Khotbah Tahun Baru : Minggu, 5 Januari 2014
HIDUP DALAM KEMURAHAN
TUHAN (2)
By. Pdt. Esra Alfred Soru, STh, MPdK.
Credit : Philip Stephen, dailymail.co.uk |
Pada tanggal 31 Desember kemarin saya sudah berbicara tentang
kemurahan Tuhan di mana sudah saya jelaskan bahwa kemurahan Tuhan sama artinya
dengan kebaikan Tuhan, Tuhan menyatakan kemurahan-Nya dalam seluruh ciptaan-Nya
seperti tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia secara umum dan orang-orang percaya
/ beriman dan respon kita kepada kemurahan Tuhan adalah ucapan syukur dan
memuji Tuhan. Setelah khotbah itu ada orang yang SMS dan bertanya : “Jikalau
Tuhan menyatakan kemurahan-Nya kepada manusia dengan memberikan makan
dan minum, lalu mengapa ada manusia yang sampai mati kelaparan seperti orang-orang
di Afrika?” Pertanyaan ini membuat saya memikirkan lebih dalam tentang
masalah kemurahan Tuhan ini, dan karena itu saya merasa perlu menambahkan
beberapa hal yang berkaitan dengan kemurahan Tuhan ini. Untuk itu ada beberapa
hal yang perlu saya tambahkan dalam
pembahasan tentang masalah kemurahan Tuhan ini :
I.
SIFAT DARI KEMURAHAN TUHAN.
Dalam khotbah
tanggal 31 Desember kemarin, saya juga sempat menyinggung sifat dari kemurahan
Tuhan ini dengan menunjukkan beberapa ayat.
Maz 23:6 - Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.Maz 30:6 - Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai”.
Adanya 2 ayat
ini yang menunjukkan bahwa kemurahan Tuhan bersifat kekal lalu dihubungkan
dengan Tit 3:4 yang berbunyi :
Tit 3:4 - Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia…
maka ada orang
yang lalu menyimpulkan bahwa kemurahan Tuhan itu selalu nyata / tetap nyata di
dalam hidup manusia.
Nah, apakah
benar bahwa kemurahan Tuhan tetap / selalu nyata? Tergantung definisi dari kata
“nyata” itu sendiri. Dan menurut Kamus Bahasa Indonesia, arti utama dari kata
“nyata” adalah “terang (kelihatan, kedengaran, dsb); jelas sekali; kentara”.
Jikalau definisinya semacam ini, apakah kita bisa berkata bahwa kemurahan
Tuhan selalu nyata? Dalam artian selalu kelihatan atau selalu jelas bagi kita?
Ingat, tekanannya di sini bukan pada kata “nyata” melainkan pada kata “selalu”
atau “tetap” yang dikaitkan dengan kata “nyata”. Menurut saya tidak! Ada banyak
kasus di mana kemurahan Tuhan adakalanya tidak nyata atau tidak terlihat dalam
kehidupan kita. Ada banyak kasus di mana seseorang, bahkan yang adalah anak Tuhan,
dan bahkan yang saleh dan sangat beriman, pada saat-saat tertentu dari
hidupnya, tidak bisa melihat kemurahan Tuhan. Contoh :
- Ada orang yang masuk Rumah Sakit umur 3 tahun dan keluar dari sana umur 103 tahun setelah dia jadi almarhum. Apakah kemurahan Tuhan selalu nyata atas dia dalam artian selalu kelihatan? Tidak!
- Ada sebuah keluarga di Surabaya yang piknik ke Malang dan seluruh keluarga kecelakaan dan mati kecuali salah 1 anak. Jadi pada hari itu ada 5 peti mati di rumah duka itu. Apakah kemurahan Tuhan selalu nyata atas keluarga ini dalam artian selalu kelihatan? Tidak!
Pernahkah
saudara berdoa untuk kesembuhan seseorang dan ternyata dia bukan sembuh malah
mati? Apakah kemurahan Tuhan selalu nyata dalam artian selalu kelihatan? Tidak!
Lalu bagaimana dengan ayat-ayat seperti yang sudah kita baca di atas?
Maz 23:6 - Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.Maz 30:6 - Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai”.
