Yoh 14:1-6(2)
Yoh 14:1-6 - “(1) ‘Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepadaKu. (2) Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. (3) Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. (4) Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ.’ (5) Kata Tomas kepadaNya: ‘Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?’ (6) Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”.
III) Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga.
1) Setelah Yesus berbicara tentang surga, terjadi pembicaraan tentang ‘jalan ke surga’.
Ay 4-5: (4) Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ.’ (5) Kata Tomas kepadaNya: ‘Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?’
Yesus berkata para murid tahu jalan ke sana, tetapi Tomas mengatakan ia tidak tahu.
a) Kalau demikian, apakah kata-kata Yesus dalam ay 4 tadi salah? Ia berkata ‘kamu tahu’ padahal Tomas tidak tahu. Untuk menjawab ini, ada beberapa penafsiran:
1. Dalam ay 4, Yesus memaksudkan: ‘Kamu seharusnya tahu’.
2. Mereka (para murid) memang mempunyai pengetahuan, tetapi agak kabur / tidak pasti.
3. Yesus mengatakan ‘kamu tahu’ hanya untuk merangsang mereka untuk berusaha mengetahui hal itu, sehingga Ia lalu bisa menjelaskannya kepada mereka (Jamieson, Fausset & Brown).
b) Ini menunjukkan kejujuran Tomas, seperti yang juga terlihat dalam Yoh 20:25. Dia tidak mau berpura-pura percaya atau berpura-pura tahu.
Bdk. Yoh 20:25 - “Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: ‘Kami telah melihat Tuhan!’ Tetapi Tomas berkata kepada mereka: ‘Sebelum aku melihat bekas paku pada tanganNya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambungNya, sekali-kali aku tidak akan percaya.’”.
Mungkin ia berpikir: ‘Tadi Engkau sendiri mengatakan bahwa ke tempat dimana Engkau akan pergi, kami tidak bisa datang (13:33); lalu bagaimana mungkin Engkau sekarang berkata bahwa kami tahu jalan ke sana?’.
Bdk. Yoh 13:33 - “Hai anak-anakKu, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang, demikian pula Aku mengatakannya sekarang juga kepada kamu”.
William Barclay: “There was one among them who could never say that he understood what he did not understand, and that was Thomas. He was far too honest and far too much in earnest to be satisfied with any vague pious expressions. Thomas had to be sure. So he expressed his doubts and his failure to understand, and the wonderful thing is that it was the question of a doubting man which provoked one of the greatest things Jesus ever said. No one need be ashamed of his doubts; for it is amazingly true that he who seeks will in the end find” (= Ada satu di antara mereka yang tidak pernah bisa berkata bahwa ia tahu / mengerti apa yang ia tidak tahu / mengerti, dan itu adalah Tomas. Ia terlalu jujur dan terlalu bersungguh-sungguh untuk dipuaskan dengan pernyataan-pernyataan saleh yang kabur. Tomas harus yakin. Jadi ia menyatakan keraguannya dan kegagalannya untuk tahu / mengerti, dan hal yang sangat bagus adalah bahwa pertanyaan dari seseorang yang ragu-ragulah yang menimbulkan salah satu hal terbesar yang pernah diucapkan oleh Yesus. Tak seorangpun perlu malu tentang keraguannya; karena merupakan sesuatu yang benar bahwa ia yang mencari pada akhirnya akan mendapatkan / menemukan) - hal 156-157.
c) Ketidak-tahuan Tomas merupakan suatu ketidak-tahuan yang salah / patut dicela.
Ada ketidak-tahuan yang tidak bisa disalahkan, misalnya ketidak-tahuan dari orang yang baru saja menjadi orang Kristen. Atau orang Kristen yang hidup di pedalaman, sehingga tidak memungkinkan mereka belajar Firman Tuhan dengan baik, dan sebagainya.
