya.
Pada malam hari,
kedamaian dan ketenangan berasal dari apakah rumah telah tertutup dan terkunci
secara pasti. Mengapa? Karena kita sangat percaya bahwa kita sebetulnya hidup
di sebuah dunia dimana kejahatan bisa terjadi kapan saja dan di tempat-tempat
yang paling aman yang bisa saya dan anda upayakan. Tentu di sini, yang saya
maksudkan bukan sebuah kecemasan yang berlebihan, tetapi tindakan-tindakan
rasional manusia dalam menegakan keamanan dan kedamaian hidup bagi dirinya dan
keluarga tersayangnya dalam dunia yang dalam saat apapun bisa menjadi ancaman
bagi diri saya dan anda.
Pada level Negara,
pun sama pada prinsipnya. Bahkan dalam masa damai, dalam masa itupun, negara
sungguh menyadari jika perdamaian tidak pernah abadi dan tidak bisa ada begitu
saja tanpa diperjuangkan dan dipertahankan secara sangat serius. Saya pikir, mungkin anda pernah mendengar
amsal kebijakan latin yang berbunyi “jika ingin damai, bersiaplah untuk perang”,
atau “civis pacem para bellum.”
Inilah yang menjadi dasar mengapa dalam
situasi yang kita katakan damai, setiap negara
harus memiliki angkatan bersenjata yang andal. Negara kita yang tercinta pun
demikian. Di era pemerintahan presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, negara kita
mencanangkan pemenuhan Minimum Essential Force (MEF) yang harus dimiliki negara
kita, agar mampu mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan kita yang merupakan
pondasi kehidupan damai bagi segenap rakyat Indonesia.
Alkitab sendiri menyatakan bahwa damai
di bumi, tidak pernah menjadi hakikat murni pada jiwa umat manusia.
Perhatikan beberapa ayat yang mengindikasikannya:
▐Mazmur
35:19-20 Janganlah sekali-kali bersukacita atas aku orang-orang yang memusuhi
aku tanpa sebab, atau mengedip-ngedipkan mata orang-orang yang membenci aku tanpa alasan. Karena mereka tidak membicarakan damai, dan terhadap orang-orang yang rukun di negeri mereka
merancangkan penipuan,
▐Mazmur
28:3 Janganlah menyeret aku bersama-sama dengan orang fasik ataupun dengan
orang yang melakukan kejahatan, yang
ramah dengan teman-temannya, tetapi
yang hatinya penuh kejahatan.
▐Yesaya
57:8-9 Mereka segera melakukan kejahatan, dan bersegera hendak menumpahkan darah orang yang tidak bersalah;
rancangan mereka adalah rancangan
kelaliman, dan ke mana saja mereka pergi mereka meninggalkan kebinasaan
dan keruntuhan. Mereka tidak mengenal
jalan damai, dan dalam jejak mereka tidak ada keadilan; mereka
mengambil jalan-jalan yang bengkok, dan setiap
orang yang berjalan di situ tidaklah
mengenal damai.
▐Lukas
19:41-44 Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya,
kata-Nya: "Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti
apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi
bagi matamu. Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau
dan menghimpit engkau dari segala jurusan, dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada
tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batupun tinggal terletak di atas
batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat
engkau."
▐Yeremia
8:14-16 Mengapakah kita duduk-duduk saja? Berkumpullah dan marilah kita pergi
ke kota-kota yang berkubu dan binasa di sana! Sebab TUHAN, Allah kita,
membinasakan kita, memberi kita minum racun, sebab kita telah berdosa kepada
TUHAN. Kita mengharapkan damai,
tetapi tidak datang sesuatu
yang baik, mengharapkan waktu kesembuhan, tetapi yang ada hanya kengerian!
Dengus kuda musuh terdengar dari Dan; karena bunyi ringkik kuda jantan mereka gemetarlah seluruh negeri. Mereka datang dan memakan habis negeri
dengan isinya, kota dengan penduduknya. Lihatlah, Aku melepaskan ke antaramu
ular-ular beludak, yang tidak dapat dimanterai, yang akan memagut kamu,
demikianlah firman TUHAN."
▐Roma
3:14-17 Mulut mereka penuh dengan sumpah serapah, kaki mereka cepat untuk menumpahkan darah. Keruntuhan dan
kebinasaan mereka tinggalkan di jalan mereka, dan jalan damai tidak mereka
kenal; rasa takut kepada
Allah tidak ada pada orang itu."
▌Efesus
5:15-16 Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup,
janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.
Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti
kehendak Tuhan. Dan janganlah kamu
mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah
kamu penuh dengan Roh,
Manusia memahami
bahwa mereka membutuhkan perdamaian yang diperlukan untuk meluputkan diri
mereka sendiri dari natur kemanusiaan yang begitu jahatnya sampai-sampai mampu
untuk melenyapkan peradaban dan martabat hakiki manusia yang seharusnya
mengenal siapa penciptanya dan memiliki takut akan Tuhan sebagai sebuah corak
jiwa ciptaan Tuhan. Tetapi?? Kita sama-sama mengerti bahwa manusia harus
senantiasa memaklumi kalau dirinya ada di pusaran rivalitas yang begitu janggal
ini.
Mengapa begitu
janggal, jika tidak ingin dikatakan bahwa manusia berada dalam sebuah kegilaan
yang dirinya sendiri tak dapat
menanggulanginya? Karena pada dasarnya, setiap gagasan dan cita-cita perdamaian,
juga pada saat yang sama berada dibawah ancaman yang sangat serius oleh diri
manusia itu sendiri. Dengan kata lain, selama manusia memiliki tabiat dan
perilaku yang begitu janggal-yaitu ketakmampuan melenyapkan satu tabiat
perang/destruksi sehingga hanya ada tabiat yang menjunjung perdamaian dan
peradaban, maka perdamaian akan senantiasa berada dibawah intimidasi konflik
yang semuanya itu berakar pada diri manusia itu juga. Bisakah anda membayangkan
bahwa destruksi semacam dibawah ini bukan karena invasi monster atau alien
semacam filem Pacific Rim atau Independence Day tetapi oleh ras manusia itu sendiri:
Karena itulah dalam
politik internasional, setiap manusia harus memandang damai dan konflik sebagai
dua tetangga yang harus hidup secara
berdampingan dan memerlukan sebuah perawatan sangat hati-hati. Saya ingin
mengutipkan sejumlah pernyataan salah satu presiden Amerika Serikat pada era perang dingin, Ronald Reagen, yang
akan menunjukan apa yang saya maksudkan:
●“We
seek the total elimination one day of nuclear weapons from the face of the
Earth.”Ronald Reagan, Inaugural Address, 1985 [Kami mengupayakan
pelenyapan total pada satu hari senjata-senjata nuklir dari muka bumi]
●“A
nuclear war cannot be won and must never be fought. The only value in our two
nations possessing nuclear weapons is to make sure they will never be used. But
then would it not be better to do away with them entirely?”Ronald Reagan, 1984 State
of the Union [“Sebuah perang nuklir, tidak dapat dimenangkan dan tidak bisa
pernah diperangi. Satu-satunya nilai dalam dua bangsa pemilik senjata-senjata
nuklir adalah harus memastikan bahwa senjata-senjata tersebut tidak pernah
digunakan. Tetapi tidakkah kemudian itu lebih baik untuk menyingkirkan senjata-senjata
tersebut secara keseluruhan?”]
●“Peace
is not the absence of conflict, it is the ability to handle conflict by
peaceful means.”Ronald Reagan, from Reagan’s Secret War by Martin and Annelise
Anderson’s [‘Damai bukanlah ketiadaan konflik, damai adalah kemampuan untuk
mengendalikan konflik melalui sarana-sarana penuh damai”]
●“Our
moral imperative is to work with all our powers for that day when the children
of the world grow up without the fear of nuclear war.” Ronald Reagan, from
Reagan’s Secret War by Martin and Annelise Anderson’s [“Kewajiban tak terelakan
moral kita adalah harus bekerja dengan semua kekuatan kita bagi hari tersebut ketika anak-anak
dunia bertumbuh tanpa takut akan perang nuklir]
Bisakah
anda menangkapnya? Betapa manusia sungguh malang
terhadap kelangsungan eksistensinya sendiri terhadap pembinasaan eksistensi
dirinya sendiri, oleh sebab ketakmampuan manusia dengan segala kecerdasan dan
peradaban gemilangnya, melenyapkan apa yang telah diidentifikasikannya sebagai
sumber kebinasaan total. Sementara manusia menyadari betapa persenjataan nuklir
adalah senjata pembinasa eksistensi peradaban manusia, namun tetap
dikembangkan dengan kekuatan yang semikian
mampu memusnahkan dunia secara total, sementara tetap berpikir begitulah
perdamaian harus dibangun dan dipelihara!
