Oleh: Martin Simamora
Ketika Kudeta
Membayang-Bayangi Sebuah Pemerintahan Sah Yang Lemah, Tak Pernah Ada Pemenang
Selain Penderitaan Panjang
Before the military coup in Chile, we had the idea that
military coups happen in Banana Republics, somewhere in Central America. It
would never happen in Chile. Chile was such a solid democracy. And when it
happened, it had brutal characteristics.- Isabel Allande
Sebelum kudeta militer di Chile, kita memiliki pemikiran
bahwa kudeta-kudeta militer terjadi di Republik Pisang (sederhananya
terminologi politik untuk negara-negara
lemah dengan instabilitas politik
berkepanjangan dan ekonomi yang bergantung pada ekspor SDA yang terbatas), di
suatu tempat di Amerika Tengah. Kudeta tak akan pernah terjadi di Chili. Chili
adalah negara dengan demokrasi kuat. Dan
ketika kudeta terjadi, kudeta terjadi dengan karakteristik-karakteristik
brutal- Isabel Allande
Pada kenyataannya, sejak era purba hingga era politik modern,
ketakpastian politik sebuah pemerintahan adalah hal yang sangat mencekam bukan
saja bagi masa depan sebuah kerajaan
atau negara, tetapi masa depan setiap manusia yang menjadi warga negara
didalamnya. Itu sebabnya dalam derajat-derajat tertentu ketakpastian politik
menciptakan destabilitas hingga melahirkan instabilitas yang merampas keamanan
dan kesejahteraan rakyatnya, lalu eksodus berlangsung baik secara damai atau
dalam situasi berdarah.
Mari sejenak membaca stanza yang dituliskan pujangga Inggris
kelahiran Nairobi Warshan Shire:
No one leaves home unless
Home is the mouth of a shark
You only run for border
When you see the whole city
Running as well
Tidak ada yang meninggalkan rumah
kecuali
Rumah adalah mulut seekor hiu
Kamu hanya berlari menuju perbatasan
Ketika kamu melihat semua kota
Berlarian juga
Menunjukan betapa
mengungsi dari negeri sendiri atau dari tanah air sendiri bukan dambaan setiap
manusia, kecuali negerinya atau pemerintahannya adalah mulut Hiu bagi keamanan
dan damai sejahtera bagi rakyatnya sendiri.
Realitas kejam ini
merupakan situasi kemanusiaan yang luar biasa. Bahwa jika sebuah negeri adalah
mulut seekor Hiu bagi warganya maka para pengungsi memang membutuhkan
pernaungan kemanusiaan atas nama kemanusiaan itu sendiri. Ini adalah tindakan kemanusiaan demi kemanusiaan itu
sendiri. Alkitab bahkan bersuara; Tuhan bahkan bersabda atas aspek kekacauan
dan kegentingan politik dimana tatanan sebuah rejim telah kacau balau.
Perhatikan hal ini:
Apabila seorang asing tinggal padamu
di negerimu, janganlah kamu menindas dia. Orang
asing yang tinggal padamu harus sama bagimu seperti orang Israel
asli dari antaramu, kasihilah dia seperti dirimu sendiri, karena kamu juga orang asing dahulu di tanah Mesir;
Akulah TUHAN, Allahmu. Janganlah kamu berbuat
curang dalam peradilan, mengenai ukuran, timbangan dan sukatan. Neraca yang
betul, batu timbangan yang betul, efa yang betul dan hin yang betul haruslah
kamu pakai; Akulah TUHAN, Allahmu
yang membawa kamu keluar dari tanah Mesir. Demikianlah kamu harus berpegang
pada segala ketetapan-Ku dan segala peraturan-Ku serta melakukan semuanya itu;
Akulah TUHAN."- Imamat 19:33-37
Komparasi pada teks di
atas tersebut sungguh luar biasa, sebab diukurkan dengan keadaan Israel yang
mengalami kehidupan politik yang jauh dari kesetaraan selain diskriminasi
hingga kedalam perbudakan oleh bangsa lain dimana mereka berupaya bertahan
hidup sebagai bangsa taklukan. “Karena
kamu juga orang asing dahulu di tanah
Mesir.”