Tetapi ada ketidak-tahuan yang memang salah / patut dicela. Misalnya, kalau seseorang sudah lama ikut Kristus, dan sebetulnya ada banyak tempat dimana ia bisa belajar dan menjadi tahu tetapi ia tidak mau menggunakannya, sehingga ia tidak tahu apa-apa, maka tentu saja ini merupakan suatu ketidak-tahuan yang salah. Juga kalau ia sebetulnya banyak belajar, tetapi tak mau menerima kebenaran yang dipelajarinya, karena ia sudah mempunyai konsep yang lain. Yang terakhir ini mungkin merupakan alasan ketidak-tahuan Tomas.
Barnes’ Notes: “‘We know not whither thou goest.’ Though Jesus had so often told them of his approaching death and resurrection, yet it seems they did not understand him, nor did they fully comprehend him until after his resurrection. See Luke 24:21. They entertained the common notions of a temporal kingdom; they supposed still that he was to be an earthly prince and leader, and they did not comprehend the reason why he should die. Thomas confessed his ignorance, and the Saviour again patiently explained his meaning. All this shows the difficulty of believing when the mind is full of prejudice and of contrary opinions. If Thomas had laid aside his previous opinions - had he been willing to receive the truth as Jesus plainly spoke it, there would have been no difficulty. Faith would have been an easy and natural exercise of the mind. And so with the sinner. If he were willing to receive the plain and unequivocal doctrines of the Bible, there would be no difficulty; but his mind is full of opposite opinions and plans, occupied with errors and vanities, and these are the reasons, and the only reasons, why he is not a Christian” (= ‘Kami tidak tahu ke mana Engkau pergi’. Sekalipun Yesus telah begitu sering memberitahu mereka tentang kematian dan kebangkitanNya yang mendekat, tetapi kelihatannya mereka tidak mengertiNya, juga mereka tidak sepenuhnya mengertiNya sampai setelah kebangkitanNya. Lihat Luk 24:21. Mereka mempunyai pikiran yang umum tentang suatu kerajaan yang sementara; mereka tetap menganggap bahwa Ia akan menjadi pangeran / raja dan pemimpin duniawi, dan mereka tidak mengerti alasan mengapa ia harus mati. Tomas mengakui ketidak-tahuannya, dan sang Juruselamat dengan sabar menjelaskan lagi maksudNya. Semua ini menunjukkan kesukaran untuk percaya pada saat pikiran penuh dengan prasangka dan pandangan-pandangan yang bertentangan. Seandainya Tomas mengesampingkan pandangan-pandangan terdahulunya, seandainya ia mau menerima kebenaran sebagaimana Yesus mengatakannya secara jelas, maka tidak akan ada kesukaran. Iman akan merupakan suatu gerakan yang mudah dan alamiah dari pikiran. Dan demikian juga dengan orang berdosa. Jika ia mau menerima ajaran-ajaran yang sederhana dan jelas dari Alkitab, maka tidak akan ada kesukaran; tetapi pikirannya dipenuhi dengan rencana dan pandangan yang bertentangan, terisi dengan kesalahan dan kesia-siaan, dan ini adalah alasan, satu-satunya alasan, mengapa ia bukan orang Kristen).
Luk 24:21 - “Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi”.
2) Jawaban Yesus kepada Tomas.
Ay 6: “Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”.
a) Satu hal yang perlu diperhatikian adalah: dari ketidak tahuan Tomas, yang ia nyatakan secara terus terang, lalu muncul salah satu kata-kata terindah, teragung, dan terpenting dari Yesus!
b) ‘Akulah jalan ... Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’.
1. Kata-kata ‘Akulah jalan’ menyebabkan dalam Kitab Kisah Para Rasul kekristenan sering disebut dengan istilah ‘jalan’ (Bdk. Kis 9:2 19:9,23 24:14,22).
Bdk. Ibr 10:20 - “karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diriNya sendiri”.
2. William Hendriksen: “‘I am the way.’ Jesus does not merely show the way; he is himself the way. It is true that he teaches the way (Mark 12:14; Luke 20:21), guides us in the way (Luke 1:79), and has dedicated for us a new and living way (Heb. 10:20); but all this is possible only because he is himself the way” [= ‘Aku adalah jalan’. Yesus tidak semata-mata menunjukkan jalan itu; Ia sendiri adalah jalan itu. Adalah benar bahwa Ia mengajarkan jalan itu (Mark 12:14; Luk 20:21), memimpin kita di dalam jalan itu (Luk 1:79), dan telah memberikan kita jalan yang baru dan hidup (Ibr 10:20); tetapi semua ini memungkinkan hanya karena Ia sendiri adalah jalan itu] - hal 267.
