Oleh : Martin Simamora
Petrus, Yakobus dan Yohanes Melihat Yesus bersama Elia dan Musa
Matius 17:1-11
Bacalah lebih dulu bagian 1L
Matius 17:1-11
Ketika pendeta
Erastus Sabdono menyatakan -masih pada
paragraf 12-: “mereka tidak akan
mampu menyamai kebaikan moral orang
percaya. “Perhatikan, bagaimana tokoh-tokoh iman dalam Perjanjian Lama walaupun
hebat-hebat dalam karya-karya iman
mereka, tetapi mereka tidak akan dapat menyamai kebaikan moral Tuhan Yesus Kristus dan murid-murid-Nya yang
mengikuti jejak-Nya,” maka dapat dipahami bagaimana ia memandang iman orang percaya adalah kebaikan
moral. Dengan kata lain eksistensi iman
sangat bergantung pada upaya manusia untuk menghadirkan iman itu. Sangat bertolak belakang dengan
penjelasan Yesus bahwa hanya orang yang telah diserahkan Bapa kepadanya saja
yang dapat datang beriman kepadanya di dalam pemberitaan kabar baik kepada
semua orang, bahkan oleh dirinya sendiri [sebagaimana telah saya
paparkan pada bagian1G]!
Sekarang, apakah benar kitab suci, ada menyatakan
kepada kita perihal kebaikan moral pada tokoh-tokoh iman Perjanjian Lama?
Secara cepat saya dapat katakan, bahwa
kitab suci menyatakan bahwa tidak ada siapapun di dalam perjanjian lama dapat
dibenarkan oleh kebaikan-kebaikan moral yang bagaimanapun [sebagaimana telah
saya paparkan pada bagian1D]. Apakah benar, ketika kitab suci
menyebut orang-orang kudus Perjanjian Lama sebagai tokoh-tokoh iman, ada membicarakan sedikit saja mengenai
karya atau perbuatan baik mereka?[tentu harus saya tegaskan bahwa ini tidak boleh dipandang
secara negatif seolah orang percaya dengan demikian tidak memiliki
perbuatan baik pada dirinya. Ada namun sebagai BUAH atau sebagai HASIL KERJA
BAPA di dalam diri orang percaya sebagaimana
telah saya paparkan pada bagian 1K]. Apakah ada sedikit saja di
dalam Kitab suci, ketika membicarakan iman ada mengandungkan faktor perbuatan-perbuatan
baik atau kebaikan-kebaikan moral sebagai
dasar untuk memperhitungkan kebenaran pada diri mereka?Saya akan meninjau
pandangan dan pengajaran pendeta Erastus Sabdono, dengan kitab suci, apakah
selaras ataukah bengkok?
Diperhitungkan
Benar Karena Keberimanan, Bukan Sama Sekali Oleh Perbuatan Baik Atau Kebaikan
Moral. Sejak Era Perjanjian Lama Hingga
Era Umat Percaya Perjanjian Baru
Mari kita membuka
kitab suci kita, alkitab kita:
a.Abraham
: tokoh orang beriman, disebut tokoh iman karena tak ada sedikita saja
kebaikannya yang diperhitungkan sebagai kebenaran di hadapan Allah. Sebaliknya,
keberimanannyalah yang telah
diperhitungkan sebagai kebenaran:
Roma
4:1-5 (1) Jadi apakah
akan kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur jasmani kita? (2)Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena
perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan
Allah.(3) Sebab
apakah
dikatakan nas Kitab Suci? "Lalu
percayalah
Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai
kebenaran."(4) Kalau ada orang yang bekerja,
upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya.(5) Tetapi
kalau ada orang yang tidak bekerja,
namun percaya
kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya
diperhitungkan menjadi kebenaran.
b.Daud:
Raja hebat bangsa Israel, yang dari
keturunannya lahir Sang Mesias, berkata:
Roma
4:6- (6) Seperti juga Daud menyebut berbahagia
orang yang dibenarkan
Allah bukan berdasarkan perbuatannya:(7)
Berbahagialah
orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya;(8)
berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan
kepadanya."