Ini adalah kehidupan
menampung bangsa lain yang keadaannya
sama beratnya dengan keadaan Israel di negeri Mesir, tetapi sekarang
janganlah Israel seperti Mesir dahulu terhadap Isral yaitu “Janganlah kamu berbuat curang dalam
peradilan, mengenai ukuran, timbangan dan sukatan. Neraca yang betul, batu
timbangan yang betul, efa yang betul dan hin yang betul haruslah kamu pakai.”
Dengan kata lain, agar
jangan sampai mereka keluar dari mulut Hiu jatuh ke dalam mulut buaya, tetapi
kasihilah mereka.
Tetapi, tentu saja
harus dipahami bahwa kepada umat-Nya, Tuhan sendiri tegas berkata bahwa dasar
kebenaran tindakan ini bukan kasih yang lahir dari keluhuran moral manusia
tetapi lahir dari Tuhan sehingga umat-Nya bertindak di dalam kebenaran yang
hanya ada pada Tuhan yang membebaskan mereka dari Mesir. Tuhan sendiri yang menjadi satu-satunya dasar
mengapa mereka harus mengasihi bangsa asing sedemikian besarnya, karena Allah
telah lebih dahulu mengasihi mereka:” Akulah
TUHAN, Allahmu yang membawa kamu keluar dari tanah Mesir. Demikianlah
kamu harus berpegang pada segala ketetapan-Ku dan segala peraturan-Ku
serta melakukan semuanya itu; Akulah TUHAN.”
Sehingga dapat
dikatakan bahwa Tuhan ada dan bertindak sangat dekat dengan dunia yang penuh
dengan ketakpastian politik ini, dan didalam situasi ini, Ia menunjukan betapa
manusia tak lebih dari manusia-manusia yang saling memakan sesamanya dalam
kebanggaan penindasan, sekaligus menunjukan hanya Tuhan saja sumber kemanusiaan
bermartabat dan tidak ada yang lain. Para pengungsi hidup dalam pernaungan
bangsa yang mengenal Allah yang terlebih dahulu telah mengasihi mereka dengan
kasih-Nya yang begitu besar kepada mereka.
Ketakpastian
Politik & Bayang-Bayang Kudeta
Ada beberapa catatan
penting yang menggambarkan kegentingan
politik sebuah rejim atau kerajaan dalam Alkitab,yang melibatkan upaya-upaya
kudeta:
Raja Daud telah tua dan lanjut
umurnya, dan biarpun ia diselimuti, badannya tetap dingin. … Lalu Adonia,
anak Hagit, meninggikan
diri dengan berkata: "Aku ini mau menjadi raja." Ia melengkapi
dirinya dengan kereta-kereta dan orang-orang berkuda serta lima puluh orang
yang berlari di depannya. Selama hidup Adonia ayahnya belum pernah menegor dia
dengan ucapan: "Mengapa engkau berbuat begitu?" Iapun sangat
elok perawakannya dan dia adalah anak pertama sesudah Absalom.
Maka berundinglah ia dengan Yoab, anak Zeruya dan dengan imam
Abyatar dan mereka menjadi pengikut dan pembantu Adonia. Tetapi
imam Zadok dan Benaya bin Yoyada dan nabi Natan dan Simei dan Rei dan para
pahlawan Daud tidak memihak kepada Adonia. Sesudah itu Adonia
mempersembahkan domba, lembu dan ternak gemukan sebagai korban dekat batu
Zohelet yang ada di samping En-Rogel, lalu mengundang semua saudaranya,
anak-anak raja, dan semua orang Yehuda, pegawai-pegawai raja; tetapi nabi Natan
dan Benaya dan para pahlawan dan Salomo, adiknya, tidak diundangnya. Lalu berkatalah Natan kepada Batsyeba,
ibu Salomo: "Tidakkah
engkau mendengar, bahwa Adonia
anak Hagit, telah menjadi raja,
sedang tuan kita Daud tidak mengetahuinya?