Dalam hal ini Yesus berbeda dengan semua pendiri agama lain. Mereka paling-paling menunjukkan jalan, tetapi mereka tidak pernah mengatakan: ‘Akulah jalan’.
Dan pada waktu mereka menunjukkan jalan, kita perlu mengingat kata-kata Kitab Suci: “Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut” (Amsal 14:12).
3. Ini menunjukkan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga.
Yoh 14:6 ini hanya mempunyai 3 kemungkinan:
a. Kitab Sucinya salah. Yesus sebetulnya tidak pernah mengucapkan kata-kata ini.
b. Kitab Sucinya benar. Yesus memang mengucapkan kata-kata ini, tetapi pada saat Yesus mengucapkan kata-kata ini, Ia tidak mengucapkan kebenaran. Dengan kata lain Yesus berdusta!
c. Kitab Sucinya benar dan Yesusnya tidak berdusta. Jadi Ia memang adalah satu-satunya jalan ke surga.
Kalau saudara menerima salah satu dari 2 kemungkinan pertama, maka saudara seharusnya berhenti jadi orang kristen. Merupakan suatu kegilaan kalau seseorang tetap menjadi orang kristen padahal ia percaya Kitab Sucinya salah atau Yesusnya berdusta! Kalau saudara menolak 2 kemungkinan pertama itu, maka hanya kemungkinan terakhirlah yang menjadi pilihan saudara! Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga!
Jelas bahwa yang ditekankan dalam Yoh 14:6 ini adalah persoalan masuk surga, karena kontex (ay 2-4) membicarakan rumah Bapa / surga. Jadi bagian ini secara jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga.
Bandingkan dengan:
Kis 4:12 - “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.’”.
1Yoh 5:11-12 - “(11) Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam AnakNya. (12) Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup”.
Siapapun yang menafsirkan bahwa ayat-ayat ini tidak menunjukkan bahwa orang beragama lain tidak bisa masuk surga, adalah orang kurang ajar / nabi palsu, yang telah memutar-balikkan Kitab Suci.
Bdk. 2Pet 3:16 - “Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain”.
Contoh: orang-orang Liberal mengatakan bahwa Yoh 14:6 ini hanya berlaku untuk orang kristen. Ini membuat kata-kata Yesus ini menjadi tidak ada artinya / kehilangan maknanya sama sekali. Apa gunanya kata-kataNya ini kalau itu hanya berlaku untuk orang kristen?
Ada lagi orang Liberal yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ‘way’ adalah jalan besar. Kalau itu memang hanya ada satu yaitu Yesus. Tetapi kalau jalan kecil (= path) ada banyak! Bagaimana mungkin kegilaan seperti ini bisa diharmoniskan dengan kata-kata ‘Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’ dalam ay 6b?
Tetapi sekalipun penekanan Yoh 14:6 ini adalah dalam persoalan masuk surga, jelas bahwa:
· kita bisa berkenan pada Bapa, juga hanya kalau kita menerima jasa penebusan Yesus melalui iman (Yoh 3:36 Ibr 11:6).
· pada waktu kita berdoa, Yesus juga adalah satu-satunya jalan / pengantara kepada Bapa. Karena itulah kita berdoa ‘dalam nama Yesus’ (Yoh 14:13-14 Yoh 16:23-24 bdk. Ibr 10:19-22).
Ayat ini jelas menentang:
¨ Universalisme, yaitu pandangan yang mengatakan bahwa pada akhirnya semua orang akan masuk surga.
¨ Pandangan yang mengatakan bahwa orang yang beragama lain tetap bisa masuk surga sekalipun tidak percaya kepada Yesus.
