Oleh : Martin Simamora
Tuhan Tidak Dapat Mencegah
Manusia Untuk Berbuat
Jahat?
Bacalah terlebih dahulu bagian3
Kita telah melihat dan mempelajari kemencekaman yang menyelimuti Israel dalam berhadap-hadapan dengan Firaun beserta bala tentaranya yang gagah perkasa. Kita telah melihat TUHAN yang mengeraskan hati Firaun, yang sebetulnya adalah tindakan yang membuat hati Firaun yang sebelumnya telah keras hati semakin menjadi-jadi sehingga benar-benar melakukan niatnya. Firaun pada dasarnya memang telah keras hati, Keluaran 8:15,19,32 “Tetapi ketika Firaun melihat, bahwa telah terasa kelegaan, ia tetap berkeras hati, dan tidak mau mendengarkan mereka keduanya--seperti yang telah difirmankan TUHAN. Lalu berkatalah para ahli itu kepada Firaun: "Inilah tangan Allah." Tetapi hati Firaun berkeras, dan ia tidak mau mendengarkan mereka--seperti yang telah difirmankan TUHAN. Sebab Aku akan mengadakan perbedaan antara umat-Ku dan bangsamu. Besok tanda mujizat ini akan terjadi." Hal ini tidak menunjukan TUHAN TIDAK DAPAT MENCEGAH MANUSIA UNTUK BERBUAT JAHAT.
Pencopet menjambret seseorang, pembunuh membunuh korbannya,
penipu meraup uang korbannya dan berbagai
tragedi dan peristiwa pilu
lainnya. Apakah ini FAKTA bahwa TUHAN TIDAK DAPAT MENCEGAH MANUSIA BERBUAT
JAHAT? Apakah kebebasan manusia untuk dapat berbuat apa saja telah membuat TUHAN hanya dapat memperingatkan dan tidak dapat mencegah. Sehingga,
isu
yang muncul bukan sekedar TUHAN tidak mau, tetapi tidak dapat. Dikatakan tidak dapat karena dikatakan
manusia memiliki “free will” atau
kehendak bebas dan inilah yang membuat TUHAN tidak dapat mencegah pencopet,
pembunuh, penipu dan lain-lain. Dan pandangan
semacam ini pun mulai menyusupi beberapa orang Kristen.
Dalam hal ini, satu
hal penting yang harus dicamkan, bahwa kedaulatan TUHAN atas semua
manusia, juga meliputi manusia-manusia jahat
dan manusia-manusia yang tidak mengenal TUHAN, pun hal itu tidaklah merampas apa yang dipahami
oleh manusia masa kini sebagai “kehendak bebas” manusia. Dan hal ini secara demonstratif terlihat pada pergerakan Firaun dan bala
tentaranya yang gagah perkasa itu dalam mengejar orang-orang Israel yang keluar
dari Mesir. Tentu saja terkait “kehendak bebas,” sebebas-bebasnya manusia-manusia
itu, tidak akan sebegitu bebasnya sampai-sampai kedaulatan TUHAN tidak dapat
berbuat apa-apa. Anda dan saya telah melihatnya, dan sekali lagi kita akan
melihatnya pada bagian ini secara lebih
mendalam.
Apa yang terjadi sesungguhnya adalah : para manusia, termasuk
yang jahat, anti Tuhan sekalipun tidak akan dapat lepas dari genggaman tangan TUHAN, atau tidak akan pernah
ada manusia yang dapat “mengusir” TUHAN
dari wilayah dirinya sehingga TUHAN
sampai-sampai dapat “ditendang” oleh manusia itu dan TUHAN harus menjauhkan
diri-Nya. Bahkan sekalipun hati para
manusia itu membatu, tak mau tunduk kepada-Nya, tidak berarti Tuhan tidak bisa
lagi berbuat apa-apa atas diri manusia yang
bebas untuk melawan (bandingkanlah
dengan Amsal 19:21, Mazmur 115: 2-3, Ayub 12:9-25). Kita, melalui Ayub,
juga telah melihat bagaimana manusia pada semua aspek, sebetulnya tidak akan sanggup
menjangkau atau memahami Integeritas TUHAN sebagai TUHAN yang adil dan
berdaulat penuh dalam menentukan segala sesuatunya di dunia, menentukan dan
menetapkan bagaimana setiap peristiwa harus berlangsung, tak ada satupun, satu
elemen pun, peristiwa yang terjadi diluar kendali Dia, tak kecuali bagaimana
burung Gagak memburu mangsanya atau kemanakah petir akan menyambar (Ayub 36:32-33; 37:9-13),
apalagi yang terkait diri manusia maka pasti TUHAN terlebih lagi memiliki
kedaulatan yang sempurna atas semua manusia.
Terkait,
APAKAH TUHAN TIDAK DAPAT MENCEGAH
MANUSIA UNTUK BERBUAT JAHAT, kalau kita mempelajari catatan peristiwa dalam Alkitab mengenai
FIRAUN Vs ISRAEL, maka jelas kita melihat bahwa
terkait kejahatan, bukan soal
apakah TUHAN dapat atau tidak dapat, mau atau tidak mau untuk
mencegah, tidak semata soal ini, yang sebenarnya adalah TUHAN memegang kendali atas kebebasan Firaun
untuk melakukan kejahatannya tersebut, kebebasan manusia Firaun tidak membuat
TUHAN terisolasi, Dia memberikan ruang bagi kebebasan manusia Firaun sesuai
dengan KEHENDAKNYA dan MENENTUKAN hasil kejahatan yang dilakukan oleh FIRAUN dengan sebuah maksud, yaitu MEMPERLIHATKAN SIAPAKAH DIA DAN
KEMULIAAN-NYA. Bahkan dengan kata lain, TUHAN sendiri telah MENETAPKAN kejahatan Firaun dan bala tentaranya itu
sebagai sarana untuk memperlihatkan KEBESARAN DAN KEMULIAAN TUHAN sekaligus kepada Israel dan Mesir.
