Oleh:Martin Simamora
Bacalah
lebih dulu bagian 1F
Saya masih akan
menyorot paragraf 10, khususnya yang dikaitkan
oleh pendeta Erastus dengan Lukas 13:23-24. Saya sudah memaparkan, apa
sebetulnya yang terjadi di dalam Lukas
13:23-24 dan kepada siapakah ditujukan? Apa yang menarik untuk tidak dilewatkan
begitu saja, pada paragraf ini, adalah
bagian ini:
“Setelah seseorang menerima salib atau
menerima karya keselamatan dalam Yesus Kristus, maka kebaikan yang dimiliki
haruslah kebaikan yang berstandar Kristus. Mereka dikehendaki untuk sempurna
seperti Bapa. Itulah sebabnya orang-orang yang disebut sebagai umat pilihan,
mereka adalah orang-orang yang harus menjalani hidup lebih berat dan sukar
sebab mereka harus diproses melalui pemuridan untuk sempurna seperti Bapa atau
memiliki pikiran dan perasaan Kristus. Itulah sebabnya mengikut Tuhan Yesus
berarti berjuang melalui jalan sesak untuk menjalani proses keselamatan.”
Perhatikan sejumlah poin tinjauan
saya berikut ini:
(1)Apakah Yesus
menuntut adanya sebuah kebaikan yang berstandard Kristus sebagai sebuah
kepemilikan yang harus? Dikehendaki seperti Bapa?
Terpenting dari semuanya,
siapapun tidak akan menemukan jawabannya pada Lukas 13:23-24, sebagaimana yang telah dikutipkan oleh pengkhotbah,
pendeta Dr.Erastus Sabdono yang digunakannya untuk menyokong pandangan dan pengajarannya, oleh dua sebab terdasar: a.Teks tersebut bukan ditujukan bagi orang yang telah percaya, dan b.Lukas
13:23-24 pada akhirnya bermuara di samudra “apakah seseorang itu telah dikenal
oleh Allah atau tidak,” bukan sama
sekali pada seberapa keras anda berjuang atau sedeterminasi apakah anda
memperjuangkan keselamatan itu (bacalah kelanjutannya, bagaimana hasil akhir perjuangan segenap hati itu pada
Lukas 13:25-29), tuan rumah sama sekali tidak memperhitungkan perjuangan
keras namun apakah orang tersebut dikenalnya? Saya sudah menjelaskan hal ini
pada bagian 1F.
(2)Apakah “umat pilihan”
berhubungan dengan orang-orang yang harus menjalani hidup lebih berat dan
sukar sebab mereka harus
diproses melalui pemuridan untuk sempurna seperti Bapa atau memiliki pikiran
dan perasaan Kristus?
Menjadi
pengikut Yesus, jelas adalah sebuah akibat tindakan pemilihan Allah, dan karena
itulah seorang yang menjadi pengikut Yesus sejati adalah orang-orang pilihan.
Gagasan ini benar, namun sekaligus menyeruakan sebuah inkonsistensi pendeta
Erastus dalam memandang dan meyakini bagaimana sebuah keselamatan berlangsung.
Pada satu kesempatan, dikatakan bergantung pada bagaimana manusia itu bersikap
atau memperjuangkan dirinya agar selamat? Namun pada kesempatan lain, dia
mengatakan sebuah gagasan yang sangat
bertolak belakang: “umat pilihan,” sebuah
gagasan yang menempatkan Allah sebagai penentu, bergantung pada siapa yang
dipilihnya, bukan berdasarkan seberapa kerasnya seseorang itu berjuang agar
pantas diselamatkan (Lukas 13:23-29). Saya akan
menyajikan sejumlah teks Alkitab berkait dengan tindakan “pemilihan Allah” sebagai pembanding:
Yohanes
6:43-44 Jawab Yesus kepada mereka: "Jangan kamu bersungut-sungut. Tidak ada seorangpun yang
dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa
yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.
Yohanes
6:37 Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia
tidak akan Kubuang.
Yohanes
15:16 Bukan kamu yang memilih Aku,
tetapi Akulah yang memilih kamu.
Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan
buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku,
diberikan-Nya kepadamu.