Menurut saya
ayat-ayat ini menunjukkan bahwa kemurahan Tuhan itu selalu ada, tetap ada. Tetapi
bukannya selalu nyata / tetap nyata. Ini sama dengan matahari yang selalu ada /
tetap ada, tetapi tidak selalu / tetap nyata. Pada saat mendung, atau pada saat
malam, atau pada saat ada gerhana matahari total, matahari tidak nyata / tidak
terlihat, tetapi matahari itu tetap ada.
Sekarang coba
kita lihat ke dalam Kitab Suci. Ada beberapa kasus di mana kemurahan Tuhan tidak
dapat dilihat bahkan oleh orang-orang saleh / beriman.
a.
Kasus Ayub.
Kita tahu bahwa
Ayub adalah seorang beriman yang sangat saleh di hadapan Tuhan. Tetapi justru
karena kesalehannya itu ia dicobai oleh Iblis (tentu atas seizin Tuhan) dengan
berbagai macam penderitaan.
Hartanya
ludes dalam seketika.
Ayub 1:14-17 – (14)
datanglah seorang pesuruh kepada Ayub dan berkata: "Sedang lembu sapi
membajak dan keledai-keledai betina makan rumput di sebelahnya, (15) datanglah
orang-orang Syeba menyerang dan merampasnya serta memukul penjaganya
dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan
hal itu kepada tuan." (16) Sementara orang itu berbicara, datanglah
orang lain dan berkata: "Api telah menyambar dari langit dan
membakar serta memakan habis kambing domba dan penjaga-penjaga.
Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada
tuan." (17) Sementara orang itu berbicara,
datanglah orang lain dan berkata: "Orang-orang Kasdim membentuk
tiga pasukan, lalu menyerbu unta-unta dan merampasnya serta memukul
penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat
memberitahukan hal itu kepada tuan."
Pada waktu itu
belum ada asuransi yang menjamin harta benda.
Anak-anaknya
(10 orang) mati dalam sehari bersamaan dengan ludesnya semua harta benda.
Ayub 1:18-19 – (18)
Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata:
"Anak-anak tuan yang lelaki dan yang perempuan sedang makan-makan dan
minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung, (19) maka tiba-tiba
angin ribut bertiup dari seberang padang gurun; rumah itu
dilandanya pada empat penjurunya dan roboh menimpa orang-orang muda itu,
sehingga mereka mati. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat
memberitahukan hal itu kepada tuan."
Waktu itu belum ada asuransi jiwa / kematian.
Ia
sendiri terkena penyakit yang sangat hebat.
Ayub 2:7-8 – (7)
Kemudian Iblis pergi dari hadapan TUHAN, lalu ditimpanya Ayub dengan barah
yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya. (8) Lalu Ayub
mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya, sambil duduk di tengah-tengah
abu.
Waktu itu belum
ada Prudential untuk bisa klaim ganti rugi pengobatan.
Isterinya
sendiri bukan mendukungnya dia malah menjadi batu sandungan yang seolah-olah hendak
menghancurkan imannya.
Ayub 2:9-10 – (9)
Maka berkatalah isterinya kepadanya: "Masih bertekunkah engkau dalam
kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!" (10) Tetapi jawab Ayub
kepadanya: "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah
kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang
buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.
Note : Sedikit
menyimpang, perhatikan bahwa dalam ayat 10 Ayub menggunakan kata “gila” kepada
isterinya. Tetapi dalam ayat yang sama dikatakan bahwa Ayub tidak berdosa
dengan bibirnya. Itu berarti mengatakan seseorang “gila” belum tentu adalah
sebuah dosa. Tergantung orang itu memang layak mendapatkan kata “gila” itu atau
tidak.
Memang awalnya
Ayub kuat menghadapi semua penderitaan ini, tetapi lama kelamaan ia jatuh pada
kondisi di mana ia tidak bisa melihat kemurahan Allah.
- Ayub 3:23 - kepada orang laki-laki yang jalannya tersembunyi, yang dikepung Allah?
- Ayub 6:4,13 – (4) Karena anak panah dari Yang Mahakuasa tertancap pada tubuhku, dan racunnya diisap oleh jiwaku; kedahsyatan Allah seperti pasukan melawan aku. (13) Bukankah tidak ada lagi pertolongan bagiku, dan keselamatan jauh dari padaku?
