Oleh : Dr. Allen Ross
Datangnya
Raja Damai Kedalam Dunia Yang Gemar
Berperang
War
is normally measured by its final outcome, but many individual heroes gave up
their lives for the Arab side during the 1967 Six-Day War. (Image courtesy AP)
|
Pengantar Editor
Kalau saya mengatakan
Dunia Yang Gemar Berperang, tidak
hendak mengatakan seolah perang adalah
sebuah kegemaran populis layaknya sebuah
hal yang menyehatkan apalagi menyejukan hati dan pikiran. Ada satu pepatah latin kuno yang berbunyi ‘Si vis
pacem, para bellum’ yang artinya ‘If
you want peace, prepare for war’ atau ‘jika
anda ingin damai, bersiaplah untuk perang’, tak kecuali bagi negara kita melalui mantan Panglima Republik Indonesia TNI Djoko Santoso, dalam sebuah kesempatan strategis terpaksa mengumandangkannya.
Sederhananya, perang adalah instrumen
vital, strategis dan lekat dengan nilai patriotisme bela negara. [ si vis pacem para bellum ini dikaitkan dengan Flavius Vegetius Renatus, yang menulis "De re militari" (390 B.C.E.) : "Qui desiderat pacem, bellum praeparat; nemo provocare ne offendere audet quem intelliget superiorem esse pugnaturem , dalam bahasa Inggris berarti : "Whosoever desires peace prepares for war; no one provokes, nor dares to
offend, those who they know know to be superior in battle]
Bahkan dalam perkembangannya di era perang moderen dengan instrumentasi elektronik yang memampukan persenjataan-persenjataan menjadi cerdas, perang telah dimungkinkan menjadi intrumen utama yang kadang mengabaikan diplomasi dalam politik internasional, saat diplomasi dianggap tidak manjur. Ya… perang kini telah berubah menjadi alat “diplomasi berdarah atau diplomasi non damai” atau dikenal sebagai “pre-emptive strike” atau sebuah serangan yang terukur pada target-target spesifik dan strategis, dilakukan untuk merespon atau menetralisir ancaman sebelum menjadi kenyataan! Untuk melumpuhkan kapabilitas sebuah negara untuk menjalankan niatnya yang dinilai membahayakan keamanan sebuah kawasan atau sekutu dari negara-negara kuat. Itulah mengapa judul yang saya munculkan berbunyi demikian. Tentu perang bukanlah indikator minimal dalam mengukur derajat damai, sebab pertama-tama tentulah konflik adalah sebuah hal minimal yang mendahului sebuah kondisi menuju (potensi) perang.
Bahkan dalam perkembangannya di era perang moderen dengan instrumentasi elektronik yang memampukan persenjataan-persenjataan menjadi cerdas, perang telah dimungkinkan menjadi intrumen utama yang kadang mengabaikan diplomasi dalam politik internasional, saat diplomasi dianggap tidak manjur. Ya… perang kini telah berubah menjadi alat “diplomasi berdarah atau diplomasi non damai” atau dikenal sebagai “pre-emptive strike” atau sebuah serangan yang terukur pada target-target spesifik dan strategis, dilakukan untuk merespon atau menetralisir ancaman sebelum menjadi kenyataan! Untuk melumpuhkan kapabilitas sebuah negara untuk menjalankan niatnya yang dinilai membahayakan keamanan sebuah kawasan atau sekutu dari negara-negara kuat. Itulah mengapa judul yang saya munculkan berbunyi demikian. Tentu perang bukanlah indikator minimal dalam mengukur derajat damai, sebab pertama-tama tentulah konflik adalah sebuah hal minimal yang mendahului sebuah kondisi menuju (potensi) perang.
***
Sekalipun kini peradaban manusia telah mengalami berbagai
kemajuan-kemajuan, pun tak
mengurungkan dunia kita ini masih dipenuhi dengan sebuah
hasrat untuk damai dan sebuah
takut akan perang. Ketika
orang-orang mengamati berbagai
konflik-konflik dan rumor-rumor perang ( seperti
konflik Syria, rumor perang Korsel-Korut, atau China terhadap sejumlah negara
di Asia Timur dan Asia Tenggara terkait
klaim Negara China yang menyentuh kedaulatan Vietnam dan Filipina di Laut Cina
Selatan- editor Anchor), kemurungan dan keputusasaan kerap menggulung mereka seperti kegelapan yang pekat. Apalagi
kalau kita menengok titik-titik panas di Timur Tengah.
A Chinese ship launches a missile
during a military exercise in the South China Sea on 29 July 2010
Both China and the US have increased naval drills in the Asian region
Vietnam has said it will hold live-fire exercises in the South China Sea amid
escalating tensions with China over disputed waters.
credit: ibn.tv
Damai telah dikejar selama berabad-abad untuk dimiliki.
Meskipun memang telah dicapai kemajuan dalam upaya-upaya untuk mewujudkan damai
antara Israel dan Syria dan rakyat
Palestina, tak seorang pun akan terkejut jika perang pecah esok.
Gerakan-gerakan damai dan negosiasi-negosiasi damai
dilangsungkan di seluruh dunia. Negara-negara yang lebih kuat yakin bahwa damai
harus dinegosiasikan dari sebuah posisi kekuasaan; kelompok-kelompok
radikal percaya bahwa teror akan memaksa
isu ini. Tetapi kita masih menyisakan
sebuah dunia yang lebih berbahaya dan lebih menakutkan daripada sebelumnya. Dan
kita tinggal terhenyak andai siapapun juga benar-benar tertarik dengan damai dan kebenaran dan keadilan bagi semua,
atau cuma mengamankan kepentingan-kepentingannya sendiri?
Problemnya adalah masih
pada hadirnya kejahatan. Kejahatan
membuat saudara melawan saudara, dan bangsa bangkit melawan bangsa. Pada puncaknya, kemuraman dan keputusasaan
dunia terkait dengan kegelapan rohani.
Alkitab menghibur dan mengingatkan semua kita yang
telah menjadi percaya kepada Kristus
untuk tidak putus asa seolah tiada harapan. Kita memiliki pewahyuan dari Tuhan kita bahwa tidak
hanya mengumumkan kedaulatan-Nya
memerintah tetapi juga memetakan perjalanan peristiwa-peristiwa dunia. Salah
satu pewahyuan yang paling signifikan ditemukan dalam Yesaya 9.
Terhadap latar belakang nubuat perang dan pembinasaan, kegelapan dan kemuraman ( bab 8), Yesaya telah menyampaikan nubuat mengenai Mesias—raja mulia yang akan datang.