Berdasarkan ayat ini kita harus menyimpulkan bahwa bagaimanapun baiknya hidup seseorang, dan agama apapun yang ia anut, kalau ia tidak mempunyai Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka ia tetap akan pergi ke neraka. Mengapa? Karena ia tetap adalah orang berdosa, sehingga tanpa Penebus / Juruselamat dosa maka ia harus membayar sendiri hutang dosanya di dalam neraka.
Beberapa komentar tentang Yesus sebagai satu-satunya jalan:
* Barnes’ Notes: “‘No man cometh to the Father but by me.’ To come to the Father is to obtain his favor, to have access to his throne by prayer, and finally to enter his kingdom. No man can obtain any of these things except by the merits of the Lord Jesus Christ. By coming by him is meant coming in his name and depending on his merits. We are ignorant, and he alone can guide us. We are sinful, and it is only by his merits that we can be pardoned. We are blind, and he only can enlighten us. God has appointed him as the Mediator, and has ordained that all blessings shall descend to this world through him” (= ‘Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’. Datang kepada Bapa berarti mendapatkan perkenanNya, mendapatkan jalan masuk ke tahtaNya melalui doa, dan akhirnya memasuki kerajaanNya. Tidak seorangpun bisa mendapatkan yang manapun dari hal-hal ini kecuali oleh jasa Tuhan Yesus Kristus. Yang dimaksud dengan datang melaluiNya / olehNya adalah datang dalam namaNya, dan bergantung / bersandar pada jasaNya. Kita bodoh / tidak mempunyai pengetahuan, dan hanya Dia yang bisa membimbing kita. Kita adalah orang berdosa dan hanya oleh jasaNya kita bisa diampuni. Kita buta, dan hanya Dia yang bisa menerangi kita. Allah telah menetapkanNya sebagai Pengantara, dan telah menentukan bahwa semua berkat akan turun kepada dunia ini melalui Dia) - hal 333.
* Calvin: “men contrive for themselves true labyrinth, whenever, after having forsaken Christ, they attempt to come to God. ... Wherefore all theology, when separated from Christ, is not only vain and confused, but is also mad, deceitful, and spurious” (= manusia mengusahakan / membuat bagi diri mereka sendiri suatu susunan yang membingungkan, pada waktu, setelah meninggalkan Kristus, mereka berusaha untuk datang kepada Allah. ... Karena itu, semua theologia, pada waktu dipisahkan dari Kristus, bukan hanya sia-sia dan kacau, tetapi juga gila, bersifat penipu, dan palsu) - hal 85.
* Calvin: “it is a foolish and pernicious curiosity, when men, not satisfied with him, attempt to go to God by indirect and crooked path” [= merupakan keingin-tahuan yang bodoh dan jahat, pada waktu manusia, tidak puas dengan Dia (Yesus), berusaha untuk pergi kepada Allah melalui jalan yang tidak langsung dan bengkok / berliku-liku] - hal 86.
* Charles Haddon Spurgeon: “There is no getting to God except through Christ. Those who say that we can go to heaven without a Mediator know not what they say, or say what they know to be false. There can be no acceptable approach to the Father except by Jesus Christ the Son” (= Tidak ada yang sampai kepada Allah kecuali melalui Kristus. Mereka yang berkata bahwa kita dapat pergi ke surga tanpa seorang Pengantara, tidak tahu apa yang mereka katakan, atau mengatakan apa yang mereka tahu sebagai sesuatu yang salah. Tidak ada tindakan mendekat kepada Bapa yang bisa diterima, kecuali oleh Yesus Kristus sang Anak) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 8, hal 67.
* Pulpit Commentary: “Those who want to be with Jesus hereafter must be with him here. And those who want to be with the Father hereafter, having knowledge of him, and receiving of his fulness, can only gain this through Jesus. There is no other name given whereby men are to be saved” (= Mereka yang ingin bersama dengan Yesus di alam baka harus bersama dengan Dia di sini. Dan mereka yang ingin bersama dengan Bapa di alam baka, mengenal Dia dan menerima kepenuhanNya, hanya bisa mendapatkan ini melalui Yesus. Tidak ada nama lain yang diberikan dengan mana manusia bisa diselamatkan) - hal 261.