Kepada Israel, TUHAN telah menentukan sebuah cara bagaimana KEBESARAN atau SIAPAKAH DIA tersajikan melalui kematian menggenaskan yang menggulung bala tentara Mesir yang gagah perkasa itu (KELUARAN 14:26-30)Kepada bala tentara Mesir, TUHAN telah menentukan sebuah cara bagaimana KEMULIAAN atau SIAPAKAH DIA tersajikan melalui kedahsyatan TUHAN melindungi Israel, sehingga para tentara MESIR itu melihat bahwa TUHAN sendiri berperang bagi Israel (Keluaran 14:18,24-25).
(24)
Dan pada waktu jaga pagi, TUHAN yang di dalam tiang api dan awan itu memandang
kepada tentara orang Mesir, lalu dikacaukan-Nya tentara orang Mesir itu.(25) Ia
membuat roda keretanya berjalan miring dan maju dengan berat, sehingga orang
Mesir berkata: "Marilah kita lari meninggalkan orang Israel, sebab
Tuhanlah yang berperang untuk mereka melawan Mesir."
Disini kita telah melihat, sebagaimana telah diulas pada bagian sebelumnya, kehadiran TUHAN tidak
serta merta MELENYAPKAN kejahatan atau marabahaya atau kemencekaman. Penyebabnya
adalah TUJUAN TUHAN
yang HARUS TERJADI dalam sebuah peristiwa atau tragedi. Pada kali
ini, Dia ingin SEMUA ORANG, baik YANG
DIA KASIHI dan YANG DIA BENCI melihat
SIAPAKAH DIA. Tentu saja kemuliaan
TUHAN tersebut HARUSLAH hadir dan
berlangsung MENURUT KEHENDAKNYA DAN CARANYA, sebab KEMULIAAN ADALAH BAGINYA
SAJA dan MENURUT KEHENDAKNYA, dan tiada
yang paham bagaimana KEMULIAAN TUHAN ADALAH KEMULIAANNYA. Dengan kata lain,
tidak mungkin manusia dapat memikirkan atau menentukan bagaimana
kemuliaan-kemuliaan surgawi itu harus berlangsung.
Mari kita lihat, apa
yang dilakukan TUHAN :
Pada waktu jaga pagi, TUHAN yang di dalam tiang api dan awan itu memandang kepada tentara orang Mesir.Sekalipun pelukis terhebat di dunia ini dapat menggambarkan peristiwa ini, saya sangat percaya itupun akan gagal menangkap kemuliaan TUHAN. Bahkan dapatkah anda membayangkan TUHAN didalam tiang api dan awan, MEMANDANG kepada tentara Mesir.Ia membuat roda keretanya berjalan miring dan maju dengan berat
Kereta-kereta yang dihela oleh hewan-hewan perkasa yang terlatih berperang pun tidak dapat lagi maju dengan cepat dan ganas, sudah miring dan menjadi berat. Dia telah menjadikan hal itu.Orang Mesir berkata: "Marilah kita lari meninggalkan orang Israel, sebab Tuhanlah yang berperang untuk mereka melawan Mesir.
Para pasukan Mesir dapat mengetahui bahwa ITU adalah PERBUATAN TUHAN! Bagaimana bisa yang TIDAK MENGENAL TUHAN dapat MENGETAHUI BAHWA ITU PERBUATAN TUHAN. Lebih hebat lagi mereka dapat menjadi BULAT HATI bahwa itu adalah sebuah bukti bahwa TUHAN sedang berperang melawan MEREKA! Jawabnya: Sebab itulah yang menjadi MAKSUD ATAU TUJUAN TUHAN!
SEBELUM pada akhirnya, bala tentara Mesir itu BINASA atau MATI, ada dua hal yang TUHAN perlihatkan kepada mereka: (1) Para serdadu
Mesir dapat MELIHAT pekerjaan-pekerjaan TUHAN yang hebat (2) Para serdadu Mesir
dapat MELIHAT bahwa TUHAN ISRAEL melindungi
umat-Nya!
Apa yang kita lihat disini? Bahwa
MAKSUD TUHAN yang TELAH DIA TETAPKAN
terwujud, yaitu agar orang-orang Mesir
mengetahui bahwa Dialah TUHAN dan melihat KEMULIAAN TUHAN:
KELUARAN 14:4 ”Aku akan mengeraskan hati Firaun,
sehingga ia mengejar mereka. Dan terhadap Firaun dan seluruh pasukannya Aku
akan menyatakan kemuliaan-Ku, sehingga
orang Mesir mengetahui, bahwa Akulah
TUHAN." Lalu mereka berbuat demikian.”
KELUARAN 14:17-18 ”Tetapi sungguh Aku akan mengeraskan
hati orang Mesir, sehingga mereka menyusul orang Israel, dan terhadap Firaun
dan seluruh pasukannya, keretanya dan orangnya yang berkuda, Aku akan
menyatakan kemuliaan-Ku. Maka orang Mesir akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN,
apabila Aku memperlihatkan
kemuliaan-Ku terhadap Firaun,
keretanya dan orangnya yang berkuda."
