Oleh: Martin Simamora
Mengapa
Allah yang Baik Bersanding Dengan Penderitaan?
Abraham &
Orang-Orang Era Yesus Kristus Dalam memandang Penderitaan
Ketika
diperhadapkan dengan realita penderitaan dalam berbagai rupanya, segera manusia
akan menyergap dan memberondong Allah dengan sejumlah pertanyaan yang tak
satupun manusia dapat mengerti sepenuhnya pertanyaan itu sendiri, dan demikian
juga dengan jawabannya. Abraham dalam sebuah peristiwa yang sangat unik terkait
dengan penderitaan yang akan dialami oleh penduduk kota-kota, mengajukan sebuah
penentangan yang sangat nekat untuk dilakukan oleh seorang manusia dihadapan
Allah yang mahakuasa, dengan suara lantang penuh tegoran keras menghardik
Allah: Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?" (Kejadian 18:25), sebagai responnya
terhadap ketercengangnya pada apa yang tersembunyi namun disingkapkan Allah
kepada Abraham: "Apakah Aku akan
menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan ini?” (Kej 18:17).
Dimanakah
keadilanmu ya Allah? Apakah Engkau akan membiarkan orang-orang tak bersalah
turut tersapu habis dalam murka-Mu? Masakah Hakim segenap bumi tidak menghukum
dengan adil? Bukankah pemikiran Abraham ini sama dengan pada umumnya manusia?
Apakah
Tuhan adil menyelamatkan yang satu dari malapetaka dan membiarkan yang lainnya binasa?
Dimanakah keadilan Allah sehingga tidak menyelamatkan saja seluruh kota Sodom
dan Gomora agar jangan sampai turut binasa orang-orang tak bersalah bersama-sama dengan orang-orang jahat di
mata-Nya?"bagaimana jika ada 40,30,20 dan 10 yang tak bersalah turut serta binasa?!"
sebagaimana
Abraham telah memandangnya, dunia ini diperintah dengan pandangan sedemikian
juga. Bahwa keadilan, wajib seperti ini: upah
dan pengukuman seharusnya
ditimpakan sesuai dengan perbuatan seseorang. Menyimpang dari ini, maka Allah
tidak adil atau setidak-tidaknya kurang adil! Jadi, HARUS: Penderitaan adalah
upan dosa, jadi jangan sampai menimpa orang yang tak bersalah.
Problem
penderitaan memang dipahami dalam 3
sudut pandang dalam Alkitab: