Oleh: Martin Simamora
“Ia Diserahkan
Kepada Bangsa-Bangsa Yang Tidak Mengenal Allah Untuk Mati?”
(Refleksi)
Ini adalah perkataan
Yesus yang berangkali telah terlampau usang di telinga manusia-manusia yang mengaku pengikut Sang Kristus, sebab
terlampau sering didengar dan mungkin di baca, namun malangnya bisa jadi tetap
terkurung di dalam ketaktahuan yang begitu kelam dan pekat, seperti yang pernah
dialami oleh murid-murid Sang Kristus:
Lukas
18:34 Akan tetapi mereka sama sekali tidak mengerti semuanya itu;
arti perkataan itu tersembunyi
bagi mereka dan mereka tidak tahu
apa yang dimaksudkan.
Ada 2 vonis yang
dipalukan oleh Sang Kristus [tentu saja
tak semua orang mengaku Kristen mengakui Yesus adalah Sang Kristus yang datang dari sorga, sebab realitanya ada saja yang menyatakan Yesus bukanlah sebagaimana apa
yang dinyatakan olehnya sendiri dan para murid, dan bahkan apapun yang tertulis
di dalam apa yang disebut sebagai Alkitab tidaklah menunjukan sama sekali Yesus
sekalipun Sang Kristus adalah kebenaran tunggal mengatasi kebenaran-kebenaran
dunia], yaitu:
Pertama:
Pada dasarnya tak ada bangsa yang
mengenal Allah, dan sekalipun para murid adalah murid-muridnya, mengenalnya
adalah problem yang tak terpecahkan oleh mereka, bagaimanapun. Sebabnya:“arti
perkataan itu tersembunyi bagi mereka,” sehingga bagaimanapun dekatnya dan
intensifnya mereka bersama Yesus, tetap sama sekali tidak mengerti
Kedua:
Yesus adalah kebenaran dan kekudusan
divinitas yang absolut dan satu-satunya sekalipun dunia memiliki beragam
kebenaran atau spiritualitasnya sendiri yang dijunjung. Semua itu tak diakuinya
sebab dikatakan “Ia akan diserahkan kepada bangsa-bangsa yang tak mengenal
Allah.” Apa yang begitu tajam melawan semua dunia adalah: keterkaitan diri Sang
Kristus itu begitu keras dan begitu mengatasi apapun juga kebenaran dan
spiritualitas dunia ini, sehingga dinyatakan “bangsa-bangsa yang tidak mengenal
Allah.”
Sehingga memang yang menjadi tantangan bagi orang-orang
yang mengaku pengiman Kristus adalah
kepenuhan dirinya untuk menerima bukan saja kedivinitasannya tetapi
juga kemutlakan kebenarannya yang mendatangkan penghakiman final
terhadap semua ragam kebenaran dan spiritualitas yang ada di dunia ini. Ini
keras dan akan dapat menyudutkan siapapun yang mengaku Kristen untuk menjadikan
dia sebagai Mahkota pikiranmu
atau bukan sekedar Pakaian
diri belaka; dengan kata lain: Yesus tak
pernah menjadi Tuan pikiran atau perspektif atau wawasanmu, sehingga anda tak mampu menjadikan dia sebagai satu-satunya standard kebenaran
berpikir kala memandang dunia sementara
bertoleransi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
penuh saling menghormati dan menghargai eksistensi kemanusiaannya sebagai
tetanggamu hingga sebagai sesama anak bangsa.