Kita melihat bahwa dalam peristiwa ini, TUHAN nyata-nyata tidak dapat “diusir” apalagi “ditendang” dari area para manusia, bahkan orang-orang jahat sekalipun. Lihatlah bagaimana Firaun dan bala tentaranya dapat berbuat bebas apa saja yang dimauinya, tetapi TUHAN memegang kendali secara total dan hasilnya nyata, yaitu APA YANG SEDARI SEMULA MENJADI MAKSUDNYA telah TERWUDUD!
Dalam hal ini secara telak kita dapat
mengatakan bahwa pandangan atau pendapat yang menyatakan TUHAN TIDAK DAPAT
MENCEGAH MANUSIA BERBUAT JAHAT oleh karena manusia itu memiliki “free will” atau kehendak bebas atau lebih
tepatnya manusia yang bebas untuk berbuat apapun, adalah sebuah kekeliruan
fatal yang berujung pada kesesatan yang mematikan!
Sekarang kita akan melihat bagaimana KEJAHATAN DAN PARA PELAKU KEJAHATAN, seperti halnya pada kasus Firaun Vs Israel, sekalipun mereka bebas melakukan apa yang menjadi kemauannya, tidak sama sekali mengindikasikan bahwa TUHAN kehilangan kedaulatan atas orang-orang jahat, seolah TUHAN hanya berdaulat atas orang-orang yang baik, yang menjadi umatnya, dan tiba-tiba dia kehilangan kedaulatan-Nya atas manusia-manusia jahat, hanya karena dalam pandangan manusia kejahatan berlangsung dan TUHAN tidak mencegahnya.
Dalam kasus FIRAUN Vs Israel kita
melihat TUHAN bukan tidak dapat, tetapi
tidak mencegahnya, malahan menetapkan
tindakan-tindakan Firaun dan bala tentara Mesir sebagai instrumen
di tangan-Nya untuk memperlihatkan KEMULIAAN dan memperlihatkan SIAPAKAH
DIA, sebagaimana yang telah Dia maksudkan.
Dia mengeraskan hati Firaun yang telah keras sebelumnya untuk menyatakan KEMULIAAN sehingga orang Mesir tahu SIAPA DIA (Keluaran 14:4), ya… TUHAN memilih untuk mengeraskan hati bukannya melunakkan, dan DIA telah menetapkan tujuan atau maksud-Nya melalui hasil yang diakibatkan oleh pengerasan hati Firaun, yaitu memperlihatkan KEMULIAAN DIRINYA dihadapan ISRAEL!
Dapat dikatakan, dalam kedaulatan-Nya, DIA memiliki kehendak
yang berdaulat penuh untuk mengatur atau berbuat apa saja yang baik dalam
pandangan-Nya, atas apapun juga, termasuk peristiwa Jahat atau Kejahatan untuk
tujuan-Nya dan kepentingan-Nya, entah dalam hal tersebut Dia mencegahnya atau
Dia membiarkannya. Tetapi dalam
kesemuanya, sama sekali tidak mengindikasikan TUHAN kehilangan taji
kedaulatan-Nya.
Hal yang sama pun dapat kita lihat bahkan dalam skala individu
dan keluarga pada peristiwa Ayub.
AYUB
Ayub adalah sosok historis, dia bukanlah sosok
rekaan belaka dan nama tokoh ini muncul dalam Perjanjian Baru, bahkan
eksistensinya Tuhan sejajarkan dengan
Nuh dan Daniel:
Yehezkiel 14: 14,20
biarpun di tengah-tengahnya berada ketiga orang ini, yaitu Nuh, Daniel dan Ayub, mereka
akan menyelamatkan hanya nyawanya sendiri karena kebenaran mereka, demikianlah firman Tuhan ALLAH… dan biarpun Nuh, Daniel dan Ayub berada di tengah-tengahnya, demi
Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, mereka tidak akan menyelamatkan
baik anak laki-laki maupun anak perempuan, melainkan mereka akan menyelamatkan
hanya nyawanya sendiri karena kebenaran mereka.
Yakobus 5:11
Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka
yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada
akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas
kasihan.
Dengan kata lain, walaupun ada pakar yang mengatakan bahwa Ayub adalah kisah yang bersifat legenda, namun TUHAN menyatakan sebaliknya! Dan ini yang menjadi dasar teramat kokoh bagi kita untuk melihat apa yang terjadi pada Ayub sebagaimana dikisahkan Kitab Ayub.
Peristiwa ini adalah kisah manusia yang takut akan TUHAN, namun mengalami
penderitaan yang bertubi-tubi. Derajat penderitaannya sungguh tidak main-main. Beginilah kerasnya kesengsaraan itu sebagaimana dikemukakan oleh isteri Ayub yang terkasih dan tetap setia mendampingi suaminya dalam derita
yang menghebat, ketika Iblis diberikan
kuasa untuk menjamah tubuhnya, isterinya berkata : "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu?
Kutukilah Allahmu dan matilah!" Ayub 2:9.
Semuanya ini bermula dari sebuah peristiwa maha penting di
SURGA yang akan berdampak hebat pada kehidupan Ayub. Sebuah peristiwa yang sama
sekali tak diketahui Ayub. Ini adalah sebuah peristiwa yang MEMPERLIHATKAN INTEGERITAS TUHAN,
KEADILAN TUHAN terkait PENDERITAAN, KEJAHATAN DAN KETIDAKADILAN YANG MENIMPA
ORANG BENAR. Sebetulnya ini juga adalah sebuah kisah yang memperlihatkan apakah
orang benar menjadi setia kepada TUHAN
hanya selama TUHAN memberkatinya, atau
manusia itu tetap setia kepada TUHAN walau semuanya lenyap, semua
kebesaran, semua kebahagiaan, semua kesehatan lenyap bagaikan ditelan bumi. Hal
yang belakangan ini, berangkali akan
saya angkat pada artikel tersendiri kelak.
