Oleh: Charles H Spurgeon
Kebencian Tanpa Sebab
Bacalah terlebih dulu bagian1
Semua kelas manusia telah membenci
Dia. Kebanyakan orang telah menjumpai
Dia dengan sejumlah penentangan. Tetapi kemudian penentangan ini kerap menjadi sebuah penentangan kelas dan
dan ada kelas- kelas lain yang
memandang mereka dengan hormat. Pemimpin
hebat, yang dikagumi oleh orang miskin, harus berharap untuk dipandang hina oleh orang kaya. Dan dia yang berjerih
lelah untuk kerajaan Allah yang mulia,
menjumpai penghinaan oleh banyak orang. Tetapi di sini seorang Manusia telah berjalan diantara orang banyak, dia yang mengasihi mereka, yang
telah berbicara kepada orang yang miskin dan orang yang kaya seolah
mereka (memang mereka, miskin dan kaya, sama) pada satu level dalam pandangan-Nya yang
terberkati dan lagi pula semua
kelompok masyarakat telah
berkonspirasi membenci Dia!
Imam-imam melecehkan Dia karena Dia telah menghancurkan dogma-dogma mereka. Para bangsawan
berniat untuk membunuh Dia karena
Dia telah berbicara sebagai seorang raja. Orang-orang miskin,
untuk sejumlah alasan yang hanya mereka saja mengetahuinya, walaupun mereka
telah mengagumi kepersuasifan-Nya dalam berbicara dan kerap mau jatuh bersujud
menyembah dihadapan Dia,karena perbuatan-perbuatan ajaib yang telah Dia lakukan --bahkan orang-orang miskin ini dipimpin oleh
orang-orang yang semestinya telah
memberikan tuntunan bagi mereka untuk
menjadi lebih baik—telah berkonspirasi untuk membunuh Yesus dan untuk
menuntaskan kesalahan mereka dengan memakukan Dia pada salib! Kemudian mereka
menggeleng-gelengkan kepala mereka, menawarkan Dia, jika Dia dapat membangun
sebuah Bait dalam tiga hari, untuk menyelamatkan diri-Nya
sendiri dan turun dari Salib (Matius 27:40-42; bandingkan
dengan Yohanes 2:19 ).
Kristus adalah Sosok yang dibenci, Yang
difitnah dan dicemooh—Dia “dihina
dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita
kesakitan” (Yesaya 53:3).
Sekarang kita akan mencoba, pertama, untuk
menjustifikasi perkataan-perkataan sang Juru selamat, bahwa Dia telah
dibenci tanpa sebuah sebab. Dan memikirkan
dosa manusia—bahwa orang-orang telah membenci Dia tanpa sebuah alasan.
Pada bagian tiga, memberikan
sebuah atau dua pelajaran bagi para pengikut Kristus dimana mereka dapat
belajar baik dari fakta bahwa Juru selamat mereka telah dibenci tanpa sebuah alasan.
I. Pertama, mari kita
MELAKUKAN JUSTIFIKASI APA YANG SANG JURU
SELAMAT TELAH KATAKAN—“Mereka membenci
Aku tanpa alasan” (Yohanes 15:25) dan kita memperhatikan, bahwa
terlepas dari pertimbangan keberdosaan manusia dan kekudusan Kristus, secara pasti
tidak ada sebab apapun yang ditemukan
mengapa dunia harus membenci Dia!
Pertama mari kita timbang Kristus dalam Pribadi-Nya.
Adakah apapun
juga dalan Pribadi Kristus sebagai seorang Manusia, ketika Dia hidup dalam dunia ini, yang memiliki sebuah
kecenderungan alamiah untuk membuat
setiap orang membenci Dia? Mari kita perhatikan bahwa ada sebuah
ketiadaan pada hampir setiap hal yang
membangkitkan gairah kebencian
antara manusia dengan manusia! Pada tempat pertama, tidak ada
kedudukan atau pangkat besar dalam Kristus untuk menggairahkan atau menimbulkan iri hati.
Ini adalah sebuah
fakta yang dikenal baik bahwa
biarlah seorang manusia menjadi selalu sedemikian baik, jika dia sepenuhnya ditinggikan diatas rekan sesama
mahluk oleh kekayaan-kekayaannya, atau
oleh jabatannya—walau banyak yang menghormati dia—namun banyak orang akan berbicara melawan dia. Bukan terutama sekali
karena apa yang Dia miliki, terkait kedudukan sosial dan jabatannya.