- Ayub 7:20-21 - (20) Kalau aku berbuat dosa, apakah yang telah kulakukan terhadap Engkau, ya Penjaga manusia? Mengapa Engkau menjadikan aku sasaranMu, sehingga aku menjadi beban bagi diriku? (21) Dan mengapa Engkau tidak mengampuni pelanggaranku, dan tidak menghapuskan kesalahanku? Karena sekarang aku terbaring dalam debu, lalu Engkau akan mencari aku, tetapi aku tidak akan ada lagi.”
- Ayub 9:17-18 - (17) Dialah yang meremukkan aku dalam angin ribut, yang memperbanyak lukaku dengan tidak semena-mena, (18) yang tidak membiarkan aku bernafas, tetapi mengenyangkan aku dengan kepahitan”.
- Ayub 13:15,24 – (15) Lihatlah, Ia hendak membunuh aku, tak ada harapan bagiku, namun aku hendak membela perilakuku di hadapan-Nya (24) Mengapa Engkau menyembunyikan wajahMu, dan menganggap aku sebagai musuhMu?
- Ayub 16:9,12-14 - (9) MurkaNya menerkam dan memusuhi aku, Ia menggertakkan giginya terhadap aku; lawanku memandang aku dengan mata yang berapi-api. ... (12) Aku hidup dengan tenteram, tetapi Ia menggelisahkan aku, aku ditangkapNya pada tengkukku, lalu dibantingNya, dan aku ditegakkanNya menjadi sasaranNya. (13) Aku dihujani anak panah, ginjalku ditembusNya dengan tak kenal belas kasihan, empeduku ditumpahkanNya ke tanah. (14) Ia merobek-robek aku, menyerang aku laksana seorang pejuang.
- Ayub 19:11 - MurkaNya menyala terhadap aku, dan menganggap aku sebagai lawanNya.
Kemurahan Tuhan sudah pasti pernah dinyatakan pada Ayub, tetapi fakta bahwa dia pernah tidak melihat kemurahan Tuhan menunjukkan bahwa kemurahan Tuhan tidak selalu nyata dalam hidupnya.
b.
Kasus Yakub.
Kita tahu bahwa
karena kejahatan anak-anak Yakub, mereka lalu menjual Yusuf ke Mesir tetapi
mereka berbohong kepada Yakub sehingga Yakub mengira bahwa Yusuf anak kesayangannya
itu telah mati. Dalam kunjungan anak-anak Yakub ke Mesir, Simeon ternyata
ditahan oleh Yusuf yang sudah menjadi Perdana Menteri di Mesir. Setelah itu Benyamin
pun diminta untuk dibawa ke Mesir oleh Yusuf yang belum diketahui oleh saudara-saudaranya.
Akibat semua ini maka Yakub mengucapkan sebuah kalimat di dalam Kej 42:36 :
Kej 42:36 - Dan Yakub, ayah mereka, berkata kepadanya: ‘Kamu membuat aku kehilangan anak-anakku: Yusuf tidak ada lagi, dan Simeon tidak ada lagi, sekarang Benyaminpun hendak kamu bawa juga. Aku inilah yang menanggung segala-galanya itu!’”.
Kata-kata ‘Aku
inilah yang menanggung segala-galanya itu’ tidak tepat terjemahannya.
TL - Maka kata Yakub, bapanya, kepada mereka itu: Kamu membuluskan aku, karena Yusuf sudah tiada dan Simeonpun tiada, sekarang kamu hendak mengambil Benyamin pula. Segala perkara ini ada melawan aku.KJV - And Jacob their father said unto them, Me have ye bereaved of my children: Joseph is not, and Simeon is not, and ye will take Benjamin away: all these things are against me. (semua hal ini menentang aku).NIV - Their father Jacob said to them, "You have deprived me of my children. Joseph is no more and Simeon is no more, and now you want to take Benjamin. Everything is against me!" (Segala sesuatu menentang aku).
Kata-kata Yakub
ini menunjukkan bahwa ia tidak melihat kemurahan Tuhan pada saat itu. Mengapa
Yakub bisa sampai menjadi seperti itu? Karena begitu banyak penderitaan / bencana
menimpa dia. Ia kehilangan Yusuf yang merupakan anak yang paling ia cintai, lalu
ada bahaya kelaparan, lalu kehilangan Simeon, dan sekarang ia dituntut untuk menyerahkan
Benyamin.
Kemurahan Tuhan
sudah pasti pernah dinyatakan pada Yakub, tetapi fakta bahwa dia pernah tidak
melihat kemurahan Tuhan menunjukkan bahwa kemurahan Tuhan tidak selalu nyata
dalam hidupnya.
c.
Kasus Naomi.
Gara-gara ada
kelaparan di Israel, maka Elimelekh, Naomi, dan kedua anak laki-lakinya, pindah
ke Moab. Tetapi di sana, Elimelekh mati. Lalu kedua anak laki-lakinya kawin dengan
perempuan Moab. Tetapi kedua anak laki-lakinya itu lalu mati juga. Dan Naomi tertinggal
bersama kedua menantu perempuannya. Lalu ia mendengar kabar bahwa di Israel
bahaya kelaparan sudah lewat dan ia ingin kembali ke Israel (Rut 1:1-6).
Rut 1:13,18-21 - (13) masakan kamu menanti sampai mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus menahan diri dan tidak bersuami? Janganlah kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh lebih pahit yang aku alami dari pada kamu, sebab tangan TUHAN teracung terhadap aku?’ ... (18) Ketika Naomi melihat, bahwa Rut berkeras untuk ikut bersama-sama dengan dia, berhentilah ia berkata-kata kepadanya. (19) Dan berjalanlah keduanya sampai mereka tiba di Betlehem. Ketika mereka masuk ke Betlehem, gemparlah seluruh kota itu karena mereka, dan perempuan-perempuan berkata: ‘Naomikah itu?’ (20) Tetapi ia berkata kepada mereka: ‘Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku. (21) Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan aku. Mengapakah kamu menyebutkan aku Naomi, karena TUHAN telah naik saksi menentang aku dan Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku.
Teks ini
menunjukkan bahwa pada saat itu Naomi juga tidak melihat kemurahan Tuhan, karena
ia berkata:
Hidupnya pahit dan karena itu ia tidak mau disebut ‘NAOMI’,
yang artinya ‘menyenangkan’, dan ia minta disebut ‘MARA’, yang
artinya ‘pahit’ (ayat 13b,20,21).
Tangan TUHAN
teracung terhadap dia (ay 13), dan TUHAN naik saksi menentang dia (ay 21b). Ini
berarti bahwa ia menganggap TUHAN memusuhinya, dan ini menyebabkan ia yang
pergi dengan tangan penuh, dipulangkan oleh Tuhan dengan tangan kosong (ay
21a)!
Ia memang
percaya bahwa TUHAN itu adalah Allah yang maha kuasa (ay 20b,21b), tetapi
kepercayaannya ini justru menyebabkan ia tidak punya harapan, karena ia beranggapan
bahwa Allah yang mahakuasa itu menentang / memusuhi dia, dan mendatangkan mala
petaka kepadanya (ay 21b). Ia mempercayai kemahakuasaan Allah dengan cara yang
salah!
Kemurahan Tuhan
sudah pasti pernah dinyatakan pada Naomi, tetapi fakta bahwa dia pernah tidak
melihat kemurahan Tuhan menunjukkan bahwa kemurahan Tuhan tidak selalu nyata
dalam hidupnya.
Jadi baik Ayub,
Yakub maupun Naomi adalah orang-orang yang beriman, tetapi pada saat itu mereka
tidak bisa melihat kebaikan / kemurahan Tuhan. Segala sesuatu gelap gulita bagi
mereka, kemurahan Tuhan bukan hanya tidak nyata, tetapi sama sekali tidak
terlihat! Apakah ada saudara-saudara yang saat ini ada dalam keadaan seperti
itu? Kalau ya, dengarlah ini:
“Pada saat-saat seperti itu, sekalipun mata
saudara tidak bisa melihat kemurahan Tuhan, kemurahan Tuhan itu tetap ada”.
Bahwa kemurahan Tuhan itu tetap ada bagi mereka pada saat-saat tergelap dari hidup mereka, terlihat dari fakta bahwa saat-saat tergelap itu akhirnya membawa kebaikan bagi mereka.
a.