Mari kita melihat hal menarik dalam hubungannya dengan isu
besar kita “TUHAN TIDAK DAPAT MENCEGAH MANUSIA UNTUK BERBUAT JAHAT.”
DI SORGA :
Ayub 1:6-12
Pada suatu hari datanglah anak-anak
Allah menghadap TUHAN dan di antara
mereka datanglah juga Iblis.
Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis:
"Dari mana engkau?" Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Dari
perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi." Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Apakah engkau
memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang
demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan."
Lalu jawab Iblis kepada TUHAN:
"Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah? Tetapi
ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki
Engkau di hadapan-Mu." Maka firman TUHAN kepada Iblis: "Nah, segala yang
dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya
janganlah engkau mengulurkan
tanganmu terhadap dirinya." Kemudian
pergilah Iblis dari hadapan TUHAN.
Sementara di Bumi pada keluarga Ayub :
Ayub 1:1-6
(1)Ada seorang laki-laki di tanah Us
bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi
kejahatan. (2) Ia mendapat tujuh anak laki-laki dan tiga anak perempuan.(3) Ia
memiliki tujuh ribu ekor kambing domba, tiga ribu ekor unta, lima ratus pasang
lembu, lima ratus keledai betina dan budak-budak dalam jumlah yang sangat
besar, sehingga orang itu adalah yang terkaya dari semua orang di sebelah
timur.(4) Anak-anaknya yang lelaki biasa mengadakan pesta di rumah mereka
masing-masing menurut giliran dan ketiga saudara perempuan mereka diundang
untuk makan dan minum bersama-sama mereka.(5) Setiap kali, apabila hari-hari
pesta telah berlalu, Ayub memanggil mereka, dan menguduskan mereka; keesokan harinya,
pagi-pagi, bangunlah Ayub, lalu mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah
mereka sekalian, sebab pikirnya: "Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa
dan telah mengutuki Allah di dalam hati." Demikianlah dilakukan Ayub
senantiasa.
Alkitab menyatakan bahwa Ayub adalah seorang saleh dan jujur
bahkan takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Memiliki 10 anak; 7 anak laki-laki dan 3 anak
perempuan. Ia sangat makmur sebab dia memiliki kekayaan harta benda berupa 7.000 ekor kambing domba,
3000 ekor unta, 500 pasang lembu, 500 keledai betina dan budak-budak dalam
jumlah yang sangat besar. Sehingga dia
boleh dikatakan seorang super kaya,
dikatakan terkaya dari semua orang di
sebelah timur.
Sebagai keluarga kaya raya, sebagaimana kebanyakan
gaya hidup glamor yang menyertai keluarga kaya raya, maka demikian juga Nampak pada keluarga Ayub. Tak terelakan.
Dikatakan anak-anaknya yang laki-laki BIASA MENGADAKAN PESTA di rumah mereka
MASING-MASING, bahkan ada penggiliran
atau ini sebuah pesta yang terjadwal, mereka makan dan minum bersama-sama dengan
ketiga saudara perempuan. Saya dapat katakan mereka adalah kakak beradik yang
akrab dan memilki hubungan persaudaraan yang baik.
Tetapi jelas dimata sang ayah yang saleh dan takut akan
TUHAN, dia menyadari bahwa gaya hidup yang glamor , pesta pora sangatlah dekat
dengan hal-hal yang tidak disukai di
mata TUHAN, demikianlah pikirnya. Sehingga dia
melakukan ini : ”Setiap kali,
apabila hari-hari pesta telah berlalu, Ayub memanggil mereka, dan menguduskan
mereka; keesokan harinya, pagi-pagi, bangunlah Ayub, lalu mempersembahkan
korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian.”
Apakah yang menjadi pertimbangan Ayub? "Mungkin
anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati."
Dan sang ayah tercinta dan yang sungguh
mengasihi anak-anaknya dan sekaligus takut akan Tuhan melakukannya SENANTIASA.
Jelas dan nyata terlihat bagi Ayub,
TUHAN adalah segala-galanya. Bagi Ayub, TUHAN adalah penentu atas
segala-galanya bagi dirinya dan bagi setiap anggota keluarganya. Bagi Ayub
TUHAN adalah soal hidup dan mati. Tidak
ada satu aspek dalam hidupnya, TUHAN
boleh diabaikan, sedikitpun tidak. Demikianlah manusia Ayub,pada
dasarnya bukan hanya saleh dan takut akan TUHAN, tetapi terlihat dengan
benderang baginya, TUHAN adalah SENTRAL KEHIDUPANNYA secara TOTAL.
Ini sungguh kehidupan orang percaya yang sangat ideal dan
menjadi hal yang dapat “dibanggakan” oleh TUHAN. Bahwa OLEH KARENA TUHAN,
Ayub hidup saleh dan takut akan Tuhan. TUHAN menjadi fondasi atau
pilar kehidupan Ayub yang luar biasa ini. TUHAN
menjadi kekuatan yang menghidupi kehidupan yang dijalani Ayub secara alamiah. Perhatikan
yang MENYATAKAN AYUB adalah orang yang Saleh dan Benar adalah TUHAN, bukan
manusia dan itu terlihat dalam kehidupan Ayub! Demikian TUHAN menilai kehidupan
Ayub : "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku
Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur,
yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan."