Ini adalah kudeta yang
memanfaatkan kelemahan Sang Raja, ia sudah tua dan sudah tidak lagi tangguh
memimpin kerajaannya dan mengendalikan kekuatan militernya. Sekalipun ia memiliki
pasukan-pasukan elit yang lebih dikenal sebagai para pahlawan Daud, tetapi ia
tidak dapat menggerakannya, sebab sudah terlampau tua untuk menjaga kewibawaan
kerajaannya. Untuk mengetahui kekuatan pasukan khusus atau para pahlawan Daud,
maka deskripsi ini dapat memberikan gambarannya:
“Inilah
nama para pahlawan yang mengiringi Daud: Isybaal, orang Hakhmoni, kepala
triwira; ia mengayunkan tombaknya melawan delapan ratus orang yang tertikam
mati dalam satu pertempuran. Dan sesudah dia, Eleazar anak Dodo, anak seorang
Ahohi; ia termasuk ketiga pahlawan itu. Ia ada bersama-sama Daud, ketika mereka
mengolok-olok orang Filistin, yang telah berkumpul di sana untuk berperang,
padahal orang-orang Israel telah mengundurkan diri. Tetapi ia bangkit dan
membunuh demikian banyak orang Filistin sampai tangannya lesu dan tinggal
melekat pada pedangnya. TUHAN memberikan pada hari itu kemenangan yang besar.
Rakyat datang kembali mengikuti dia, hanya untuk merampas. Sesudah dia, Sama,
anak Age, orang Harari. Ketika orang Filistin berkumpul di Lehi--di sana ada
sebidang tanah ladang penuh kacang merah--dan tentara telah melarikan diri dari
hadapan orang Filistin, maka berdirilah ia di tengah-tengah ladang itu, ia
dapat mempertahankannya dan memukul kalah orang Filistin. Demikianlah diberikan
TUHAN kemenangan yang besar. Sekali datanglah tiga orang dari ketiga puluh
kepala mendapatkan Daud, menjelang musim menuai, dekat gua Adulam, sedang
sepasukan orang Filistin berkemah di lembah Refaim. Pada waktu itu Daud ada di
dalam kubu gunung dan pasukan pendudukan orang Filistin pada waktu itu ada di
Betlehem. Lalu timbullah keinginan pada Daud, dan ia berkata: "Sekiranya
ada orang yang memberi aku minum air dari perigi Betlehem yang ada dekat pintu
gerbang!" Lalu ketiga pahlawan itu menerobos perkemahan orang Filistin,
mereka menimba air dari perigi Betlehem yang ada dekat pintu gerbang,
mengangkatnya dan membawanya kepada Daud. Tetapi Daud tidak mau meminumnya,
melainkan mempersembahkannya sebagai korban curahan kepada TUHAN, katanya:
"Jauhlah dari padaku, ya TUHAN, untuk berbuat demikian! Bukankah ini darah
orang-orang yang telah pergi dengan mempertaruhkan nyawanya?" Dan tidak
mau ia meminumnya. Itulah yang dilakukan ketiga pahlawan itu. Abisai, adik
Yoab, anak Zeruya, dialah kepala ketiga puluh orang itu. Dan dialah yang
mengayunkan tombaknya melawan tiga ratus orang yang mati ditikamnya; ia
mendapat nama di antara ketiga puluh orang itu. Bukankah ia yang paling
dihormati di antara ketiga puluh orang itu? Memang ia menjadi pemimpin mereka,
tetapi ia tidak dapat menyamai triwira itu. Selanjutnya Benaya bin Yoyada, anak
seorang yang gagah perkasa, yang besar jasanya, yang berasal dari Kabzeel; ia