Perhatikan,
gagasan keselamatan semacam ini akan
sangat berbeda atau bersilangan tajam dengan gagasan keselamatan dalam hukum
Taurat. Terkait hal ini, saya sudah meninjaunya pada bagian1C.
Alkitab,sama
sekali, tidak mengajarkan adanya keselamatan
karena berjuang untuk memenuhi tuntutan-tuntutan hukum Taurat:
Roma
3:20 Sebab tidak seorangpun yang dapat
dibenarkan di hadapan Allah oleh karena
melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal
dosa.
Roma
4:15 Karena hukum Taurat membangkitkan
murka, tetapi di mana tidak ada hukum Taurat, di situ tidak ada juga
pelanggaran.
1Korintus
15:56 Sengat maut ialah dosa dan kuasa
dosa ialah hukum Taurat.
Kisah
Para Rasul 13:39 Dan di dalam Dialah setiap orang yang percaya memperoleh pembebasan dari segala dosa,
yang tidak dapat kamu peroleh dari hukum
Musa.
Galatia
2:16 Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun
yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu
kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum
Taurat. Sebab: "tidak ada
seorangpun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat.
Kebenaran
keselamatan oleh karena Allah menyelamatkan atau Allah memilih seseorang untuk
diselamatkan semata berdasarkan kasih karunia-Nya, harus dipahami oleh sebuah fakta tunggal: “Pembebasan dari segala dosa tidak dapat
diperoleh dari hukum Musa, namun hanya dari diri Yesus Kristus.” Ini harus
dipahami sebagai dasar untuk menyatakan, mengapa keselamatan seorang Kristen
bukan sama sekali ditentukan oleh apapun juga dari dirinya, bukan sama sekali
bagaimana dia harus melakukan tuntutan
kebenaran yang dikehendaki Bapa. Bahwa siapapun manusia, tidak akan pernah
sukses memenuhi tuntutan Allah yang sangat sempurna, sebagaimana ditorehkan
dalam hukum Taurat. Mengapa manusia gagal atau sedikit saja tak berpeluang pada
dirinya untuk mengupayakan kehidupan kekal? Karena Yesus sendiri sudah
mendeklarasikan dirinya sebagai satu-satunya orang yang sanggup memenuhi atau
meneladani kesempurnaan Bapa yang
tertoreh dalam hukum Taurat:
Matius
5:17-18 Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum
Taurat atau kitab para nabi. Aku datang
bukan untuk meniadakannya, melainkan
untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum
lenyap langit dan bumi ini, satu iota
atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum
semuanya terjadi.
Perhatikan
realita Yesus terhadap hukum Taurat: PENGGENAP, bahkan pada setiap iota atau
titik!
Sangat bertolak belakang
dengan manusia! Bukankah demikian?!
Galatia
2:16 Galatia 2:16 Kamu tahu, bahwa tidak
seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat
Roma
3:20 Galatia 2:16 Kamu tahu, bahwa tidak
seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat
Perhatikan!
Kebenaran adalah hal yang tetap dituntut oleh Allah pada segenap manusia yang
jelas-jelas tidak akan mendapatkan kebenaran yang bagaimanapun dengan melakukan
hukum Taurat.
Sekali
lagi, ini bukan soal apakah anda berjuang keras atau tidak, atau apakah
seseorang itu tidak mau ditempa dalam kerasnya tuntutan Tuhan yang kudus itu.
BUKAN! Allah sendiri sudah membuktikan dalam durasi yang begitu panjang pada manusia. Bagaimana
manusia itu dalam memenuhi tuntutan Taurat. Gagal. Israel telah gagal. Dan
kepada Israel, bukankah kemudian Yesus menuntut mereka semua untuk percaya kepadanya,
jika tidak, MATI? Bukankah Yesus, tidak
menuntut apa yang nyata-nyata telah gagal untuk mereka lakukan terkait tuntutan
Taurat? Yesus MENUNTUT mereka
untuk percaya kepadanya!
Yohanes
8:21,24 Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Aku akan pergi dan
kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi,
tidak mungkin kamu datang." Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu;
sebab jikalau kamu tidak percaya,
bahwa Akulah Dia, kamu akan mati
dalam dosamu."
Tidak
percaya kepada Yesus= MATI DALAM DOSA. Sebuah dosa yang mematikan!