Tetapi dihadapan TUHAN, Iblis menilai dan menuding bahwa itu wajar
saja sebab hidup Ayub enak, hidupnya penuh dengan berkat TUHAN, bagaimana jika
sebaliknya? Masihkan TUHAN ditakutinya? Masihkah TUHAN menjadi faktor absolut atas
dirinya? Dengan kata lain, Iblis hendak mengatakan bukan TUHAN yang menjadi
fondasi kehidupan Ayub yang demikian tetapi karena berkat dari TUHAN.
Apa yang terjadi di Surga, apa yang telah DIPUTUSKAN DAN DITETAPKAN oleh TUHAN terkait apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan Iblis pada diri Ayub, tidaklah diketahuinya!
“Jawab Iblis kepada TUHAN: "Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan
Allah?” Dalam hal ini Iblis menilai
bahwa Ayub bisa demikian hebatnya—takut akan Allah sebab TUHAN memberikan kemakmuran? Coba kalau tidak,
masihkah? Wah…ini bukan perkara yang main-main jika terkait manusia! Apakah
TUHAN mau mempertaruhkan reputasi-Nya sebagai TUHAN melalui diri manusia yang
lemah?
Mengejutkan sekali, di Surga, TUHAN menanggapi Iblis dengan
cara memberikan ruang kepada Iblis, untuk membuktikan apakah TUHAN atau BERKAT yang membuat kehidupan
Ayub menjadi terpuji dimata TUHAN? Dalam
hal ini, TUHAN memberikan dan telah menetapkan batasan-batasan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan
Iblis terhadap Ayub :
Maka firman TUHAN kepada Iblis: "Nah, segala yang
dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya
janganlah engkau mengulurkan
tanganmu terhadap dirinya." Kemudian
pergilah Iblis dari hadapan TUHAN
TUHAN telah membuat keputusan dan menetapkan APA YANG BOLEH DAN TIDAK BOLEH DILAKUKAN IBLIS dan APA YANG AKAN DIDERITA OLEH AYUB DAN SEJAUH APA AYUB AKAN MENDERITA PETAKA-PETAKA YANG DITIMPAKAN OLEH IBLIS.
Dengan kata lain, melalui Kitab Ayub, TUHAN sebetulnya ingin mengatakan kepada kita semua “TIDAK ADA
SATUPUN YANG TERJADI PADA DIRI KITA YANG TIDAK DALAM KENDALI TUHAN!” Termasuk penderitaan, kejahatan,
kesakitan dan apapun juga. Bahkan, jikapun hal-hal itu menimpa anda dan saya,
maka TUHAN hadir, ada dan Dia sendirilah yang menjadi sumber kekuatan,
ketahanan dan bahkan penghiburan atas
bermacam-macam penderitaan :
2 Korintus 1:3-4 “Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita
Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka,
yang berada dalam bermacam-macam
penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah.”
Tuhan hadir dalam penderitaan untuk memberikan kekuatan, ketahanan dan bahkan penghiburan (bandingkan dengan 2 Kor 1:3,4, Maz 34:17,18, Maz 23, 1 Petrus 5:6,7, Yohanes 14:1-3) namun dalam kehadiran Tuhan itu tidaklah selalu sama sekali melenyapkan penderitaan tersebut! Ini mirip pada kasus “Firaun Vs Israel” yang telah kita ulas, dimana Tuhan memegang kendali atas apapun yang terjadi sehingga dalam bermacam-macam penderitaan, kemencekaman yang berkepanjangan kita dapat dihibur oleh kehadiran TUHAN dan penghiburan yang BERSUMBER DARI TUHAN SENDIRI, dengan kata lain sekalipun di mata manusia sebagai disimpulkan “TUHAN TIDAK DAPAT MENCEGAH MANUSIA UNTUK BERBUAT JAHAT,” kenyataan sesungguhnya: Dia hadir dan melakukan apa yang baik menurut-Nya dan sesuai dengan maksud-Nya yang telah Dia tetapkan sendiri.
KEJAHATAN ,PERAMPOKAN DAN KEMATIAN MELANDA
PEGAWAI,TERNAK DAN ANAK-ANAK AYUB:
Dan sekonyong-konyong perubahan dramatis berupa serentetan tragedi paling memilukan menjadi santapan bagi Ayub dan keluarga, menggantikan santapan berkat sehari-hari. Inilah rentetan petaka dan derita sebagaimana HARUS dialami Ayub sebagai konsekuensi “kesepakatan” di Sorga dalam KETETAPAN TUHAN. Pada awalnya, TUHAN telah menetapkan bahwa Iblis boleh melakukan atau memiliki KUASA atas SEMUA KEPEMILIKAN AYUB, KECUALI ATAS DIRI AYUB. Maka inilah yang terjadi :
Ayub 1: 14-15 “datanglah seorang pesuruh kepada
Ayub dan berkata: "Sedang lembu sapi membajak dan keledai-keledai betina
makan rumput di sebelahnya, datanglah orang-orang Syeba menyerang dan
merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku
sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan."
Ayub 1:16 “Sementara orang itu berbicara,
datanglah orang lain dan berkata: "Api telah menyambar dari langit
dan membakar serta memakan habis kambing domba dan penjaga-penjaga.
Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada
tuan."
Ayub 1:17 “Sementara orang itu berbicara,
datanglah orang lain dan berkata: "Orang-orang Kasdim membentuk tiga
pasukan, lalu menyerbu unta-unta dan merampasnya serta memukul penjaganya
dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat
memberitahukan hal itu kepada tuan."
Ayub 1:18-19 “Sementara orang itu berbicara,
datanglah orang lain dan berkata: "Anak-anak tuan yang lelaki dan
yang perempuan sedang makan-makan dan minum anggur di rumah saudara mereka yang
sulung, maka tiba-tiba angin ribut bertiup dari seberang padang gurun; rumah
itu dilandanya pada empat penjurunya dan roboh menimpa orang-orang muda itu,
sehingga mereka mati. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat
memberitahukan hal itu kepada tuan."
Dan Ayub yang tak tahu-menahu apa sebenarnya yang sedang terjadi pada dirinya dan keluarganya, orang yang takut akan Tuhan dan saleh ini pun dalam kemanusiaannya pun tak kuasa menahan kesedihannya, namun sekalipun dia telah kehilangan pegawainya, ternak-ternaknya dan anak-anak terkasihinya yang selalu dia bahwa kehadapan TUHAN untuk memohonkan pengampunan, tetap teguh kokoh memuji Tuhan :
Ayub 1:20-21 “Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak
jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, katanya:
"Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga
aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil,
terpujilah nama TUHAN!"
Tudingan iblis bahwa berkat TUHAN yang membuatnya saleh atau takut akan Tuhan tidak terbukti, Ayub bahkan dengan penuh percaya diri berkata “TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!” Sebab pada dasarnya dia tidak membawa apapun pada saat lahir kedunia ini. Dalam hal ini Iblis kalah telak dan TUHAN benar, Iblis salah. Dalam hal ini terlihat nyata bagaimana TUHAN tetap dimuliakan oleh MANUSIA YANG MENDERITA. Tidakkah dalam hal ini kemuliaan TUHAN terpancar cemerlang?
Dalam hal ini kita juga melihat bagaimana gerombolan penjahat
dan kejahatan yang berlangsung begitu leluasanya dalam pimpinan Iblis, ini bukanlah
sebuah peristiwa yang mengindikasikan TUHAN tidak dapat mencegah manusia untuk berbuat jahat, ini
adalah sebuah peristiwa yang menunjukan bahwa TUHAN memiliki kedaulatan
atas semua aspek peristiwa kejahatan,
bahkan Iblis tidak dapat berbuat apa-apa selain ruang yang diberikan TUHAN
baginya, sebagaimana yang telah kita lihat dalam teks-teks diatas tersebut.
Dalam hal ini TUHAN telah menetapkan di
Surga bahwa melalui peristiwa-peristiwa memilukan, tudingan Iblis akan terbukti
salah pada akhirnya!
Selanjutnya setelah Iblis dipermalukan, terhadap semua tindakan Iblis pada Ayub, kembali berlangsung pertemuan di SORGA :
Ayub 2:1-7 “(1)Pada suatu hari datanglah
anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datang juga Iblis untuk
menghadap TUHAN.(2) Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Dari mana
engkau?" Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Dari perjalanan mengelilingi
dan menjelajah bumi."(3) Firman TUHAN kepada Iblis: "Apakah engkau
memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang
demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Ia
tetap tekun dalam kesalehannya, meskipun engkau telah membujuk Aku melawan dia
untuk mencelakakannya tanpa alasan." (4) Lalu jawab Iblis kepada TUHAN:
"Kulit ganti kulit! Orang akan memberikan segala yang dipunyainya ganti
nyawanya. (5)Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah tulang dan dagingnya, ia
pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu."(6) Maka firman TUHAN kepada Iblis:
"Nah, ia dalam kuasamu; hanya sayangkan
nyawanya." (7) Kemudian Iblis pergi dari hadapan TUHAN,
lalu ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke
batu kepalanya.”
Iblis telah gagal membuktikan bahwa kesetiaan Ayub kepada
TUHAN adalah KARENA berkat-berkat melimpah. Kini Iblis mengajukan tantangan baru :” "Kulit ganti kulit! Orang akan memberikan segala yang dipunyainya ganti
nyawanya. (5)Tetapi ulurkanlah
tangan-Mu dan jamahlah tulang dan dagingnya, ia pasti mengutuki Engkau
di hadapan-Mu." Iblis yakin
sekali kalau saja TUHAN memberikan dia
ruang untuk menyerang tubuh Ayub pada kulit dan
tulangnya maka Ayub PASTI MENGUTUKI TUHAN!
Dan dalam KETIDAKTAHUAN
AYUB, telah terjadi sebuah “kesepakatan lanjutan” yang akan segera menimpa
Ayub, TUHAN memberikan ruang dan MENETAPKAN AYUB akan mengalami derita pada tubuhnya, dan Iblis yakin sekali, kali
ini dia menang dan TUHAN dipermalukan!
Maka inilah yang
terjadi :
Ayub 2:8-10
“Lalu Ayub mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya,
sambil duduk di tengah-tengah abu. Maka berkatalah isterinya kepadanya: "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu?
Kutukilah Allahmu dan matilah!" Tetapi jawab Ayub kepadanya: "Engkau berbicara seperti perempuan
gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau
menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan
bibirnya.
Iblis, sekali lagi, gagal untuk menghancurkan kepercayaan Ayub kepada TUHAN, sebab KESETIAAN AYUB pun tidak tergeserkan oleh lenyapnya harta dan lenyapnya kesehatan tubuh yang oleh semacam penyakit kulit yang sangat menyiksa dirinya (bacalah Ayub 18:13)! KESETIAAN AYUB PADA TUHAN TIDAK TERLETAK PADA BERKAT HARTA, BERKAT KETURUNAN (ANAK-ANAK) DAN BERKAT KESEHATAN, SEKALIPUN ITU LENYAP DALAM DERAJAT YANG TERMAT MEMILUKAN, Ayub dengan penuh percaya diri berkata : “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” Dan kali ini Ayub harus menghadapi kebimbangan isteri terkasih da sebetulnya tetap setia pada dirinya, Ayub harus mendengarkan teriak derita isterinya : ”Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!” Dan dengarlah bagaimana seorang ayah sekaligus suami yang telah kehilangan semua kebesarannya dalam kekayaan dan derita sakit pada tubuhnya menjawab teriak tak tahan isterinya melihat penderitaan Ayub, ini jawab Ayub :"Engkau berbicara seperti perempuan gila!”
Menurut anda, siapakah yang gila? Ayub atau isterinya? Reaksi isterinya memiliki dasar kuat! Ayub suami yang setia,
cinta pada anak-anak dan dirinya, dia bukan sekedar kaya raya, tetapi suami
yang sangat ideal, saleh dan takut akan
Tuhan. Dimana TUHAN Ayub sekarang, kenapa Dia biarkan suamiku ini harus
mengalami derita yang tak beralasan? Berangkali itu sekilas gambaran gejolak isteri yang setia mendampingi Ayub, namun sudah tidak tahan dengan sikap Ayub
yang masih saja percaya sama TUHAN, walau faktanya dia seperti orang yang
dikutuk TUHAN (ini belum bicara andaikan isteri Ayub mengetahui bahwa ini adalah sebuah hasil dari ketetapan yang TUHAN
berikan untuk terjadi melalui Iblis! Tentu sang isteri akan benar-benar gila!).
Namun, jawab Ayub akan membuat siapapun
akan mulai berpikir, darimanakah kesetiaan Ayub ini kepada TUHAN? Bagaimana
mungkin dia sanggup percaya kepada TUHAN dalam derita yang tidak main-main?
Kepercayaan Ayub kepada TUHAN tetap bernilai EMAS pada dasarnya, seolah dia
tidak mengalami apapun, dan ini yang membuat dia lantang berkata :"Engkau berbicara seperti perempuan gila!”
Apakah Ayub manusia super? Apakah dia tidak terpukul sebagai manusia, sebagai suami, sebagai seorang ayah? Tidak! Dia adalah manusia, seperti halnya anda dan saya, yang dapat terpukul hebat, SEKALIPUN dalam ketegarannya memandang kejahatan dan kematian dan kehilangan yang dideritanya sebagai “TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil” (Ayub 1:21, bandingkan dengan Pengkhotbah 5:15, Mazmur 49:17, 1 Timotius 6:7). Mari kita dengarkan apa kata Ayub:
Ayub 6:8-9,11-12 ”Ah, kiranya terkabul permintaanku
dan Allah memberi apa yang kuharapkan! Kiranya Allah berkenan meremukkan aku,
kiranya Ia melepaskan tangan-Nya dan menghabisi nyawaku!... Apakah kekuatanku,
sehingga aku sanggup bertahan, dan apakah masa depanku, sehingga aku harus
bersabar? Apakah kekuatanku seperti kekuatan batu? Apakah tubuhku dari tembaga?”
Tidakah ini terdengar sangat mungkin atau dapat dipastikan adalah juga reaksi saya dan anda, dalam hal hal ini tidak perlu bicara penderitaan seperti Ayub, bahkan! Ya, apa yang kita baca adalah bagian dari ungkapan kekecewaan Ayub terhadap sahabat-sahabatnya yang pergi meninggalkan dia karena kedahsyatan petaka yang menimpa dirinya (Ayub 6:1-30). Kita memang akan mendengarkan keluh kesah Ayub yang amat manusiawi.
Para pembaca terhormat, dapat dipahami bahwa KEJAHATAN, PENDERITA, PENYAKIT dan BERAGAM DERITA yang menimpa manusia kerap menimbulkan
KERAGUAN & PERTANYAAN TERHADAP TUHAN.
Ketika anda mengatakan bahwa TUHAN TIDAK DAPAT MENCEGAH
MANUSIA UNTUK BERBUAT JAHAT, maka sesungguhnya teramat luas dimensi yang
disentuh. Mengatakan demikian maka dapat bermakna bahwa TUHAN tidak berdaya
terhadap penderitaan dan kemalangan yang menimpa manusia, juga dapat bermakna
bahwa TUHAN tidak berdaya terhadap kemauan-kemauan manusia yang jahat, dan
dikatakan itu terjadi sebab TUHAN tidak dapat memperlakukan manusia seperti
robot dengan membungkam kehendak bebas
para manusia jahat. Demikiankah?
Kisah “Firaun Vs Israel” telah memperlihatkan pada kita hal
yang sangat berbeda. Kisah Ayub pun memperlihatkan bagaimana KEJAHATAN,
KEMATIAN, PENYAKIT, MALAPETAKA MEMATIKAN
sedemikian merejalelanya. Ini sangat
menggangu keyakinan kita terhadap TUHAN, terhadap KEADILAN TUHAN, KASIH TUHAN.