“Mesias” adalah sebuah istilah Ibrani yang berarti “dia yang diurapi,” yakni, raja yang diurapi. Dalam sebuah pengertian, setiap raja yang telah diurapi di Yerusalem adalah seorang keturunan Daud akan disebut seorang “mashiah” (diucapkan mah-she-ack), seorang messiah. Tetapi Alkitab mengatakan bahwa Yesus Kristus adalah Mesiah itu. Kata Perjanjian Baru “Kristus” adalah translasi Yunani dari kata Ibrani “Mesiah.” Nubuat Mesianik ini, kemudian, menggenggam pengharapan akan damai dan kebenaran melalui pemerintahan Yesus sang Mesiah.
Teks ini dapat dibagi menjadi dua bagian:
Terbitnya era Mesianik ( ayat 1-6) dan Pemerintahan Mesias yang Adil ( ayat 7-8). Meskipun keseluruhan nas ini menyajikan informasi yang berguna untuk pesan
ini, ayat-ayat yang fokus pada
natur Mesias adalah kritikal,
karena pada ayat-ayat tersebut terletak pengharapan kita untuk damai yang kekal. Sehingga
perhatian kita yang paling utama akan diberikan pada makna-makna nama
sang Anak, memperlihatkan bagaimana deskripsi-deskripsi ini pas secara sempurna
dengan natur Tuhan kita Yesus Kristus.
Era Mesianik
I.Damai Akan
Datang Dengan Terbitnya Era Mesianik ( 9:1-5)
Yesaya mendeklarasikan bahwa sangat berbeda dengan eranya yang perang, muram, dan putus asa, ada sedang datang sebuah era ketika damai akan memerintah secara universal. Itu akan dimulai dengan datangnya sang Mesias, raja masa datang yang telah dijanjikan. Sehingga kita menyebutnya periode Abad Mesianik. Nabi Yesaya disini memperlihatkan bagaimana abad ini digulirkan.
Karena perangm seorang guru perempuan Syria menjadi penembak jitu Kredit: telegraph.co.uk |
A.Perubahan Dalam Situasi-Situasi Akan
Mengakhiri Keputusaasaan ( ayat 1,2)
Nas ini mulai dengan pengumuman perubahan: “Tetapi tidak untuk selamanya negeri itu mengalami kesesakan. Daerah yang didiami suku-suku Zebulon dan Naftali pernah dianggap rendah oleh TUHAN. Tetapi di masa yang akan datang, Ia akan memberi kehormatan kepada seluruh wilayah dari Laut Tengah ke timur sampai seberang Sungai Yordan, bahkan sampai Galilea yang didiami orang asing. “
Mengapa? Itu tempat dimana Mesiah akan pertama kali tampil—Galilea
tempat orang-orang asing –bukan Yahudi [rujukan untuk “orang asing” dapat dijelaskan dengan mengetahui kebijakan
Asyria yang membawa banyak orang dari negeri-negeri
yang berlainan. Galilea sejak dulu
selalu merupakan area kosmopolitan
karena terletak di rute-rute perdagangan, tetapi berbagai perang telah membuat Galilea dipenuhi orang-orang asing.
Pada masa Yesus, Galilea memiliki
reputasi demikian diamana orang-orang Yahudi yang yang sangat saleh dan benar
berperan sangat kecil dalam hal itu.], sebuah tempat yang dipandang rendah untuk waktu yang panjang, kurang suci dibandingkan
dengan Yudea.
Penjelasan peninggian Yudea ditemukan dalam ayat2. “Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar.” Bahasanya puitis: kegelapan menggambarkan kejahatan, kemuraman, keputusasaan dan kejahatan, dan terang menggambarkan kemakmuran, damai dan sukacita [gambaran ini bersifat hypocastasis/substitusi. Alkitab suka menggunakan “malam” dan ”kegelapan” untuk menggambarkan kejahatan dan pembinasaan dan keputusasaan, dan terang atau siang untuk menggambarkan kebenaran, sukacita dan pengharapan. Itu adalah gambar alami untuk mengeksprersikan terbitnya sebuah hari baru—sebuah permulaan baru setelah kesusahan.].
Bahasa semacam ini
digunakan di bagian lain terkait era
Mesianik—Maleakhi berkata bahwa “bagimu akan terbit
surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya” (4:2).
Sehingga peduduk di utara yang telah menderita sedemikian berat memiliki prospek/pengharapan akan
sebuah permulaan baru yang mengagumkan.
Kita harus
memperhatikan sambil lalu
bahwa kata kerja-kata kerjanya dalam bentuk lampau—dia menuliskannya seolah itu telah terjadi. Itu adalah bahasa
profetik. Nabi adalah seorang ‘pelihat” atau visioner. Dia telah menerima pewahyuan dan telah merekam apa yang telah dia lihat.
Sejauh yang telah dia perhatikan, jika itu
memang telah diperlihatkan kepada
dia dari Allah, peristiwa itu sama dengan atau dapat dikatakan telah
terjadi. Itu telah pasti, bahkan walau itu belum berlangsung dalam sejarah.Sehingga “terang” akan
menyinari bangsa yang berjalan dalam “kegelapan,” (ayat 2).
Penggenapan awal nubuat ini terlampau jelas untuk
diragukan. Matius mengutip teks ini
(Lihat Matius 4:16)dalam
rangkaian dengan permulaan
pelayanan Yesus di Galilea. Dia adalah terang sejati dunia yang menerangi setiap orang [ini adalah sebuah metafora dimana Yesus diperbandingkan dengan sebuah
terang. Gagasan menyinari setiap orang
membawa banyak konotasi; pada jantung
ungkapan, ini pastilah gagasan
tentang menginsafkan dosa, karena Perjanjian Baru menggunakan kegelapan untuk
menunjukan kejahatan, dan terang untuk kebenaran].
Dia membawa masuk ke sebuah dunia yang gelap pekat, anugerah dan kebenaran, dan sebuah janji damai yang pasti. Ketika Dia mulai melayani di Galilea dengan pengajaran-pengajaran dan mujizat-mujizat-Nya, Dia telah mendemonstrasikan bahwa Dia memang benar-benar Mesias ini.
Dia membawa masuk ke sebuah dunia yang gelap pekat, anugerah dan kebenaran, dan sebuah janji damai yang pasti. Ketika Dia mulai melayani di Galilea dengan pengajaran-pengajaran dan mujizat-mujizat-Nya, Dia telah mendemonstrasikan bahwa Dia memang benar-benar Mesias ini.
Proklamasi-Nya akan kerajaan melalui keselamatan adalah apa yang menyudahi keputusasaan, bagi orang-orang percaya pada Dia tidaklah terhilang dalam kemuraman dan keputusasaan, karena mereka tahu bahwa apa yang telah Dia janjikan akan terwujud pada kedatangan-Nya yang kedua [Yesaya, seperti nabi-nabi lain, hanya mengatakan apa yang Mesiah akan lakukan, bukan kapan dia akan melakukannya. Mereka memang tidak mengetahui dua hal yang akan terjadi, satu hal tentang hal mati, dan satu hal lagi terkait memerintah. Tetapi tidak dapat ada hal memerintah kecuali keselamatan ditegakan pertama-tama].