menewaskan kedua pahlawan besar dari Moab. Juga pernah ia turun ke dalam lobang
dan membunuh seekor singa pada suatu hari bersalju. Pula ia membunuh seorang
Mesir, seorang yang tinggi perawakannya; di tangan orang Mesir itu ada tombak,
tetapi ia mendatanginya dengan tongkat, merampas tombak itu dari tangan orang
Mesir itu, lalu membunuh orang itu dengan tombaknya sendiri. Itulah yang
diperbuat Benaya bin Yoyada; ia mendapat nama di antara ketiga puluh pahlawan
itu Di antara ketiga puluh orang itu ia paling dihormati, tetapi ia tidak dapat
menyamai triwira. Dan Daud mengangkat dia mengepalai pengawalnya.- 2 Samuel 23:1-23”
Dalam tubuh militer
kerajaan Daud, satuan-satuan elit bersama 2 tokoh pahlawan di masa tua Daud
yaitu Simei dan Rei, telah menolak untuk berpartisipasi dalam upaya kudeta
Kerajaan Daud.
Kemencekaman dan
kegentingan politik tercekam sedang menyelimuti raja Daud sebab kini pemerintahannya
secara perlahan digerogoti oleh perpecahan dan konspirasi yang melemahkan
pemerintahan dan ia sebagai raja diam saja, sebab dalam posisi terlemahnya
sebagai panglima militer tertinggi. Beginilah kemencekaman dan kegentingan
politik dalam kerajaan Daud itu:
“Sesudah itu Adonia mempersembahkan
domba, lembu dan ternak gemukan sebagai korban dekat batu Zohelet yang ada di
samping En-Rogel, lalu mengundang semua saudaranya, anak-anak raja, dan semua
orang Yehuda, pegawai-pegawai raja; tetapi nabi Natan dan Benaya dan para
pahlawan dan Salomo, adiknya, tidak diundangnya. Lalu berkatalah Natan kepada Batsyeba, ibu Salomo: "Tidakkah engkau mendengar, bahwa Adonia anak Hagit, telah menjadi raja, sedang tuan
kita Daud tidak mengetahuinya?”
Upaya-upaya kudeta
dapat berlangsung dalam sebuah kesenyapan dan kedamaian bahkan akan sangat religius
pada penampilannya, bagaimana tidak
jika upaya menggalang kekuatan kudeta didahului dengan “Adonai
mempersembahkan domba,lembu dan ternak gemukan sebagai korban dekat batu
Zohelet” yang mana peribadahan tersebut dihadiri oleh para politisi,
para penguasa dengan pengecualian pada para tokoh agama yang menentang
konspirasi jahat ini. “mengundang semua saudaranya, anak-anak raja,
dan semua orang Yehuda, pegawai-pegawai raja; tetapi nabi Natan dan Benaya dan
para pahlawan dan Salomo, adiknya, tidak diundangnya.”
Salomo, kandidat dan penerus sah yang ditentukan Tuhan sebagai pengganti Daud tidak diundang. Daud dikudeta
dengan menyingkirkan Salomo dengan menggalang kekuatan politik pada tatar elit
hingga pada tatar rakyat banyak dan segenap aparatur negara atau kerajaan Daud:
“mengundang
semua saudaranya, anak-anak raja, dan semua orang Yehuda,
pegawai-pegawai raja.”
Daud sudah lemah dan
tak memegang pemerintahannya secara efektik dan para pahlawan atau pasukan
komandonya tidak dapat berbuat apa-apa selain menolak untuk bergabung kedalam
upaya kudeta tersebut.
