Baca: Matius 3:13–17
Tuhan Yesus yang adalah Allah bersedia mengosongkan diri-Nya dan menjadi manusia. Sekalipun tidak berdosa, Ia menyerahkan diri-Nya untuk dibaptis, karena itulah kehendak Allah. Dan karena itu Ia dikenan Bapa di Surga. Sesudah dibaptis Yohanes, Bapa di Surga menyatakan kepada Yesus, “Inilah Anak-Ku yang terkasih, kepada-Nyalah Aku berkenan.” (ay. 17).
Seperti Tuhan Yesus dapat memperoleh perkenanan Bapa, demikian pula kita sebagai orang yang percaya kepada-Nya. Target kehidupan kita yang paling mulia adalah apabila Bapa berkenan kepada kita; apabila kita dikenan Bapa. Kita merindukan pertumbuhan hidup kita mengikut Yesus sampai mencapai klimaks tersebut.
Target ini harus menjadi kerinduan orang percaya. Kita harus menanggalkan keinginan-keinginan yang tidak searah dengan target ini, sebab keinginan-keinginan itu akan menumpulkan, membiaskan bahkan menghapus sama sekali kerinduan mencapai target tersebut. Mungkin kita hendak memprotes, sebab tidak mungkin manusia hidup tanpa keinginan.
Ya, manusia harus memiliki keinginan, sebab manusia diciptakan dengan kehendak di dalam dirinya. Tetapi sebagai orang percaya yang dipilih untuk menjadi mempelai Tuhan, kita dipilih untuk mengisi jiwa kita dengan kehendak ini: menjadi pribadi yang berkenan kepada Bapa.
Mungkin kita berpikir, “Tetapi itu ekstrem sekali. Tidak perlu ekstrem begitu.” Tidak bisa tidak, kerinduan ini harus ekstrem, sehingga segala hal lain menjadi tidak berarti. Kerinduan Yesus mengikuti kehendak Bapa-Nya juga ekstrem. Ia dibaptis sekalipun tidak berdosa; bahkan mati di kayu salib sekalipun Ia tidak berdosa.
Tuhan yang berdaulat mutlak menghendaki anak-anak-Nya menjadikan perkenanan-Nya sesuatu yang sangat penting, utama dan selalu mendesak. Penting berarti hal lain harus dianggap minor atau relatif, boleh ada atau boleh tidak ada. Utama, berarti yang lain bisa dikesampingkan. Mendesak, maksudnya bahwa tidak ada hari kita tidak berusaha dikenan-Nya.
Mempelajari kebenaran Firman Tuhan dan berdoa untuk mengoreksi diri adalah kegiatan yang tidak bisa ditunda. Ini pantas kita lakukan bagi Tuhan Semesta Alam yang harus dihormati di atas segala hal. Tanpa berani ekstrem untuk hal ini, seseorang tidak akan pernah sungguh-sungguh memperoleh perkenanan Bapa; tak akan pernah hidup dalam kekudusan yang semestinya; dan tak akan pernah mengerti bagaimana menyenangkan hati Tuhan. Oleh sebab itu, langkah yang harus dilakukan hari ini juga adalah memantapkan hati untuk mendahulukan Bapa.
Photo credit :esharkdesign
(TRUTH)
No comments:
Post a Comment