Dalam kasus Ayub.
Semua
penderitaan Ayub diakibatkan oleh serangan setan, yang diijinkan oleh Tuhan. Pada
akhirnya, Ayub dipulihkan dan bahkan diangkat ke keadaan yang lebih tinggi /
baik dari sebelumnya (Ayub 42:10-15).
Ayub 42:10-15 – (10) Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu. (11) Kemudian datanglah kepadanya semua saudaranya laki-laki dan perempuan dan semua kenalannya yang lama, dan makan bersama-sama dengan dia di rumahnya. Mereka menyatakan turut berdukacita dan menghibur dia oleh karena segala malapetaka yang telah ditimpakan TUHAN kepadanya, dan mereka masing-masing memberi dia uang satu kesita dan sebuah cincin emas. (12) TUHAN memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu; ia mendapat empat belas ribu ekor kambing domba, dan enam ribu unta, seribu pasang lembu, dan seribu ekor keledai betina. (13) Ia juga mendapat tujuh orang anak laki-laki dan tiga orang anak perempuan; (14) dan anak perempuan yang pertama diberinya nama Yemima, yang kedua Kezia dan yang ketiga Kerenhapukh. (15) Di seluruh negeri tidak terdapat perempuan yang secantik anak-anak Ayub, dan mereka diberi ayahnya milik pusaka di tengah-tengah saudarasaudaranya laki-laki.
Dan sampai
sekarang, cerita Ayub menjadi suatu pelajaran yang sangat berharga bagi anak-anak
Tuhan (bdk. Yak 5:11).
Yak 5:11 - Sesungguhnya
kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu
telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang
pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh
belas kasihan.
b.
Dalam kasus Yakub.
Kalau kita
melihat cerita Yakub ini selanjutnya, justru penyerahan Benyamin itu menyebabkan
ia akhirnya bertemu kembali dengan Yusuf, juga Simeon dan Benyamin, dan
melepaskan mereka dari bahaya kelaparan. Ini menyebabkan Yakub dan semua keturunannya
terpelihara dalam masa kelaparan tersebut, dan menjadi bangsa yang menurunkan
Mesias / Yesus!
Matthew Henry: Yakub
menganggap Yusuf mati, dan Simeon dan Benyamin sebagai ada dalam bahaya; dan ia
menyimpulkan, ‘Semua hal-hal ini menentang aku’. Tetapi terbukti
sebaliknya, bahwa semua ini adalah untuk dia, bekerja bersama-sama untuk kebaikannya
dan kebaikan keluarganya: tetapi ia berpikir semua itu menentang dia. Perhatikan,
melalui ketidaktahuan dan kesalahan kita, dan kelemahan dari iman kita, kita sering
melihat itu sebagai menentang kita apa yang sebetulnya adalah untuk kita. Kita menderita
dalam tubuh, milik / kekayaan, nama, dan hubungan; dan kita berpikir bahwa semua
hal-hal ini menentang kita, sedangkan ini sebetulnya sedang mengerjakan untuk kita
kemuliaan yang besar.
Pulpit
Commentary:
Demikianlah providensia Allah sering disalah-mengerti / disalahtafsirkan
oleh
orang-orang kudusNya. Betapa sering orang percaya berkata: ‘Semua hal ini
menentang aku’ pada saat ia sudah dekat dengan aliran peristiwa-peristiwa
yang akan membawanya keluar dari kesukaran / penderitaan ke
tengah-tengah kelimpahan, damai dan sukacita dari hati yang disembuhkan
dalam keadaan diberkati yang dipulihkan. Memang, Yakub sebetulnya sudah
dekat sekali dengan kebahagiaan yang luar biasa di mana ia akan bertemu
kembali dengan Yusuf, dan semua yang ia alami ini mengarahkan ia kepada
pertemuan yang berbahagia itu, tetapi pada saat itu ia justru menjadi putus
asa. Bagi kita, karena kita mengetahui Kej 43-dst, maka kita bisa
melihat betapa bodohnya Yakub. Tetapi bagi Yakubnya sendiri pada saat
itu, segalanya terlihat gelap gulita, sehingga ia menjadi putus asa.