Salomo sebagai anak
Daud yang seharusnya naik takhta
menggantikan Daud, sekalipun lemah dan tak berdaya menghadapi kudeta yang
berhasil ini, namun ia yang dikasihi Allah:
Kemudian Daud menghibur hati
Batsyeba, isterinya; ia menghampiri perempuan itu dan tidur dengan dia, dan
perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki, lalu Daud memberi nama Salomo kepada anak itu. TUHAN mengasihi anak ini dan dengan perantaraan nabi Natan Ia
menyuruh menamakan anak itu Yedija,
oleh karena TUHAN. – 2 Samuel 12:24-25
Salomo sendiri tak
dapat berbuat apa untuk menolong ayahnya, juga tidak bagi nabi Natan, untuk
sendirian dengan kekuatannya sendiri menghadapi konspirasi kudeta semacam ini: “ia dengan Yoab, anak Zeruya dan dengan imam Abyatar dan
mereka menjadi pengikut dan pembantu Adonia.”
Lalu bagaimanakah seharusnya
situasi mencekam dan genting ini harus
diatasi, sementara kudeta telah berlangsung? Jawabnya hanya dapat diatasi oleh
Raja Daud. Tentu saja kita harus memahami bahwa Daud tidak bisa digeser begitu
saja sebab pasukan-pasukan elitnya tetap setia kepada Daud. Bukan hanya itu, di
sisi Daud masih berdiri nabi Natan yang sangat mengetahui siapakah penerus
Daud, dan sang nabi mendampingi isteri Daud dan memberikan petunjuk-petunjuk
untuk menghadapi situasi mencekam dan genting tersebut. Itu sebabnya situasi
genting ini tidak dapat begitu saja memusnahkan kekuasaan dan pengaruh politik
Daud dalam posisi terlemahnya sekalipun, sebagaimana hal ini ternyatakan dalam
tindakan kenegaraan dan politik seorang
raja yang sah melawan raja hasil kudeta:
1Raja-Raja1:11- Lalu berkatalah Natan
kepada Batsyeba, ibu Salomo: "Tidakkah engkau mendengar, bahwa Adonia anak
Hagit, telah menjadi raja, sedang tuan kita Daud tidak mengetahuinya? Karena
itu, baiklah kuberi nasihat kepadamu, supaya engkau dapat menyelamatkan nyawamu
dan nyawa anakmu Salomo. Pergilah masuk menghadap raja Daud dan katakan
kepadanya: Bukankah tuanku sendiri, ya rajaku, telah bersumpah kepada hambamu
ini: Anakmu Salomo, akan menjadi raja sesudah aku dan dialah yang akan duduk di
atas takhtaku? Mengapakah sekarang Adonia menjadi raja? Dan selagi engkau
berbicara di sana dengan raja, akupun akan masuk pula dan menyokong perkataanmu
itu." Jadi masuklah Batsyeba menghadap raja ke dalam kamarnya. Waktu itu
raja sudah sangat tua dan Abisag, gadis Sunem itu, melayani raja. Lalu Batsyeba
berlutut dan sujud menyembah kepada raja. Raja bertanya: "Ada yang
kauingini?" Lalu perempuan itu berkata kepadanya: "Tuanku sendiri
telah bersumpah demi TUHAN, Allahmu, kepada hambamu ini: Anakmu Salomo akan
menjadi raja sesudah aku, dan ia akan duduk di atas takhtaku. Tetapi sekarang,
lihatlah, Adonia telah menjadi raja, sedang tuanku raja sendiri tidak
mengetahuinya. Ia telah
menyembelih banyak lembu, ternak gemukan dan domba, dan telah mengundang semua
anak raja dan imam Abyatar dan Yoab, panglima itu, tetapi hambamu Salomo
tidak diundangnya. Dan kepadamulah, ya tuanku raja, tertuju mata seluruh orang
Israel, supaya engkau memberitahukan kepada mereka siapa yang akan duduk di
atas takhta tuanku raja sesudah tuanku. Nanti aku ini dan anakku Salomo dituduh
bersalah segera sesudah tuanku raja mendapat perhentian
bersama-sama dengan nenek moyangnya." Selagi Batsyeba berbicara dengan
raja, datanglah nabi
Natan. Diberitahukan kepada raja: "Itu ada nabi
Natan." Masuklah ia menghadap raja, lalu sujud menyembah kepada raja
dengan mukanya sampai ke tanah. Natan berkata: "Ya tuanku raja, tuanku sendirilah
rupa-rupanya yang telah berkata: Adonia akan menjadi raja sesudah aku dan ia
akan duduk di atas takhtaku! Sebab pada hari ini ia telah menyembelih banyak
lembu, ternak gemukan dan domba; ia mengundang semua anak raja, para panglima dan imam
Abyatar, dan sesungguhnya mereka sedang makan minum di depannya sambil
berseru: Hidup raja Adonia! Tetapi hambamu ini, dan
imam Zadok dan Benaya bin Yoyada dan hambamu Salomo tidak diundangnya.
