Oleh: Martin Simamora & 'Martin's Political Thought"
Ketika Apakah Akan Perang Atau Damai
Diandalkan Di Tangan Manusia - Manusia Fana Yang Fasih Mengepalkan Tinju Ketika
Bahaya Mengancam
kredit: inserbia.info |
Mendengarkan amsal latin yang berbunyi Si vis pacem, para bellum
yang bermakna “If you want peace, prepare for war” atau “jika anda menginginkan damai, bersiaplah untuk perang?” Bagaimana bisa
perang dan damai adalah sebuah pasangan yang harus hadir dalam perimbangan yang
harus benar-benar dilakukan? Apa yang harus diperhatikan adalah, amsal ini
bukan lahir dari sebuah moralitas putih nan suci tetapi lahir dari realitas
dunia manusia yang sejak awal belajar bagaimanakah kedamaian bisa ditegakan
dengan perang dan dipelihara dengan membangun kekuatan militer yang terhormat. Negara Kesatuan
Republik Indonesia, sejak pemerintahan presiden Soesilo Bambang Yudhoyono,
misalnya telah mencanangkan agar kekuatan militer kita harus memenuhi Minimum
Essential Force (MEF), sebagaimana dapat ditelusuri pada “Pidato Presiden RI Pada Penyampaian RUU APBN 2015 Beserta Nota Keuangannya di Depan Rapat Paripurna DPR-RI, Jakarta, 15 Agustus 2014.”
Apakah yang hendak ditunjukan melalui amsal latin tersebut? Hanya ada satu: damai yang diupayakan dunia ini, tidak akan pernah eksis sehingga menciptakan sterilisasi segala rupa dan skala perang di setiap titik dunia ini. Faktanya, damai dalam segala perwujudannya harus berkompetisi keras dalam gagasan-gagasan, anggaran-anggaran dan berbagai riset pengembangan berbagai rupa persenjataan pembunuh masal yang kian cerdas dan kian efektif melahirkan kematian, sekalipun semua manusia berlindung di dalam bunker-bunker atau kosntruksi-konstruksi beton dan baja yang sangat kokoh dan tebal perlindungan manusia, untuk menahan hantaman bom atau rudal-rudal pintar yang menyasar jiwa-jiwa manusia.
Apakah yang hendak ditunjukan melalui amsal latin tersebut? Hanya ada satu: damai yang diupayakan dunia ini, tidak akan pernah eksis sehingga menciptakan sterilisasi segala rupa dan skala perang di setiap titik dunia ini. Faktanya, damai dalam segala perwujudannya harus berkompetisi keras dalam gagasan-gagasan, anggaran-anggaran dan berbagai riset pengembangan berbagai rupa persenjataan pembunuh masal yang kian cerdas dan kian efektif melahirkan kematian, sekalipun semua manusia berlindung di dalam bunker-bunker atau kosntruksi-konstruksi beton dan baja yang sangat kokoh dan tebal perlindungan manusia, untuk menahan hantaman bom atau rudal-rudal pintar yang menyasar jiwa-jiwa manusia.
Mengapa demikian konsep damai yang dioperasikan dan diyakini
bersama-sama oleh semua umat manusia warga negara-negara bumi ini? Perlu
diketahui bahwa si vis pacem, para belum hanyalah penggalan dari [lihatlah
sejenak “THE ORIGINS OF WAR” dan untuk bacaan lebih serius “THE REASONS FOR WARS” dan “WAR AND PEACE- LEO TOLSTOY”] “Qui desiderat pacem, bellum praeparat; nemo
provocare ne offendere audet quem intelliget superiorem esse pugnaturem"
atau “Whosoever desires peace prepares for war; no one provokes, nor dares to
offend, those who they know know to be superior in battle” atau “siapapun
yang mendambakan damai bersiaplah untuk perang, tidak ada yang mencari
gara-gara, atau tidak juga ada yang
berani berlaku kurang ajar pada mereka yang tahu tahu untuk menjadi
superior dalam pertempuran.” Tak mengherankan bahwa Yesus Sang Mesias
telah mempersiapkan para muridnya untuk mengajarkan kepada generas-generasi berikutnya dan menghadapi perkembangan dunia di masa depan, atau di
dunia yang lebih maju kelak.
Apakah yang dikatakan Yesus terkait natur damai yang diyakini oleh pada umumnya (sebab ada beberapa negara tidak memiliki angkatan bersenjatanya sendiri) semua negara?
Apakah yang dikatakan Yesus terkait natur damai yang diyakini oleh pada umumnya (sebab ada beberapa negara tidak memiliki angkatan bersenjatanya sendiri) semua negara?
Mari kita
mendengarkannya:
“Ketika Yesus duduk di atas Bukit
Zaitun, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya untuk bercakap-cakap sendirian
dengan Dia. Kata mereka: "Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan
terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?"… Kamu
akan mendengar deru perang atau
kabar-kabar tentang perang. Namun berawas-awaslah
jangan
kamu gelisah; sebab semuanya itu
harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya. Sebab
bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan.- Matius
24:3,6-7
Jika kita membaca pernyataan Yesus Sang Mesias tersebut, maka segera terkesan betapa
suramnya dunia ini pada pandangan Yesus Sang Mesias? Mengapa Yesus begitu negatif
memandang dunia ini? Juga harus dipahami bahwa dimensi pernyataan Yesus ini
atau masa berlakunya adalah seabadi dunia ini ada, atau dengan kata lain
demikianlah keniscayaan dunia beserta isinya tanpa ada satupun berubah. Bahwa
ini adalah kebenaran seabadi sabdanya menyatakan masa depan dunia beserta keberakhirannya.
Ketika Yesus menyatakan akan pada “mendengar deru perang atau
kabar-kabar tentang perang”, maka itu semua akan terjadi di sepanjang sumbu x
keberadaan dunia ini, dimana angka
terakhir pada sumbu x tak ada manusia yang mengetahuinya tetapi jelas akan
berkesudahan pada bilangan sumbu x yang bernilai sama dengan
saat ”kedatangan Yesus kembali” yang akan menjadi “kesudahan dunia ini.”
Jadi, kesudahan dunia ini bukan oleh
bencana nuklir yang bagaimanapun juga atau apapun juga yang membinasakan
manusia, tetapi “kedatangan Yesus kembali” adalah penyebab kesudahan dunia yang berjuang membangun kedamaiannya di atas pondasi “si
vis pacem, para bellum.”
Tentu saja, jika sudah begini, siapakah lagi yang akan
percaya lagi kepada Yesus Sang Mesias, atau bahkan apakah lagi dasar bagi manusia-manusia Kristen untuk terus
mempercayai Yesus sebagai sumber kebenaran dan pendamaian dunia? Sementara
memang begitu rasional untuk diargumentasikan untuk meninggalakn kebenaran pada Yesus (jadi ini tidak perlu menantikan sebuah kemurtadan karena tekanan dan aniaya yang mengerikan akibat gagal mempertahankan iman dalam ancaman maut, tetapi cukup sebuah ketakharmonisan antara realitas dan pengharapan pada Mesias- ini sebanding dengan Mazmur 73, atau dapat diperbandingkan dengan situasi dalam Yohanes 6:60-61,66-67), tetapi sekalipun demikian, Yesus
menegaskan itu bukan argumentasi untuk merendahkan-Nya tetapi dinyatakannya
sebagai sebuah kemurtadan jika ada seorang pengikut Kristus meninggalkannya
berdasarkan realitas dunia dengan
kebenarannya yang berbunyi si vis pacem, para bellum ternyata tak sesuai dengan pengharapannya pada Sang Mesias. Perhatikanlah peringatan
Yesus berikut ini:
“Akan tetapi semuanya itu barulah
permulaan penderitaan menjelang zaman baru. Pada waktu itu kamu akan diserahkan
supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena
nama-Ku, dan banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan
saling membenci.- Matius 24:8-10
Dunia yang hidup berpondasikan si vis pacem, para bellum
telah dinyataan Yesus bukan sekedar akan melahirkan perang demi perang beserta kekejaman kemanusiaannya, tetapi
juga akan mendatangkan ancaman, kemelaratan dan hancurnya damai dan keindahan
anak-anak Tuhan karena perang tak mengenal usia, agama atau keyakinan dan
apakah anda memiliki kebencian atau tidak. Perang akan menggilas peradaban ini
hingga kebencian menyasar apakah dan siapakah yang anda yakini itu. Dan menjadi
murtad adalah pilihan rasional pada banyak orang, bahkan sekelas Pelihat dan Pemuji pun nyaris tergelincir- Mazmur 73. Perhatikan: banyak!
Jika anda mengharapkan kehidupan damai pada dan terjadi di dunia yang
mengagungkan si vis pacem, para bellum sebagai sebuah rasionalitas terbaik dan paling
diterima dalam pergaulan antar bangsa dan diatur dalam Perserikatan
Bangsa-Bangsa dengan KONVENSIperangnya, maka anda akan menemukan kekecewaan dan kehilangan rasionalitas dalam memandang Yesus Sang
Mesias yang menyabdakan perang sebagai keniscayaan dalam etika yang dimaklumi seluruh bumi dalam membangun
kemanusiaan yang beradab menurut ukuran-ukuran dunia yang serba relatif.
Yesus Kristus tak pernah sama sekali menawarkan sebuah
rasionalitas semu terhadap begitu tajamnya dan begitu menghanguskannya
kekerasan dan perang terhadap daging tubuh ini. Ia tak menawarkan rasionalitas
tetapi ia memberikan sebuah dasar teguh yang aman kala anda pada suatu waktu
tertentu-jika masih di dunia ini- berada dalam badai perang:
Namun berawas-awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus
terjadi, tetapi itu belum kesudahannya.- Matius 24:6
Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, menurut
firman yang disampaikan oleh nabi Daniel--para pembaca hendaklah memperhatikannya—Matius
24:15
Kalau ditanyakan apakah puncak perang dari segala perang?
Saat perang dinyatakan Yesus pada ayat 6, itu adalah perang yang sangat kita
kenal dan dapat kita saksikan di televisi-televisi. Bahkan perang semacam ini dapat kita jumpai dalam literature-literatur
sejarah. Jadi perang pada ayat 6 akan senantiasa berulang dari waktu ke waktu. Tak
akan pernah ada damai abadi sebab semua percaya akan si vis pacem, para bellum,
yang celakanya pada masing-masing bangsa atau negara memiliki nilai, norma dan
batas-batas berakhirnya diplomasi untuk berganti dengan artikulasi-artikulasi
milieristik dalam berbagai modenya.
Perang pada Matius 24:15 jelas jenis perang yang ketika tiba
saatnya maka kesudahannya telah
terdefinisikan sebelum semua terjadi, secara baik. Inilah father of all wars dan sekaligus mother
of all wars. Coba perhatikan ini baik-baik:
Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus,
menurut firman yang disampaikan oleh nabi Daniel--para pembaca hendaklah memperhatikannya--
maka orang-orang yang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan. Orang
yang sedang di peranginan di atas rumah janganlah ia turun untuk mengambil
barang-barang dari rumahnya, dan orang yang sedang di ladang janganlah ia
kembali untuk mengambil pakaiannya. Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau
yang menyusukan bayi pada masa itu. Berdoalah, supaya waktu kamu melarikan diri
itu jangan jatuh pada musim dingin dan jangan pada hari Sabat. Sebab pada masa
itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak
awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi. Dan sekiranya
waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada
yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu akan dipersingkat.
Dan sekiranya
waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang
selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu akan
dipersingkat. Pada waktu itu jika orang berkata kepada kamu: Lihat, Mesias ada
di sini, atau Mesias ada di sana, jangan kamu percaya. Sebab Mesias-mesias
palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda
yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka
menyesatkan orang-orang pilihan juga. Camkanlah, Aku sudah mengatakannya terlebih dahulu
kepadamu. – Matius 24:15
Yesus Sang Mesias bukannya tak tahu betapa saat itu akan
menjadi saat yang paling menakutkan bagi kemanusiaan semua umat manusia. Bahkan
PBB dengan pasukan perdamaian pun tidak akan berfungsi sama sekali, saat “Pembinasa
Keji Berdiri di tempat Kudus” atau dalam bahasa lugas, saat “perang di atas
segala perang” tiba pada fasenya. Sang Mesias berkata, jika itu tiba sementara
anda hidup di era itu maka: selamatkanlah dirimu atau pergilah menjauh demi
nyawamu sendiri (haruslah melarikan diri
ke pegunungan); kepada kaum yang paling lemah atau wanita, maka Yesus
berkata bahwa mereka yang termalang dalam era perang di atas segala perang (Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau
yang menyusukan bayi pada masa itu). Ini adalah realitas perang, bukan realitas iman. Sementara anda adalah orang-orang sipil yang tak bersenjata bahkan bisa jadi telah terisolasi dari kehidupan normal maka demi kemanusiaan itu sendiri anda boleh berupaya menyelematkan diri sejauh anda non combatan sementara anda teguh kokoh dan kematian karena iman kepada Yesus Sang Mesias tak menjadi masalah. Kita juga harus memperhatikan bahwa Yesus Sang Mesias kepada Yohanes dalam Kitab Wahyu menyatakan realitas ini pada aspek terkeras dalam perang itu sendiri:
Dan ia diperkenankan untuk berperang melawan
orang-orang kudus dan untuk
mengalahkan mereka; dan kepadanya diberikan kuasa atas setiap suku dan
umat dan bahasa dan bangsa.- Wahyu 13:7
Barangsiapa
bertelinga, hendaklah ia mendengar! Barangsiapa
ditentukan untuk ditawan, ia akan ditawan; barangsiapa ditentukan untuk dibunuh dengan pedang, ia harus
dibunuh dengan pedang. Yang
penting di sini ialah ketabahan dan iman orang-orang kudus.- Wahyu 13:9-10
Dan aku
mendengar malaikat yang berkuasa atas air itu berkata: "Adil Engkau,
Engkau yang ada dan yang sudah ada, Engkau yang kudus, yang telah menjatuhkan
hukuman ini. Karena mereka telah
menumpahkan darah orang-orang kudus dan para nabi, Engkau juga telah
memberi mereka minum darah; hal itu wajar bagi mereka!"- Wahyu 16:5-6
Dan seorang
malaikat yang kuat, mengangkat sebuah batu sebesar batu kilangan, lalu
melemparkannya ke dalam laut, katanya: "Demikianlah Babel, kota besar itu,
akan dilemparkan dengan keras ke bawah, dan ia tidak akan ditemukan lagi. Dan suara
pemain-pemain kecapi dan penyanyi-penyanyi, dan peniup-peniup seruling dan
sangkakala, tidak akan kedengaran lagi di dalammu, dan seorang yang ahli dalam
sesuatu kesenian tidak akan ditemukan lagi di dalammu, dan suara kilangan tidak
akan kedengaran lagi di dalammu. Dan cahaya lampu tidak akan bersinar lagi di
dalammu, dan suara mempelai laki-laki dan pengantin perempuan tidak akan
kedengaran lagi di dalammu. Karena pedagang-pedagangmu adalah pembesar-pembesar
di bumi, oleh ilmu sihirmu semua bangsa disesatkan." Dan di
dalamnya terdapat darah nabi-nabi dan orang-orang kudus dan darah
semua orang, yang dibunuh di bumi.- Wahyu 18:21-24
Lalu aku melihat
