F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Memandang Yesus Kristus Dalam Alkitab : Nabi Mikha, Nabi Zakharia & Nabi Yesaya (6)


Benarkah Mesias Memiliki Kesehakekatan Dengan Bapa: Memahami Sang Firman Turun Menjadi Manusia
Sebuah refleksi yang disusun untuk menuntun mereka keluar dari konsepsi Corpus Delicti & Yesus adalah Allah yang dilantik
Oleh: Martin Simamora
Bacalah lebih dulu: Bagian 5

Apa yang tersukar pada diri Yesus dalam pandangan orang banyak adalah peangsosiasian diri-Nya olehnya sendiri terhadap Bapa, bukanlah sebuah  relasi asosiatif belaka atau bukan relasi yang belaka memiliki hubungan bersifat eksklusif atau bahkan tidak mungkin untuk semata dikatakan sebuah hubungan yang begitu kudus. Perhatikan berikut ini:

(3)Yohanes 5:19 Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak

Kesukaran terutama pada kesaksian mengenai dirinya sendiri adalah kalah dirinya dan Bapanya adalah dua pribadi yang tak mungkin memiliki dua hakekat yang berbeda, sebaliknya sehakekat sehingga apapun yang Bapa kerjakan maka demikian juga Anak. Jadi bilamana di Sorga Bapa berkehendak mengerjakan segala sesuatu yang telah dipikirkan, dirancang, dikehendakinya untuk terjadi dalam ruang, waktu dan materi, maka Anak mengerjakan-Nya. Dalam kesempatan lain, Yesus berkata begini: “Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal. Jadi apa yang Aku katakan, Aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa kepada-Ku." (Yohanes 12:49-50), dalam sabdanya ini, ia secara terbuka menyingkapkan bahwa kedudukan dirinya sebagai orang yang diutus Bapa tidak terbingkai dalam makna seorang yang lebih rendah mewakili dia yang lebih mulia dan tinggi, karena tak mungkin seorang utusan memiliki kemuliaan dan keagungan yang sehakekat terhadap Sang Pengutus: “dan barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku. Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan. Dan jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, Aku tidak menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman. (Yoh 12:45-48).

Ia adalah utusan yang adalah Raja yang bertitah dengan sebuah konsekuensi fatal bilamana menolak dirinya dan tidak menerima perkataannya, yaitu akan dihakimi oleh firman yang telah dikatakan-Nya. Ini menjelaskan bahwa dia yang diutus dan dia yang mengutus adalah satu pemerintahan yang sehakekat dengan sebuah tatanan yang membuat pemerintahan kehendak Allah di sorga telah berlangsung secara begitu sempurna dan berdaulat penuh dalam pemerintahan sabda dan pekerjaan Anak di bumi. Ia pada saat yang sama juga berkata bukan datang sebagai yang menghakimi tetapi untuk menyelamatkan; ia ada berdiri diantara kegelapan dunia dan penghakiman Allah yang bertakhta dalam sabdanya sendiri, Ia adalah pendamai sebagai seorang Imam Agung Allah di muka bumi ini.

0 Memandang Yesus Kristus Dalam Alkitab : Nabi Mikha, Nabi Zakharia & Nabi Yesaya (5)

Benarkah Mesias Memiliki Kesehakekatan Dengan Bapa: Memahami Sang Firman Turun Menjadi Manusia
Sebuah refleksi yang disusun untuk menuntun mereka keluar dari konsepsi Corpus Delicti & Yesus adalah Allah yang dilantik

Bacalah lebih dulu: bagian 4
Oleh: Martin Simamora

Bapa Telah memberikan kepadanya. Ini adalah relasi yang tak mudah dipahami bahkan sebetulnya tak mungkin jika saja Yesus tak pernah mengemukakannya. Ketakmudahan untuk memahaminya hingga ke tahap kemustahilan bagi indrawi manusia disebabkan karena tak ada satupun manusia yang dapat melihat permulaannya dalam peradaban alam semesta ini. Nabi Mikha dalam nubuat mengenai seorang raja Israel yang akan datang telah menggambarkan bahwa raja ini memiliki permulaan sebagai  Ia adalah divinitas sebagai pencipta segala permulaan dan bahwa ia adalah sumber segala permulaan. Mikha 5:2 menuliskan: ‘Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.’ Untuk apakah nubuat purba mengenai seorang raja yang keberadaan dan letak permulaannya adalah keabadian sebelum segala sesuatunya; sebelum ada untuk disebutkan Betlehem Efrata dan sebelum ada untuk disebutkan kerajaan Israel? Jelas ini bukan kisah mengenai Israel itu sendiri dan apalagi Betlehem tetapi adalah kisah seorang raja yang telah ada sebelum segala sesuatu ada termasuk sejarah itu sendiri ada bagi dunia ini dan baginya sendiri untuk menjadi seorang raja Israel sementara Ia pada mulanya bukan seorang Yahudi sama sekali dalam kekekalannya karena Ia tak bersuku bangsa  sejak semulanya tetapi ia telah ditentukan sejak semula untuk masuk ke dalam sejarah dunia pada satu bangsa yang kecil sebagaimana kecilnya kota tempat kelahirannya. Tentulah seorang raja Israel haruslah seorang Israel, dan raja yang berasal dari kekekalan pasti akan menghadirkan kemegahan dan kegentaran bagi raja dan bagi para pemimpin-pemimpin agama dunia ini. Perhatikanlah ini:

Matius 2:1-5 Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia." Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel." Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu dan dengan teliti bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak. Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia."

Kitab kuno Mikha 5:2 secara luar biasa menjadi fokus yang memiliki gravitasi yang begitu dahsyat sehingga seorang raja sangat berkuasa, segenap imam dan ahli Taurat bangsa Yahudi, tak mungkin tak berkata bahwa pada Mikha 5:2 semua harus mengukur kedatangan Mesias yang dinubuatkan sejak Purba dan memiliki kekekalan dalam kekekalan dirinya sendiri yang eksistensi kesejarahannya menemukan penggenapannya dalam kedatangannya secara geografis sebagaimana telah ditorehkan Allah sendiri pada kitab nabi Mikha. Ia begitu penting dan begitu agung dalam kemuliaan yang tak mungkin dimiliki satu manusia teragung manapun lainnya di dunia ini, sebab kemuliaanya berasal datang dari kitab suci yang sejak semula telah menuliskan mengenai dirinya. Dirinya adalah sentral kitab suci dan boleh dikatakan inilah pertama kalinya observasi mesianik dalam pimpinan kuasa negara adi daya kala itu berlangsung, dengan perintah yang singkat, tajam, jelas tanpa keburaman: "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu!"
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9