Kalau saudara
adalah anak Allah, dan pada saat ini segalanya kelihatan gelap gulita bagi saudara,
jangan putus asa seperti Yakub. Percayalah bahwa Allah mengarahkan semua itu pada
kebaikan saudara, dan mungkin sekali, sama seperti Yakub, saudara sudah dekat sekali
dengan saat yang akan sangat membahagiakan saudara!
c.
Dalam kasus Naomi.
Tentang Naomi,
Pulpit Commentary berkata :
Pulpit
Commentary -
Penafsirannya tentang providensia Allah salah. ‘Tuhan’, kata Naomi, ‘telah
bersaksi / naik saksi menentang aku’. Manusia sering membayangkan / mengkhayalkan
bahwa jika Allah bisa mencegah penderitaan, tetapi mengijinkannya, Ia tidak
menyenangi dan bersahabat dengan orang yang terkena penderitaan itu. Tetapi
tidak demikian. ‘Ia menghajar barangsiapa yang dikasihiNya’. Kitab Ayub
memperingatkan kita terhadap kesalahmengertian tentang malapetaka / bencana. …
Betapa sering merupakan sesuatu yang benar, seperti penyair Cowper mengetahui
dan menyanyikannya - ‘Di balik providensia yang merengut / cemberut, Allah
menyembunyikan wajah yang tersenyum’.
Bahwa di balik
providensia Allah yang merengut, Allah menyembunyikan wajah yang tersenyum,
terlihat dari kelanjutan cerita tentang Naomi dan Rut tersebut. Pada waktu Naomi
kembali ke Israel, sekalipun Orpa akhirnya tidak mengikuti dia, tetapi Rut
tetap berpaut kepadanya. Rut akhirnya menikah dengan Boas, dan melahirkan anak
laki-laki.
Rut 4:14-17 - (14) Sebab itu perempuan-perempuan berkata kepada Naomi: ‘Terpujilah TUHAN, yang telah rela menolong engkau pada hari ini dengan seorang penebus. Termasyhurlah kiranya nama anak itu di Israel. (15) Dan dialah yang akan menyegarkan jiwamu dan memelihara engkau pada waktu rambutmu telah putih; sebab menantumu yang mengasihi engkau telah melahirkannya, perempuan yang lebih berharga bagimu dari tujuh anak laki-laki.’ (16) Dan Naomi mengambil anak itu serta meletakkannya pada pangkuannya dan dialah yang mengasuhnya. (17) Dan tetangga-tetangga perempuan memberi nama kepada anak itu, katanya: ‘Pada Naomi telah lahir seorang anak laki-laki’; lalu mereka menyebutkan namanya Obed. Dialah ayah Isai, ayah Daud”.
Orang-orang
perempuan itu menganggap Naomi berbahagia dan mereka menyebutnya Naomi
(menyenangkan) lagi, bukan Mara (pahit)! Karena apa?
- Tuhan telah rela menolong dia (ay 14).
- Naomi mempunyai menantu yang mengasihi dia (ay 15).
Bandingkan
dengan banyak kasus di mana mertua bentrok dengan menantu. Itulah sebabnya ada
orang yang berkata bahwa Hawa adalah wanita terbahagia karena tidak mempunyai
mertua.
Anak dari Rut
dan Boas, yaitu Obed, akan memelihara / melayani Naomi. Karena itu ia disebut
Obed (ay 17), yang artinya ‘pelayan’. Obed adalah orang yang akan
menurunkan Daud (ay 17,22). Dan dari Daud akan diturunkan Yesus!
Jadi, cerita
Naomi dan Rut yang mula-mula kelihatan buruk itu berakhir dengan ‘Happy End’!
Memang dalam Rut 1 semua menjadi gelap. Tetapi dalam Rut 2 mulai muncul titik
terang. Dan dalam Rut 3 titik terang itu menjadi makin terang. Dalam Rut 4,
sekalipun terang itu kelihatannya hilang sebentar, tetapi lalu muncul
lagi, dan bahkan menjadi terang benderang.
