GEREJA YANG BERSATU
Tanggal 3 Agustus nanti usia gereja kita mencapai 2 tahun. Sepanjang 2 tahun ini ada banyak hal yang kita alami, baik kemajuan-kemajuan maupun juga tantangan-tantangan. Kita harus syukuri semua itu. Gereja ini juga akan terus berjalan melewati tahun-tahun di depan kita dan tentu ada banyak tantangan dan kesulitan juga yang akan kita hadapi. Walaupun demikian kalau Tuhan di pihak kita dan kalau kita bisa bersatu, kita akan bisa hadapai semua tantangan dan kesulitan itu. Sayangnya, untuk mencapai kesatuan di dalam sebuah gereja tidaklah mudah. Tapi bagaimana pun juga itu penting dan perlu dan karenanya kita perlu mengusahakan kesatuan di antara kita karena itulah kekuatan kita. Mari kita mmebaca teks yang akan kita bahas :
Fil 2:1-11 – (1) Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, (2) karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, (3) dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; (4) dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. (5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. (9) Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, (10) supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, (11) dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!
Surat Filipi adalah surat yang ditulis oleh rasul Paulus kepada jemaat di Filipi. Sebenarnya jemaat Filipi adalah gereja yang bagus / baik. Ini terlihat dari banyaknya pujian yang Paulus berikan kepada mereka (bdk. 1:5; 4:10,14-18).
a. Mereka adalah gereja yang tetap setia kepada Injil.
Fil 1:5 : ”Aku mengucap syukur kepada Allahku karena persekutuanmu dalam Berita Injil mulai dari hari pertama sampai sekarang ini”.
Frase ”persekutuanmu dalam Berita Injil” artinya adalah mereka tetap setia kepada Injil. Bandingkan dengan banyak gereja yang tidak lagi setia kepada Injil bahkan mengajarkan Injil yang lain yang menyesatkan. Bandingkan dengan banyak gereja/kelompok hanya tidak memberi tekanan kepada pemberitaan Injil melainkan pada mujizat-mujizat saja. Sebagai catatan untuk diketahui adalah bahwa di dalam Alkitab mujizat tidak pernah menjadi tujuan. Mujizat adalah jembatan bagi pemberitaan Injil dan pengajaran Firman Tuhan. Tapi ada banyak orang sekarang menjadikan mujizat menjadi tujuan dan mengabaikan Injil dan pengajaran. Ini mujizat dari setan/nabi palsu. Jangan heran kalau setan/nabi palsu bisa buat mujizat.
Mat 24:24 : Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.
2 Tes 2:9 - Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu
Karena itu berhati-hatilah kalau saudara tergolong orang yang ”gila mujizat”. Saudara akan mudah ditipu dan disesatkan.
b. Mereka sangat mengasihi Paulus sebagai pendiri gereja tersebut.
Fil 4:10 : ”Aku sangat bersukacita dalam Tuhan, bahwa akhirnya pikiranmu dan perasaanmu bertumbuh kembali untuk aku. Memang selalu ada perhatianmu, tetapi tidak ada kesempatan bagimu”.
Secara rohani memang Tuhanlah yang memunculkan gereja Filipi tetapi secara manusia, Pauluslah yang berjuang sedemikian rupa dengan menanggung begitu banyak kesulitan di dalam mendirikan gereja tersebut. Mereka ingat semua itu dan karenanya mereka sangat mengasihi Paulus. Bandingkan dengan ada begitu gereja yang tidak menghargai hamba Tuhannya yang sudah banting tulang di dalam melayani padahal Firman Tuhan berkata :
1 Tim 5:17 - Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar.
c. Kasih mereka kepada Paulus bukan hanya ada dalam pikiran dan perasaan mereka tetapi juga diwujudkan lewat pertolongan mereka untuk Paulus ketika ia ada dalam penjara.
Fil 4:14-18 : (14) Namun baik juga perbuatanmu, bahwa kamu telah mengambil bagian dalam kesusahanku. .... (16) Karena di Tesalonika pun kamu telah satu dua kali mengirimkan bantuan kepadaku. (17) Tetapi yang kuutamakan bukanlah pemberian itu, melainkan buahnya, yang makin memperbesar keuntunganmu. (18) Kini aku telah menerima semua yang perlu dari padamu, malahan lebih dari pada itu. Aku berkelimpahan, karena aku telah menerima kirimanmu dari Epafroditus, suatu persembahan yang harum, suatu korban yang disukai dan yang berkenan kepada Allah.