Relasi Yesus
terhadap Taurat bukanlah relasi kesetaraan, namun
mengatasi satu terhadap yang lain. Bahwa Yesus MENGATASI hukum Taurat, bahwa
Yesus MENGGENAPI secara sempurna dan satu-satunya. Ini adalah dasar absolut dan
tunggal bagi Yesus untuk kemudian
terhadap siapapun menuntut percaya kepadanya sebagai satu-satunya keselamatan. Keabsolutan Yesus sebagai penggenap tuntutan Taurat sehingga
pada Yesus, hukum Taurat itu
menghasilkan kebenaran adalah hal yang sangat mulia dan berdampak kekal dan
global terhadap manusia (perhatikan perkataan Yesus pada Matius 5:18 “Aku
berkata kepadamu:Sesungguhnya selama
belum lenyap langit dan bumi ini, satu
iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum
semuanya terjadi “), sementara pada manusia, tidak. Matius 5:17-18 adalah dasar bagi fondasi keselamatan Kristen, hanya di dalam Kristus, bukan di
dalam kemampuan atau perjuangan manusia untuk memenuhi tuntutan kebenaran
Allah, apalagi kesempurnaan Allah. Ketika Yesus berkata, dirinya adalah
PENGGENAP maka yang sedang dibicarakan adalah kemampuannya berdasarkan pada
kapasitasnya yang sangat otentik untuk dapat melakukannya. Yesus bahkan telah
memberikan kedalaman dan keluasan PENGGENAPANNYA dengan meletakan “satu iota
atau satu titikpun.” Ini bukan semata soal ketelitian dalam memenuhi tuntutan
Taurat, juga bukan soal ketekunan yang sangat ketat dan sempurna, bahkan ini
bukan sama sekali berbicara bahwa Yesus begitu presesi atau tanpa kemelesetan
pada apa yang dituntut oleh setiap huruf, kata, dan kalimat. MENGAPA? Sebab, pada
faktanya, sesempurna apapun literalisasi hukum Taurat pada setiap orang, akan
SENANTIASA GAGAL! Yesus sendiri telah menunjukan bahwa bagaimanapun sempurnanya literalisasi atau
kemelekan terhadap segala atau segenap tuntutan Taurat yang tertulis dan
terbaca, tak akan memberi kemampuan manusia untuk melakukannya dalam sebuah
kedalaman yang dikehendaki Allah. Perhatikanlah bagaimana Yesus menunjukan hal
itu ketika dia berkata “Tetapi Aku
berkata kepadamu” setiap kali dia menjelaskan apa sesungguhnya yang
dituntut oleh hukum Taurat (Matius
5:21-47).
Pada
basis apakah, seseorang itu dikatakan akan sesempurna Bapa? Maka jawabnya pada
basis yang seperti ini: “Karena itu
haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu
yang di sorga adalah sempurna." (Matius 5:48). KARENA ITU, menunjuk
pada apa yang baru saja Yesus tuntut pada
“Tetapi Aku berkata kepadamu.”
Adakah
manusia, satu saja, yang dapat memenuhi tuntutan Taurat pada basis literalnya?
Tidak pernah ada, oleh sebab Yesus berkata dirinya adalah “Sang Penggenap.”
Adakah manusia,satu saja, yang dapat memenuhi tuntutan Taurat pada basis “Tetapi
Aku berkata kepadamu?” JELAS TIDAK PERNAH ADA!
Problem
manusia, semua manusia, di luar Yesus
Kristus, tanpa kecuali, akan senantiasa
dalam posisi mendatangkan MURKA ALLAH ketika dirinya dipandang pada
kebenaran Allah atau apa yang menjadi kehendak Allah (Roma 4:15), dan perhatikan juga ini:
Roma
3:20 Sebab tidak seorangpun yang dapat
dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena
justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa
Galatia
3:10 Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat,
berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis:
"Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis
dalam kitab hukum Taurat."
Untuk
membantu memahami kutuk terkait hukum Taurat, teks berikut ini akan menolong
anda:
Ulangan
27:26 Terkutuklah orang yang tidak
menepati perkataan hukum Taurat ini dengan perbuatan. Dan seluruh
bangsa itu haruslah berkata: Amin!"