Menjadi catatan
penting, pola keselamatan tunggal: dibenarkan oleh karena iman, malahan dalam
hal apa yang dimaksudkan dengan dibenarkan karena kepercayaannya, ditekankan
dengan “bukan berdasarkan perbuatannya,”telah menyatakan bahwa sama sekali
tidak ada sedikit saja kebenaran pada perbuatan manusia yang dapat atau pantas diperhitungkan sebagai kebenaran
pada keberimanannya. Sekalipun memang orang-orang beriman memang berbuat baik, itu telah diperhitungkan sebagai karya Allah di
dalam diri orang percaya sebagaimana telah saya paparkan pada bagian 1K.
Tak berhenti sampai
di situ, bahwa pada Perjanjian Lama, sudah dinyatakan bahwa “dibenarkan oleh
karena iman bukan berdasarkan perbuatan” adalah kebenaran tunggal dan absolut,
tetapi ditekankan melampaui era hukum Taurat itu sendiri dan berlaku hingga era
kini, hingga kesudahannya:
Roma
4:9 Adakah ucapan bahagia ini hanya berlaku
bagi orang bersunat saja atau juga bagi orang tak bersunat? Sebab
telah kami katakan, bahwa kepada
Abraham iman diperhitungkan sebagai kebenaran.
Kebenaran karena beriman.
Mengapa dikatakan sama sekali tak berpaut dengan kepatuhan kepada Allah, atau
kebaikan moral atau karya-karya iman sekalipun?
Perhatikan ini:
Roma
4:10-11 Dalam
keadaan manakah hal itu diperhitungkan? Sebelum atau sesudah ia disunat? Bukan sesudah disunat, tetapi sebelumnya.
Dan tanda sunat itu diterimanya sebagai meterai kebenaran berdasarkan iman yang
ditunjukkannya, sebelum ia bersunat. Demikianlah ia dapat
menjadi bapa semua orang percaya yang tak bersunat, supaya kebenaran
diperhitungkan kepada mereka,
Dibenarkan
karena beriman! Bagaimanakah hal itu diperhitungkan atau dicapkan kepada seseorang? Apakah:
1.dikaitkan dengan setelah juga melakukan tuntutan taurat, sehingga iman dan perbuatan adalah sebuah keharusan? Bahwa beriman dan perbuatan keberimanannya pada tuntutan ketetapan Allah [sunat]
bagaikan dua entitas yang setara dan berdiri sendiri-sendiri dan kedua-duanya harus terjadi, baru dapat
dikatakan “dibenarkan
karena iman”?
Roma
4:13 Sebab bukan karena hukum Taurat telah diberikan janji kepada Abraham dan
keturunannya, bahwa ia akan memiliki dunia, tetapi karena kebenaran,
berdasarkan iman.
ATAU
2.
Pada tahap percaya saja tanpa perlu melakukan tuntutan hukum atau perintah Allah? Ini menyatakan pembenaran oleh iman memang sama sekali terlepas dari perbuatan baik atau kebaikan moral bahkan dalam bingkai Taurat, sudah dicap
oleh Allah sebagai orang yang dibenarkan oleh iman atau percayanya telah
diperhitungkan sebagai kebenaran, tanpa perlu tambahan yang bagaimanapun!
Ketika
kitab suci juga mengajukan pertanyaan reflektif pada keontentikan “dibenarkan oleh iman saja,”
dengan mengajukan pertanyaan reflektif
pada peristiwa otentik: “dalam keadaan manakah hal
itu diperhitungkan?” maka jawabannya: “BUKAN SESUDAH DISUNAT, TETAPI SEBELUMNYA.” Abraham dikatakan atau
dicap sebagai “DIBENARKAN OLEH IMAN” tepat pada saat dia PERCAYA, saat dia
belum melakukan tuntutan taurat.
Dia dibenarkan Allah pada saat menjadi percaya, bukan percaya dan masih
menunggu kehadiran taurat dan melakukannya, untuk kemudian baru dicap atau diperhitungkan sebagai “dibenarkan
oleh iman.” Tidak seperti itu!