B. Sang
Mesiah Membawa Sukacita dan Kemakmuran (ayat 3)
Si nabi kini beralih
mengulas TUHAN secara langsung. Kata-katanya menjelaskan apa maknanya bahwa
terang akan melenyapkan
kegelapan—sukacita dan makmur. Si
nabi tidak memberi petunjuk apapun
terkait seberapa segera hal ini akan
terjadi [memang benar, transisi dari bab 8 ke bab 9 dibaca sebagai sebuah
kontinuitas langsung, tetapi itu mencakup lebih dari 700 tahun. Kronologi yang
pasti tidak mungkin dalam membaca nas-nas profetik. Sang “terang” muncul di
Galilea sekitar 2.000 tahun, tetapi kulminasi
dari kata-kata profetik ini masih menanti.]. Tetapi kita
memiliki pewahyuan penuh mengenai Allah
tahu bahwa Yesus membuat jelas bahwa dia adalah sang Mesiah,dan era damai dan
keadilan masih merupakan hal di masa depan.
Suka cita digambarkan disini luar biasa. Ini adalah jenis
suka cita yang datang saat menuai/panen,
atau saat membagi barang rampasan hasil
perang. Menuai adalah sebuah saat suka cita
yang terjadi secara teratur pada
Israel; setelah saat yang lama berjerih
lelah di ladang-ladang,mereka akan berkumpul untuk makan dan minum dan
merayakan. Alkitab kerap menggunakan analogi menuai untuk menggambarkan
kedatangan TUHAN (lihat Matius 3:12 karena panen dan menampi adalah
imajiner). Itu adalah sebuah perayaan pengucapan syukur untuk
penyelesaian panen.
Membagi barang jarahan, adalah penggambaran lain disini, ini agak lebih
pedih karena peperangan akan membawa pada kesudahan era ini. Gambaran ini tentang kemenangan-kemenangan setelah
peperangan berakhir, membagikan barang
rampasan. Hal semacam ini akan menjadi
sebuah perayaan kemenangan yang paling mencemaskan/mendebarkan
yang akan mengantarkan pada sebuah era damai.
C. Suka Cita Datang Melalui Penghentian
Perang ( ayat 4,5)
Gambaran suka cita saat pembagian barang rampasan membawa
secara langsung kedalam penjelasan: si
nabi telah melihat lebih dulu waktu ketika TUHAN akan menghancurkan intimidasi musuh-musuh. Yesaya
menarik analogi dengan saat kemenangan
Israel atas orang Midian melalui Gideon oleh kuasa TUHAN [Kiasan pada Midian bertautan dengan nas di Hakim-Hakim.
Implikasi utamanya adalah, bahwa Allah akan menyudahi penindasan; tetapi ada
juga pandangan bahwa Mesiah akan datang seperti
tokoh Gideon]. Sehingga akan terjadi
lagi.
1967 and 6 days war |
Tetapi kemenangan ini akan menjadi kemenangan yang lebih
besar. Ayat 5 berkata bahwa setiap pelaku perang akan habis terbakar [kalimat
yang digunakan disini bersifat
synecdoche; hal –hal yang disebutkan
mewakili jenis-jenis elemen atau
bagian yang lebih besar dalam perang].
Ini tidak akan ada peredaan dalam tindakan, tidak ada perjanjian damai sesaat. Perang akan berakhir. Di tempat lain, Yesaya telah berkata “mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak” (Yesaya 2:4),” yakni, persenjataan-persenjataan militer tidak akan dibutuhkan dalam sebuah damai abadi.
Ini tidak akan ada peredaan dalam tindakan, tidak ada perjanjian damai sesaat. Perang akan berakhir. Di tempat lain, Yesaya telah berkata “mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak” (Yesaya 2:4),” yakni, persenjataan-persenjataan militer tidak akan dibutuhkan dalam sebuah damai abadi.
Bagaimana dapat hal-hal
ini, mengacu pada situasi dunia yang kita kenal kini?Jawaban atas pertanyaan
ini ditemukan dalam bagian kedua dari nubuat yang menggambarkan natur Mesias
yang akan mewujudkan pemerintahan damai
dan adil. Jika damai semacam ini datang, seseorang harus memiliki kemampuan untuk memproduksi
dan menghasilkannya.
II Damai
Akhirnya Akan Datang Dengan Pemerintahan Mesiah Yang Adil ( 9:6-7)
Yesaya kini beralih memperkenalkan Dia yang akan metransformasi kemuraman dan keputusasaan perang menjadi suka cita dan damai pada sebuah masa keadilan-Mesiah.
A. Tuhan Akan Menyebabkan Kedatangan Sang Mesiah (Yesaya 9: 6A)
Bagian pertama nubuat sangat akrab bagi orang-orang Kristen: “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya.”
Yesaya sangat jitu disini, sebagaimana sekarang kita
tahu. Seorang anak akan dilahirkan
kedalam keluarga Daud, dan bahwa ada sebuah kelahiran di Betlehem yang tidak perlu
dipertanyakan; tetapi Mesias juga akan menjadi Anak sebagaimana telah
dikemukakan, dan bahwa Yesus tidak memperoleh eksistensinya (maksudnya Yesus itu bukan baru ada dalam keberadaan saat di Betlehem. Dia ada
sejak kekekalan) di Bethlehem adalah
jelas dari Alkitab.
Mengacu pada Kovenan Davidik
(2 Samuel 7:14), istilah “anak” adalah gelar
untuk raja [bahasanya bersifat metafora,
baik dalam Samuel dan dalam Mazmur 2].
Raja akan menjadi seperti
seorang anak, seorang anak laki-laki
yang diadopsi, untuk Allah, mewarisi kerajaan [ Tentu saja ini metafora “anak”
kala diaplikasi pada Yesus juga membawa bersamanya makna bahwa Dia turut
berbagi natur Allah—kekal dan ilahi]. Sama
benarnya dengan penglihatan Daniel dimana ekspresi “ Anak Manusia”
digunakan ( 7:9-14). Penglihatan Daniel memperlihatkan raja mulia dalam hadirat
Yang Maha Kuasa, Yang Lanjut Usianya ( maksudnya
secara simbolik menunjukan Yesus telah ada sejak kekekalan, sebuah gelar bagi sang Anak- editor Anchor), bahwa Dia
akan diberikan kerajaan damai. Yesaya mengumumkan bahwa anak yang akan dilhairkan tersebut akan menjadi Anak sebagaimana yang
telah dinyatakan. Ide ini kemudian
telah diklarifikasi oleh Paulus: “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus
Anak-Nya …” (Galatia 4:4).
Perjanjian Baru
membawa kesaksian bahwa Yesus ini adalah Anak yang telah datang ke dunia. Faktanya, Yesus sendiri mulai membuktikan asal-usulnya di Surga, bukan di Bethlehem.
