Oleh: Martin Simamora
Memahami
Tirani Ketakberdayaan Moralitas Manusia Untuk Melenyapkan Konflik, Agar Hanya Damai
Saja
Pengantar:
Perilaku Janggal Manusia Dalam Membangun Perdamaian Di Dunia
Apa yang tersaji dalam potret-potret di atas,
jelas merupakan peristiwa yang sangat buruk bagi kemanusiaan dan bagi keamanan
nasional yang ditegakan oleh pemerintah Republik Indonesia. Telah menjadi kewajiban negara untuk menegakan
hukum dan memastikan keamanan dan ketahanan nasional negara kita ini terpelihara
dan terjaga dengan baik. Tentu akan sulit membayangkan jika saja peristiwa
kerusuhan di Mako Brimob Kelapa Dua itu tidak tertangani secara baik,
mengabaikan hak-hak asasi manusia. Walau begitu jelas perlakuan yang begitu
keji terhadap aparat keamanan, dapat saja membuat keputusan-keputusan yang
dibuat menjadi terlampau emosional. Sepatutnyalah kita mengucapkan syukur
kepada Tuhan yang telah memberikan hikmat dan kekuatan kepada aparat dan
pemerintah kita, sehingga dapat menyelesaikan krisis tersebut secara tegas,
namun penuh hikmat.
Dunia bukan tanah
yang gembur bagi perdamaian, sebuah judul besar yang berupaya memotret berbagai
fenomena yang janggal di dunia ini, bahwa damai
dan konflik dalam segala rupanya,
harus berkompetisi dalam sebuah rivalitas yang teramat sengit. Faktanya kadang
damai dikalahkan oleh kekuatan-kekuatan
konflik sehingga pertikaian hingga
bentrok dengan aparat keamanan, kadang harus menumpahkan darah.
Tentu saja dunia
sangat mengenal baik, kalau damai harus menjadi sebuah keutamaan hidup peradaban
manusia. Pada level negara, karenanya, keamanan dan kedamaian kehidupan kita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
berpondasikan pada seperangkat undang-undang hukum dan aparat penegak hukum,
agar tertib sosial, kepastian hukum dapat menjadi dasar bagi saya dan anda
memiliki sebuah penghidupan yang paling asasi. Karena itulah, Alkitab pun
menyinggung betapa pentingnya aspek-aspek penegakan hukum secara benar dan
adil: