Baca: Matius 7:21–23
Kepada orang-orang yang tidak dikenan Tuhan sekalipun telah bernubuat, mengusir setan dan mengadakan mukjizat demi nama-Nya, Tuhan Yesus berkata, “Aku tidak pernah mengenal kamu!” (ay. 23). Kata “mengenal” di sini tidak berarti bahwa Tuhan tidak mengetahui siapa mereka, sebab Ia Mahatahu, tetapi lebih bermakna “mengenal karena menikmati dan mengalami”. Demikianlah makna yang kita peroleh dari kata “mengenal”, yang dalam bahasa aslinya ditulis γινώσκω (yinóskō) dan secara eufemistis digunakan untuk “hubungan suami-istri”, sejajar dengan יָדַע (yâda`) dalam bahasa Ibrani.
Ini berarti apabila Bapa berkenan kepada kita, maka kita dapat dinikmati oleh Bapa dan Bapa mengakuinya, bahwa Bapa mengenalnya. Tuhan mengatakan bahwa yang dikenal-Nya ialah yang melakukan kehendak Bapa (ay. 21), sebab Bapa berkenan kepadanya. Itulah ukuran apakah seseorang dikenal-Nya atau tidak.
Tuhan bukan hanya menikmati senyum, tawa riang kita atau pada waktu kita melakukan sesuatu yang umumnya dianggap sebagai kebajikan; tetapi juga tatkala kita marah, sedih, berduka dan sebagainya. Tentu ini kemarahan yang sesuai dengan kehendak Tuhan, sebab Ia juga menginginkan seorang pemimpin atau orang tua bisa marah pada tempatnya, yaitu marah yang membangun dan bukan pelampiasan emosional. Tidak semua kemarahan itu dosa.
Apabila Tuhan mau mengalirkan perasaan-Nya melalui kita, kita pun harus bisa mengekspresikannya dengan bersih. Sebenarnya Ia mau tampil dalam gelanggang kehidupan ini melalui kehidupan orang percaya. Bila kita mengerti kehendak-Nya dan terus berjalan dalam kehendak-Nya setiap hari, maka kita mampu memperagakan apa yang dikehendaki-Nya untuk diperagakan oleh kita.
Berkenaan dengan hal ini, Paulus menyatakan, “Hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal. 2:19–20). Hanya bila kita memperagakan kehidupan Tuhan Yesus dalam diri kita, barulah kita dapat mencapai target yang dikehendaki oleh Tuhan, yaitu dikenan-Nya.
(TRUTH)
No comments:
Post a Comment