Apa
sajakah perkataan Taurat yang harus
DITEPATI dengan PERBUATAN itu? Anda akan mendapatkannya pada Ulangan 27:15-25
Penggenapan
Yesus terhadap SEGENAP tuntutan hukum
Taurat hingga pada level “iota” dan level “sebagaimana yang sesungguhnya
dikehendaki Bapa=kesempurnaan Bapa,” bukan saja Taurat pada diri Yesus
menghasilkan kebenaran, namun menghasilkan berkat yang menghapus kutuk pada
Taurat! Nilai penggenapan Yesus, dengan demikian adalah:
1.Bukan
sebatas penggenapan bersifat literal atau hurufiah
2.Bukan saja merupakan penggenapan yang selaras
dengan KESEMPURNAAN Bapa
3.Namun,
pada puncaknya, MENGHASILKAN BERKAT atau mematahkan kutuk
4.Hasil
pencapaiannya ini, tidak saja bagi dirinya namun berkuasa untuk menyelamatkan
setiap orang yang percaya kepadanya.
Relasi Yesus
terhadap hukum Taurat
bukan dalam kesetaraan, namun satu melampaui yang lainnya. Yesus melampaui
hukum Taurat: menggenapinya, mengambil bagi dirinya sendiri kesempurnaan yang
hanya dimiliki Bapa. Bahwa dia, satu-satunya yang sanggup melepaskan diri dari
kutuk hukum Taurat. Hanya dia, dan oleh
sebab itu menjadi dasar terkokoh baginya untuk berkata AKU DATANG UNTUK
MENGGENAPI. Ini menutup pintu bagi adanya sebuah kemungkinan pada manusia untuk
dapat melakukannya pada abad-abad mendatang!
PENJELASAN
ini sangat penting. Menjelaskan relasi Yesus Kristus sebagai SANG PENYELAMAT
terhadap MANUSIA YANG DISELAMATKAN, dalam apa yang dituntut Taurat dan dalam apakah
ada sesuatu hal yang masih lagi harus dilakukan oleh manusia yang diselematkan
itu, agar: keselamatannya pasti dan keselamatannya diperoleh?
PENJELASAN
ini sangat penting, untuk menyorot pengajaran pendeta Dr. Erastus Sabdono
terkait pernyataannya:” Itulah sebabnya
orang-orang yang disebut sebagai umat pilihan, mereka adalah orang-orang yang
harus menjalani hidup lebih berat dan sukar sebab mereka harus diproses melalui
pemuridan untuk sempurna seperti Bapa atau memiliki pikiran dan perasaan
Kristus.”
Kita
bisa menjawab secara kokoh tanpa bimbang sedikit saja:
(1)Tak
ada apapun lagi yang harus diperjuangkan manusia untuk sesempurna Bapa, pada
diri manusia itu sendiri pada basis
upaya sendiri.
(2)Tak
ada apapun lagi yang disebut harus menjalani hidup berat dan sukar, agar
menjadi sempurna seperti Bapa atau memiliki pikiran dan perasaan Kristus.
Sebagai
sebuah hal mutlak melekat pada mereka yang disebut UMAT PILIHAN.
MEMILIKI
PIKIRAN DAN PERASAAN KRISTUS. Ini adalah pernyataan yang berakar pada pernyataan
rasul Paulus yang menyiratkan KESATUAN
antara orang percaya dengan SANG PENYELAMAT. Bagaimana yang diselamatkan berada
didalam kesatuan dengan Sang Kristus, yang sebetulnya bukan sebatas berbicara
kesatuan perasaan dan pikiran belaka, namun sebuah totalitas. Totalitas yang
menunjukan betapa kokohnya Yesus memiliki diri setiap orang yang percaya. Mari
kita melihat pernyataan Paulus tersebut:
Filipi
2:5-8 “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang
terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak
menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil
rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam
keadaan sebagai manusia, Ia
telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Pertanyaan
TERDASAR, apakah yang dimaksud Paulus dengan “pikiran dan perasaan Kristus
Yesus?” Jelas yang dimaksudnya adalah:
(1)“perilaku Yesus dalam memandang dirinya”
dan
(2)“karya Yesus terhadap keselamatan
manusia.”