Kalau saudara
adalah anak Tuhan, sekalipun saat ini saudara ada dalam kegelapan yang bagaimanapun
pekatnya, di mana rasanya sama sekali tak ada harapan / kemurahan Tuhan bagi
saudara, maka ingatlah akan cerita Rut dan Naomi ini, dan percayalah bahwa pada
suatu saat saudara akan melihat titik terang yang makin lama akan makin terang,
sehingga akhirnya menjadi terang benderang! Ini sesuai dengan janji Tuhan dalam
Amsal 4:18 yang berbunyi:
Amsal 4:18 - Jalan orang benar itu seperti cahaya fajar yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari.
Dari pengalaman
3 tokoh ini, kita dapat melihat satu kebenaran bahwa memang kadang kala kemurahan
Tuhan tidak nyata atau tidak nampak dalam hidup kita atau lebih tepatnya kadang
kita tidak bisa melihat kemurahan Tuhan di dalam hidup kita, tetapi
sesungguhnya kemurahan Tuhan itu tetap ada. Bahkan sebenarnya kemurahan Tuhan
itu memang tidak seharusnya tetap nyata bagi mata kita. Mengapa? Karena justru melalui
itu kita belajar beriman.
Ibr 11:1 - Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
Kita belajar
beriman bahwa sekalipun kita tidak melihat matahari karena awan gelap, matahari
itu tetap ada dan tak pernah lenyap.
II.
SIKAP KITA KETIKA KEMURAHAN TUHAN TIDAK TERLIHAT.
Jikalau Ayub
pernah tidak melihat kemurahan Tuhan dalam hidupnya, jikalau Yakub dan Naomi
juga demikian, maka hal yang sama bisa terjadi pada kita. Kemurahan Tuhan memang
tetap ada tetapi kadang ada saat di mana kemurahan Tuhan itu tidak terlihat di dalam
hidup kita sebagaimana kata-kata dalam sebuah lagu rohani yang pernah
dinyanyikan Julius Sitanggang.
Tuhan…Masihkah
mau Kau mendengarkan doaku
Tuhan… Masihkah
gerangan sembahku Kau terima
Mana
tangan-Mu…Gelapnya jalan yang kini kutempuh
Sesatkah anakMu
kini melangkah
Dengar Tuhan….
Ratapanku
Dalam kondisi
semacam itu, apakah yang harus kita lakukan?
a.
Pandanglah pada keselamatan rohani dan salib Kristus!
Rom 5:8 - Akan
tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati
untuk kita, ketika kita masih berdosa.
Sesungguhnya
kemurahan Tuhan terbesar yang pernah dinyatakan kepada kita adalah ketika Ia
menyelamatkan kita melalui Kristus.
Tit 3:4-7 – (4)
Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan
kasih-Nya kepada manusia, (5) pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita,
bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya….
(6) yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat
kita, (7) supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih
karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal,
sesuai dengan pengharapan kita.
Yesus Kristus
berkata, apa artinya seorang memiliki isi dunia ini kalau ia kehilangan nyawanya?
Kalau begitu keselamatan kita adalah harta yang paling berharga / mahal, lebih
mahal daripada isi dunia ini. Dan kalau Tuhan sudah menyatakan kemurahan seperti
ini dalam hidup kita, apakah kita mau beranggapan bahwa Tuhan tidak bermurah hati
kepada kita hanya karena hidup kita yang sulit, hanya karena doa kita tidak
dijawab, hanya karena kita mengalami sakit penyakit, hanya karena kita
mengalami kekurangan uang, hanya karena kita putus cinta, dsb? Sikap semacam
ini sama dengan sikap seorang anak kecil yang menganggap orang tuanya jahat
karena tidak memberikan dia uang Rp. 10.000 padahal dia tidak sadar bahwa kalau
dia sampai besar seperti itu karena kasih sayang dan kebaikan orang tua.
Ya! Asal
saudara sudah diselamatkan, sadarlah bahwa itu kemurahan Tuhan terbesar dalam
hidup saudara. Dan selalu ingat itu apabila saudara dalam hidup ini tidak
melihat kemurahan Tuhan melalui terangkatnya penderitaan, lenyapnya penyakit,
terkabulnya doa-doa, terselesaikannya semua problem. Yakinlah bahwa kemurahan
Tuhan tetap ada dan yang terbesar sudah dinyatakan dalam hidup saudara ketika
Dia menyelamatkan saudara dari dosa-dosa dan memberikan hidup kekal pada
saudara.
b.