Jadi sewaktu Paulus dalam pelayanan maupun juga dalam penjara, mereka telah mengirimkan bantuan dan bagi Paulus. Bukan hanya itu, mereka juga mengirimkan Epafroditus untuk membantu Paulus dalam penjara. Jadi mereka betul-betul mendukung Paulus dan juga pekerjaan Tuhan. Bandingkan dengan banyak gereja yang hanya menyimpan uangnya saja di bank sedangkan hamba Tuhannya kekurangan, pelayanan pekerjaan Tuhan terbengkalai, dsb.
Jadi gereja Filipi ini adalah gereja yang luar biasa. (Bagaimana dengan gereja kita?) Meskipun demikian, ternyata dalam jemaat Filipi ada perpecahan :
Fil 4:2-3 : (2) Euodia kunasihati dan Sintikhe kunasihati, supaya sehati sepikir dalam Tuhan”. (3) Bahkan, kuminta kepadamu juga, Sunsugos, temanku yang setia: tolonglah mereka. Karena mereka telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil, bersama-sama dengan Klemens dan kawan-kawanku sekerja yang lain, yang nama-namanya tercantum dalam kitab kehidupan.
Sebagai catatan, Euodia dan Sintikhe ini adalah dua orang perempuan. Ini terlihat dalam bahasa Yunaninya yaknikata ”mereka” dalam ayat 3 memakai kata ”AUTAIS” yang berbentuk feminim. Mereka adalah orang Kristen yang sungguh-sungguh bahkan sungguh-sungguh dalam pelayanan. Dikatakan bahwa”mereka telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil”. Tidak jelas masalahnya apa, tapi jelas telah terjadi perselisihan sehingga Paulus meminta Sunsugos menolong mereka.
William Barclay - Bahaya yang mengancam gereja Filipi adalah perpecahan. Dalam arti tertentu, ini adalah bahaya bagi semua gereja yang sehat. Kalau orang-orang bersungguh-sungguh dan kepercayaan mereka betul-betul penting/berarti bagi mereka, maka mereka akan condong untuk bertikai satu dengan yang lain. Makin besar semangat mereka, makin besar bahaya bahwa mereka akan bertikai.
Saya setuju dengan kata-kata ini. Dalam suatu gereja yang suam, kalau ada hal-hal yang salah dalam gereja, atau kalau ada orang-orang yang melakukan pelayanan dengan tidak bertanggung jawab, maka jemaat yang lain yang juga suam itu tidak akan marah, sehingga tidak terjadi bentrokan. Tetapi kalau hal itu terjadi dalam gereja yang bagus, maka hal itu akan membuat jemaat yang bersungguh-sungguh ikut Tuhan menjadi marah, sehingga terjadi bentrokan. Karena itu jangan terlalu cepat menganggap jelek gereja yang mengalami perpecahan, karena perpecahan itu mungkin bahkan menunjukkan semangat mereka yang hebat. Juga sebaliknya, jangan juga terlalu cepat memuji gereja yang tidak pecah. Itu mungkin menunjukkan kesuaman / ketidakpedulian mereka! Tetapi bagaimana pun juga tetap ada bahaya dari perpecahan itu. Hal yang sama bisa terjadi pada jemaat kita. Kita mungkin punya kemajuan di bidang yang lain (pengajaran, pemberitaan Injil, dll) tetapi bisa jadi kita pun mengalami perpecahan/perselisihan dalam tubuh kita sendiri. Ini sesuatu yang serius dan berbahaya dan karena itulah Paulus berkata :
Fil 2:2 : ”Karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan...”
Paulus lalu memberikan nasihat kepada mereka bagaimana supaya mereka bisa bersatu satu sama lainnya. Dan ini juga yang akan kita pelajari agar kita dapat menjadi gereja yang bersatu. Ada 3 cara yang dianjurkan Paulus demi mencapai kesatuan gereja :
I. KITA TIDAK BOLEH MENCARI KEPENTINGAN DIRI SENDIRI
Nasihat pertama yang diberikan Paulus dalam mencegah terjadinya perpecahan adalah kita tidak boleh mencari kepentingan diri sendiri. Perhatikan ayat 3a :
Fil 2:3a - dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia.