Pikiran
dan perasaan yang dimaksudkan disini bukanlah dunia gagasan atau abstrak namun
DUNIA PERBUATAN KRISTUS KEPADA MANUSIA demi KESELAMATAN MANUSIA YANG PERCAYA
KEPADANYA! [Bagaimana seorang manusia DAPAT menjadi percaya kepada Kristus, bacalah bagian 1E]
Dikatakan
oleh Paulus, pikiran dan perasaan Kristus adalah:
-Walaupun
dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang
harus dipertahankan
-Telah
mengosongkan dirinya sendiri. Pengosongan diri ini adalah tindakannya MENGAMBIL
rupa seorang hamba
-Pengosongan
diri adalah tindakannya DALAM KEADAAN SEBAGAI
MANUSIA: merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati di Kayu salib.
Allah
mustahil mati! Hanya jika dia memilih
untuk mengambil rupa seorang manusia maka dia dapat mengalami apa yang hanya
dialami oleh manusia, yaitu kematian. Sebab Allah tidak dapat mengalami
kematian. Ini adalah tindakan pengosongan diri yang dimaksud: tidak menganggap
kesetaraan dengan Allah sebagai yang harus dipertahankan. Yesus DEMI KARYA
KESELAMATANNYA terlaksana sempurna, tidak mempertahankan apa yang memang adalah
jati dirinya. Inilah pikiran dan perasaan Yesus. Melulu bagaimana Allah
menyelamatkan manusia dengan cara membalutkan kemuliaannya dengan tubuh jasmani
manusia yang dapat mengalami kematian!
Paulus
sedang mendorong setiap orang percaya untuk berperilaku dalam kehidupan
sehari-harinya sebagaimana Yesus Kristus, yang merendahkan dirinya sedemikian
rendahnya sehingga kemuliaannya tak lagi
terlihat. Hal yang tak dapat ditiru oleh manusia pada substansi tindakan Yesus,
namun dinasihatkan oleh Paulus untuk dilakukan sebagai sebuah gaya hidup orang
percaya, oleh sebab Yesus adalah JURUSELAMAT setiap orang percaya. Ini adalah kehidupan dalam Kristus, bukan soal bagaimana agar dapat menjadi umat
pilihan atau agar dapat diselamatkan.
Jika
Yesus tidak menganggap apa yang memang merupakan miliknya sebagai bukan miliknya,
lalu
bagaimana aplikasi SEHATI DAN SEPIKIRAN bagi setiap orang yang telah memiliki
keselamatan? Perhatikan bagaimana Paulus memberikan nasihatnya:
Filipi
2:12-13 Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar,
bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu
aku tidak hadir, (13) karena
Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.
Paulus
menasihatkan kepada setiap orang percaya agar tetap MENGERJAKAN KESELAMATAN
(sekalipun itu telah dimiliki), namun
BUKAN sebagai sebuah PROSES untuk memiliki keselamatan namun SEBAGAI ORANG YANG
TELAH BERADA DIDALAM ALLAH! Perhatikan hal yang
menganulir sentralitas
manusia, sekali lagi, “tetaplah kerjakan keselamatanmu,.... KARENA Allahlah
yang mengerjakan DI DALAM
KAMU baik KEMAUAN dan PEKERJAAN menurut KERELAANNYA.
Perhatikan
bagaimana KESATUAN
antara Kristus dan setiap orang yang diselematkannya. KESATUAN antara Kristus
dengan setiap orang percaya adalah MUTLAK harus terjadi lebih dahulu, sebelum
seseorang dapat melakukan pekerjaan-pekerjaannya sebagai orang yang telah
diselamatkan. Ini BUKAN Proses agar selamat, namun bagaimana didalam
keselamatan yang telah dimiliki, seseorang OLEH PEKERJAAN ALLAH melahirkan
kehidupan-kehidupan yang memacarkan
keselamatan yang dikerjakan Allah bagi dirinya.
Sekarang,
tidakkah ini terlihat, sebuah perendahan martabat kemanusiaan yang teramat hina? Bukankah, Paulus tadi meminta kita
untuk SEPIKIRAN DAN SEJIWA DENGAN KRISTUS? Adakah Kristus mempertahankan harga
diri KEILAHIANNYA walau itu adalah hakikatnya? TIDAK! Sebetulnya, nasihat
Paulus ini hanya berlaku secara proporsional, karena sebetulnya pada manusia,
tak ada satupun kebenaran yang dapat dipertahankan seolah memang miliknya.