Kristus
tidak memiliki apapun terkait hal-hal yang lahiriah
terkait kedudukan dalam masyarakat. Dia tidak memiliki kereta kuda, tidak memiki pakaian
lengan panjang, tidak ada peninggian melampaui rekan-rekan sejawatnya, Kala dia
berjalan keluar, tidak ada petugas
khusus mendahului-Nya yang
mendeklarasikan kedatangan-Nya, tidak ada
seremonial untuk memberikan
penghormatan bagi Dia. Faktanya,
orang akan berpikir bahwa tampilan Kristus akan secara alamiah telah memberikan
kesan iba! Bukannya dia telah ditinggikan melebihi orang-orang, memang benar,
dalam beberapa hal, Dia terlihat rendah daripada orang-orang lain, “Serigala mempunyai liang dan burung
mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan
kepala-Nya” (Matius 8:20).
Untuk iri hati,secara alamiah
dibangkitkan oleh kedudukan atau pangkat dan hal semacam ini, tidak dapat beroperasi dalam kasus Yesus.
Tidak ada apapun dalam pakaian
kebesarannya untuk menarik perhatian. Itu adalah pakaian kebesaran orang-orang desa Galilea –“Jubah itu tidak berjahit, dari atas ke bawah hanya satu
tenunan saja” (Yohanes 19:23). Atau juga tidak ada apapun dalam
kedudukan-Nya. Dia mungkin merupakan anak laki-laki dari sebuah keluarga kerajaan
kuno tetapi keningratannya
kelihatannya musnah dan Dia hanya dikenal sebagai Anak Tukang Kayu (Matius 13:55; juga
bacalah Markus 6:3).
Mereka telah membenci Dia, sehingga,
dalam pengertian ini. “tanpa alasan.”
Banyak orang terlihat memiliki kegairahan untuk iri hati dalam diri mereka melawan mereka yang menjalankan kuasa atau pemerintahan atas mereka. Fakta kuat dari seorang manusia yang memiliki otoritas atas diriku, menghasut hasrat-hasrat jahatku dan saya mulai memandang si pemimpin dengan kecurigaan karena dia diperlengkapi dengan otoritas. Beberapa orang secara alami jatuh dalam alur dan mematuhi hanya karena pengusa itu memang ada karena dibentuk. Para penguasa dan kekuasaan-kekuasaan ditegakan dan mereka menundukan diri mereka karena Tuhan.
Krisis politik Thailand Credit : washingtonpost |
Tetapi banyak, khususnya dalam era republik dewasa ini, kelihatan menjadi sebuah kecenderungan alami untuk menentang otoritas, semata karena itu adalah otoritas! Tetapi jika para pemegang otoritas dan pemerintah-pemerintah diganti setiap bulan, Saya yakin bahwa di sejumlah Negara, di Thailand, misalnya, akan ada revolusi-revolusi sejauh satu pemerintahan itu berada dibawah yang lainnya! Faktanya, mereka membenci semua pemerintahan disana dan berkeinginan tanpa hukum, bahwah setiap orang dapat melakukan apa yang benar menurut pandangannya sendiri. Tetapi hal ini tidak beroperasi dalam diri Kristus—Dia bukan seorang raja. Dia tidak mempengaruhi orang banyak. Itu benar bahwa Dia adalah Tuan atas angin topan dan laut (Markus 4:35-41; Matius 8:23-27; Lukas 8:22-25). Itu benar bahwa Dia dapat memerintahkan setan –setan (Matius 4:1-11; bandingkan dengan Markus 1:32, Markus 5:1-20) dan, jika Dia mau , orang-orang dapat menjadi pelayan-pelayannya yang patuh. Tetapi Dia tidak mengambil kekuasaan atas mereka.
Yesus tidak mengerahkan bala tentara, Dia tidak membuat perundang-undangan, Dia tidak menjadikan diri-Nya orang yang hebat di negeri itu! Orang-orang telah melakukan apa saja yang mereka mau, karena semua otoritas yang telah Dia jalankan atas mereka. Faktanya, alih-alih memberlakukan hukum-hukum atas mereka yang adalah keras, Dia terlihat telah melonggarkan rigiditas sistem mereka! Karena ketika seorang wanita pezinah, yang, semestinya telah dihukum mati, telah dibawa kehadapan Dia, Yesus telah berkata,”Akupun tidak menghukum engkau” (Yohanes 8:11). Dan Dia telah melegakan, hingga ke derajat tertentu, rigiditas ketetapan Sabat yang telah, dalam sejumlah hal, terlampau membebani, Yesus berkata, “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari sabat” (Markus 2:23-27). Sudah pasti, kemudian, mereka membenci Dia “tanpa sebuah sebab.”
Bersambung
ke Bagian 3Hatred Without Cause | diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment