Oleh: Martin Simamora
Tetapi Allah Yang Bersabda: “Ikutlah Aku.”
(Refleksi)
Pernahkan anda
menanyakan (bukan mempertanyakan) perasaan cintanya kepada dirimu bagaikan saat
anda belum menikahinya, menjadi isterimu? Mencintai diriku atau dirimu oleh
pasanganmu-isterimu seharusnyalah memiliki daya magnet yang sehangat dan
secemburu saat anda belum memilikinya sebagai milikmu. Namun, bagi Yesus, mencintai dirinya sedemikian, hanya bisa terjadi dalam sebuah cara yang
sungguh berbeda, sebab harus dimulai dengan sebuah relasi yang diciptakan Sang
Kristus: “ikutlah Aku.” Mencintai memang begitu identik dengan perasaan
yang begitu spesial dan begitu tercurahnya kepada seseorang. Tetapi Yesus
memperlihatkan sebuah mencintai dirinya yang sama sekali tak akan terkerjakan
oleh perasaan dan kekuatan jiwaku semata. Setidaknya Ia telah memperlihatkannya
pada Petrus:
Yohanes
21:15-17 Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak
Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?"
Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi
Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kata
Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah
engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku
mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah
domba-domba-Ku." Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon,
anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati
Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi
Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu,
Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya:
"Gembalakanlah domba-domba-Ku.
Yesus menanyakan kasih
Petrus kepada dirinya, namun mengapakah Petrus bersedih? Ini sebetulnya bukan
soal apakah Yesus sedang meragukan kasihnya, bukan! Tetapi soal masa depan diri
Petrus yang harus berlangsung sebagaimana Yesus memandangnya dan diungkapkannya
kepada Petrus; ini bukan hal yang gampang lagi menyenangkan sebab ini adalah
mengasihi Tuhan sekalipun harus mati pada akhirnya. Petrus tak memahami mengapa
demikian caranya Sang Kristus menanyakannya, seolah meragukannyakah?