Secara mutlak memang manusia sangat direndahkan oleh karya Kristus, sebab Kristus sudah memvonis semua manusia mustahil
memiliki kebenaran pada dirinya sendiri. Nasihat Paulus agar manusia
mengerjakan keselamatannya, pun tidak dapat diklaim sebagai lahir dari dirinya, merupakan sebuah nasihat
perendahan diri manusia di hadapan Allah secara otentik oleh sebab tak ada
satupun yang dapat dipertahankan oleh
manusia sekalipun memang manusia itu dapat mengerjakannya, namun di dalam Allah
yang mau bersemayam didalamnya.
Hanya,
Yesus yang ditinggikan Allah dalam
peristiwa keselamatan manusia:
Filipi
2:9 Itulah sebabnya Allah sangat
meninggikan Dia
Tak
ada tempat bagi pujian terhadap manusia, dalam peristiwa keselamatan sebagai
sebuah prestasi diri yang dapat dipersembahkan!
KESATUAN manusia dengan Yesus, hanya akan membuat Yesus bersinar kemilau dan membuat manusia itu makin memburam pada dirinya sendiri. Dan manusia harus mau tunduk dalam penyelematan Allah yang menyingkapkan betapa hinanya anda untuk dapat memiliki peran substantif dalam keselamatanmu! Maukah anda mengakui keselamatanmu sebagai sebuah pemberian yang tak dapat anda miliki? Sekalipun itu berarti menghina martabat kemanusiaanmu?
(3)Apakah benar KESELAMATAN ADALAH PROSES pada JALAN SEMPIT
sebagaimana telah diajarkan oleh pendeta Dr. Erastus Sabdono: “Itulah sebabnya mengikut Tuhan Yesus berarti
berjuang melalui jalan sesak untuk
menjalani proses keselamatan?”
Sekali lagi, perhatikan!
Lukas 13:23-24, tidak dapat sama sekali dijadikan dasar untuk mengajarkan bahwa
keselamatan adalah proses dalam jalan
sempit atau sesak. Saya sudah menunjukannya tadi dan tentu saja pada bagian 1F,
sebelumnya!
Satu-satunya,
JALAN yang Yesus bicarakan terkait KESELAMATAN adalah mengacu pada dirinya
sendiri! JALAN yang ini, sangat berbeda dengan JALAN yang sedang Yesus
bicarakan pada Lukas 13:23-24 dimana MANUSIA HARUS BERJUANG KERAS untuk masuk! Sekarang perhatikan ini:
Yohanes
14:6 Kata Yesus kepadanya: "Akulah
jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak
ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
Perhatikan,
pada Lukas 13:23-24, Yesus sedang membicarakan sebuah jalan yang BUKAN DIRINYA,
Yesus mencirikan bahwa selain sesak, orang pun harus berjuang keras. Saya sudah
tunjukan, bahwa jalan menuju keselamatan yang mensyaratkan upaya
keras manusia sebagai penentunya, sama sekali tidak berujung pada keselamatan.
Sebaliknya, Tuan rumah hanya membukakan bagi yang dikenalinya, bukan karena
seseorang sukses berjuang keras!
Dan
Yohanes 14:6, kali ini Yesus juga membicarakan sebuah jalan, NAMUN menunjuk
pada dirinya sendiri. Bahkan ditegaskannya: Tidak ada seorangpun yang datang
kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
Inipun
jalan yang sempit, namun tidak berindikasi harus berjuang keras untuk
melaluinya. Jalan ini adalah YESUS
SENDIRI, bukan seperangkat perjuangan
keras untuk dilakukan oleh manusia.
Lalu,
jika tidak dilalui dengan perjuangan keras, agar dapat sampai kepada Bapa, apa
yang harus dilakukan oleh manusia terkait JALAN YANG ADALAH YESUS SENDIRI ini?
Perhatikan
penjelasan Yesus ini:
Yohanes
14:7 Sekiranya kamu mengenal
Aku, pasti kamu juga mengenal
Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia."
Yohanes
14:10 Tidak percayakah engkau,
bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku
katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.
Yohanes
14:11 Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku
Ketika
Yesus menunjuk pada sebuah jalan yang bukan dirinya dalam Lukas 13 tersebut,
dia menuntut setiap orang untuk berjuang keras. Namun ketika Yesus
membicarakan jalan dalam Yohanes
14, Yesus: a.menunjuk pada dirinya
sendiri, dan menunjukan cara melaluinya: b.percayalah
kepadaku: Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku. IMAN adalah mekanisme untuk
melalui jalan dalam Yohanes 14, beriman HANYA
pada dirinya sendiri.
Dan,
saya telah menyajikan bahwa beriman kepada Yesus bukan lah proses pada diri
manusia, tetapi tindakan Allah yang mengakibatkan seseorang menjadi percaya
kepada Yesus, sebagaimana telah saya sajikan pada bagian 1E.
Keselamatan
bukan proses, tetapi percaya kepada Yesus Kristus. Yesus berkata bahwa percaya
kepadanya maka dia akan memiliki kehidupan:
Yohanes
11:25-6 "Akulah kebangkitan dan
hidup; barangsiapa percaya
kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati,(26) "Akulah
kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia
sudah mati,
Yesus
mendeklarasikan, sebuah deklarasi yang bekerja pada ketunggalan dirinya. Hanya
percaya! Bukan diperintahkan berjuang keraslah melalui jalan yang sempit agar
engkau dibangkitkan! Bandingkan dengan:
Yohanes
6:47 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
barangsiapa percaya, ia mempunyai
hidup yang kekal.
Yohanes
8:51 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa
menuruti firman-Ku, ia tidak
akan mengalami maut sampai selama-lamanya."
Perhatikan,
Yohanes 8:51! Firman Yesus atau perkataan Yesus yang manakah yang jika dituruti atau diimani maka tidak akan
mengalami maut, selama-lamanya. Jika ini adalah
gagasan “perjuangan keras melalui jalan sempit atau ketentuan-ketentuan
Tuhan dalam Taurat,” maka mustahil timbul reaksi jelek.
Faktanya
sama sekali terlepas dari perjuangan keras dalam dunia hukum Taurat, salah satu
dari firman Yesus yang dimaksudnya sendiri antara lain adalah:
Yohanes
8:24 Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau
kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu."
Yohanes
8:31 Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau
kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar
adalah murid-Ku
Yohanes
8:32 dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."
Yohanes
8:36 Jadi apabila Anak itu memerdekakan
kamu, kamupun benar-benar merdeka."
Perhatikan,
Yesus telah menjadikan dirinya sebagai sentral kebenaran ilahi mengatasi
ketentuan-ketentuan Taurat yang ilahi! Yesus tidak menuntut kepada pemercayanya
untuk berjuang keras memenuhi tuntutan Taurat agar kemudian dapat layak
menerima keselamatan darinya. Sebaliknya, dia menegaskan:
(1)Dirinya
adalah PEMBERI KEMERDEKAAN
(2)Indikator
seseorang adalah muridnya ada pada
apakah seseorang memiliki firmannya yang membebaskan dan memberikan hidup
Sekarang,
lihatlah bagaimana reaksi orang-orang Yahudi setelah mendengarkan bagaimana
Yesus secara absolut menyentralkan dirinya sebagai sumber keselamatan, percaya
kepadanya maka selamat, bukan melakukan perjuangan keras agar selamat:
Yohanes
8:52 Kata orang-orang Yahudi kepada-Nya: "Sekarang kami tahu, bahwa Engkau
kerasukan setan. Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi,
namun Engkau berkata: Barangsiapa menuruti
firman-Ku, ia tidak akan
mengalami maut sampai selama-lamanya.
Apakah
yang Yesus minta agar seseorang tidak mengalami maut? MENURUTI FIRMANNYA, itu
termasuk “PERCAYALAH KEPADAKU.”
Dan
Yesus dituding sebagai yang kerasukan
Setan. Bukankah sekarangpun pengajaran yang demikian ini, ketika
dikumandangkan juga dituduh sebagai ajaran dari setan?
Dengan
demikian, pengajaran pendeta Erastus
Sabdono terkait pada poin-poin ini, sangat salah dan sangat menyesatkan dalam
pandangan Yesus Kristus sendiri!
AMIN
Segala
Pujian Hanya Kepada TUHAN
No comments:
Post a Comment