Jika hal ini terjadi dari pihak tuanku raja, maka engkau tidak memberitahu
hamba-hambamu ini, siapa yang akan duduk di atas takhta tuanku raja sesudah
tuanku." Lalu raja Daud menjawab, katanya: "Panggillah
Batsyeba." Perempuan itu masuk menghadap raja dan berdiri di depannya. Lalu
raja bersumpah dan berkata: "Demi TUHAN yang hidup, yang telah membebaskan
nyawaku dari segala kesesakan, pada hari ini aku akan melaksanakan apa yang
kujanjikan kepadamu demi TUHAN, Allah Israel, dengan sumpah ini: Anakmu Salomo
akan menjadi raja sesudah aku, dan dialah yang akan duduk di atas takhtaku
menggantikan aku." Lalu Batsyeba berlutut dengan mukanya sampai ke tanah;
ia sujud menyembah kepada raja dan berkata: "Hidup tuanku raja Daud untuk
selama-lamanya!" Lagi kata raja Daud: "Panggillah imam Zadok, nabi Natan dan Benaya
bin Yoyada." Mereka masuk menghadap raja, dan raja berkata
kepada mereka: "Bawalah para pegawai tuanmu ini, naikkan anakku Salomo ke
atas bagal betina kendaraanku sendiri, dan bawa dia ke Gihon. Imam Zadok dan
nabi Natan harus mengurapi dia di sana menjadi raja atas Israel; kemudian kamu
meniup sangkakala dan berseru: Hidup raja Salomo! Sesudah itu kamu berjalan
pulang dengan mengiring dia; lalu ia akan masuk dan duduk di atas takhtaku,
sebab dialah yang harus naik takhta menggantikan aku, dan dialah yang kutunjuk
menjadi raja atas Israel dan Yehuda." Lalu Benaya bin Yoyada menjawab raja:
"Amin! Demikianlah kiranya
firman TUHAN, Allah tuanku raja! Seperti TUHAN menyertai tuanku raja,
demikianlah kiranya Ia menyertai Salomo; semoga Ia membuat takhta Salomo lebih
agung dari takhta tuanku raja Daud." Lalu pergilah imam Zadok, nabi Natan dan Benaya bin Yoyada,
dengan orang Kreti dan orang Pleti, mereka
menaikkan Salomo ke atas bagal betina raja Daud dan membawanya ke Gihon.
Imam Zadok telah membawa tabung tanduk berisi minyak dari dalam kemah, lalu
diurapinya Salomo. Kemudian sangkakala ditiup, dan seluruh rakyat berseru:
"Hidup
raja Salomo!" Sesudah itu seluruh rakyat berjalan di
belakangnya sambil membunyikan suling dan sambil bersukaria ramai-ramai, sampai
seakan-akan bumi terbelah oleh suara mereka. Hal itu kedengaran kepada Adonia dan
kepada semua undangan yang bersama-sama dengan dia, ketika mereka baru
habis makan. Ketika Yoab mendengar bunyi sangkakala itu, ia berkata:
"Apakah sebabnya kota begitu ribut?" Selagi ia berbicara, datanglah
Yonatan anak imam Abyatar. Lalu Adonia berkata: "Masuklah,
sebab engkau seorang kesatria dan tentulah engkau membawa kabar baik." Tetapi
Yonatan menjawab Adonia: "Tidak!