takhta-takhta dan orang-orang yang duduk di atasnya; kepada mereka diserahkan
kuasa untuk menghakimi. Aku juga melihat jiwa-jiwa
mereka, yang telah dipenggal
kepalanya karena kesaksian
tentang Yesus dan karena firman Allah; yang tidak menyembah
binatang itu dan patungnya dan yang tidak juga menerima tandanya pada dahi dan
tangan mereka; dan mereka hidup kembali dan memerintah sebagai raja
bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun.- Wahyu 20:4
Ketika saya mengatakan perang diatas segala perang maka ini
lebih mengerikan daripada perang yang dapat diciptakan
oleh ICBM (intercontinental
ballistic missile) atau misil balistik lintas benua berhulu ledak nuklir, atau
perang-perang apapun yang dilancarkan oleh sekaligus 10 kapal induk nuklir
terhadap lawan-lawannya, atau bahkan oleh armada laut hitam Rusia, atau bahkan
jika kini terjadi perang antara Rusia dan Nato di daratan Eropa.
Mengapa? Karena Yesus berkata, hanya Dia yang dapat
menghentikannya sehubungan dengan doa orang-orang percaya kepada Sang Kristus:
“akan
tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu akan dipersingkat.”
Kelam dan sadisnya tragedi perang diatas segala perang ini disajikan oleh Yesus
dalam sebuah suasana yang benar-benar tak ada satupun negara dengan kekuatan
militernya yang dapat menyudahinya, bahkan menjadi alasan terpadat untuk
berhenti percaya kepada Kristus bahkan semuanya akan binasa : sekiranya
waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang
selamat.” Entah bagaimana
menjelaskannya secara jernih dan lugas, tetapi yang jelas situasi ini tidak datang
secara otentik dari negara-negara adi daya, tetapi dari:
Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, menurut firman yang disampaikan
oleh nabi Daniel
sebagaimana Sang
Mesias sendiri bersabda.
Sang Kristus oleh sebab itu berkata damai dalam sebuah
realitas yang berbeda, sekaligus menunjukan bahwa hanya Ia saja yang dapat
memberikan damai dan menyudahi si vis pacem, para bellum:
Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai
sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia
kepadamu- Yohanes 14:27
Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu
beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah
hatimu, Aku telah mengalahkan dunia."- Yohanes 16:33
Kebenaran ini telah dinyatakan para murid-Nya sebagai
kebenaran tak berkias kata tetapi lugas dan gamblang:
Semuanya ini Kukatakan kepadamu
dengan kiasan. Akan tiba saatnya Aku tidak lagi berkata-kata kepadamu dengan
kiasan, tetapi terus terang memberitakan Bapa kepadamu. Pada hari itu kamu akan
berdoa dalam nama-Ku. Dan tidak Aku katakan kepadamu, bahwa Aku meminta bagimu
kepada Bapa, sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku
dan percaya, bahwa Aku datang dari Allah. Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam
dunia; Aku meninggalkan dunia pula dan pergi kepada Bapa." Kata
murid-murid-Nya: "Lihat, sekarang Engkau terus terang berkata-kata dan Engkau tidak
memakai kiasan. Sekarang kami tahu, bahwa Engkau
mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang bertanya kepada-Mu.
Karena itu kami percaya, bahwa Engkau datang dari Allah."- Yohanes
16:25-30
Bisakah anda menjawab sumber damai
sejahtera para murid Kristus sementara hidup di dunia yang sama dengan saya dan
anda saat ini, dunia yang menjunjung tinggi si vis pacem, para bellum? Sumbernya
adalah: SEKARANG KAMI TAHU, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu!
Kesudahan dunia ini telah tedefinisikan dalam genggaman
tangan Yesus! “Engkau mengetahui segala sesuatu! Itulah dasar percaya bahwa
Yesus memang dari Allah, sebagaimana Ia
sendiri berkata kepada semua manusia.
Bagaimana dengan anda, hai yang mengaku Kristen atau percaya
kepada Kristus? Anda kian tangguh beriman kepada Yesus sekalipun dunia ini
adalah dunia si vis pacem, para bellum? Ataukah sudah stop percaya setinggi sebelumnya, sekarang..
ya jangan terlalu tinggilah. Yesus saja
tak menghentikan perang.
Dalam dunia si vis
pacem, para bellum, sumber ketaksejahteraan adalah ketakpastian, Bagaimana
mungkin Asia dipastikan akan senantiasa jadi salah satu pusat pertumbuhan dunia
jika saat ini saja gugus tempur Carl Vinson bersiaga perang nuklir
dengan Korea Utara?! Anda pikir kita yang tinggal di Indonesia tak akan
berdampak? Saya dan anda tak tahu akan ada berapa balistik nuklir meledak di
kawasan Asia berterbangan dan menciptakan bencana nuklir yang lahir dari
cendawan raksasa ledakan bom nuklir dan akan menyebarkan debu-debu radioaktif
yang akan bergerak di langit Asia, di langit Jawa, langit Kalimantan, misalnya?
Pada akhirnya kita serba tak tahu.
Tetapi Yesus serba
tahu (karena Ia dari Allah) bukan saja
dalam hal kengerian dan kedahsyatan perang di atas segala perang itu, tetapi Ia
sendirilah yang menyudahinya bagi dunia ini:
Segera sesudah siksaan pada masa itu, matahari akan menjadi
gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit
dan kuasa-kuasa langit akan goncang. Pada
waktu itu akan tampak tanda
Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat
Anak Manusia itu datang di
atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.- Matius
24:29-30
Akan ada sebuah momen publik atau terbuka di dunia ini yang
disaksikan semua bangsa sementara dunia si vis pacem, para bellum sedang berada
pada ujung perang di atas segala perang itu, yaitu Sang Mesias datang. Ini bukan
momentum rahasia atau lokalitas, sebagaimana juga pada momentum perang di atas
segala perang, bukanlah momentum rahasia tetapi sebuah peristiwa yang
menenggelamkan dunia ke dalam lautan darah dan musnahnya nilai-nilai
kemanusiaan itu sendiri.
Di atas semuanya itu, mengapa Yesus serba tahu akan kesudahan
dunia ini, adalah pada fakta sementara dunia ini akan diliputi perang diatas
segala perang, namun pemberitaan injil (entah bagaimanakah caranya) akan terus
berlangsung sampai semuanya berakhir. Ini untuk dipikirkan akan terlampau
sukar, tetapi begitulah Yesus bersabda
dalam momen perang diatas segala perang itu:
Dan Injil Kerajaan ini akan
diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu
barulah tiba kesudahannya."- Matius 24:14
Mengapa pemberitaan injil menjadi begitu penting? Hanya satu
saja alasannya, yaitu: semua sabdanya berlaku sekalipun dunia ini telah lenyap:
“Langit dan bumi akan berlalu, tetapi
perkataan-Ku tidak akan berlalu.”- Matius 24:35
Eksistensi Yesus bahkan adalah eksistensi yang mengatasi
apapun yang dapat dikenal manusia sebagai eksistensi. Kita tahu bahwa sebelum
ruang, waktu dan materi ada [atau jika tidak kesemua itu maka mungkin salah satunya jadi penting terkait eksistensi- misal baca artikel BBC ini], maka tiada pernah ada yang disebut eksistensi.
Lalu siapakah atau apakah
Yesus jika ia berkata “langit
dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu?
SOLI DEO GLORIA
No comments:
Post a Comment