Doa Musa, abdi Allah. Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami turun-temurun.
Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah. (Mazmur 90:1-2)
Pertanyaan besar hari ini : mengapa aku tidak dapat menjadi tuhan atas diriku sendiri?
Periksa Realitas 1 : Hanya Tuhan adalah Tuhan
Mazmur ini berkenaan dengan Musa, yang sangat mungkin ditulis olehnya sendiri menjelang kematiannya. Sisa bangsa Israel telah memasuki Tanah Perjanjian, tanah warisan yang telah dipersiapkan dan diberikan kepada mereka oleh Tuhan dalam penggenapan janji-janji Tuhan. Sebagai pengingat, mereka memiliki sebuah lagu untuk dinyanyikan yaitu Mazmur 90.
Apa pokok utama menjadi seseorang bangsa Israel jika tujuan utamanya adalah semata untuk mendiami sejengkal area tanah? Tuhan telah memenuhi janjinya dan kelak "menendang" bangsa Israel keluar dari Tanah Perjanjian tersebut karena mereka tidak tinggal diam bersama dengan Tuhan (Yeremia 25:1-14). Dia adalah Pencipta dan telah ada dari kekekalan hingga kekekalan. Ia abadi. Dia tempat perteduhan kita dan demikianlah adanya Dia selalu dan selama-lamanya.
"Sejak dari tahun yang ketiga belas pemerintahan Yosia bin Amon, raja Yehuda, sampai hari ini, jadi sudah dua puluh tiga tahun lamanya, firman TUHAN datang kepadaku dan terus-menerus aku mengucapkannya kepadamu, tetapi kamu tidak mau mendengarkannya.
Juga TUHAN terus-menerus mengutus kepadamu semua hamba-Nya, yakni nabi-nabi, tetapi kamu tidak mau mendengarkan dan memperhatikannya.
Kata mereka: Bertobatlah masing-masing kamu dari tingkah langkahmu yang jahat dan dari perbuatan-perbuatanmu yang jahat; maka kamu akan tetap diam di tanah yang diberikan TUHAN kepadamu dan kepada nenek moyangmu, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya.
Tetapi kamu tidak mendengarkan Aku, demikianlah firman TUHAN, sehingga kamu menimbulkan sakit hati-Ku dengan buatan tanganmu untuk kemalanganmu sendiri.(Cuplikan Yeremia 25)
Sebuah area tanah bukanlah tempat perteduhan kita, tempat perteduhan kita yang sejati adalah di dalam Tuhan. Tuhan mengingatkan kita bahwa yang penting bukan dimana kita berada dan tinggal, yang terpenting adalah dengan Siapa kita akan berdiam. Keluarga, semua tetangga, para sahabat, rekan kerja, dan bahkan teman satu daerah jelas penting, tetapi menjadi tak berarti bila dibandingkan dengan berdiam bersama dengan Tuhan.
Di Taman Eden manusia berdiam dalam kedekatan/kesatuan yang sempurna dengan Tuhan, orang tua pertama kita Adam dan Hawa memilih untuk tinggal dalam otonominya/kehendak dirinya sendiri dan menolak peraturan Tuhan. Segala upaya kita untuk menjalani kehidupan ini dengan kemampuan atau otonomi sendiri tidak akan pernah berhasil--tidak bagi Adam dan Hawa, tidak bagi Israel, dan tidak bagi semua umat manusia. Sebab kita penuh dengan dosa, kita telah terhilang--terhilang tanpa pengharapan-- dan telah menjadi subyek penghukuman Tuhan yang sangat berkuasa. Dalam upaya untuk menjadikan diri ini sebagai tempat untuk berdiam, kita telah terisolasi dalam kekekalan dari kemuliaan Tuhan dan tak sanggup untuk mengubah kondisi kita sebagai mahkluk fana.
Hanya Tuhan yang kekal, tak terlihat, hanya Tuhan yang bijaksana dengan segenap kuasa, hadirat dan pengetahuan. Hanya Dia yang tak terbatas. Apakah kita mengakui atau tidak perihal ini, Hanya Dia dan sejak dahulu Dia satu-satunya tempat berdiam yang aman dan sejati. Kita mencoba membangun tempat-tempat perteduhan bagi diri kita sendiri yang suatu saat kelak akan musnah oleh api. Kita tidak dapat menyelamatkan diri kita sendiri. Akses kembali ke tempat perteduhan Tuhan hanya melalui ketetapan Tuhan sendiri yaitu melalui korban Kristus.
Saya bukan Pencipta, juga bukan ada dalam kekekalan, Tuhan yang Kekal. Sebaliknya saya adalah ciptaan yang membutuhkan sebuah tempat perteduhan. Saya telah menemukan satu-satunya tempat perteduhan yang aman didalam Tuhan melalui Kristus.
Ide besar hari ini : kita semua membutuhkan tempat perteduhan/tinggal yang aman kekal. Tuhan adalah tempat perteduhan itu!
No comments:
Post a Comment