Abraham telah
diperhitungkan sebagai orang yang dibenarkan oleh iman, tepat pada saat percaya
dan belum melihat wujudnya dan belum melakukan kebenaran yang dituntut untuk dilakukan oleh hukum taurat. Pelaksanaan kebaikan termasuk moral dalam taurat, bukan sama
sekali yang diperhitungkan sebagai komponen bagiannya untuk dicap oleh Allah “dibenarkan
oleh iman,” sebagaimana disaksikan oleh Kitab suci:
Kejadian
15:6 Lalu percayalah
Abram kepada TUHAN, maka TUHAN
memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.
Itulah dasar bagi
rasul Paulus untuk menuliskan: “Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan
orang durhaka, imannya
diperhitungkan menjadi kebenaran.”
Abraham tidak bekerja atau belum lagi bekerja memenuhi tuntutan hukum Taurat, tetapi
sudah menerima pembenaran oleh Allah -dibenarkan tanpa melakukan taurat, hanya oleh percaya. Apa dasar bagi Allah untuk membenarkan seorang
durhakan, jika demikian - tanpa taurat??
Keuniversalan “Dibenarkan Oleh
Iman Saja Kepada Janji Tuhan” hingga Saat Ini Terus Bergerak Menjangkau Setiap Orang Percaya
Dan Orang-Orang Durhaka Yang Akan
Diselamatkan Oleh Kristus Sehingga Menjadi Percaya
Tak
ada dasar apapun untuk berkata, bahwa pola Abraham hanya bagi Abraham saja.
Bahkan setelah Taurat keluar, pola ini tidak dengan demikian dibatalkan:
Roma
4:13-14 Sebab bukan karena hukum
Taurat telah diberikan janji kepada Abraham dan keturunannya, bahwa ia akan
memiliki dunia, tetapi
karena kebenaran, berdasarkan
iman. Sebab jika mereka yang mengharapkannya
dari hukum Taurat, menerima
bagian yang dijanjikan Allah, maka sia-sialah iman dan batallah janji itu.
Dengan demikian:
-Kehadiran
Taurat, tidak membatalkan “Dibenarkan oleh Iman”
-Hukum
Taurat tidak dapat diharapkan untuk menjadi dasar bagi orang yang berharap pada taurat untuk dapat
turut menerima apa yang telah dijanjikan Allah kepada Abraham dan keturunannya
[Kejadian 15:5].
dan perhatikan hal ini, yang menjelaskan keuniversalan kebenaran karena beriman kepada Yesus Kristus:
Roma
4:23-25 Kata-kata ini, yaitu "hal ini diperhitungkan kepadanya," tidak
ditulis untuk Abraham saja, tetapi ditulis juga untuk kita;
sebab kepada kitapun Allah memperhitungkannya, karena kita percaya kepada Dia,
yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati, yaitu
Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena
pembenaran kita.
Nanti, di bawah, saya akan menjawab pertanyaan anda, bagaimana bisa saya sudah memasukan beriman kepada Yesus pada era Abraham sebagai sebuah keuniversalan yang menuntut kepada dunia, jika tidak maka binasa dalam pelanggaran!
Apakah
kitab suci menyatakan kebenaran karena iman saja seperti pada Abraham adalah dasar tunggal dan absolut juga pada percaya di dalam Kristus, Kemudian, bagaimana bisa antara Abraham dan Perjanjian Baru ada sebuah ketakterputusan semacam ini?
Perhatikan kesaksian
kitab suci, pada epistel Galatia:
Galatia
3:5-6 Jadi bagaimana sekarang, apakah Ia yang menganugerahkan Roh kepada kamu dengan berlimpah-limpah dan yang
melakukan mujizat di antara kamu, berbuat demikian karena kamu melakukan hukum Taurat atau karena kamu percaya kepada pemberitaan Injil? Secara
itu jugalah Abraham percaya kepada Allah, maka Allah memperhitungkan
hal itu kepadanya sebagai kebenaran.