Berdoalah
Bagi Para Pemimpin dan Negaramu: Negara Sebagai Alat Kemurkaan Di Tangan Tuhan
Terhadap Kejahatan
Sementara kita semua
hidup di dalam dunia yang demikian, ini bukan sebuah dasar untuk hidup dalam
apatisme dan tanpa tujuan. Justru di dalam dunia semacam inilah memiliki tujuan
menjadi sangat penting. Tetapi ketika manusia sendiri berada dalam rivalitas
yang begitu janggal dan memiliki desain dan kemampuan untuk membinasakan diri
dan peradabannya sendiri, maka tujuan hidup tak bisa sekedarnya dan apalagi
berbasis moralitas. Dalam hal ini, moralitas manusia sudah berada dalam posisi yang harus
dipertanyakan, untuk aspek yang bagaimanapun, mengingat sementara IPTEK memang
sanggup membangun peradaban manusia yang kian maju, tetapi IPTEK yang sama juga
membangun kekuatan pemusnah mahahebat
bagi peradaban manusia itu sendiri.
Pernyataan Ronald
Reagen yang berkata “Peace is not the
absence of conflict, it is the ability to handle conflict by peaceful means”
telah menjadi rujukan pasti bagi problem dilematis moralitas manusia: tahu
apakah yang berbahaya dan membinasakan, namun dikembangkan sebagai dasar
membangun keamanan dan perdamaian. Saya lampirkan sebuah paper riset berjudul “Nuclear Weapons, Peace and the Security
Dillemma: The Role of Cognitive Processes in Deterrence” yang
dipublikasikan Graduate School of Business - Standford University.
Karena itu juga, tak
perlu mengherankan, jika setiap negara termasuk Indonesia harus memiliki
aparatur negara yang sangat vital dan penting bagi penegakan hukum sebagai
pondasi kehidupan damai. Tentu akan dipertanyakan, bagaimana mungkin damai harus ditegakan dengan senjata, tak
cukup dengan perundang-undangan saja? Bukankah manusia ketika membaca aturan hukum
dan moral akan membuat manusia menjadi baik
karena pada hakikatnya bukankah manusia itu baik adanya? Jika memang benar demikian, tentu
semakin lama, aparatur negara kita tidak akan semakin lama menjadi semakin
diperlengkapi dengan persenjataan yang bukan saja untuk melumpuhkan tetapi menetralisir
bahaya mematikan.
Tentu saja damai di
sini menjadi apa yang tadi dikatakan oleh Ronald Reagen: “Peace is not the absence of conflict, it is the ability to handle
conflict by peaceful means,” dengan kata lain, moralitas manusia tidak
dapat diharapkan sama sekali sebagai yang dapat diandalkan, sebaliknya hukum tertulis
dan perangkat-perangkat penegakan hukum adalah kendali atau tali kekang
pengendalian terhadap problem-problem manusia ini. Ini tidak hendak mengatakan
bahwa manusia adalah makluk barbar, tetapi hendak mengatakan bahwa negara tidak
bisa menegakan keamanan dan damai dengan pondasi belaka moral.
Alkitab sendiri
menunjukan kepada kita bahwa dunia ini memang bukan tanah yang gembur bagi
perdamaian pada skala apapun juga. Pada skala negara, beginilah Alkitab
menunjukan bagaimana negara harus menegakan keamanan dan perdamaian:
Roma
13:1-7 Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab
tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada,
ditetapkan oleh Allah. Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan
ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas
dirinya. Sebab jika seorang berbuat
baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah?
Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya. Karena
pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat
jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang
berbuat jahat. Sebab itu perlu
kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi
juga oleh karena suara hati
kita. Itulah juga sebabnya maka kamu membayar pajak. Karena mereka yang
mengurus hal itu adalah pelayan-pelayan Allah. Bayarlah kepada semua orang apa
yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai
kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak
menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat.
Seperti tadi saya katakan,
ini bukan dasar kebenaran untuk hidup
apatis. Ini tidak boleh mencegah kita untuk memiliki tujuan-tujuan yang mulia
dan luhur bagi sesama manusia. Sementara kita telah mengetahui problem manusia
yang begitu ironi ini, kita harus
mengetahui bahwa Tuhan turut serta menjaga peradaban kemanusiaan kita melalui negara
beserta aparatur negaranya. Karena itu menjadi penting bagi saya dan anda untuk
memiliki pemerintahan yang benar dan memiliki semangat dan cita untuk membangun
rakyatnya agar maju, sejahtera dan kuat dalam menghadapi berbagai resiko atau
ancaman dari dalam dan luar negeri. Jadi sementara kita harus memiliki tujuan
dan cita hidup yang benar, maka saya anda yang telah mengenal kebenaran ini,
harus mau berdoa bagi negara dan para
pemimpin kita. Berdoalah agar negara dan pemimpin-pemimpinnya dapat memberikan
sebuah kehidupan yang tenang, tentram dalam segala kesalehan dan kehormatan
bagi segenap rakyatnya tanpa diskriminasi. Perhatikan ayat ini:
▲I
Tim 2:1-2 Pertama-tama aku menasihatkan: naikkanlah
permohonan, doa syafaat
dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan
tenteram dalam segala
kesalehan dan kehormatan.