Ketika Dia hendak membangkitkan Lazarus dari kematian,
dia telah berdoa dan telah memasukan kata-kata ini dalam doa-Nya: ”Aku
mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku”
( Yohanes 11:42).
Dengan ini Dia memaksudkan bahwa Dia dari atas (surga), dan mereka dari bawah (dunia). Atau dalam berdebat dengan pemimpin-pemimpin agama, Yesus bertanya bagaimana Daud dapat memanggil keturunannya “Tuan”-nya, secara jelas memperlihatkan bawa “Anak Daud,” sang Mesiah, adalah lebih besar daripada Daud ( Markus 12:35,36, menimbang Mazmur 110).
Dan tentu saja, kepada perempuan di
sumur, Yesus secara jelas telah menyingkapkan diri-Nya: dia berkata, “Ketika
Mesias datang, Dia akan menyatakan semua hal kepada kita.” Yesus berkata,”
Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau” (Yohanes 4:25,26).
Jelas. Kemudian, bahwa Yesus telah mengklaim menjadi Mesias, sang Kristus, anak yang telah lahir kedalam kaum Daud, Anak yang telah diberikan oleh Allah untuk menjadi Raja yang telah lama ditunggu-tunggu.
Kedatangan Pertama Yesus telah menegakan identitas-Nya; akan tetapi, kedatangan yang pertama tidak memulai pemerintahan-Nya, karena Dia belum menyudahi/mengakhiri semua musuh-musuh.
Nubuat yang berbunyi “lambang pemerintahan ada di atas bahunya” (Yesaya 9:5) akan menjadi kenyataan seutuhnya pada kedatangan-Nya yang kedua—sebuah aspek nubuat-nibuat Mesianik bahwa nabi-nabi tersebut tidak melihat (lihat 1 Petrus 1:10,11). Rujukan pada bahu berangkali sebuah rujukan pada pengenaan sebuah lencana jabatan pada pundak - lihat Yesaya 22:22.
[penggambaran dalam Yesaya 22:22 kemudian dapat menjadi gaya bahasa metonymy atau menggantikan satu kata atau frasa dengan yang lain dimana penggantinya memiliki keterhubungan yang dekat, misal “mahkota” untuk “anggota keluarga kerajaan” atau gaya bahasa hypocatastasis -gaya bahasa yang menyatakan sebuah kemiripan, representasi atau perbandingan-lebih kuat daripada simile ( majas pertautan/persamaan, membandingkan 2 hal yang secara hakiki berbeda, namun dianggap mengandung segi yang serupa, dinyatakan secara eksplisit-menggunakan “seperti”- contoh : mukanya merah seperti kepeting rebus- dan metafora. Kamu seperti seekor binatang- ini adalah simile, kalau “kamu adalah binatang” ,ini adalah metafora. Namun ketika hanya dikatakan , “Binatang!” maka ini adalah hypocatastasis-: penggambaran ini –Yesaya 22:22- dapat menjadi metonymy jika dia benar-benar akan menggunakan lencana, dan hypocatastasis jika tidak. Yang terakhir berangkali pandangan yang lebih baik, karena pemerintahan Mesias nampaknya tidak semuanya terjebak secara literal dalam monarki dunia. Yesaya mengatakan bahwa raja memiliki kunci Daud di pundaknya.].
Akan tiba sebuah waktu ketika Anak ini akan
memerintah sebagai raja.
Kita dapat berkata bahwa Yesus
sekarang memerintah di atas-surga, dan
hal ini secara pasti benar. Tetapi Yesaya menyajikan penglihatan
sebuah masa damai dan keadilan universal
dalam dunia ini. Ini belum terjadi. Ibrani 1
menyatakan bahwa peninggian ini akan
lengkap ketika Bapa membawa kembali anak sulung-Nya kedalam dunia. Sehingga
Yesaya tidak tahu kapan semua hal ini
akan terwujud; hanya tahu bahwa semuanya
akan terjadi karena Firman TUHAN telah mendeklarasikannya.
B. Mesias Akan Menjadi Seorang Raja Ajaib ( 6b)
Natur sang Mesias sekarang
digambarkan dalam pendaftaran
nama-nama takhtanya. Harus diperhatikan bahwa ini bukanlah nama-nama dalam pengertian bahwa kita memiliki nama-nama. Semua ini adalah deskripsi-deskripsi
karakter. Nama-nama tersebut dimaksudkan untuk memberikan natur atau signifikansi pribadi yang dinamai tersebut. Kita
menggunakan kata “nama” terkadang dalam
cara ini. Kita dapat berkata, “Dia
membuat sebuah nama bagi dirinya
sendiri,” yakni, sebuah
reputasi. Nama-nama dalam bagian ini
menggambarkan natur sang raja mulia.
Terlebih
lagi, pada masa purba raja-raja Timur Dekat dahulu memiliki kebiasaan mengambil nama-nama takhta ketika mereka
menduduki takhta tersebut. Mereka
mengambil gelar-gelar dan telah
menambahkan dan telah menambahkan julukan-julukan bagi nama-nama mereka. Biasanya julukan-julukan yang mereka pilih terlampau besar atau
hebat bagi manusia-manusia fana. Sebagai
contoh, Kerajaan Tengah Mesir, para penguasanya mengambil lima gelar ketika
dimahkotai—setiap nama menunjuk pada sejumlah dewa, negeri, sejumlah ambisi yang ingin mereka capai bagi
pemerintahan mereka. Seorang raja yang
telah dimahkotai mendengarkan imam yang berkata. “Biarlah nama-nama hebat dewa yang baik dan gelar-gelarnya menjadikan
mereka [dewa]: merujuk pada: Banteng
Perkasa, Dia Yang Mampu Merencanakan, Dipenuhi Dengan Kebenaran, Anak “dewa”
yang kepadanya kehidupan diberikan.”
Sehingga dalam julukan-julukan para raja akan dipuji secara sangat megah sebagai tempat bersemayamnya keperkasaan, hikmat,
keajaiban-keajaiban, kebenaran, dan seluruh kehidupan. Semua hal ini,
dipastikan, agak ambisius.
Ada bukti akan gelar-gelar semacam ini di Israel, khususnya
dalam kasus-kasus dimana Allah memberikan nama-nama pada raja-raja baru. Mazmur 2, Mazmur pemahkotaan, mengatakan, “Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini”
(Mazmur 2:7).
Sehingga pada hari itu, raja telah menaiki takhta,dia telah dideklarasikan
menjadi Anak, yakni, Raja yang telah diurapi Allah. Demikian juga
dalam 2 Samuel 23:1
,kita menemukan sebuah pertambahan cepat nama-nama bagi Daud : “Daud, anak/bin
Isai, orang yang telah ditinggikan oleh
Yang Maha Tinggi, orang yang telah diurapi oleh Allah Yakub, pemazmur
Israel.” Dan kemudian kita melihat TUHAN mengutus nabi-nabi untuk menamai
kembali raja-raja, seperti menyebut Salomo, Yedija-yang dikasihi Allah (2 Samuel 12:25).
Tetapi tidak ada yang dapat dibandingkan dengan tipe nama-nama yang ditemukan dalam Yesaya 9. Hanya nama-nama ini dapat dibandingkan dengan gelar-gelar kehormatan para raja Mesir. Semua itu adalah nama-nama yang megah dan ambisius bagi takhta. Setiap nama memiliki sebuah gelar permanen dan kemudian sebuah elemen penjelasan yang bermacam-macam. Demikian juga dalam Yesaya: Penasehat, Allah, Bapa, dan Raja Damai adalah gelar-gelar permanen; ajaib, perkasa, kekal dan damai adalah elemen-elemen penjelasan yang dapat diganti atau merupakan variabel.
Tetapi Yesaya sedang meneguhkan
bahwa dia yang akan datang tidak cuma
akan memiliki gelar-gelar hebat, tetapi
akan dalam kenyataannya mewujud apa yang diklaim gelar-gelar itu. Apa yang sejak lama telah menjadi sebuah harapan,
sebuah mimpi liar, atau monarki-monarki
selama berabad-abad dambakan akan secara pasti menjadi sebuah realita pada
suatu hari. Dengan seorang raja seperti ini, damai dijamin.
Tidak ada harapan dalam sejumlah raja Mesir pagan yang yang telah membuat klaim-klaim hebat; satu-satunya harapan adalah dalam Firman TUHAN yang telah dijanjikan Immanuel- tinggal beserta kita [sehingga mungkin ada sebuah elemen yang bersifat polemik disini karena orang-orang Israel tidak akan membuat perjanjian-perjanjian dengan Mesir untuk keamanan. Sang nabi berangkali merujuk atau mengiaskan pada gelar-gelar Mesir semata untuk menunjukan bahwa gelar-gelar semacam itu akan menjadi benar/kenyataan dalam kasus Immanuel]
1. Penasehat Ajaib.
Kata
pertama yang
digunakan untuk menggambarkan Anak
biasanya telah dipisahkan dalam
alkitab-alkitab bahasa Inggris untuk membentuk dua julukan. Tetapi
Yesaya sendiri menggabungkan dua terminologi menjadi satu dalam Yesaya 28:29.
Sehingga berangkali, terkait dengan gelar-gelar lain, satu kata berfungsi untuk
mengualifikasikan kata lainnya—dia adalah seorang yang ajaib
dari seorang penasehat – Dia ajaib, secara khusus sebagai seorang
Penasehat.
“Ajaib”
adalah sebuah kata yang secara utama
menggambarkan TUHAN atau hal-hal ekstraordinari atau supernatural dalam Kitab
suci; ini bermakna “ekstraordinari, melampaui, menakjubkan, ajaib.” Ini tidak
digunakan dalam pengertian yang remeh, sebagaimana kita kerap gunakan
kata Bahasa Inggris “wonderful.”
Sebagai contoh, dalam Kejadian 18 TUHAN telah mengumumkan kelahiran Ishak kepada Abraham dan Sarah yang tua. Ketika Sarah tertawa dalam hatinya, TUHAN tahu dia telah tertawa, berkata,”adakah apapun juga terlampau sukar bagi TUHAN? “Sukar” adalah bahasa kita—adakah apapun juga yang terlampau menakjubkan, ajaib, ekstraordinari, bagi TUHAN? Atau lagi, Daud, sedang merenungkan secara mendalam pada pengetahuan TUHAN, menjadi menyadari bahwa TUHAN mengetahui setiap hal tentang dirinya, pikiran-pikirannya,maksud-maksudnya, bahkan kata-kata yang dia sedang upayakan untuk tuturkan, semuanya (Mazmur 139:1-6). Dia kagum, “pengetahuan semacam itu terlampau ajaib bagiku!” atau lagi, ketika Malaikat TUHAN menampakan dirinya pada Manoah (Hakim-Hakim 13), Manoah menyelidiki, “Siapakah namamu?” jawab-Nya pada Manoah, “Mengapa engkau menanyakan namaku, lihatlah bukankah namaku Ajaib?” (Hakim-Hakim 13:18). Kemudian ketika api pada mezbah naik ke atas, Malaikat Tuhan yang namanya Ajaib itu naik ke Surga.
Untuk menggambarkan raja ini dengan kata Ibrani “ajaib”
adalah melekatkan pada dirinya yang ekstraordinari, kemampuan-kemampuan
supernatural. Yesus, oleh kata-katanya yang perkasa telah
memperlihatkan diri-Nya menjadi Ajaib dalam pengertian ini. Dalam Yohanes 11:25 dia telah berkata, “Akulah kebangkitan
dan siapapun percaya padaku akan hidup, bahkan walaupun dia mati.”
Kemudian, untuk mengotentikan
klaim-klaim-Nya, Yesus telah membangkitkan Lazarus dari kematian. Itu
adalah tindakan dan peristiwa
ekstraordinari. Itu adalah hal yang melampaui menjakjubkan. Itu adalah ajaib.
Kita harus mengatakan sama dengan
Nikodemus bahwa tidak ada manusia dapat
melakukan hal-hal ini terlepas dari Allah. Yesus memiliki kata-kata hidup
karena Dia memiliki kuasa atas hidup dan mati.
Seorang Raja yang seperti apakah
Dia jadinya kelak!
Kata kedua dalam gelar ini adalah “Penasehat.” Kata yang bermakna “dia yang memiliki rencana-rencana.” Kata ini bermakna dia memiliki hikmat untuk memerintah. Yesaya 11:2 akan menjelaskan bahwa raja ini, Immanuel ini, memiliki Roh Penasihat, yakni, hikmatnya untuk memerintah adalah pemberian Allah (bandingkan dengan hikmat Salomo). Kata ‘raja’ juga seperti terminologi-terminologi terkait lainnya berkaitan dengan gagasan membuat keputusan. Raja-raja membuat keputusan-keputusan; mereka memberikan nasihat. Terkadang, raja-raja harus melibatkan diri mereka dengan para penasihat untuk membuat keputusan-keputusan yang benar. Tetapi raja ini akan menjadi seorang ajaib, secara khusus sebagai seorang penasehat.
- Pengajaran-Pengajaran dan penghakiman-penghakiman Yesus telah memperlihatkan bahwa Dia adalah seorang penasehat agung. Wawasannya adalah supernatural—Dia telah mengetahui apa yang ada dalam diri orang.
- Dalam Yohanes 1:48-51 Dia secara benar telah menganalisa Natanael; Yesus telah mengatakan, “Aku telah melihat engkau selahi kamu ada dibawah pohon ara sebelum Filipus memanggilmu.” Terhadap hal ini, Natanael telah menjawab,” Rabi, Engkau adalah Anak Allah, Engkau adalah Raja Israel.” Dia telah mengenali sang Penasehat Ajaib ketika Dia tampil.