Tuan kita raja Daud telah mengangkat Salomo menjadi raja. Raja telah
menyuruh supaya imam
Zadok, dan nabi Natan dan Benaya bin Yoyada, dengan orang Kreti dan
orang Pleti, menyertai Salomo dan
mereka menaikkan dia ke atas bagal betina raja. Imam Zadok, dan nabi Natan
mengurapi dia di Gihon menjadi raja, dan dari sana mereka sudah pulang dengan
bersukaria, sehingga kota menjadi ribut, itulah bunyi yang kamu dengar tadi. Salomo
sekarang duduk di atas takhta kerajaan; juga pegawai-pegawai raja telah datang
mengucap selamat kepada tuan kita raja Daud, dengan berkata: Kiranya Allahmu
membuat nama Salomo lebih masyhur dari pada namamu dan takhtanya lebih agung
dari pada takhtamu. Dan rajapun telah sujud menyembah di atas tempat tidurnya, dan
beginilah katanya: Terpujilah TUHAN, Allah Israel, yang pada hari ini telah
memberi seorang duduk di atas takhtaku yang aku sendiri masih boleh
saksikan." Maka semua undangan
Adonia itu terkejut, lalu bangkit dan masing-masing pergi menurut
jalannya. Takutlah
Adonia kepada Salomo, sebab itu ia segera pergi memegang
tanduk-tanduk mezbah. Lalu
diberitahukanlah kepada Salomo: "Ternyata Adonia takut kepada raja Salomo,
dan ia telah memegang tanduk-tanduk mezbah, serta berkata: Biarlah raja Salomo
lebih dahulu bersumpah mengenai aku, bahwa ia takkan membunuh hambanya ini
dengan pedang." Lalu kata Salomo:
"Jika ia berlaku sebagai kesatria,
maka sehelai rambutpun dari kepalanya tidak akan
jatuh ke bumi, tetapi jika ternyata ia bermaksud jahat, haruslah ia
dibunuh."
Suasana genting dan
mencekam pada puncaknya diselesaikan oleh
tangan-tangan Tuhan yang kudus dan perkasa: imam Zadok, nabi Natan dan Benaya Bin Yoyada. Mengapa saya katakan “perkasa”?
Sebab imam Zadok dan nabi Natan
didampingi oleh seorang pahlawan Daud yang gagah perkasa (salah satu dari elit
30). Coba perhatikan siapakah Benaya Bin Yoyoda itu:
1Samuel 23:20,22 Selanjutnya Benaya
bin Yoyada, anak seorang yang gagah perkasa, yang besar jasanya, yang berasal
dari Kabzeel; ia menewaskan kedua pahlawan besar dari Moab. Juga pernah ia
turun ke dalam lobang dan membunuh seekor singa pada suatu hari bersalju.
Itulah yang diperbuat Benaya
bin Yoyada; ia mendapat nama di antara ketiga puluh pahlawan itu.
Salomo dinaikan oleh
tangan Tuhan melalui Imam Zadok, nabi
Natan, dan seorang elit militer berwibawa dan takut akan Tuhan, Benaya bin
Yoyada. Inilah yang melawan kudeta terhadap pemerintahan Daud!