Sudahkah anda
memahami salah satu peran penting setiap orang Kristen di negara ini adalah mendoakan negara dan para
pemimpin kita. Sudahkah?
Apakah yang perlu
anda dan saya doakan? Dari semuanya, inilah yang sangat penting terutama dalam
sebuah konstelasi politik yang krusial:
▬Agar
pemimpin kita memiliki para penasihat yang bijak: Jikalau tidak ada
pimpinan, jatuhlah bangsa, tetapi jikalau penasihat
banyak, keselamatan ada- Amsal 11:14
Kita harus mengerti mengapa kita perlu berdoa.
Berdoa akan menjadikan kita terlibat secara fundamental pada sejarah yang akan
dibentangkan Tuhan pada sebuah bangsa dan negara. Karena kedaulatan Tuhan atas
sebuah negara, menjangkau hingga ke kedalam hati pemimpinnya:
▬Agar
Tuhan adalah raja dalam pemerintahan negara kita: Hati raja seperti
batang air di dalam tangan TUHAN, dialirkan-Nya ke
mana Ia ingini.- Amsal 21:1
Hal lain yang sama
pentingnya, mengapa kita harus berdoa. Karena Keberadaan negara dengan
pemerintahannya, pada dasarnya adalah sebuah tatanan dunia yang berada di dalam
tangan Tuhan. Bukan saja “hati raja seperti batang air di dalam
tangan TUHAN”, tetapi eksistensi sebuah negara tak lepas dari kedaulatan
Tuhan:
▌Dia yang membuat
bangsa-bangsa bertumbuh, lalu membinasakannya, dan memperbanyak
bangsa-bangsa, lalu menghalau mereka. Dia menyebabkan para pemimpin dunia
kehilangan akal, dan membuat mereka tersesat di padang belantara yang tidak ada
jalannya. Mereka meraba-raba dalam kegelapan yang tidak ada terangnya; dan Ia
membuat mereka berjalan terhuyung-huyung seperti orang mabuk."- Ayub
12:23-25
Tetapi di atas
semuanya itu, tahukah apakah doa terbesar yang harus anda doakan sementara anda
dan saya hidup di dunia semacam ini?
Inilah doa yang harus anda doakan:
Markus
6:10 datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi
seperti di sorga.
Sehingga kita tidak
sekedar berdoa agar negara dan pemimpin kita diberkati-Nya, tetapi lebih besar
dari semua itu, berdoalah agar datanglah
Kerajaan-Nya, jadilah kehendak-Nya di bumi seperti di sorga. Karena tujuan
hidup kita sebagai anak-anak Allah, bukan di bumi ini tetapi bersama dan di
dalam Bapa, sementara dunia ini pada akhirnya harus berlalu. Sementara kita
harus berada di samping negara dan pemerintah dalam doa dan permohonan agar
tatanan Tuhan terhadap perang melawan kejahatan berlangsung secara benar, kita
juga harus berdoa agar kedamaian yang tercipta memberikan bagi kita waktu yang
memadai untuk menyatakan kerajaan-Nya dalam kebenaran dan keselamatan di dalam
Yesus Kristus. Kiranya melalui artikel sederhana ini, kita semakin menyadari
keberadaan kita di dunia ini hanya akan bermakna jika kita sungguh-sungguh
telah ditebus oleh Allah melalui dan di dalam Yesus Sang Mesias, Tuhan
keselamatan kita. Jadi apa yang harus kita perhatikan kalau begitu? Inilah yang
harus anda dan saya perhatikan adalah ini: “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup,
janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah
waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu
bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.” (Efesus
5:15-17).
Pada akhirnya, saya
ingin mendorong anda untuk mau menjadi agen-agen Allah yang kudus di muka bumi,
jadi anak-anak Allah yang berpengaruh untuk menegakan perdamaian dan
mensejahterahkan negeri di mana kita hidup dan tinggal. Setidak-tidaknya
jadikanlah ayat ini sebagai pedoman hidup sehari-hari dalam kehidupan doa saya
dan anda- jangan egois dalam doa-doamu tetapi jadilah manusia-manusia yang
berjiwa murah hati dengan memberkati bangsa dan negaramu. Jika tak mampu dengan
tenaga dan uang, gunakanlah mulutmu sebagai pribadi yang mengenal Tuhan dalam
kebenaran dan kesucian-Nya:
Usahakanlah
kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada
TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu- Yeremia 29:7
Soli
Deo Gloria
Lampiran:
No comments:
Post a Comment