Fil 2:4 - dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
Kata ”kepentingan sendiri” dalam ayat 3 diterjemahkan dari kata Yunani ”ERITHEIA” yang mengandung makna ambisi yang egois. Perhatikan terjemahan NIV berikut ini :
NIV - 'do nothing out of selfish ambition or vain conceit' (jangan melakukan apa pun yang ditimbulkan oleh ambisi yang egois atau kesombongan yang sia-sia).
Ini benar! Adanya keinginan untuk meninggikan diri sendiri akan melahirkan persaingan dan adanya persaingan akan melahirkan ketidaksenangan / permusuhan. Contoh dari Alkitab adalah murid-murid Yesus sendiri.
Mat 20:20-21 : (20) Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. (21) Kata Yesus: "Apa yang kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu."
Ini pasti ambisi Yakobus dan Yohanes, mereka memperalat ibunya. Mengapa? Karena ibu mereka adalah SALOME, saudara perempuan Maria ibu Yesus. Jadi kalau ibu mereka yang meminta, ini sama dengan bibi yang meminta. Bagaimana reaksi murid-murid yang lain?
Mat 20:24 : Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu.
Bandingkan dengan beberapa terjemahan berikut :
CEV : “When the ten other disciples heard this, they were angry (marah) with the two brothers”.
NKJV : “And when the ten heard it, they were greatly displeased (sangat-sangat tidak senang) with the two brothers.
KJV : “And when the ten heard it, they were moved with indignation (‘naik darah’, dongkol, jengkel) against (melawan) the two brethren”.
Jadi murid-murid yang lain menjadi marah (bahkan kalau bisa mereka mau menggunakan kekerasan) kepada Yohanes dan Yakobus. Mengapa? Karena murid-murid yang lain pun juga berambisi untuk menjadi yang termulia / terbesar (ini terbukti dari teguran Yesus kepada mereka dalam ayat 25-27).
Mat 20:25-28 – (25) Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. (26) Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, (27) dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu.
I. Williams : “The ambition of one creates envy in others who partake of the same feeling” (Ambisi dari seseorang menciptakan iri hati dalam orang-orang lain yang mempunyai perasaan yang sama)
Kalau dalam Mat 20:20-21 kita melihat bahwa ada ambisi dalam diri 2 orang murid Yesus yaitu Yohanes dan Yakobus, maka dalam ayat 24 ini kita melihat bahwa ada ambisi dalam diri 10 murid yang lain. Jadi, semua murid Yesus mempunyai ambisi yang sama! Ini menunjukkan betapa berbahayanya ambisi itu dan ini sangat berpotensi untuk merusak kesatuan jemaat dan pelayanan. Karena itu, renungkanlah apakah dalam diri saudara ada ambisi yang bersifat egoisme atau keinginan untuk menonjol / menyombongkan diri. Kalau ada, bertobatlah sebelum hal itu memecah gereja! Paulus memberikan nasihat agar kita tidak boleh memiliki ambisi yang egois ini melainkan harus juga memberikan perhatian pada sesama kita.
Fil 2:4 - dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
Pikirkan ini! Apakah saudara hanya memperhatikan kerohanian saudara sendiri? Apakah saudara juga memperhatikan kerohanian dari saudara seiman saudara? Apakah saudara prihatin kalau melihat ada jemaat yang bolos kebaktian, jatuh ke dalam dosa, tidak mau datang dalam kebaktian, dsb? Apakah saudara mendoakan mereka dan berusaha menasehati mereka? Dengan tidak mempunyai ambisi egois di satu sisi dan memperhatikan kepentingan orang lain di sisi yang lain maka ini akan menyatukan kita dan mengihindarkan kita dari bahaya perpecahan. Ingatlah, iblis banyak kali menjatuhkan gereja justru dari aspek ini karena iblis tahu bahwa kesatuan orang Kristen akan sangat merugikan dirinya. Maka ia menerapkan taktik ”Devide et Ampera” ini, politik pecah belah.
II. KITA HARUS RENDAH HATI DAN MENGANGGAP ORANG LAIN LEBIH BAIK DARI DIRI KITA SENDIRI.
Nasihat kedua yang diberikan Paulus untuk mencegah terjadinya perpecahan adalah bahwa kita harus rendah hati dan menganggap orang lain lebih baik dari diri kita sendiri. Perhatikan ayat 3b :
Fil 2:3b : ”... Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri...”
Bandingkan dengan terjemahan NASB dan NIV berikut ini :
NASB : “… but with humility of mind let each of you regard one another as more important (lebih penting) than himself;
NIV : “….but in humility consider others better (lebih baik) than your selves”.
Perhatikan sesuatu yang indah di sini di mana Paulus menempatkan kata-katanya dalam hubungan yang kontras antara frase yang satu dengan frase yang lain.
Fil 2:3 - dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;
Fil 2:4 - dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
Perhatikan bahwa “kepentingan sendiri” (ayat 3) dikontraskan dengan “kepentingan orang lain juga” (ayat 4) dan “puji-pujian yang sia-sia” (ayat 3a) dikontraskan dengan “rendah hati” (ayat 3b). Kalau kita berusaha untuk bersatu, maka kita akan berusaha untuk mendekat satu sama lain. Tetapi ini bisa membuat kita makin melihat kejelekan saudara seiman kita sehingga bisa menyebabkan kita bahkan makin tidak senang kepada saudara seiman kita. Karena itu, ayat 3b ini penting sekali! Kita harus menganggap saudara seiman kita lebih baik dari diri kita sendiri. Ini tidak berarti bahwa kita harus menganggap bahwa saudara seiman kita lebih baik dari diri kita dalam segala hal. Lalu apa yang harus kita lakukan supaya bisa menganggap saudara seiman kita lebih baik dari diri kita? Pertama, kita harus menyoroti kejelekan/kekurangan diri sendiri. Kedua, kita harus menyoroti kebaikan/kelebihan orang lain. Jikalau kita bisa melakukan ini, maka kita akan melihat orang lain lebih baik daripada kita dan ini akan membuat kita rendah hati. Sebaliknya akan celaka kalau yang kita soroti adalah kebaikan diri sendiri dan kejelekan orang lain. Maka kita akan melihat kitalah yang terbaik dan orang lain terjelek dan ini akan menyebabkan kesombongan yang pada akhirnya akan merusak kesatuan dalam jemaat. Bahkan ada orang-orang tertentu yang memiliki apa yang disebut sebagai ”hyper critical” yakni sikap terlalu kritis, yang selalu mencari-cari kesalahan orang, dan merasa senang pada saat bisa menemukannya dan mengecam kesalahan orang lain. Seperti apa “hyper critical” ini?
D. Martyn Lloyd-Jones – Sesuatu yang menonjol dari roh ini adalah kecenderungan untuk menjadi terlalu kritis…. yang berarti bahwa ia menyenangi kritik demi kritik itu sendiri dan menikmatinya…. ia adalah orang yang mendekati segala sesuatu untuk mengkritik, sambil mengharapkan bahwa ia akan menemukan kesalahan-kesalahan. ... Kasih ‘mengharapkan segala sesuatu’, tetapi roh ini mengharapkan yang terburuk; ia mendapatkan kepuasan yang jahat dan membahayakan ketika menemukan kesalahan-kesalahan dan cacat-cacat pada orang lain. (‘Studies in the Sermon on the Mount’, hal 167).
D. Martyn Lloyd-Jones - Jika kita pernah memiliki perasaan senang pada waktu kita mendengar sesuatu yang tidak menyenangkan tentang orang lain, maka inilah roh yang salah itu. Jika kita cemburu atau iri hati pada seseorang, dan tiba-tiba kita mendengar bahwa orang itu telah membuat kesalahan dan ternyata di dalam diri kita langsung ada perasaan gembira, maka itulah roh itu. (‘Studies in the Sermon on the Mount’, hal 168).
Di sini terlihat betapa berbahayanya sikap/roh “hyper critical” ini. Kalau ini ada di dalam jemaat, ada di dalam para pelayan Tuhan, team pelayanan, maka jemaat/pelayanan ini akan hancur. Karena itu kalau sekian lama saudara hanya tahunya melihat kebaikan/kelebihan diri sendiri dan kejelekan/kekurangan orang lain, bahkan ada roh ”hyper critical” ini dalam diri saudara, camkan kata-kata Yesus berikut ini :
Mat 7:3-5 – (3) Mengapakah engkau melihat selumbar (kayu kecil) di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? (4) Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. (5) Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
BIS - Mengapa kalian melihat secuil kayu dalam mata saudaramu, sedangkan balok dalam matamu sendiri tidak kalian perhatikan
III. KITA HARUS MENELADAI KRISTUS.
Mengakhiri nasihatnya pada jemaat Filipi untuk bersatu, Paulus menunjuk pada teladan Kristus. Paulus pertama-tama menunjukkan bahwa Yesus benar-benar adalah Allah.
Fil 2:5-6 : (5) ”.... Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah,...”
KJV - “…. Christ Jesus: (6) Who, being in the form of God, ….” (ada dalam rupa Allah).
Kata 'being' itu dalam bahasa Yunani adalah ”HUPARCHON” dan ini menggambarkan seseorang sebagaimana adanya secara hakiki dan hal itu tidak bisa berubah ('It describes that which a man is in his very essence and which cannot be changed'). Karena itu, kalau dikatakan bahwa Yesus itu 'being in the form of God', maka itu berarti bahwa Yesus adalah Allah dan ini tak bisa berubah.
Selanjutnya Paulus menjelaskan bahwa Yesus menjadi manusia (ayat 6b-7).
Fil 2:6b-7 : ”...tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia”.
Apa sesungguhnya yang terjadi waktu Yesus berinkarnasi menjadi manusia? Ada sebuah teori yang namanya teori Kenosis yang mengatakan bahwa sewaktu inkarnasi, Anak Allah mengesampingkan/menanggalkan sebagian / seluruh sifat-sifat ilahi-Nya supaya Ia bisa menjadi manusia yang terbatas. Kelemahan dari teori ini adalah : (1) Yesus adalah Allah dan karena itu Ia tidak bisa berubah (lihat penjelasan di atas). Allah tidak bisa berhenti menjadi Allah, sekalipun hanya untuk sementara! (2) Kalau teori Kenosis itu benar, maka pada saat Yesus menjadi manusia, Allah Tritunggal bubar. (3) Kalau teori Kenosis itu benar, maka Kristus bukanlah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia. Ia hanya manusia biasa, tanpa keilahian. Dan kalau ini benar, maka penebusan-Nya tidak bisa mempunyai nilai yang tak terbatas.
Kalau begitu apa sesungguhnya yang terjadi waktu Yesus menjadi manusia? Ia tetap adalah Allah, di mana keilahian-Nya dan segala sifat ilahi-Nya tidak berkurang sama sekali, hanya disembunyikan/tidak dipergunakan saja.
Calvin : “Kristus tidak bisa melepaskan diri-Nya sendiri dari keilahian-Nya; tetapi menyembunyikannya untuk sementara waktu, supaya tak kelihatan, di bawah kelemahan daging. Jadi, Ia mengesampingkan kemuliaan-Nya dalam pandangan manusia, bukan dengan menguranginya, tetapi dengan menyembunyikannya.”
Herman Hoeksema : “….ini tidak berarti bahwa Anak Allah untuk sementara waktu mengesampingkan hakekat ilahi, untuk menukarnya dengan hakekat manusia. Ini mustahil, karena hakekat ilahi tidak bisa berubah. ... Tetapi itu berarti bahwa Ia masuk ke dalam keadaan manusia sedemikian rupa sehingga di depan manusia kemuliaan dan keagungan ilahi-Nya tersembunyi, sekalipun bahkan dalam saat perendahan pun itu kadang-kadang memancar keluar, seperti misalnya dalam pelaksanaan / pertunjukan keajaiban-Nya”.