Dalam dinamika politik
di manapun, Tuhan juga terlibat mengendalikan kesudahannya, sebab tidak ada
satupun pemerintahan yang tak berasal dari tangannya:
“…sebab tidak ada pemerintah, yang
tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang
ada, ditetapkan oleh Allah.”- Roma
13:1-4
Sebab itu beginilah firman TUHAN
semesta alam: Oleh karena kamu tidak mendengarkan perkataan-perkataan-Ku, sesungguhnya,
Aku
akan mengerahkan semua kaum dari utara--demikianlah firman
TUHAN--menyuruh memanggil Nebukadnezar, raja Babel, hamba-Ku itu; Aku
akan mendatangkan mereka melawan negeri ini, melawan penduduknya dan
melawan bangsa-bangsa sekeliling ini, yang akan Kutumpas dan Kubuat menjadi
kengerian, menjadi sasaran suitan dan menjadi ketandusan untuk
selama-lamanya.- Yeremia 25:8-9
“Pertama-tama aku menasihatkan:
Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk
raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan.”- 1
Timotius 2:1-2
Itu sebabnya Yesus
sendiri menghormati pemerintahan yang ada diatasnya sekalipun penjajah!
Perhatikan berikut ini:
“Lalu kata Yesus kepada mereka:
"Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan
kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!" Mereka sangat
heran mendengar Dia. – Markus 12:17”
Dan otoritas penjajah
ini datangnya dari Allah secara terbuka dinyatakannya dalam momentum yang
paling memilukan dan menyayat hati:
“Maka kata Pilatus kepada-Nya:
"Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku
berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan
Engkau?" Yesus
menjawab: "Engkau tidak mempunyai
kuasa apapun terhadap Aku, jikalau
kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang
menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya."- Yohanes 19:10-11”
Tidak ada dinamika
politik diantara bangsa-bangsa yang tidak berada dalam kendali dan ketetapan
Tuhan atau yang bergulir sementara Tuhan cemas
menantikan apakah kesudahannya. Tidak
pernah demikian!
Perhatikanlah ini:
Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka
perkara yang sia-sia? Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar
bermufakat bersama-sama melawan TUHAN dan yang diurapi-Nya: Marilah kita
memutuskan belenggu-belenggu mereka dan membuang tali-tali mereka dari pada
kita! Dia, yang bersemayam di sorga, tertawa; Tuhan mengolok-olok mereka. Maka
berkatalah Ia kepada mereka dalam murka-Nya dan mengejutkan mereka dalam
kehangatan amarah-Nya: Akulah yang telah melantik raja-Ku di Sion, gunung-Ku
yang kudus!- Mazmur 2:1-6
Seharusnya kita sangat
sadar, bahwa dalam banyak momen, manusia
pun bermufakat untuk melakukan kudeta terhadap Tuhan, kala manusia tidak
menundukan dirinya pada pemerintahan yang sah dan yang telah dipilih oleh
rakyat. Sungguh mengerikan kalau manusia sudah berani membawa-bawa nama Tuhan
lalu di saat yang sama berupaya mengkudeta ketetapan Tuhan itu sendiri,
sebagaimana pada kasus Adonia melawan raja Daud, dengan bantuan para pemimpin
agama dan panglima perang dalam kerajaan
Daud.
Ia menegakkan orang yang hina dari
dalam debu, dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur, untuk mendudukkan dia
bersama-sama dengan para bangsawan, dan membuat dia memiliki kursi kehormatan.
Sebab TUHAN mempunyai alas bumi; dan di atasnya Ia menaruh daratan. Langkah
kaki orang-orang yang dikasihi-Nya dilindungi-Nya, tetapi orang-orang fasik
akan mati binasa dalam kegelapan, sebab bukan oleh karena kekuatannya sendiri
seseorang berkuasa. Orang yang berbantah dengan TUHAN akan dihancurkan; atas
mereka Ia mengguntur di langit. TUHAN mengadili bumi sampai ke ujung-ujungnya;
Ia memberi kekuatan kepada raja yang diangkat-Nya dan meninggikan tanduk
kekuatan orang yang diurapi-Nya."- 1Samuel 2:8-10
SOLI DEO GLORIA
No comments:
Post a Comment