“SECARA ITU.” Apa maksudnya? Bahwa
Abraham percaya pada janji dalam
Kejadian 15:5, belum lagi terwujud dalam kehidupannya. Pada titik ini sudah
diperhitungkan sebagai kebenaran pada dirinya. MAKA DEMIKIAN juga dengan KITA sebagai orang-orang yang percaya kepada isi
berita Injil, tanpa taurat dan belum mengalami
pewujudan seutuhnya, namun percaya. Itulah dasar bagi saya dan anda untuk diperhitungkan
sebagai kebenaran. Kebenaran hanya
karena iman. Abraham percaya
sekalipun belum melihat pewujudannya atau tak ada dasar baginya untuk kokoh
menerima janji itu, janji yang begitu setinggi langit pada Kejadian 15:5. Pun demikian pada kita,
yang dapat dilakukan adalah percaya pada apa yang TELAH DAN AKAN dan dapat dilakukan oleh
satu-satunya Yesus Kristus, Sang Penyelamat orang percaya, dalam MENGGENAPI pada apa yang TELAH DISELESAIKANNYA pada Salib.
Tak ada Perbedaan Antara Era
Sebelum Kristus dan Sesudah Kristus, Pada Bagaimana Seorang Manusia Dapat
Dibenarkan atau Dapat Memiliki Kebenaran Dihadapan Allah
Perhatikan
ini:
Galatia
3:7 Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup
dari iman, mereka itulah
anak-anak Abraham.
Bagaimana
dengan anda dan saya? Apakah anda memiliki kebenaran karena percaya kepada Kristus dan apa yang telah dikatakan atau
disabdakannya serta dilakukannya kepada anda dan saya? Sekalipun wujud utuhnya
belum terjadi, sampai kelak kita menerima pewujudan sempurnanya di sorga-Nya!
Seperti Abraham, demikian juga kita. Abraham adalah orang pertama yang menerima
janji (Kejadian 15:5) dan mengalami pembenaran karena percaya saja, sekalipun belum melakukan
dan mengalami apapun yang terkandung didalam janji Allah tersebut.
Pada poin ini, anda dapat merenungkan, bagaimana bisa mengalami pembenaran hanya sekedar menerima atau percaya pada janji Kejadian 15:5, apakah atau siapakah yang terkandung di dalam Kejadian 15:5 sehingga memiliki kuasa pembenaran pada Abraham? Kuasa yang telah bekerja pada saat itu juga sementara yang dijanjikan belum juga terwujud??
Galatia
3:8 Dan Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah membenarkan orang-orang bukan
Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil kepada Abraham: "Olehmu segala
bangsa akan diberkati."
Tokoh-tokoh
atau setiap orang kudus Perjanjian Lama DIBENARKAN ALLAH KARENA IMAN saja. Dan
injil telah terlebih dahulu diberitakan kepada Abraham: olehmu segala bangsa akan diberkati - Kejadian 15
Galatia
3:9 Jadi mereka yang
hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang
beriman itu.
Pernyataan ini sangat menakjubkan, oleh sebuah sebab tunggal: menyatakan ketiadaan perbedaan bagaimana keselamatan dari Allah berlangsung di dalam era sebelum dan sesudah Yesus Kristus, menegaskan baik orang-orang percaya Perjanjian Lama dan orang-orang percata Perjanjian Baru [ yang mencakup bangsa-bangsa bukan Yahudi] sama-sama beriman kepada Janji yang sama dan Kristus yang sama.
Tetapi benarkah Kristus yang sama atau benarkah Kristus sudah ada pada Era Abraham?
Umat Perjanjian Lama dan Umat
Perjanjian Baru, Mengalami Pembenaran Hanya Karena Beriman , Bukan Karena Perbuatan.
Pada Umat Perjanjian Lama, Beriman Pada Mesias Yang Dijanjikan; Pada Umat
Perjanjian Baru,Beriman Pada Mesias Yang sudah Datang [Pada Era Yesus] dan – bagi saya dan
anda adalah fakta yang keras bahwa kita tak pernah melihat Yesus telah datang itu- Yang Bahkan menurut Kitab Suci Sudah Naik Ke
Sorga Dan Yang Sedang dinantikan PENGGENAPAN Janji Kedatangan-Nya Kedua Kali
Sebelum itu, Perhatikan
ini:
Galatia
3:10-14 Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di
bawah kutuk. Sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang tidak setia
melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat." Karena
semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk.
Sebab ada tertulis:"Terkutuklah orang yang tidak
setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum
Taurat." Tetapi dasar hukum
Taurat bukanlah iman, melainkan siapa yang melakukannya, akan hidup
karenanya. Kristus telah menebus
kita dari kutuk hukum
Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita,
sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang
digantung pada kayu salib!". Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain,
sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu.
Mengapa
ada relasi yang demikian antara umat Perjanjian Lama dan Umat Perjanjian Baru?
Itu karena YESUS KRISTUS. Berkat Abraham ada di dalam Yesus! Sebab berkat Abraham itu adalah Yesus yang ada di dalam janji Kejadian 15:5. Juga, Karya Penebusannya terkait pada berkat yang
dihasilkannya, berkat yang tak dapat dilakukan oleh Taurat. Dengan menjadi
kutuk karena orang percaya yang telah menjadi
terkutuk karena tak dapat setia melakukan segala sesuatu yang dituntut
Taurat!
Hanya
di dalam Kristus, Berkat Abraham Sampai!
Tidakkah ini luar biasa?? Abraham Dan Kristus sedang membicarakan hal yang
sama: KESELAMATAN KARENA IMAN PADA DIRI YESUS SAJA, BUKAN PERBUATAN BAIK ATAU KEBAIKAN MORAL!
Beriman Kepada Siapakah? Apakah Kedua Umat Perjanjian Itu Tertuju Kepada Yesus?
Siapakah keturunan
Abraham itu?
Galatia
3:16 Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya.
Tidak dikatakan "kepada keturunan-keturunannya" seolah-olah dimaksud
banyak orang, tetapi hanya satu orang: "dan kepada
keturunanmu", yaitu Kristus.
Sehingga
ketika Allah berjanji kepada Abraham dan percaya:
Kejadian
15:5 Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: "Coba lihat ke
langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya."Maka
firman-Nya kepadanya: "Demikianlah
banyaknya nanti keturunanmu."
Maka
ketika kita membaca:
Kejadian
15:6 Lalu percayalah
Abram kepada TUHAN, maka TUHAN
memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.
Secara faktual, Abraham sedang menyatakan percayanya kepada apa yang dijanjikan Tuhan kepadanya: Mesias dan Juruselamat yang akan datang. Belum melihat namun percaya, belum
terbukti benar namun percaya, tak ada dasar baginya untuk percaya selain hanya
percaya saja, bahwa kelak keturunan Yesus
atau Mesias akan sangat banyak, ini berbicara mengenai kelak orang-orang yang menjadi
beriman kepada Yesus Kristus.
Sehingga
baik umat Perjanjian Lama dan Umat Perjanjian Baru, sedang berbicara mengenai
keberimanan yang sama dan kepada siapakah! Satu-satunya Juruselamat! Pada umat
Perjanjian Lama, mereka menantikan; pada umat era Yesus, mereka sudah melihat
dan menjadi percaya sesuai dengan
anugerah Bapa, dan, pada saya dan anda, dapat dikatakan mengalami apa yang telah
terjadi pada umat Perjanjian Lama: kita tak pernah melihat Yesus yang sudah
datang, selain hanya dapat percaya bahwa dia telah datang, dan percaya bahwa
kelak dia akan datang kembali untuk kedua kalinya [ 1Tes 4:16-17, Ibrani 9:28, 2Pet 3:10, Wahyu 1:7, Matius 24:44, Yoh 14:3, Mat 24:36, Yoh 14:1-3,Kisah Para Rasul 1:10-11,Lukas 21:34-36, Mat 25:1-13, Wahyu 20:11-15, Yoh 6:39-40,], inilah posisi saya dan anda : beriman saja tanpa
dapat berbuat apapun selain beriman terhadap kebenaran itu :
Kisah
Para Rasul 1:11 dan berkata kepada mereka: "Hai orang-orang Galilea,
mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu,
akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke
sorga."
Orang-orang
percaya pasca kedatangan Yesus pertama dan kenaikannya ke sorga, tepat seperti
orang percaya Perjanjian Lama: Percaya namun tidak melihat. Saya dan anda tidak
melihat dalam 2 keotentikan:a. pada apa yang telah menjadi sejarah biblikal dan b.
pada apa yang akan terjadi dalam sejarah biblikal kelak; saya dan anda tidak melihat Yesus yang telah datang dan
belum melihat Yesus yang akan datang ke dua kalinya! Apa dasar saya dan anda untuk percaya? Hanya percaya,
seperti halnya Abraham dan umat PL yang memandang pengharapan pada Mesias yang
masih dinantikan penggenapan janjinya:
1Kor10:1-4
dan berkata kepada mereka: "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu
berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan
kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik
ke sorga." Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam
awan dan dalam laut. Mereka semua makan makanan rohani yang sama. dan mereka
semua minum minuman rohani yang sama, sebab
mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti
mereka, dan batu karang itu ialah Kristus.