Tetaplah beriman pada janji Tuhan dalam Rom 8:28.
Rom 8:28 - Kita
tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan
kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil
sesuai dengan rencana Allah.
Di dalam Rom
8:18-27, Paulus memaparkan kehidupan orang-orang percaya dalam dunia ini dari
sisi negatifnya yang meliputi penderitaan, keluhan dan perbudakan. Lihat ayat pertamanya
:
Rom 8:18 - Sebab
aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan
dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita
Tetapi selanjutnya
dia mulai memaparkan sisi positifnya yang diawali dari ayat 28 bahwa Allah
turut bekerja dalam segala sesuatu (termasuk dalam sisi negatif tadi yakni penderitaan,
keluhan dan perbudakan) dengan tujuan mendatangkan kebaikan bagi orang-orang percaya.
Di sini ada
sedikit persoalan terjemahan. Terjemahan yang tepat bukanlah “Allah turut bekerja
dalam segala sesuatu” tetapi “Segala sesuatu turut bekerja”.
TL - Tetapi kita mengetahui, bahwa segala sesuatu bekerja bersama-sama mendatangkan kebajikan bagi orang yang mengasihi Allah, yaitu bagi orang yang dipanggil menurut kehendak Allah.KJV - And we know that all things work together for good to them that love God, to them who are the called according to his purpose.
Tentu
terjemahan Baru LAI juga tidak terlalu salah karena pastilah segala sesuatu itu
bekerja karena Allah juga. Hanya memang secara hurufiah dikatakan bahwa segala sesuatu
bekerja bersama untuk mendatangkan kebaikan bagi orang-orang percaya.
Lepas dari
persoalan itu jelas bahwa ada janji yang sangat indah dalam ayat 28 bahwa segala
sesuatu yang menimpa orang percaya, pasti akan berujung pada kebaikan.
Th. Van den End
–
Tiada yang dapat merugikan mereka yang sungguh-sungguh mengasihi Allah.
Sebaliknya, segala hal yang menimpa mereka, termasuk nasib yang digambarkan
dalam ayat 35 (penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan
atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang), harus membantu mereka mencapai
keselamatan, karena hal-hal itu meneguhkan iman mereka dan mengikat mereka erat-erat
kepada Yesus Kristus. Namun, Tuhanlah yang membuat segala hal turut mendatangkan
kebaikan, sebab Dia berkuasa atas segala sesuatu. Orang Kristen percaya kepada
Allah, bukan kepada nasib.…. Daun dan rumput, hujan dan kemarau, masa kelimpahan
dan kekurangan, makanan dan minuman, sehat dan sakit, kekayaan dan kemiskinan,
dan segala hal tidak menimpa kita secara kebetulan, tetapi datang dari tangan Bapa
saja. (Tafsiran Alkitab Surat Roma, hal. 453-454).
Ya, ini adalah
janji Allah bagi orang-orang percaya yang mengasihi Dia. Allah akan bekerja
dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Karena itu apabila penderitaan
hidup, kesulitan, persoalan, kedukaan membuat saudara tidak dapat melihat kemurahan
Tuhan, yakinlah bahwa kemurahan-Nya tetap ada, selalu ada dan terus bekerja
untuk kebaikan saudara.
Kalau saudara
mau dan bisa melakukan hal-hal ini, maka akan terjadi seperti yang ada dalam teks di bawah
ini.
Hab 3:17-18 - (17) Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, (18) namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.
Apa yang
dibicarakan dalam ayat 17 adalah situasi di mana kemurahan Tuhan tidak
terlihat. Tetapi dalam ayat 18 ada sorak-sorai dan sukacita karena Habakuk
percaya sekalipun tidak
terlihat,
kemurahan Tuhan itu tetap dan selalu ada untuknya. Maukah saudara selalu
percaya bahwa Tuhan itu murah hati kepada saudara, bahkan pada saat mata
saudara tidak bisa melihatnya? Pada saat matahari tak terlihat oleh mata kita
karena tertutup oleh awan, itu tidak berarti mataharinya lenyap! Selamat Tahun
Baru, Tuhan memberkati saudara!
- AMIN -
No comments:
Post a Comment