- Demikian juga perempuan di sumur dalam Yohanes 4. Perempuan tersebut berkata, “Datang dan lihat orang itu telah mengatakan segala hal yang pernah aku lakukan. Tidakah dia ini adalah Kristus? Atau lagi, ketika orang-orang Yahudi mengutus orang-orang untuk menangkap Yesus, mereka kembali dengan tangan kosong.
- Alasan mereka? “Tidak ada yang pernah bicara seperti orang ini” (Yohanes 7:26). Kerja Tuhan kita terus berlanjut hingga hari ini, karena ketika Dia pergi meninggalkan dunia ini (kembali ke surga), Yesus telah berjanji untuk mengirimkan Penasihat lainnya ( Yohanes 14:16), Roh Kudus, yang akan terus memberikan nasihat melalui Firman-Nya, untuk menyadarkan, untuk mengajar, untuk menransformasi orang.
Apa yang telah membuat Yesus menjadi seorang penasehat ajaib? Dia telah mengetahui apa yang ada dalam diri manusia (Yohanes 2:25). Dia memiliki pengetahuan yang ajaib yang telah dikatakan Daud. Dan itu masih berlanjut. Apakah yang ada dalam tujuh surat kepada jemaat-jemaat dalam kitab Wahyu meruapakan tema konstan-Nya? Yesus berkata,” Aku tahu pekerjaan-pekerjaanmu.” Itu memerlukan sangat sedikit penjelasan; itu adalah jelas segamblang-gamblangnya.
2. Allah yang Perkasa.
Tidak hanya Mesias itu
adalah ajaib dalam nasihat, dia telah menjadi citra Allah yang belum pernah
ada seperti dia sebelumnya. Istilah “Allah” dapat digunakan raja-raja dan hakim-hakim dalam Perjanjian
Lama [ Musa dalam Keluaran 7:1 disebuat
sebagai seorang allah; dalam Mazmur 82 disebuat “para allah.” Sehingga terminologi ini dapat digunakan
untuk para pemimpin teokratis yang berbicara bagi Allah]
Tetapi Yesaya tidak
menggunakan istilah tersebut dalam cara seperti ini, selain itu adalah
satu-satunya makna disini. Pada setiap kesempatan lain, Yesaya menggunakan
istilah “Tuhan” (‘el) yang dia maksudkan
ketuhanan. Faktanya, Yesaya baru saja mengumumkan dalam bab 7 dan 8
bahwa raja ini akan dikenal sebagai ‘Immanu-’el
‘, Tuhan berserta kita.” Untuk mengatakan ‘seorang raja bersama dengan kita’
akan memberikan efek kecil. Tetapi mengatakan bahwa seorang raja sedang datang, yang memiliki kuasa, yang akan
memperlihatkan bahwa Allah ada bersama dengan umat—itu adalah sebuah Tanda.
Ada nas lain yang menggunaka “perkasa” dan “Allah” bersama-sama untuk menggambarkan Mesias. Mazmur 45:3,6 berkata, ” Ikatkan pedangmu di pinggang, hai raja perkasa,… Takhtamu, O Tuhan, selama-lamanya [ayat ini dikutip dalam Kitab Ibrani-Perjanjian Baru sebagai yang telah digenapi dalam Yesus Kristus. Bahasa dalam Mazmur dapat dikenakan pada seorang raja manusia dalam cara umum, tetapi penulis Kitab Ibrani (Ibrani 1:8), mengambil banyak nas bersama-sama dalam ulasan mendalam, telah melihat bagaimana pada puncaknya telah diterapkan secara literal pada Kristus]. Sehingga sang Raja akan dikenal sebagai yang berkuasa penuh, Allah yang perkasa.
Julukan ini, tak peduli bagaimanapun diterjemahkan, akan
terlampau besar untuk semata manusia
biasa-fana. Gelar ini secara aktual membawa ideologi “divine kingship “ atau “penguasa
yang menjadi representasi ilahi” masuk
kedalam Yerusalem dan memberlakukanya pada sejumlah raja masa
mendatang.
Tetapi Yesus telah mengklaim hal semacam ini bagi diri-Nya
sendiri juga. Dia telah menglaim menjadi ilahi.
Menurut Yohanes 8:58,
Dia telah mengidentifikasikan diri-Nya
sendiri sebagai AKU ADALAH yang agung dari Perjanjian Lama,
Tuhan Allah Israel yang berdaulat. Dalam Matius 24:30 dia telah mengumumkan, “Semua
kuasa telah diberikan kepadaku. “ AKU
ADALAH —“semua kuasa.”
Singkatnya, Yesus adalah Allah yang Perkasa.
Para Rasul-rasul bersaksi pada hal ini. Yohanes mendeklarasikan Dia adalah Allah dalam daging, agen penciptaan ( Yohanes 1:1-3). Dan Paulus mengingatkan kita akan keilahian-Nya dan kuasa-Nya dalam Efesus 1:18-21. Apa yang mungkin terlihat bagi pendengar Yesaya menjadi sebuah gelar yang terhormat, atau sebuah deskripsi tentang dia yang akan memerintah sebagai “seorang penguasa dengan kuasa untuk bertindak, mewakili Bapa “, telah menjadi benar dan literal dalam Yesus Kristus secara historis; karena Allah yang perkasa telah datang dalam manusia.
3.Bapa yang
Kekal
Gelar ketiga dalam banyak hal adalah yang paling luar biasa/menyolok. Kata ini secara literal ‘bapa yang abadi,” yakni, sosok yang secara abadi menjadi bapak. Di kawasan orang Kanaan, dewa tinggi disebut “ bapa tahun-tahun,” dan gelar ini dalam Ibrani terlihat mengusung makna yang sama [teks Ugaritik memiliki kata ‘abu sanimi,’ yang artinya ‘bapa atas tahun-tahun.” Ekspresi-ekspresi orang Kanaan kerap sama dengan Ibrani; hanya saja mereka menerapkannya pada pribadi-pribadi yang salah]. Gelar ini menggambarkan orang yang menghasilkan, mengarahkan, dan adalah tuan atas abad-abad.
Gelar ini mungkin diambil atau dikenakan untuk
memaknakan bahwa raja ajaib ini memiliki daya tahan atau kekekalan untuk
memerintah. Tetapi penggunaan terminologi-terminologi dalam Perjanjian Lama
menganjurkan pandangan lainya. Sang Mesias—sang Raja—harus dikenal sebagai “Anak,” bukan Bapa, merujuk pada Kovenan atau Perjanjian Davidik. Kovenan
ini mengatakan bahwa Allah akan menjadi Bapa bagi sang Raja, dan raja itu akan
menjadi seorang anak bagi Dia ( 2 Samuel 7:14). Tetapi disini dalam Yesaya,
Anak disebut Bapa. Poin dalam kitab
Yesaya ini adalah bahwa TUHAN yang
berdaukat yang telah selalu memahkotai raja-raja Davidik akan datang dan
memerintah sebagai Mesias.