Apalagi ini menimpa orang benar, orang percaya? Apakah orang percaya mengalami
semua ini? Dimanakah TUHAN? Dan seorang sahabat Ayub, bernama Elifas (ini debat
yang panjang, Ayub 3-31) melakukan semacam debat dengan Ayub yang tengah mengalami derita yang tak terpercayakan jika tidak
disebabkan oleh sesuatu yang teramat salah pada diri Ayub :
AYUB 4:3-9 ”Sesungguhnya, engkau telah mengajar
banyak orang, dan tangan yang lemah telah engkau kuatkan; orang yang jatuh
telah dibangunkan oleh kata-katamu, dan lutut yang lemas telah kaukokohkan; tetapi
sekarang, dirimu yang tertimpa, dan engkau kesal, dirimu terkena, dan engkau
terkejut. Bukankah takutmu akan Allah yang menjadi sandaranmu, dan kesalehan
hidupmu menjadi pengharapanmu? Camkanlah
ini: siapa binasa dengan
tidak bersalah dan di
manakah orang yang jujur dipunahkan Yang
telah kulihat ialah bahwa orang yang
membajak kejahatan dan menabur kesusahan, ia menuainya juga. Mereka binasa oleh nafas Allah, dan lenyap oleh
hembusan hidung-Nya.”
Tidakkah anda dan saya dapat bersikap seperti Elifas dalam
memandang Ayub : “siapa binasa dengan
tidak bersalah dan di manakah orang yang jujur dipunahkan Yang telah kulihat ialah bahwa orang
yang membajak kejahatan dan menabur kesusahan, ia menuainya juga. Mereka binasa oleh nafas Allah, dan lenyap oleh
hembusan hidung-Nya.”
Dengan bahasa gamblang
dapat berbunyi begini :” Mana mungkin orang yang tak bersalah dan orang jujur
binasa dan dipunahkan.” Mana mungkin kala engkau anak Tuhan dan sungguh-sungguh
hidup bagi TUHAN akan mengalami derita seberat ini. Yang benar, semestinya PENJAHAT
menuai KEJAHATAN, bukan orang yang hidup mengikut TUHAN.
Hal ini memang menjadi sukar sebab, apa yang dialami Ayub dapat dikatakan secara pasti adalah sebuah kepastian yang harus terjadi oleh Iblis dalam ketetapan-ketetapan yang TUHAN berikan untuk boleh menimpa Ayub oleh Iblis.
Ayub adalah kisah penderitaan dan ketidakadilan yang menimpa
orang percaya, kisah yang dapat menimbulkan keraguan dan tanya pada TUHAN.
Pertanyaan sukar terkait iman dan kehidupan dalam TUHAN yang KASIH. Ketika anda
berpendapat bahwa TUHAN TIDAK DAPAT MENCEGAH MANUSIA UNTUK BERBUAT JAHAT karena para manusia termasuk manusia
jahat memiliki kehendak bebas, bukankah itu hendak mengatakan bahwa penderitaan
yang disebabkan oleh penjahat itu adalah sesuatu yang sama sekali tidak
tersentuhkan oleh TUHAN? Tidakkah anda sedang meragukan TUHAN, bahkan sedang
merendahkan derajat TUHAN dalam derajat yang tak terbayangkan oleh anda
sendiri!
Kita belajar bahwa
tidak ada titik apalagi ruang
dimana Kedaulatan TUHAN dapat hilang eksistensinya bahkan kala anda dan saya
melihat PENJAHAT, PEMBUNUH, PENIPU , KORUPTOR dan hal-hal yang tidak dikehendaki /penderitaan/
kemalangan yang memang dapat berbuat apa
yang dia maui, seolah-olah dapat benar-benar lepas dari genggaman tangan-Nya.
TUHAN telah menetapkan segala sesuatu [entah itu peristiwa BAIK atau peristiwa JAHAT, semua berlangsung hanya dalam penetapan TUHAN sebagaimana dalam peristiwa Firaun Vs Israel dan Ayub. seturut dengan apa yang telah dimaksudkan oleh-Nya (bandingkan dengan Amsal 16:4)] sebab DIA TUHAN yang berdaulat! Bagaimana Dia berdaulat, itu bahkan tidak akan terbayangkan oleh anda terutama dalam bagaimana dia memperlihatkan pada peristiwa-peristiwa yang tidak anda dan saya kehendaki, yaitu peristiwa jahat yang jelas adalah peristiwa atau tindakan dosa manusia-manusia!
TUHAN telah menetapkan segala sesuatu [entah itu peristiwa BAIK atau peristiwa JAHAT, semua berlangsung hanya dalam penetapan TUHAN sebagaimana dalam peristiwa Firaun Vs Israel dan Ayub. seturut dengan apa yang telah dimaksudkan oleh-Nya (bandingkan dengan Amsal 16:4)] sebab DIA TUHAN yang berdaulat! Bagaimana Dia berdaulat, itu bahkan tidak akan terbayangkan oleh anda terutama dalam bagaimana dia memperlihatkan pada peristiwa-peristiwa yang tidak anda dan saya kehendaki, yaitu peristiwa jahat yang jelas adalah peristiwa atau tindakan dosa manusia-manusia!
Ini adalah akhir pada bagian ini, berilah diri anda untuk
membaca, mempelajarinya dan merenungkannya. Untuk
memahami SIAPAKAH DIA dan KEMULIAAN TUHAN yang memang teramat agung dan besar
untuk kita pahami sebagai manusia fana yang memerlukan keselamatan yang datang dari
TUHAN.
Bersambung ke Bagian 5
.
No comments:
Post a Comment