Kitab
suci telah menunjukan kepada kita, bahwa baik umat PL dan PB, sama-sama dituntun
oleh Kristus dan sama-sama percaya kepada Kristus. Yang PL dalam wujud janji
yang belum terwujud, sementara Yang PB telah menerima pewujudan janji itu,
Yesus sudah datang.
Apakah
mungkin Yesus sudah ada pada era PL, sehingga rasional untuk dibicarakan? Jelas sudah, sebagaimana kesaksian kitab suci
dan Yesus sendiri:
Yohanes
1:1,14 “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan
Allah dan Firman itu adalah Allah. Firman
itu telah menjadi manusia, dan diam
di antara kita.....”
Yohanes
8:58 Kata Yesus kepada mereka: "Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham
jadi, Aku telah ada."
Sangat
menghenyakan siapapun untuk mendengarkan Yesus berkata demikian. Abraham
disebutkannya bukan sekedar karena dia adalah tokoh besar bangsa Israel dan
tokoh yang sangat dihormati bangsa tersebut, namun yang terutama karena dirinya
sendiri telah hadir didalam janji yang diberikan kepada Abraham [Kejadian 5:15,
Galatia 3:16]
Dan
tentu saja ini adalah klaim yang gila dan mengundang penolakan keras:
Yohanes
8:59 Lalu mereka mengambil batu untuk
melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah.
Apakah
anda akan melemparkan batu juga kepada saya, karena saya sedang
menggaungkan berita yang sama??
Sehingga
mengatakan bahwa umat PL dan umat PB beriman kepada sosok yang sama: Mesias,
bukan mengada-ada atau sebuah akrobat teologis. Pertama-tama Yesus sendiri
menyatakan keberadaannya sangat dekat dengan Abraham sekalipun tak dapat
dilihat, dan kedua, rasul Paulus mendasarkan epistel-epistelnya pada kesaksian
Allah kepada Abraham dan kesaksian Kristus mengenai dirinya yang berdiri sangat
dekat dengan Abraham.
Itu
sebabnya Yesus dikatakan oleh Paulus, senantiasa menyertai bangsa Israel purba
sebagaimana dinyatakannya di dalam epistel
1Kor 10:1-4.
Satu catatan penting, Yesus sendiri menyatakan bahwa sejak Kitab Musa dan segala kitab, telah mengisahkan tentang dirinya: Lukas 24:27 dan Lukas 24:44-48. Sehingga ini adalah dasar kudus dan kokoh bagi Rasul Paulus untuk menuliskan epistel-epistel yang menghadirkan Yesus di dalam peristiwa-peristiwa Perjanjian Lama, sebagaimana pada 1 Korintus 10.
Sehingga,
kita telah melihat bahwa Kitab suci dan Yesus sendiri telah membungkam
pengajaran pendeta Erastus pada poin paragraf 12 :” mereka tidak akan mampu menyamai kebaikan
moral orang percaya. “Perhatikan, bagaimana tokoh-tokoh iman dalam
Perjanjian Lama walaupun hebat-hebat dalam karya-karya
iman mereka, tetapi mereka tidak akan dapat menyamai kebaikan moral Tuhan Yesus Kristus dan murid-murid-Nya yang
mengikuti jejak-Nya,” seolah-olah ada kebenaran iman yang membutuhkan
perbuatan baik dan ada perbedaan kebenaran beriman dalam umat Perjanjian Lama
dan umat Perjanjian Baru. Fakta biblikal berkata: TIDAK DEMIKIAN!
Pada
bagian selanjutnya, saya masih akan meninjau tokoh-tokoh Perjanjian Lama, untuk
melengkapi bagian ini.
AMIN
Segala Pujian Hanya Kepada TUHAN
No comments:
Post a Comment