Ini kelihatan seperti kebingungan pada “pribadi-pribadi” mengemuka dalam sepasang nubuat-nubuat lainnya. Dalam Yesaya 48:15-16, TUHAN Allah Mahakuasa sedang berbicara dan
mengatakan “Aku, Akulah yang mengatakannya dan yang memanggil dia juga, Akulah
yang mendatangkan dia, dan segala usahanya akan berhasil. Mendekatlah
kepada-Ku, dengarlah ini: Dari dahulu tidak pernah Aku berkata dengan sembunyi
dan pada waktu hal itu terjadi Aku ada di situ." Dan sekarang, Tuhan ALLAH
mengutus aku dengan Roh-Nya”.
Fenomena yang sama, TUHAN
yang berdaulat mengutus Mesias dan Mesias yang diutus, ditemukan dalam
Malaekhi 3:1-5:
(1) Mendekatlah kepada-Ku, dengarlah ini: Dari dahulu tidak pernah Aku berkata dengan sembunyi dan pada waktu hal itu terjadi Aku ada di situ." Dan sekarang, Tuhan ALLAH mengutus aku dengan Roh-Nya. (2) Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu. (3) Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak; dan Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada TUHAN. (4) Maka persembahan Yehuda dan Yerusalem akan menyenangkan hati TUHAN seperti pada hari-hari dahulu kala dan seperti tahun-tahun yang sudah-sudah. (5) Aku akan mendekati kamu untuk menghakimi dan akan segera menjadi saksi terhadap tukang-tukang sihir, orang-orang berzinah dan orang-orang yang bersumpah dusta dan terhadap orang-orang yang menindas orang upahan, janda dan anak piatu, dan yang mendesak ke samping orang asing, dengan tidak takut kepada-Ku, firman TUHAN semesta alam.
Sekarang semuanya ini terlihat sedikit membingungkan, tetapi
pernyataan-pernyataan Yesus mengonfirmasi fakta bahwa “Anak” yang diberikan
juga dikenal sebagai Bapa. Yesus berkata, “Aku
bukan dari dunia ini” (Yohanes
8:23). “Aku telah datang dalam
nama Bapa-Ku” (Yohanes
5:43), dan akhirnya, Aku dan Bapa satu’-Yohanes 10:30
[Pernyataan-pernyataan individual kitab
suci mengenai Mesias ( dalam Perjanjian Lama) dan yang
Yesus buat ( dalam perjanjian lama) kerap dapat memunculkan satu atau
dua interpretasi. Tetapi ketika
pernyataan-pernyataan tersebut diletakan bersama, maka secara jelas
menunjuk dalam arah yang sama. Dan orang-orang Yahudi telah memahaminya dengan
jelas, karena mereka telah menuduh Yesus menghujat. Salah satu dari bukti-bukti terbaik makna
dari apa yang Kristus telah katakan adalah respon ini.]. Nama-nama semacam ini milik kepunyaan Tuhan,
bukan hanya ciptaan yang ilahi semata
atau mahkluk spiritual, tetapi kepunyaan sang Allah.
4. RAJA (Pangeran)
Damai.
Gelar terakhir ini bermakna bahwa Mesias akan menjadi sosok
yang menjamin berkat-berkat bagi
umat-Nya. Dia akan menjadi seorang pangeran yang membawa damai.
Kata “damai” digunakan sebagai sebuah julukan bagi TUHAN serta juga bagi Raja. Dalam Hakim-Hakim 6:24 dikarenakan salam “damai” dari Malaikat TUHAN, tempat itu disebut ‘TUHAN adalah damai.” Setiap kali TUHAN mengunjungi umatnya, apakah oleh Malaikat TUHAN atau oleh Mesias yang dijanjikan, kunjungan itu untuk mengumumkan atau menjanjikan damai bagi dunia ( Yesaya 11:6-9; Mazmur 72:3,7).
Tetapi konsep Ibrani mengenai “damai” lebih dari sekedar lenyapnya perang. Bagi Yesaya, damai adalah sebuah kondisi yang mana didalamnya semua hal mengikuti destini mereka tanpa gangguan. Dibagian lain, nabi ini akan mengatakan singa akan berbaring dengan anak domba, dan anak-anak akan bermain dekat sarang ular tedung (Yesaya 11:7-8). Karena itu penglihatan Yesaya akan Era Mesianik akan berkulminasi dalam nubuat langi baru dan sebuah bumi baru—akan ada sebuah ciptaan baru sepenuhnya!
- Ini pada poin ini dimana kita menemukan sedikit kesulitan dalam Perjanjian Baru. Yesus telah mengklaim menjadi Mesias, tidak diragukan; tetapi pengajaran-pengajaran-Nya tentang damai terlihat menjadi bersifat kontradiksi. Yesus berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu … Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Matius 11:28). Yesus juga telah berkata, “Damai Aku berikan kepadamu”—tidak seperti yang dunia berikan ( Yohanes 14:27; 16:33).
- Damai yang Yesus bawa adalah sebuah damai yang melampaui semua pengertian. Tetapi Yesus juga telah berkata , “Aku datang bukan untuk membawa damai, tetapi sebuah pedang” (Matius 10:34); “Dalam hidup ini kamu akan mengalami kesukaran dan penganiayaan”, Yohanes 16:33 :”Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia."
- Jadi Yesus menahan prospek damai yang amat dekat seperti disampaikan Yesaya kepada murid-murid-Nya. Yesus berkata bahwa Dia telah mengutus mereka ke tengah-tengah serigala, bahwa saudara akan bangkit melawan saudara, dan orang-orang akan membenci mereka dan menyeret mereka ke hadapan para penguasa ( bandingkan dengan Lukas 21:12-19).
Kesimpulan sederhana dan terlihat jelas adalah, bahwa Yesus membawa damai dengan Allah melalui penebusan oleh kematian dan kebangkitan-Nya, dan pada akhirnya akan membawa damai total melalui pemerintahan-Nya yang ditinggikan atas seluruh bumi. Yesus telah berkata bahwa kerajaan itu telah ada didalam kita, dan bahwa kerajaan itu juga akan datang dengan cahaya-cahaya kilat di langit ( Matius 24:27; Lukas 17:20-25). Sehingga kita masih menantikan penggenapan penglihatan Yesaya tentang damai dalam dunia yang didera kesulitan.