* A. T. Robertson: “There is no use for the Christian to wince at these words of Jesus. If he is really the Incarnate Son of God (1:1,14,18), they are necessarily true” [= Tidak ada gunanya bagi orang Kristen untuk berbalik / mundur pada kata-kata Yesus ini. Jika Ia betul-betul adalah Anak Allah yang berinkarnasi (1:1,14,18), kata-kataNya itu pasti benar] - hal 250.
* F. F. Bruce: “he is himself the way to the Father. He is, in fact, the only way by which men and women may come to the Father; there is no other way. If this seems offensively exclusive, let it he borne in mind that the one who makes this claim is the incarnate Word, the revealer of the Father” (= Ia sendiri adalah jalan kepada Bapa. Dalam faktanya Ia adalah satu-satunya jalan dengan mana orang laki-laki dan perempuan bisa datang kepada Bapa; tidak ada jalan yang lain. Jika ini kelihatannya bersifat exklusif dan menghina, baiklah dicamkan bahwa yang membuat pernyataan ini adalah Firman yang berinkarnasi, yang menyatakan Bapa) - hal 298.
* J. C. Ryle: “We should mark, ... in these verses, how expressly the Lord Jesus shuts out all ways of salvation but Himself. ‘No man,’ He declares, ‘No man cometh unto the Father but by Me.’ It avails nothing that a man is clever, learned, highly gifted, amiable, charitable, kind-hearted, and zealous about some sort of religion. All this will not save his soul, if he does not draw near to God by Christ’s atonement, and make use of God’s own Son as his Mediator and Saviour. ... Let us beware, if we love life, of supposing that mere earnestness will take a man to heaven, though he know nothing of Christ. The idea is a deadly and ruinous error. Sincerity will never wipe away our sins. It is not true that every man will be saved by his own religion, no matter what he believes, provided he is diligent and sincere. We must not pretend to be wiser than God. Christ has said, and Christ will stand to it, ‘No man cometh unto the Father but by Me.’” (= Kita harus memperhatikan, ... dalam ayat-ayat ini, bagaimana dengan jelas Tuhan Yesus menutup semua jalan-jalan keselamatan kecuali diriNya sendiri. ‘Tak seorangpun’, Ia menyatakan, ‘Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’. Tak ada gunanya bahwa seseorang itu pandai, terpelajar, sangat berkarunia, ramah, murah hati, baik hati, dan bersemangat tentang sejenis agama. Semua ini tidak akan menyelamatkan jiwanya, jika ia tidak mendekat kepada Allah oleh penebusan Kristus, dan menggunakan nak Allah sendiri sebagai Pengantara dan Juruselamatnya. Jika kita mencintai hidup, hendaklah kita hati-hati, tentang anggapan bahwa sekedar kesungguhan akan membawa manusia ke surga, sekalipun ia tidak mengetahui apapun tentang Kristus. Gagasan itu merupakan kesalahan yang mematikan dan menghancurkan. Kesungguhan / ketulusan tidak akan pernah menghapus dosa-dosa kita. Tidak benar bahwa setiap orang akan diselamatkan oleh agamanya sendiri, tak peduli apa yang ia percayai, asal ia rajin dan sungguh-sungguh / tulus. Kita tidak boleh berpura-pura lebih bijaksana dari Allah. Kristus telah mengatakan, dan Kristus akan mempertahankannya, ‘Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’.) - ‘Expository Thoughts on the Gospels’, (John volume III), hal 66-67.
* Vincent mengutip kata-kata Thomas Kempis: “‘I am the way, the truth, and the life. Without the way there is no going; without the truth there is no knowing; without the life there is no living. I am the way which thou shouldst pursue; the truth which thou shouldst believe; the life which thou shouldst hope for.’” (= ‘Akulah jalan, dan kebenaran, dan hidup. Tanpa jalan tidak ada kepergian; tanpa kebenaran tidak ada pengetahuan; tanpa hidup tidak ada kehidupan. Akulah jalan yang harus engkau ikuti; kebenaran yang harus engkau percayai; hidup yang harus engkau harapkan’.).