Tentu adalah sebuah penyangkalan diri yang hebat jika Yesus tidak kehilangan semua sifat ilahi-Nya namun pada saat yang sama dengan rela tidak mempergunakannya demi mempermudah hidup-Nya. Sebagai Allah, Dia mahahadir tetapi Ia mengesampingkan itu sehingga Ia dibatasi oleh ruang dan bahkan Ia merasa lelah berjalan. Sebagai Allah, Dia mahatahu tetapi Ia mengesampingkan itu sehingga menjadi tidak tahu kapan hari kiamat (Mat 24:36). Sebagai Allah, Dia mahabesar tetapi Ia mengesampingkan itu dan berkata “Bapa lebih besar daripada Aku” (Yoh 14:28). Dia adalah Allah tetapi Dia mengesampingkan itu dan memanggil Bapa sebagai ”Allah-Ku”. (”Eli-Eli la Sabakhtani”). Coba dipikirkan! Lebih menderita mana antara tidak bisa melakukan sesuatu atau bisa melakukan sesuatu tapi tidak boleh melakukannya. Kalau saudara dipukul orang, lebih menderita mana antara saudara tidak mampu balas atau saudara mampu balas tapi tidak boleh balas. Saya kira yang kedualah yang lebih menderita. Inilah yang dialami oleh Yesus. Bandingkan dengan 2 ayat ini berikut ini yang jelas menunjukkan Yesus sanggup melakukan sesuatu tetapi Ia memilih untuk tidak melakukannya :
Mat 26:53 - Atau kau sangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku?
Mark 15:29-31 – (29) Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia, dan sambil menggelengkan kepala mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, (30) turunlah dari salib itu dan selamatkan diri-Mu!" (31) Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli Taurat mengolok-olokkan Dia di antara mereka sendiri dan mereka berkata: "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan!
Bukan hanya itu yang terjadi pada Yesus saat ia menjadi manusia. Dikatakan juga bahwa saat Ia menjadi manusia, Ia merendahkan diri, lalu taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Fil 2:8 - Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Sebagai Allah, Ia tidak perlu taat pada siapa pun, justru Ialah yang harus ditaati. Tetapi inkarnasi membuat Ia taat mutlak pada Bapa. Juga kematian di atas salib adalah kematian yang paling terkutuk pada masa itu. Tapi Ia rela menanggungnya. Semua itu dilakukan demi kita manusia.
Dari penjelasan ini Paulus ingin menunjukkan bahwa ketika berinkarnasi, sesungguhnya Kristus menunjukan sifat rendah hati, tidak egois dan rela berkorban demi orang lain. Inilah teladan Kristus. Jika gereja mau bersatu, dibutuhkanlah orang-orang yang mempunyai hati seperti Kristus yang mau rendah hati, yang tidak egois dan yang mau berkorban demi orang lain. Kristus akhirnya ditinggikan oleh Allah.
Fil 2:9-11 - (9) Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, (10) supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, (11) dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!
Sebagian dari peninggian / pemuliaan itu sudah terjadi, yaitu pada waktu Yesus bangkit, naik ke surga dan duduk di sebelah kanan Allah, tetapi peninggian / pemuliaan yang dilukiskan dalam ayat 10-11, di mana setiap lutut akan bertelut di depan Yesus dan setiap lidah akan mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, baru akan terjadi pada saat Yesus datang kembali untuk ke dua kalinya. Pada saat itu malaikat dan orang Kristen yang sejati akan berlutut dan mengakui Yesus sebagai Tuhan dengan sukacita. Pada saat itu pula setan dan orang-orang yang tidak percaya akan berlutut dan mengakui Yesus sebagai Tuhan dengan terpaksa, dan mereka tidak akan diampuni sekalipun ada pengakuan seperti itu (bdk. Mark 5:6-8). Inilah teladan Kristus. Jika kita menuruti teladan ini maka gereja akan bisa bersatu dan juga sama seperti Yesus, kita pun akan ditinggikan oleh Allah.
1 Pet 5:5-6 : (5) “….Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." (6) Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.
Marilah kita berusaha mati-matian untuk menjaga kesatuan gereja kita sesuai dengan nasihat Firman Tuhan (membuang semua ambisi yang egois, memiliki kerendahan hati yang menganggap orang lain lebih baik daripada diri sendiri dan meneladani apa yang sudah dikerjakan oleh kristus). Ingatlah bahwa kesatuan di antara kita dapat menolong kita menghadapi tantangan-tantangan pelayanan yang besar saat ini dan di tahun-tahun yang akan datang. Jangan biarkan hal-hal kecil merusak hubungan kita satu sama lain karena yang rugi bukan hanya kita tetapi gereja kita dan pelayanan kita.
- AMIN -
`
Pdt. Esra Alfred Soru |GKIN (GEREJA KRISTEN INJILI NUSANTARA) "REVIVAL"
Dari Mimbar “REVIVAL MINISTRY”
(Minggu, 1 Agustus 2010)
No comments:
Post a Comment