C. Mesias Akan Memerintah Dalam Keadilan (7)
Nabi Yesaya mendeklarasikan damai dan keadilan akan menjadi karakteristik pemerintahan Mesias. Hal semacam ini belum terjadi sekarang, tetapi pasti akan datang. Itu sebabnya orang-orang Kristen berdoa, “Datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga” (Matius 6:10). Pemerintahan Mesias kemudian menjadi keadaan yang kekal- 1 Korintus 15:23-25 :
(23) Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya. (24) Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan. (25) Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya.
Semua ini akan diselesaikan oleh “semangat TUHAN” [Kata Ibrani
untuk “semangat” menggambarkan sebuah
kekuatan hasrat untuk mempertahankan
sebuah institusi atau kepemilikan yang diancam. Ketika kata itu menggambarkan
sebuah hasrat yang bersemangat untuk hal
yang salah, atau dengan motivasi yang
salah, kata itu dalam bahasa Ibrani
bermakna “kecemburuan, iri.” Tetapi ketika motifnya benar, maknanya
adalah semangat.].
Pada satu sisi “semangat” disini mengindikasikan kebencian
ilahi terhadap kehormatan yang begitu
lama diselewengkan; dan pada sisi lain,
kata Ibrani tersebut
bermakna bahwa Kasihnya menyala-nyala untuk menggenapi
janji-janji-Nya bagi umat-Nya sendiri.
Kesimpulan
Gagasan sentral nubuat Yesaya adalah sebagai berikut: Damai utuh dan kekal datang dengan pemerintahan Mesias ilahi yang adil. Nabi Yesaya percaya akan
terjadi di masa depan kelak bahwa
kemuraman pada prospek perang akan
digantikan oleh sukacita damai. Damai tersebut hanya dapat dituntaskan melalui
seorang Raja yang adalah seorang Penasihat Ajaib, Allah Perkasa, Bapa yang Kekal, dan Raja Damai. Keadilan dan
damai adalah mustahil tanpa Dia; tidak ada yang mustahil bagi Dia.
Kata-kata nabi Yesaya memberikan pengharapan bagi
generasinya. Allah tidak meninggalkan umat-Nya pada invasi dan malapetaka, tetapi telah menjanjikan
bahwa meskipun hidup dalam kemungkinan perang pada hari-hari mendatang, ada sebuah masa
depan gemilang didepan. Dan pada malam kelahiran Yesus, bangsa Israel juga
mengalami tekanan konflik dunia
dan itu membawa keputusasaan.
Kedalam dunia Yesus telah datang, secara jelas mengklaim menjadi
Mesias Israel, Raja Ajaib ini. Tetapi kedatangan pertamanya adalah untuk
meletakan dasar kemuliaan yang akan datang nantinya, yakni, kematian-Nya di salib akan
memperdamaikan orang-orang kepada Allah,
membawa mereka kedalam tempat kekal
bersama dengan Allah melalui pengampunan dosa-dosa. Dan demikian sekarang
sebagaimana kita lihat kedepan pada
kedatangan-Nya kembali, kata-kata Yesaya memberikan pengharapan bagi kita juga.
Perang-perang dan konflik-konflik memenuhi dunia; keputusasaan dan depresi
menyertai takut akan bahaya dan agresi.
Tetapi Firman Tuhan jelas: ada datang
sebuah saat damai yang utuh dan abadi
dengan datangannya sang Mesias. Ada harapan. Kita yang mengenal TUHAN dengan iman tidak perlu putus asa seperti
mereka yang tanpa pengharapan.
Tetapi apa kemudian
yang harus kita lakukan selagi kita menantikan Raja ini?
Pertama, adalah tugas kita untuk meneruskan
pelayanan Yesaya yang telah dia lakukan, untuk mengumumkan kepada dunia bahwa
satu-satunya harapan adalah Yesus sang Mesias. Kepedulian utama kita adalah
bahwa orang-orang menemukan damai kekal dengan Allah. Kita adalah duta-duta
bagi Raja ini, memanggil orang-orang lain
untuk diperdamaikan dengan Allah. Dan apakah yang menyertai selama
masa ini? Kehidupan kita pasti dimurnikan dari dosa sehingga kita dapat
menghadirkan bagi orang-orang lain, pengharapan dan keadilan. Upaya-upaya kita harus
dilakukan tanpa lelah untuk mendeklarasikan pada dunia bahwa pengharapan
damai terletak pada Yesus Kristus dan tidak ada siapapun yang lain. Dan pengedepanan untuk
memperkenalkan damai dan keadilan harus
konsisten dengan pemberitaan diri kita,
dalam keluarga-keluarga kita, komunitas-komunitas kita dan dunia kita.
Tetapi yang kedua, nas ini juga menginstruksikan kita
mengenai sumber daya-sumber daya yang tersedia bagi kita bahkan sekarang dari
Raja kita. Kita tahu bahwa:
- Yesus adalah Penasehat Ajaib, sehingga kita dapat memperoleh instruksi dan panduan bagi kehidupan-kehidupan kita dari Dia dalam Firman-Nya.
- Dia adalah Allah yang perkasa, karena semua kuasa telah diberikan kepada Dia, sehingga kita dapat mempercayai Dia untuk menuntaskan hal hebat dalam dan melalui kita.
- Dia adalah Bapa yang kekal, sehingga kita dapat menjadi tenang dalam stabilitas, mengetahui apa yang dibawa oleh Tuhan kita yang berdaulat.
- Dan, Dia adalah Raja Damai kita, sehingga kita dapat tinggal dalam Dia, tahu bahwa dikarenakan oleh Yesus Kristus semuanya baik antara kita dan Allah. Keyakinan diri yang lebih besar, dan pelayanan yang lebih hebat.
Referensi
- Bourke, Joseph. “The Wonderful Counselor.” CBQ 22 (1960):123-143.
- Brodie, Louis. “The Children and the Prince: The Structure, Nature, and Date of Isaiah 6-12.” Bib. Theol. Bull. 9 (1979):27-31.
- Carlson, R. A. “The Anti-Assyrian Character of the Oracle in Isaiah 9:1-6.” VT 24 (1974):130-135.
- Crook, Margaret B. “Did Amos and Micah Know Isaiah 9:2-7 and 11:1-9?” JBL 73 (1954):144-151.
- Driver, G. R. “Isaiah ix 5-6.” VT 2 (1952):356-357.
- Rignell, Lars G. “A Study of Isaiah 9:2-7.” T Luth Q 7 (1955):31-35.
- Snaith, Norman H. “The Interpretation of El Gibbor in Isaiah ix. 5 (EVV v. 6).” The Expository Times 52 (1940-41):36-37.
- Treves, Marco. “Little Prince Pele-Joez.” VT 17 1967):464-77.
- Wolf, Carl Umhau. “Luther on the Christmas Prophecy, Isaiah 9.” T Luth Q 5 (1953):388-90.
The Glorious Messiah and the
Messianic Age Isaiah 9:1-7|diterjemahkan dan diedit
oleh: Martin Simamora
No comments:
Post a Comment