4. Karena ayat ini mengajarkan Kristus sebagai satu-satunya jalan ke surga, maka konsekwensinya adalah: setiap orang harus percaya kepada Kristus kalau ia mau masuk ke surga. Dan setelah ia percaya kepada Kristus, ia harus memberitakan Injil, supaya orang-orang di sekitarnya bisa percaya kepada Yesus dan diselamatkan (bdk. Ro 10:13-15).
c) ‘Akulah ... kebenaran’.
1. Yesus adalah kebenaran.
Pulpit Commentary: “it is observable that Jesus does not say, ‘I teach the truth;’ he says, ‘I am the Truth.’” (= perlu diperhatikan bahwa Yesus tidak berkata: ‘Aku mengajarkan kebenaran’; Ia berkata: ‘Aku adalah kebenaran’) - hal 239.
Catatan: Yesus memang pernah berkata: Aku mengatakan kebenaran (Yoh 8:40,45,46). Tetapi perlu diingat bahwa Ia bukan hanya mengatakan kebenaran, tetapi Ia sendiri adalah kebenaran.
Ini sama seperti Roh Kudus, yang sekalipun dikatakan menginsyafkan dunia akan kebenaran (Yoh 16:8), memimpin orang ke dalam kebenaran (Yoh 16:13), tetapi juga disebut sebagai Roh Kebenaran (Yoh 14:17 15:26 16:13).
2. Bahwa Yesus adalah kebenaran, menjamin bahwa kata-kataNya yang menyatakan diriNya sebagai satu-satunya jalan ke surga, adalah benar!
d) ‘Akulah ... hidup’.
Pulpit Commentary: “if we truly have Jesus, whatever we may lack, we shall not lack life” (= jika kita betul-betul mempunyai Yesus, dalam hal apapun kita kekurangan, kita tidak akan kekurangan hidup / kehidupan) - hal 261.
e) ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’.
1. Kata-kata ini kelihatannya menggelikan / merupakan kebodohan. Mengapa?
Leon Morris (NICNT): “‘I am the Way’, said One who would shortly hang impotent on the cross. ‘I am the Truth’, when the lies of evil men were about to enjoy a spectacular triumph. ‘I am the Life’, when within a few hours His corpse would be placed in a tomb” (= ‘Akulah jalan’, kata Orang yang sebentar lagi tergantung tak berdaya pada salib. ‘Akulah kebenaran’, pada waktu dusta orang-orang jahat akan menikmati kemenangan yang spektakuler. ‘Akulah hidup’, pada saat dalam beberapa jam lagi mayatNya akan diletakkan dalam sebuah kubur) - hal 641.
Memang Injil adalah ‘kebodohan’, tetapi “Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil” (1Kor 1:21b)!
1Kor 1:18,21-24 - “(18) Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah. ... (21) Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil. (22) Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, (23) tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, (24) tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah”.
2. Kata-kata ini harus kita tanggapi.
Kita harus menanggapinya dengan iman kepada Kristus, dan membuktikan iman itu dengan tindakan mengikuti Dia.
Ada kata-kata indah yang berbunyi sebagai berikut:
You call Me the way but you do not follow Me, (= Engkau menyebutKu jalan tetapi engkau tidak mengikutKu,)
You call Me the light but you do not see Me, (= Engkau menyebutKu terang tetapi engkau tidak melihatKu,)
You call Me the teacher but you do not listen to Me, (= Engkau menyebutKu guru tetapi engkau tidak mendengarkanKu,)
You call Me the Lord but you do not serve Me, (= Engkau menyebutKu Tuhan tetapi engkau tidak melayaniKu,)
You call Me the truth but you do not believe in Me, (= Engkau menyebutKu kebenaran tetapi engkau tidak percaya kepadaKu,)
Do not be surprised if one day I don’t know you. (= Janganlah terkejut jika suatu hari Aku tidak mengenal kamu.)
-AMIN-
e-mail us at golgotha_ministry0@yahoo.com
No comments:
Post a Comment